SEORANG gadis yang sudah bersiap dengan pakaian sekolah di dalam kamar nya, menatap dirinya sendiri di meja rias dengan renungan,rambut yang di gerai begitu saja,cantik?tentu namun wajah cantik nya itu sering sekali murung dan bersedih
dia!! MAURA ZAFINA AMORA,kalian bisa panggil dia dengan dengan FINA saja
Fina menatap diri nya dengan datar "maura zafina amora!!, Ingat kau tidak boleh menangis hari ini!! Sama sekali tidak!! Oke!!" gadis itu berucap tegas pada pantulan dirinya sendiri
Ia menarik nafas dalam lalu segera berdiri,mengambil tas nya di atas kasur dan segera turun menuju ke meja makan dimana keluarga nya biasa berkumpul pagi pagi seperti ini.
"morning!" sapa fina
Tidak ada jawaban sama sekali,padahal ada 3 orang di sana yang sedang sarapan, namun tetap saja tidak ada jawaban atau suara yang terdengar menjawab sapaan dari fina
fina mengerti, dengan senyuman pahit ia ikut duduk di sana,mengambil makanan nya sendiri lalu menyendok sarapan itu ke dalam mulut nya
"papa sudah selesai, dicky ayo berangkat biar papa antar" pria paru bayah itu langsung berdiri dan menatap lelaki yang memakai pakaian SMA sama seperti Fina
"Iya pa,dicky juga sudah selesai" jawab laki laki itu ikut berdiri
"hati hati yah sayang" gantian wanita paruh bayah itu mengelus kepala anak laki laki nya,di hadapan seorang gadis yang juga ingin merasakan semua itu
ketiga orang itu seolah olah melupakan fakta bahwa ada 1 orang yang sedari tadi mereka abaikan. gadis yang saat ini mati matian untuk tidak mengeluarkan air mata nya di meja makan,menelan dengan susah sarapan nya,sakit!! Andai kalian tau betapa sakit nya hati gadis itu
"p..pa fina boleh ikut gak?" Ucapnya pelan,dia sudah tau jawaban dari pertanyaan nya itu--mungkin
"gak,kamu kan bisa jalan,papa ada rapat pagi ini!"
"o...oh oke" fina hanya tersenyum kecut mendengar jawaban itu,sesuai dengan tebakan nya tadi
Setelah papa fina,dicky a.k.a adik fina, tadi pergi, tinggallah fina yang masih memakan sarapan nya dengan kekecewaan dan mama nya
"ingat! Belajar yang bener,sana kesekolah ntar telat!" ketus mama fina lalu langsung pergi tanpa menyelesaikan kembali makan nya
tes
Setetes air mata berhasil tumpah dari kelopak mata gadis itu
"aihh fina kenapa kau menangis!!" fina menengadahkan wajah nya,mengipas ngipas wajah nya yang mulai memerah dengan kedua tangan nya sambil berbicara sendiri, namun isak nya malah menjadi kencang
"hiks,udah iss ngapa juga hiks aku nangis" berkali kali ia menyeka air mata nya,ia tidak memberi celah pada air mata nya untuk mengalir ke pipi nya, ia segera berlari kembali ke kamar nya,menatap wajah nya dengan seksama di cermin,hidung yang mulai memerah,ia memejamkan mata nya, mengatur nafas nya agar sedikit tenang Sambil tersenyum tipis
Ketika ia membuka mata nya,ia kembali tersenyum lebar dan mengambil bedak untuk menutupi bekas tangisan nya tadi, menyamarkan nya agar orang tidak tau bahwa ia menangis
Skip
sekolah
Fina berjalan di koridor sekolah menuju ke kelas nya yang berada di lantai 2 , XI IPS 5, ia bersenandung kecil menaiki tangga, ia bahkan lupa bahwa tadi ia menangis, itu lah kebiasaan nya. Ia sebenarnya ingat namun ia memilih untuk pura pura melupakan nya dan berpura pura seolah olah tidak ada yang terjadi
saat ia membuka pintu kelas nya yang kebetulan tertutup itu tiba tiba...
BYUUUR!!
"HAHAHAHA"
Fina memejamkan mata nya reflek, ia merasakan seluruh tubuh nya basah kuyup, gelak tawa teman sekelas nya terdengar mememuhi isi kelas nya
"bhwhaha cupu! lo goblok bat sih" salah satu teman sekelas nya tertawa terbahak bahak sambil mengatai fina
Fina yang semua menunduk itu kini dengan lantang menunjukkan wajah nya, gadis itu hanya tersenyum tipis, air kotor yang di yakini oleh fina adalah air bekas cucian pel itu sudah membasahi seluruh pakaian fina namun gadis itu masih saja tetap tersenyum
"makasih yah penyambutan kedatangan ku hari ini" ujar nya masih dengan senyum nya membuat seluruh kelas seketika diam, fina tetap tersenyum, langkah mundur yang perlahan dan berbalik badan untuk menuju ke toilet membersihkan tubuh nya itu
saat di toilet, Fina mengunci pintu tersebut,tubuh nya menyandar di pintu merosot ke lantai begitu saja
"hiks hiks" isakan kecil nya mulai terdengar.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
Fina meninju dinding beberapa kali,meluapkan kemarahan, kesedihan, Kekesalan nya di sana , dadanya tiba tiba menjadi sesak.
"hiks hahh hiks"dengan nafas yang tersengal sengal di tambah lagi dengan tangisan nya,fina berusaha mengambil sebuah kotak obat di dalam tas nya
dapat!
Gadis itu dengan cepat meminum sebuah pil obat dan menelan nya tanpa air minum, Perlahan nafas nya kembali normal bersama dengan reda nya isak tangis itu
Fina berdiri,kembali menatap wajah nya di depan westafel,ingin rasa nya mengutuk wajah nya ini, Mengumpat dan menyerah namun ia juga tidak bisa, ia masih yakin bahwa kebahagiaan akan datang pada nya suatu saat---mungkin?
"huh,udah jangan nangis fina, aku tau kamu kuat kok, yuk bangkit lagi" ujar nya pada diri nya sendiri, ia tersenyum, "udah ihh gak usah nangis, ngapain juga nangis mereka mungkin cuma bercanda kali," ia mencoba untuk menghibur dirinya sendiri walaupun dia tau bahwa itu adalah kebohongan yang nyata
Tidak mau berlarut larut, ia mencuci wajah nya berkali kali, dan mengeluarkan baju ganti nya yang ada di dalam tas,ia masuk ke salah satu bilik kamar mandi untuk berganti baju dan membereskan tubuh nya yang sudah di bilang kacau,seluruh tubuh yang basah kuyup dan--bau.
Setelah selesai berganti baju,ia membereskan semua barang barang nya dan keluar dari kamar mandi. Sepi, yah sepi karna fina tau bahwa jam pelajaran sudah berlangsung,dia yakin dia terlambat saat ini
saat ia berjalan untuk kembali ke kelas nya,ia menatap jam tangan nya sekilas, pukul 8.15 ternyata. tak terasa ia berada di depan kelas nya,ia perlahan mengetuk pintu kelas dengan pelan
Tok tok tok!
Lalu membuka pintu itu dengan perlahan
"fina!! Alasan apa lagi yang akan kamu keluarkan hari ini ha?! Tak bisa kah kamu tidak terlambat masuk ke dalam jam pelajaran saya ha?!" fina hanya mengulas senyum kecut nya di hadapan seluruh teman kelas nya dan guru yang sedang memarahi nya itu
"maaf bu, t...tadi pakaian saya basah dan berganti di toilet bu" jawab fina seadanya,ia menggaruk tengkuk nya menahan gugup walaupun sebenarnya tengkuk nya itu tidak gatal
"tidak tidak tidak! Ibuk tidak terima alasan kamu lagi! Sana lari ke lapangan 5 keliling,dan ringkas halaman 237-250 di kumpulkan 2 hari lagi di meja saya! Itu hukuman untuk kamu" Fina tersenyum kecut mendengar hukuman yang di berikan guru di depan nya itu
Berlari? Hal yang sudah wajar bagi nya sedari dulu, tidak apa dia masih bisa berlari, dia baik baik saja, yah baik baik saja
●●●●
Hai semuaa!!
Author bawa cerita baru nih, ada yang suka? Komen nya dong, gimana menurut kalian?
Bagus gak?
Maafkan typo nya yah
Kalo bagus yuk kita lanjut,kalo enggak kasih saran yah guys heheheh
See you next part
Pukul 10 yang berarti adalah jam istirahat, fina yang telah menyelesaikan hukuman berlari nya tengah duduk di bawah pohon cukup rindang sambil melepas penat nya.
Menikmati semilir angin yang menyejukkan seorang diri. karna seperti yang kalian tau, gadis itu isa dikatakan tidak pinya tema di sekolah.
"Lo mau minum?" tawar seseorang membuat Fina yang semula memejamkan mata nya kini menatap datar siapa orang yang berbicara
Fina menyerngit bingung saat mendapatkan lelaki asing yang duduk tepat di samping nya. melirik sebentar botol air mineral yang di sodorkan nya kemudian berkata
"Gak usah, gak pa pa," tolak fina dan kembali mengalihkan pandangan nya seperti semula
"gue beliin ini sengaja buat lo, pasti capek abis lari-larian" ujar lelaki itu dengan nada kecewa, karna pemberian nya di tolak
"Udah biasa, mau ngapain kesini? cuman mau kasian atau mau mainin perasaan gue doang?" tanya Fina to the point
Tak bisa di pungkiri bahwa fina memang cantik, karna itu dia bertanya seperti tadi. banyak lelaki yang mendatanginya, pura pura peduli, menyatakan cinta padahal yang sebenarnya itu adalah pura-pura.
itu biasanya karna taruhan dan permainan perasaan saja, jadi jangan salahkan Fina bahwa dirinya telah menganggap semua pria itu sama saja.
Sejauh ini dia tidak pernah peduli pada lelaki, jangankan pada lelaki terkadang Fina saja tidak pernah peduli pada dirinya sendiri yang sering tersakiti.
"gue gak bilang apa apa, niat gue emang cuman mau kasih minum ini ke elo"
"Oh....makasih, tapi gue gak butuh" tolak Fina lagi. Bukan nada ketus, namun bernada pelan dan menggelengkan kepala nya.
"Oh iya kenalin nama gue arkan, anak 11 IPA 4''
''gua gak tanya sebenernya'' balas fina. terlalu malas meladeni orang yang ada di sampingnya ini
"Gue tau nama lo kok, maura zafina amora kan?'' ucap arkan tak berhenti bertanya pada fina.
''hm'' fina merespon dengan deheman singkat.
"yaudah gue balik ke kelas dulu, nih minum nya, gue tinggalin. lu harus minum kalo enggak ntar lu dehidrasi lagi''
fina tersentak dan membuka matanya lebar saat dengan lancangnya arkan memegang tangan nya dan menaruh botol minum tadi di tangan nya dan berlalu begitu saja.
''Huh, kenapa aku terus saja di permainkan? hati ku sudah hancur menjadi semakin hancur. aku sudah seperti bom yang bisa meledak kapan saja dan kemudian lenyap tanpa ada yang peduli'' gumam fina
...◐▣▣▣▣▣▣▣▣▣◑...
Sore ini tidak ada aktifitas yang di lakukan lagi oleh fina. Dirinya telah selesai mengerjakan pekerjaan yang ada di rumah begitupun PR yang diberikan oleh sekolah. Kini ia hanya berbaring di kasur sambil bermain ponsel
''Ahh bosaaan~'' keluh nya sambil meletakkan ponselnya sembarangan dan menatap langit langit kamar nya.
Sebuah rencana terlintas begitu saja di otaknya, bagaimana jika dia ke supermarket saja? membeli cemilan sekaligus jalan sore dekat komplek nya ini?
ahhh sepertinya itu buka ide yang buruk
dengan cepat fina mengganti baju nya dengan menggunakan kaos hitam dan bawan yang hitam pula.
setelah itu dengan langkah cepat gadis itu melangkahkan kaki nya menuruni tangga dan bersiap untuk pergi, saat gadis itu sampai di lantai dasar rumah nya ia melihat mama nya bersantai di sofa sambil menonton TV.
''ma...Fina keluar sebentar yah'' pamit gadis itu yang hanya di acuhkan oleh sang ibu.
''ma'' panggil fina lagi, mana tau sajakan? ibunya tidak dengar tadi
"PERGI TINGGAL PERGI APA SUSAH NYA SIH!!! KALO MAU PERGI YAUDAH SANA!!! KALO BISA JANGAN BALIK SEKALIAN!!!'' bentak mamanya dengan keras sambil membanting remot TV ke lantai, dan berjalan meninggalkan fina yang terdiam dengan hati yang berdenyut sakit.
fina mengerjap pelan sambil menarik nafas nya dalam dalam, jangan heran...sudah biasa dirinya mendapat kata menyakitkan dari seorang ibu.
Terkadang dirinya berfikir apa kesalahannya yang membuat orang orang tak suka dan membenci dirinya, apa pernah dirinya melakukan kesalahan yang fatal hingga ayah, ibu, dan adiknya pun ikut membencinya, menganggap seakan akan Fina tidak ada?
tak ingin memikirkan hal itu, Fina memilih untuk berjalan keluar rumah dengan helaan nafas berat. ''apa aku semenjijikkan itu sampai semua orang membenci ku?" gumam fina dengan pelan, kaki nya tetap berjalan di atas trotoar tepian jalan, katakan saja bahwa saat ini fina berjalan sambil melamun
duk!
Fina meringis kecil saat tubuh nya terduduk di trotoar karna menabrak tubuh orang, ia menunduk menatap kakinya sekilas
''ahh maaf..saya gak sengaja'' ucapnya terdengar meringis tanpa menatap siapa yang ia tabrak
''Makanya kalo jalan itu jangan sambil ngelamun!!'' Fina tersentak, kenapa suara itu sangat familiar di telinganya?? dengan cepat gadis itu mendongak dan menatap siapa yang baru saja ia tabrak itu, matanya reflek membelalak tak kala melihat orang yang ia tabrak adalah laki laki yang memberi nya minum di sekolah tadi....siapa nama nya? fina pun bahkan tak mengingat nya.
''Kok bisa lo di sini?'' heran fina, ia menepuk nepuk tangan nya membersihkan debu dan segera untuk berdiri
''gue lagi jogging doang'' jawab laki-laki itu yang hanya di angguki oleh fina.
''Trus lo di sini ngapain?, mana jalan sambil ngelamun lagi'' tanya arkan menatap fina yang ada di depannya
''Rumah gue ada di komplek sini'' jawab fina
''Nama lo....arkan kan? eh? apa gue salah?'' tanya fina dengan ragu, tidak lucu kan jika dian mengobrol tapi tidak tau nama orang nya?
''Iya, btw lo mau kemana?" jawab arkan
''Supermarket''
''oh...
''Yaudah gue duluan'' pamit fina tak mau berlama-lama
''Eh eh eh tunggu dong!'' cegah arkan, membuat fina yang semula berjalan kini berhenti dan kembali membalikkan tubuh nya menghadap arkan
''gue temenin yah,'' tawar arkan
''Gak usah, gue bisa sendiri'' tolak fina mentah mentah
'''gak ada penolakan!'' dengan cepat arkan
menarik tangan fina dengan lembut dan menuntun nya berjalan ke supermarket
''Ck! lepas!'' Decak fina menyentak tangan nya dengan kuat, membuat langkah kedua nya terhenti. fina menatap arkan dengan jengkel, ''gak usah pegang-pegang tangan gue! gue bisa jalan sendiri!!!,''
Arkan hanya mengangguk tanpa ada rasa bersalah. kini keduanya kembali berjalan dengan santai di pinggir di atas trotoar.
Cukup lama tejadi keheningan, arkan yang tak tahan pun membuka suaranya. ''eh kok lo bisa di hukum tadi?" tanya nya
Fina mendelik sekilas menatap arkan sebelum kembali melihat ke depan nya. ''telat masuk kelas'' jawab nya dengan singkat
''Kenapa bisa telat? tadi gue liat lo dateng nya cepet kok"
"Di kerjain sama murid di kelas, di siram pake air pel, jadi harus ganti baju dulu'' jujur nya, toh tak ada yang harus di sembunyikan, semua orang tau dia adalah bahan bullyan di sekolah, mana mungkin arkan tidak tau.
Arkan terdiam sesaat sebelum bertanya lagi, ''k-kok lo mau aja sih di bully begitu?''
''Bukan urusan lo! hidup gue emang gini! gak usah sok kasian'' balas fina lalu langsung memasuki supermarket, meninggalkan arkan yang diam di luar supermarket yang menatap punggung fina yang mulai menjauh.
Dia heran, kenapa fina mau mau saja di bully dan memilih diam, memilih untuk tidak melawan. jujur ia sering melihat fina di bully, di kantin, di kelas, di lapangan dan lain-lain oleh murid sekolah. apa orang tua nya tidak mengambil tindak hukum saat melihat anak nya pulang dengan keadaan yang sangat kacau seperti itu?
Ya! arkan mengaku, bahwa semenjak beberapa bulan ini dirinya selalu memperhatikan fina, walaupun dari jarak jauh. menyaksikan bagaimana fina yang diam ketika di tampar secara tiba-tiba di kantin, fina yang di bentak dan di jambak oleh sebagian murid dan fina yang di maki begitu saja saat sedang duduk sendirian di kantin sekolah.
''Ah sudahlah" Arkan menghela nafas nya dengan kasar, ia berjalan mendekat pada fina yang kini tengah kesusahan, berjinjit berupaya mengambil snack yang berada di rak paling atas.
''Kalo susah itu minta tolong!'' seketika tubuh fina menegang, saat merasakan ada seseorang yang berdiri tepat di belakang nya. ia melirik, orang itu arkan dengan tangan yang tepat ada di tangan fina, saking dekat nya fina bisa merasakan deru nafas akan pada pucuk kepala nya, dan harum mint dari tubuh arkan.
''Nih'' Ucap arkan menyodorkan snack yang fina inginkan tadi, dan memundurkan langkah nya menjauhi tubuh fina.
Sedangkan fina masih terdiam, jantung nya berdetak cukup kencang. dan membalikan tubuh nya menatap Arkan dengan diam.
"Jangan deket deket sama gue, nanti hidup lo rumit. Percaya deh" ucap Fina.
Setelah mengatakan itu, dia kemudian melangkah pergi ke arah rak lain yang mambuat Arkan langsung diam dengan banyak pertanyaan di benaknya.
Setelah mengambil beberapa barang yang Fina inginkan, Fina berdiri di depan kasir untuk melakukan pembayaran. Mengeluarkan dompet nya dan hanya menunggu kakak kakak kasir menghitung belanjaan nya.
Dia tidak peduli fakta bahwa ada Arkan di belakang nya yang sejak tadi juga hanya diam dengan sebuah minuman kaleng di tangan nya. Yang Fina tau, dia ingin segera pulang dan memperbaiki suasana hati nya.
Arkan terlalu cepat mengakrabkan diri kepadanya, dan Fina tidak suka orang seperti itu. Fina tidak ingin mengharapkan apa-apa pada satu orang pun lagi, terlalu lelah untuk menghadapi banyak nya sikap manusia.
"total nya tiga puluh dua ribu ya kak"
Fina menganggukkan kepala nya dan memberikan uang sejumlah yang di sebutkan tadi.
"Makasi kak" ucap nya, mengambil barang belanjaan nya tadi dan keluar dari sana dengan cepat.
Di satu sisi ada Arkan yang dengan cepat meninggalkan uang pecahan dua puluh ribu di atas meja kasir dan berkata "sisa nya ambil aja mbak, makasi" ucap nya terburu buru dan membawa minuman nya sambil menyusul Fina yang sudah berjalan duluan.
"Tunggu lah gue, buru buru amat" ucap nya sambil berlari menyamakan posisi nya dengan Fina yang berjalan itu.
"Gue udah bilang jangan deket deket sama gue, nanti ketularan sial lo" ucap Fina lagi.
Namun kali ini Arkan tidak diam, dia tetap menggelengkan kepala nya sambil menatap Fina yang jauh lebih pendek dari pada diri nya itu.
"Atas dasar apa lo nganggep kayak gitu, emang nya lo siapa?" jawab nya sedikit membuat Fina heran.
"Udah terserah lo aja, di jelasin juga gak bakalan mudeng" ujar nya.
"Lo kenapa sih selalu kek gitu? Diam terus kalo di bully, apa apa terserah, apa apa diem, semua nya lo simpen sendiri!" tatar Arkan.
Bukan tanpa dasar dia bicara seperti itu, tapi setelah beberapa bulan ini dia memperhatikan Fina, dia dapat menangkap 1 hal yang menjadi kebiasaan Fina pada semua orang. yaitu DIAM.
Ketika di bully oleh teman sekelas nya, Fina selalu diam lalu pergi untuk mengganti pakaian nya. Ketika di caci Fina selalu tersenyum lalu pergi menghindari nya.
semua yang Fina lakukan hanya diam, diam dan diam.
"Gapapa, gak suka aja liat orang ikut campur sama urusan gue" jawab nya.
"Lagi pula males berurusan sama orang orang kek gitu, selesai SMA aja gua udah syukur banget masih di biayain orang tua" jawab nya lagi.
"Lo gak ngadu sama orang tua lo?" tanya Arkan penasaran.
Fina terkekeh kecil, lalu menggelengkan kepala nya. "Sana lo pulang, gua udah deket rumah gua. Bye" ucap nya lagi, lalu berjalan beberapa meter dan memasuki pagar rumah nya meninggalkan Arkan yang lagi lagi diam.
Arkan menghembuskan nafas nya dengan berat. Lagi lagi dia di tinggalkan oleh Fina untuk kesekian kali nya dalam waktu beberapa menit ini.
apakah Fina memang suka meninggalkan orang begitu saja seperti ini??
Membuat Arkan malah makin bertanya tanya tentang gadis bertubuh kecil itu. Melihat Fina yang sudah masuk ke dalam rumah nya, mau tak mau Arkan pun perlahan memundurkan langkah nya dan memutar balikkan badan nya untuk berjalan ke lain arah.
"Gua jadi tertarik masuk ke dalam kehidupan lo Amora" ucap nya sambil terkekeh membayangkan wajah Fina.
■■■■■
21.00 WIB
Fina menutup buku pelajaran nya sambil menghela nafas nya dengan pelan. "akhirnya selesai juga" ucap nya.
Dia berdiri sambil mengambil botol minum yang dia letak di nakas samping kasur nya, meneguk air yang sisa setengah itu dengan ganas. Mengerjakan tugas matematika memang selalu menguras tenaga dan menjadi tanggung jawab yang begitu melelahkan. Fina juga termasuk orang yang paling malas untuk mengerjakan tugas matematika.
Melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul 9 malam, Fina kembali meletakkan botol minum nya di atas nakas dan kembali beralih ke meja belajar, membereskan semua buku buku yang sudah dia kerjakan tadi dan memasukkan nya ke dalam tas sekolah. Beberapa barang yang sempat berantakan pun kembali dia rapikan lagi sehingga meja belajar nya itu bersih.
Fina mengambil Hp nya, lalu membaringkan tubuh nya di atas kasur. Sedikit memberi ruang untuk diri nya bersantai setelah mengerjakan tugas matematika yang berat itu.
Fina menatap sosial media nya, melihat beberapa orang yang tampak tersenyum cerah dengan teman temen nya. Fina tersenyum miris, mengharapkan hal seperti itu datang kedalam kehidupan nya adalah hal mustahil bukan?
Fina bahkan tidak punya teman satupun di hidup nya.
Menghela nafas nya lagi, Fina akhirnya memilih untuk menutup sosial media nya. melempar ponsel nya begitu saja dengan pelan, lalu menatap langit langit kamar nya dengan pikiran yang mulai berkecamuk.
Mulai mempertanyakan banyak hal yang terjadi di dalam hidup nya.
Fina berpikir apa yang ada di masa depan sana sampai membuat nya di uji sebegitunya oleh tuhan. Fina penasaran apa yang Tuhan sediakan untuk nya di depan sana.
BRAKK!!
“DASAR ANAK GAK GUNA!! KERJAAN MU ITU APASIH??! HAH??”
Seketika Fina langsung berdiri dengan keterkejutannya menatap ke arah pintu kamar yang baru saja dibuka dengan kasar. Dan mendengarkan teriakan perempuan yang menatap nyalang ke arah nya.
“Iya ma? Kenapa?” tanya Fina, Meskipun dalam hatinya sekarang tengah takut mendapatkan amukan lagi dari mama nya itu.
“Fina baru aja selesai ngerjain tugas sekolah ma,” lanjut Fina memberikan pernyataan. Mana tahu kalimat itu bisa meredamkan amarah mama nya yang Fina pun juga tidak tahu apa yang membuat mamanya marah sekarang.
"UDAH DI BILANG KERJAAN DI RUMAH TU SELESAIKAN! MAIN HP AJA TERUS. GAK GUNA BANGET JADI ANAK! MATI AJA SANA!!"
Setelah mengatakan itu, mama Fina langsung pergi dengan emosi yang memuncak meninggalkan Fina yang terdiam seribu bahasa.
Apa salah nya? Perasaan semua pekerjaan rumah sudah selesai dia bereskan hari ini setelah pulang sekolah. Apa lagi yang membuat mama nya marah hingga memaki nya lagi??
Fina kembali menghela nafas nya, berjalan untuk menutup pintu kamarnya lagi, lalu mengunci nya. Fina menyenderkan tubuh nya ke pintu dengan rasa sakit di dada nya, seharusnya dia sudah terbiasa mendengar ucapan seperti itu. Tapi kenapa rasa nya begitu sakit setiap kali mama nya mengatakan hal seperti itu??
Seandainya Fina bisa mati, dia pun akan lebih memilih mati.
"Sakitt ma.." ringis nya, memegang dada nya yang terasa begitu sesak. dia menangis tanpa suara, dan mencoba menenangkan diri nya sendiri sambil memejamkan mata nya.
"Seandainya aku bisa mati malam ini..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!