NovelToon NovelToon

Secret Murder

The Master Chef

Leonardo seorang kitchen crew bekerja di sebuah restoran terkenal yang menjadi impian semua juru masak.

Berada di tempat yang diinginkan menjadikan Leonardo muda sangat bersemangat melakukan tugasnya.

Leonardo bekerja dengan sangat baik dan disukai oleh banyak teman.

Di tempat barunya ini Leonardo tidak hanya menemukan jalan untuk merintis karirnya. Tapi juga bertemu dengan seseorang yang setiap hari menyenangkan hatinya.

Seorang Sous Chef yang juga tertarik dengan Leonardo yang masih muda dan tampan.

Mereka berdua pun berkenalan dan semakin dekat. Benih-benih cinta mulai tumbuh diantara atasan dan bawahan.

Carolina nama perempuan yang berhasil meluluhkan gejolak hati pekerja baru yang juga dilirik banyak pegawai lainnya.

Leonardo lebih memilih Carolina yang berusia sedikit lebih tua darinya.

Tidak butuh waktu yang lama keduanya pun memutuskan untuk tinggal bersama. Dan hubungan mereka semakin dekat dan lebih serius.

Carolina sendiri sudah lebih dari lima tahun bekerja di restoran berbintang yang setiap hari mejanya selalu penuh.

Leonardo yang baru beberapa bulan diterima di restoran itu tidak banyak tahu tentang masa lalu kekasihnya.

Sampai pada suatu hari Leonardo dikejutkan dengan sebuah pemandangan yang mematahkan hatinya.

Benjamin sang pemilik restoran berbintang tempat Leonardo dan Carolina bekerja.

Bak tersambar petir ketika Benjamin tiba-tiba masuk ke dapur lalu mencium Carolina yang sedang membuat sup.

Di depan semua orang. Dan satu-satunya orang yang terkejut akan hal itu adalah Leonardo.

Para chef yang sudah bekerja lama di tempat itu sama sekali tidak menghiraukan apa yang dilakukan oleh Carolina dengan bos tempat mereka bekerja.

Carolina sebenarnya sudah mengelak ketika kali ini Benjamin hendak memeluknya dari belakang.

"Apa kamu buta?",

"Aku sedang bekerja",

Tapi Carolina tidak bisa melepaskannya.

"Aku sudah memikirkannya",

"Mari kita baikan dan kali ini aku akan sangat serius tentang hubungan kita", ujar Benjamin.

Melihat peristiwa itu terjadi di depan matanya Leonardo sangat marah sekaligus ada kesedihan di dalam hatinya.

Seperti tertusuk pisau yang sedang ia gunakan untuk mengiris bawang bombai tepat di jantungnya.

Leonardo seperti manusia terbodoh di dunia.

Tapi Leonardo tetap bersikap profesional dan meneruskan pekerjaannya.

Carolina sama sekali tidak melihat ke arah Leonardo saat itu terjadi. Selama Benjamin berada di dapur.

Ketika Benjamin sudah keluar Leonardo sengaja menjatuhkan panci yang sedang ia cuci sampai terdengar bunyi yang nyaring.

Leonardo benar-benar kesal.

Carolina mengajak Leonardo keluar.

"Dengarkan baik-baik",

"Aku dan Benjamin sudah tidak ada apa-apa lagi",

"Barusan aku sama sekali tidak menduga dia akan datang",

"Aku harus menjaga keadaan dapur tetap tenang",

"Aku harus bersikap profesional",

"Sekarang mari kita masuk dan lanjut bekerja",

"Kita bicarakan nanti setelah kita pulang",

Leonardo sama sekali tidak berkata-kata.

Leonardo mencium Carolina sebelum mereka kembali masuk ke dapur.

Setelah kejadian itu hubungan Leonardo dengan Carolina perlahan-lahan mulai dingin dan merenggang.

Sedangkan Benjamin yang sempat jarang berkunjung ke restoran miliknya kembali sering muncul.

Carolina bercerita kepada Leonardo. Satu minggu sebelum Leonardo diterima bekerja di sana Carolina dan Benjamin baru saja putus.

Leonardo dan Carolina tidak lagi tinggal bersama. Mereka memutuskan untuk memberi waktu kepada hubungan mereka yang sedang kurang berjalan baik.

"Dimana Carolina?",

"Apa kamu belum tahu?",

"Dia sudah mengundurkan diri",

Leonardo yang datang ke tempat bekerja seperti biasa dikejutkan dengan tidak adanya Carolina di sana.

Kata teman-temannya Carolina sudah keluar. Mengundurkan diri.

Sepulang bekerja Leonardo langsung pergi ke apartemen Carolina.

"Oh... boy",

"Dia baru tadi pagi pindah dari sini",

"Apa dia bilang mau pindah kemana?",

"Dia tampak sedih tapi dia tidak mengatakan apa-apa",

Leonardo kehilangan Carolina.

Setelah hari ini Leonardo tidak pernah bisa menghubungi Carolina lagi. Bahkan sekeras apapun usahanya.

Baru beberapa pekan berlalu. Selimut kegalauan masih mendekap Leonardo sampai di tempat kerja. Leonardo masih memikirkan Carolina.

Saat hendak meninggalkan restoran untuk pulang. Leonardo dipanggil oleh Eksekutif Chef.

"Leo ke ruangan ku sebentar",

Leonardo mengikuti. Belum juga ia sempat duduk.

"Ini ambil lah ada undangan untuk mu",

"Untukku Chef?",

"Ya untukmu",

Leonardo sedikit kaget karena design undangan itu tampak mewah sekali.

"Carolina akan menikah dengan Benjamin",

"Kamu masih mengingatnya bukan?",

"Ya tentu saja",

Dari kepala chef itu juga akhirnya Leonardo tahu. Sebelumnya Carolina dan Benjamin memang sempat bertunangan.

Leonardo tidak datang menghadiri undangan resepsi pernikahan Carolina dan Benjamin.

Bahkan beberapa hari setelahnya Leonardo memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat impiannya itu.

15 Tahun Kemudian

Pasangan Benjamin dan Carolina mengadakan sebuah pesta perjamuan untuk keluarga besar dan teman-teman mereka.

Perayaan itu diselenggarakan untuk merayakan keberhasilan Benjamin yang baru saja terpilih menjadi seorang anggota kongres.

Karir Benjamin naik begitu cepat begitu ia menikah dengan Carolina. Sekarang pasangan serasi itu sudah dikaruniai dua orang anak yang tampan dan cantik.

Untuk memeriahkan malam pertemuan yang istimewa ini Benjamin dan Carolina memilih tempat yang juga istimewa.

Hotel berbintang lima dengan restoran berbintang yang sedang naik daun.

Kebetulan sekali bagi Benjamin dan Carolina. Eksekutif Chef di tempat yang mereka sewa malam ini adalah mantan karyawan dan bawahan mereka berdua dulu.

Leonardo sekarang sudah menjadi seorang Eksekutif Chef. Menjadi salah satu yang paling berpengaruh di bidangnya pada masa sekarang ini.

Lima belas tahun bukan waktu yang sebentar untuk meniti karir. Dibutuhkan ketekunan dan kerja keras yang tahan banting. Serta bertahan dan bertarung dalam kerasnya persaingan.

Leonardo sudah sampai di titik puncak yang membahagiakan ini. Usahanya tidak pernah mengkhianati.

Waktu tahu beberapa hari yang lalu ketika dihubungi untuk membuat menu spesial dalam acara perayaan Benjamin dan Carolina. Leonardo menjadi tambah lebih bersemangat.

Leonardo juga ingin bertemu dengan mereka berdua. Khususnya Carolina.

"Carolina",

"Apa semuanya sudah siap chef?"

"Aku dulu juga seorang chef pastikan kamu benar-benar memasaknya",

Carolina sama sekali tidak lagi mengenali Leonardo.

"Bagaimana kabarmu Carolina?",

"Maaf apa aku mengenalmu chef?",

"Ini aku Leo",

"Oh my God Leonardo",

Carolina tanpa ragu memeluk Leonardo. Tidak juga bisa ditahan Carolina meneteskan tangis meski hanya sedikit.

"Maafkan aku Leo",

"Aku harap kamu sekarang dalam keadaan yang baik",

"Lihatlah dirimu Leo",

"Kamu sekarang sudah menjadi seorang master chef",

"Kamu harus bangga kepada dirimu sendiri Leonardo",

"Bagaimana kabarmu sekarang?",

"Apakah kamu sudah menikah?",

"Berapa anakmu?",

"Carolina",

"Oh... sudah dulu Leo",

"Benjamin memanggilku",

Leonardo belum sempat menjawab. Tapi Carolina masih seperti lima belas tahun yang lalu. Tidak bisa dipotong jika sudah mulai berbicara di depan Leonardo.

Malam ini akan menjadi untuk yang terakhir kalinya Leonardo melihat Carolina dan Benjamin.

Leonardo belum sempat menjawab. Sampai sekarang ia masih belum menikah. Carolina adalah jatuh cinta dan patah hatinya yang terdalam.

Semua orang yang menikmati masakan yang lezat dari Leonardo malam ini tidak akan selamat. Termasuk Carolina dan Benjamin.

Paling tidak mereka akan masih tetap hidup barang sebentar. Tapi hanya untuk menunggu ajal bersama serangan yang sangat mematikan.

Beberapa jam setelah Leonardo mengetahui bahwa ia akan memasak untuk Carolina dan Benjamin. Leonardo menghubungi adik perempuannya.

Saudara perempuan Leonardo itu sudah lama bekerja di taman nasional.

"Apa yang bisa aku bantu Leonardo?",

"Apa kamu masih ingat dengan Carolina?",

"Apa jalang itu masih hidup?",

"Aku minta katak panah beracun yang banyak",

Semua menu masakan pada malam hari ini sudah dicampur dengan katak panah beracun.

Racun yang terkandung dalam kulit seekor katak panah beracun emas dapat membunuh 10.000 tikus, antara 10 sampai 20 manusia dewasa, atau dua gajah .

Racun yang dikeluarkan mencegah saraf untuk berkontraksi, menyebabkan otot terus berkontraksi dan mengakibatkan gagal jantung.

Mencari Shoshana

Bermodalkan foto ukuran 4R terbaru. Fransiska mencari Shoshana.

Adik perempuan satu-satunya yang sudah tidak pulang selama tiga hari.

Fransiska dan Shoshana tinggal bersama nenek mereka. Kedua orang tua mereka sudah tidak ada.

Fransiska yang lebih tua bekerja bersama neneknya membuka kedai seafood. Shoshana juga membantu berjualan di malam hari setelah pelajar itu menyelesaikan tugas sekolahnya.

Tiga hari yang lalu Shoshana yang baru berusia enam belas tahun meminta izin untuk pergi ke kota besar. Shoshana ingin mengikuti audisi kontes pencarian bakat khusus pelajar yang diselenggarakan oleh stasiun televisi.

"Memangnya kamu mau menampilkan apa?",

"Tentu saja aku akan menjadi model aku cantik dan berbakat",

"Sebaiknya kamu melupakannya Shoshana",

Fransiska tampak tidak percaya dengan kemauan adiknya yang ingin menjadi seorang bintang.

Walaupun begitu Shoshana tetap dibolehkan untuk pergi. Fransiska melihatnya sebagai waktu untuk bersenang-senang dan jalan-jalan. Momennya pas karena sedang libur sekolah.

"Dengan siapa kamu akan pergi?",

"Aku akan pergi bersama Janice",

"Apa Janice juga akan ikut audisi?",

"Tentu saja kami berdua akan sama-sama menjadi model",

Fransiska melihatnya lebih tidak masuk akal lagi. Ia tahu adik dan temannya yang bernama Janice itu sama-sama tidak berbakat untuk menjadi seorang model. Setidaknya itulah yang terlihat di mata sang kakak.

Tidak ada salahnya mencoba hal baru ya disukai. Kesempatan mereka mumpung masih muda untuk menimbun pengalaman.

Fransiska dan neneknya tetap mendukung Shoshana dengan memberikan uang saku yang lebih.

"Berhati-hatilah di kota besar",

"Jangan mudah percaya bujukan orang yang tidak dikenal",

"Setelah acaranya selesai segeralah pulang dan bantu-bantu kami di kedai",

"Kamu tahu sendiri waktu liburan kedai menjadi lebih ramai",

Fransiska menceramahi adiknya sebelum berangkat.

"Tenang saja aku di sana cuma dua hari",

"Begitu acaranya selesai aku pasti langsung pulang",

Shoshana berangkat ke kota besar. Di pagi hari yang begitu cerah.

Shoshana terlebih dahulu ke rumah Janice teman baiknya untuk menjemputnya.

Tiga hari kemudian. Shoshana belum juga pulang sampai rumah.

"Apa kamu sudah menghubunginya?",

"Sudah tapi tidak dibalas",

"Aku telpon juga tidak diangkat",

"Coba kamu pergi ke rumah Janice",

Benar kata nenek. Fransiska mendatangi rumah Janice untuk menanyakan keberadaan Shoshana. Siapa tahu mereka berdua sudah pulang dan menginap di rumah Janice.

Fransiska terkejut begitu sampai di rumah teman adiknya itu. Ternyata Janice yang membukakan pintu.

"Fransiska?",

"Janice kamu dan Shoshana sudah pulang?",

"Aku tidak jadi berangkat untuk mengikuti audisi",

Pengakuan Janice membuat Fransiska benar-benar kaget.

Ternyata Janice tiga hari yang lalu tidak jadi berangkat ke kota besar karena sedang tidak enak badan.

"Tiga hari yang lalu aku demam tinggi",

Shoshana pergi ke kota besar untuk audisi sendirian.

"Apakah Shoshana belum pulang Fransiska?",

"Shoshana belum pulang",

Setelah mengetahui bahwa Shoshana hanya pergi sendiri ke kota besar dan sampai sekarang belum juga pulang. Fransiska hari ini juga menyusul ke kota besar.

Fransiska sangat khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa adiknya. Terlebih Shoshana belum bisa dihubungi.

"Bagaimana kalau aku ikut?",

"Nenek di rumah saja",

"Biar aku yang menjemput Shoshana",

"Kami akan pulang sebelum malam",

Begitulah Fransiska menenangkan kegelisahan neneknya.

Di pagi hari yang mendung itu Fransiska berangkat ke kota besar untuk mencari Shoshana.

Perjalanan dari tempat tinggal Fransiska ke kota besar tidak terlalu jauh. Tidak sampai tengah hari Fransiska sudah sampai di kota besar.

Begitu turun Fransiska langsung pergi ke gedung tempat audisi kontes pencarian bakat kemarin dilangsungkan.

Bermodalkan foto ukuran 4R terbaru. Fransiska mencari Shoshana.

Adik perempuan satu-satunya yang sudah tidak pulang selama tiga hari.

Fransiska menghubungi pihak penyelenggara.

Meski harus menunggu lama. Perwakilan panitia dan pihak keamanan akhirnya datang menemui Fransiska untuk membantu. Hasilnya sungguh mengejutkan.

Nama Shoshana memang terdaftar sebagai peserta audisi kontes pencarian bakat dalam kategori model. Tapi tiga hari yang lalu Shoshana tidak pernah datang ke gedung ini.

Pihak keamanan juga membuktikannya kepada Fransiska dengan memperlihatkan rekaman kamera pengawas tiga hari yang lalu. Tidak ada Shoshana.

"Sudah tiga hari adik kamu tidak pulang",

"Sebaiknya kamu melaporkannya ke pihak yang berwenang",

Fransiska pergi ke kantor petugas terdekat untuk membuat laporan orang hilang.

Di kantor petugas laporan Fransiska segera ditindaklanjuti. Seorang detektif yang bernama Vincent yang akan membantu proses pencarian Shoshana. Detektif berpengalaman khusus pencarian dan penyelidikan orang hilang.

Ponsel Shoshana masih aktif. Masih bisa dihubungi. Namun telpon dan pesan dari Fransiska tidak direspon. Detektif Vincent akan memulainya dari sana.

Detektif Vincent dengan bantuan tim penyelidik siber melacak keberadaan ponsel Shoshana.

Lokasi ponsel Shoshana berada di area terminal. Detektif Vincent bersama Fransiska langsung pergi ke sana.

Ternyata ponsel Shoshana berada di sebuah toko ponsel yang berada di dekat terminal.

"Darimana kamu mendapatkan ponsel ini?",

"Kemarin anakku yang menemukannya di pinggir jalan",

"Aku tidak tahu password untuk membukanya",

Pemilik toko ponsel itu memberikan kesaksian.

"Aku akan membawa ponsel ini sebagai barang bukti",

"Apa kamu pernah melihat perempuan muda ini?",

"Tidak pernah",

Detektif Vincent menunjukkan lencananya sebagai seorang petugas yang berwenang.

Fransiska yang mengetahui kode sandi ponsel milik Shoshana membukanya. Tapi tidak ditemukan petunjuk mengenai keberadaan Shoshana sekarang.

Anak pemilik toko ponsel membawa Detektif Vincent dan Fransiska ke tempat ponsel itu ditemukan.

Detektif Vincent memeriksa rekaman kamera pengawas tiga hari yang lalu. Hari dimana Shoshana pertama kali menginjakkan kaki di kota besar untuk mengikuti audisi.

Tidak ada sama sekali rekaman video yang menunjukkan kedatangan Shoshana dari tiga hari yang lalu.

Semua sudut pemberhentian kendaraan besar sudah diperiksa. Tidak ada kemunculan Shoshana.

Ketika Fransiska menunjukkan foto terbaru Shoshana yang digunakan untuk mendaftar audisi. Orang-orang di kota besar tidak ada satupun yang mengenalinya atau melihatnya baru-baru ini.

Detektif Vincent menyampaikan hasil penyelidikannya sejauh ini kepada Fransiska.

"Shoshana tidak pernah sampai di kota besar",

"Biarkan aku melihat ponsel Shoshana sekali lagi",

Detektif Vincent memeriksa isi ponsel Shoshana sekali lagi. Ia melihat foto-foto Shoshana yang ada di galeri.

"Siapa perempuan di foto ini?",

"Namanya Janice dia adalah teman adikku",

"Seharusnya Shoshana pergi bersama Janice tiga hari yang lalu",

"Apa kamu sudah menemui Janice Fransiska?"

"Ya aku sudah menemui Janice katanya dia tidak jadi berangkat karena sakit demam",

Detektif Vincent menaruh curiga. Ia kembali memeriksa rekaman kamera pengawas yang ada di terminal dan pinggir jalan tempat ponsel Shoshana ditemukan.

Detektif Vincent mendapatkan sebuah petunjuk. Ia pun langsung memberitahukannya kepada Fransiska.

"Apa kamu melihatnya Fransiska?",

"Siapa?",

"Janice?",

"Aku tidak melihat Janice diantar orang-orang itu",

"Bukan tapi lihatlah laki-laki itu?",

"Aku tidak mengenalinya",

"Lihatlah baik-baik",

Detektif Vincent menunjukkan kepada Fransiska kesamaan antara foto Janice yang ada di ponsel Shoshana dengan laki-laki yang terekam di video kamera pengawas.

"Anda benar Detektif Vincent",

"Janice dan laki-laki itu memakai jaket yang sama",

"Jaket berwarna emas berkerah hitam",

Tapi wajah laki-laki itu tidak kelihatan karena ia sengaja selalu menunduk.

Detektif Vincent kemudian menjelaskan detail yang lain yang mendukung kecurigaannya. Kendaraan umum yang menurunkan laki-laki berjaket emas dengan kerah hitam itu satu arah kedatangan dengan kendaraan yang seharusnya dinaiki oleh Shoshana di hari itu jika jadi berangkat ke kota besar untuk mengikuti audisi. Jamnya pun di rentang waktu yang sama.

Ketika berada di pinggir jalan tempat dimana ponsel Shoshana ditemukan. Laki-laki berjaket emas dengan kerah hitam itu juga ada di sana. Tapi tidak terlihat jelas jika laki-laki itu membuang ponsel milik Shoshana karena di rekaman kamera pengawas laki-laki itu berjalan diantara kerumunan orang-orang.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Detektif?",

"Kita harus segera kembali menemui Janice",

Fransiska menjadi penunjuk jalan Detektif Vincent untuk ke rumah Janice. Perjalanan mereka menjadi lebih cepat karena menaiki mobil petugas dengan sirine yang terus menyala.

Sampai di depan rumah Janice.

"Kamu tidak perlu ikut masuk tunggu di mobil biar aku sendiri yang menemui Janice",

Detektif Vincent meminta Fransiska untuk menunggu di mobil petugas.

"Kenapa?",

"Dia akan gugup jika kamu ikut masuk bersamaku",

"Ting tong",

Detektif Vincent sendirian bertamu ke rumah Janice.

"Selamat sore ada yang bisa aku bantu?",

Janice sendiri yang membukakan pintu.

"Selamat sore nona apa orang tua mu ada?",

"Orang tua ku sedang pergi keluar kota untuk bekerja",

"Kalau begitu kebetulan sekali aku ada perlu dengan mu nona Janice",

"Maaf tapi siapa anda... ?",

"Aku Detektif Vincent dari kota besar ada yang ingin aku tanyakan padamu",

Janice menyuruh petugas itu masuk. Dan sangat kebetulan di sore hari itu Janice memakai jaket berwarna emas dengan kerah hitam.

"Aku ingin menanyakan tentang Shoshana?",

"Aku dengar kamu adalah teman baiknya",

"Ya kemarin seharusnya aku dan Shoshana pergi ke kota besar untuk mengikuti audisi",

"Apa sesuatu terjadi dengan Shoshana?",

"Kami masih belum bisa memastikan",

"Kami sedang bekerja",

"Kami menerima laporan orang hilang",

"Shoshana sampai sekarang masih belum ditemukan",

"Apa yang bisa aku bantu tuan detektif?",

"Aku sudah melakukan pencarian di kota besar",

"Aku sudah menyelidikinya tapi Shoshana tiga hari yang lalu tidak benar-benar berangkat ke kota besar",

"Apakah waktu itu ketika Shoshana datang untuk menjemputmu dia menyampaikan sesuatu?",

"Apakah kamu melihat Shoshana punya gelagat yang tidak biasa di hari itu?",

"Aku rasa sama sekali tidak tuan detektif hari itu Shoshana terlihat normal",

"Tiga hari yang lalu apakah kamu masih ingat pakaian yang dipakai oleh Shoshana?",

"Ya tentu saja",

"Shoshana memakai celana jeans ketat berwarna biru, sneaker putih, tas hitam dan jaket putih",

"Boleh aku menumpang ke toilet nona Janice?",

"Ya silahkan tuan detektif",

Detektif Vincent melihat foto Janice dengan pacarnya. Laki-laki yang sama yang terlihat di rekaman video kamera pengawas di kota besar. Yang memakai jaket berwarna emas dengan kerah hitam seperti yang sedang dipakai oleh Janice sekarang.

Detektif Vincent tidak menaruh curiga kepada Janice. Karena Janice sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan.

"Siap dia?",

Detektif Vincent kembali dari kamar mandi.

"Dia adalah pacarku",

Janice menunjuk pada foto mereka berdua yang ditempel di kulkas.

"Apa kalian sudah lama pacaran?",

"Hampir satu tahun",

Detektif Vincent pamit. Janice tidak terlibat dalam kasus hilangnya Shoshana. Dia benar-benar tidak tahu sama sekali.

"Bagaimana detektif?",

"Janice tidak tahu apa-apa",

"Apa kamu mengenal siapa orang ini?",

"Ya aku mengenalnya namanya Marty dia adalah orang sini juga",

"Apakah kamu tahu jika dia berpacaran dengan Janice?",

"Tidak",

Detektif Vincent memfoto foto Janice dengan pacarnya yang ditempel di kulkas. Dalam foto itu Janice dan pacarnya yang bernama Marty memakai pakaian yang sama. Jaket berwarna emas dengan kerah hitam.

Fransiska juga mengenal Marty. Malahan mereka berdua adalah teman satu angkatan.

"Oh my God",

Dalam perjalanan ke rumah Marty tiba-tiba Fransiska menangis.

"Kenapa Fransiska?",

"Apa kamu mengetahui sesuatu?",

"Shoshana pernah bercerita kepadaku beberapa bulan yang lalu bahwa ia pernah menolak Marty",

"Shoshana sampai memblokir nomor Marty karena Marty terus mengusiknya",

Tiba di rumah Marty.

"Kamu tunggu di dalam mobil Fransiska",

"Mungkin ini akan berbahaya",

..

Tidak berbunyi. Bel di rumah Marty sudah rusak.

Marty tinggal sendirian di rumah kecilnya. Setiap hari Marty bekerja di toko hewan. Itu artinya Marty malam ini seharusnya sudah pulang dan berada di rumah.

Ternyata rumah Marty tidak dikunci. Detektif Vincent pun masuk ke dalam rumah Marty tanpa perlu permisi.

Rumah Marty benar-benar berantakan. Di ruang tamu berserakan wadah bekas makanan dan kaleng minuman.

Detektif Vincent masuk lebih dalam.

"Marty... Apa kamu berada di rumah?",

Di dapur baunya sangat menyengat. Kulkasnya terbuka dan di dalamnya ada ikan yang sudah berair.

Kamar mandinya kotor. Lantainya berkerak kuning. Tanda tidak dibersihkan.

Tapi dimana pemilik rumah ini? Dimana Marty?

"Marty... Apa kamu berada di dalam?",

Detektif Vincent mau masuk ke dalam kamar Marty. Pintunya tertutup tapi tidak dikunci.

Begitu pintunya dibuka tercium bau yang sangat wangi. Bau pengharum ruangan yang sangat dominan.

Di atas tempat tidur ada seorang perempuan yang terbaring. Perempuan itu tidak merespon sama sekali ketika detektif Vincent masuk ke dalam kamar.

Perempuan itu tidak sadarkan diri. Seluruh tubuhnya diberi pengharum ruangan. Tidak hanya tubuhnya tapi juga seisi ruangan.

Seorang perempuan itu adalah Shoshana yang sudah meninggal. Detektif Vincent yakin setelah memeriksa tubuh yang sudah tidak bernyawa itu dari dekat.

Detektif Vincent segera memanggil tim forensik. Dan melaporkan kaburnya tersangka utama yang bernama Marty.

Dua hari berikutnya Marty berhasil ditangkap di kota yang jauh. Tersangka hendak kabur ke luar negeri dengan menaiki kapal feri.

Shoshana tidak pernah berangkat ke kota besar untuk mengikuti audisi kontes pencarian bakat di kategori model.

Dalam perjalanan setelah dari rumah Janice Shoshana tidak sengaja berpapasan dengan Marty.

Marty sebenarnya mau menjenguk pacarnya Janice yang sedang sakit demam sebelum berangkat kerja ke toko hewan. Tapi di tengah perjalanan bertemu dengan Shoshana yang pagi itu berdandan sangat cantik.

Marty kemudian membuat Shoshana menjadi tidak nyaman dengan mengungkit hubungan mereka berdua. Dimana Shoshana sudah menolak Marty dan memblokir nomornya.

Shoshana terus berjalan meninggalkan Marty. Karena tidak tahan dengan sikap Marty yang mulai bermain kasar dengan tangannya.

Marty tidak jadi pergi ke rumah Janice. Marty diam-diam mengikuti Shoshana.

Ketika berada di tempat yang sepi Marty menangkap Shoshana. Membuat Shoshana tidak sadarkan diri dengan memukulnya. Lalu membawa Shoshana pulang ke rumah Marty.

Marty membawa Shoshana masuk ke dalam kamarnya. Marty berniat melakukan perbuatan yang tidak senonoh kepada Shoshana begitu perempuan yang sudah dari lama disukainya itu terbangun.

Tapi Marty justru kalang kabut setelah mengetahui Shoshana sudah tidak lagi bernafas.

Rupanya pukulan Marty di kepala bagian belakang Shoshana berakibat fatal. Sampai Shoshana meninggal.

Marty pergi ke kota besar untuk membuat sebuah alibi. Marty membuang ponsel Shoshana begitu sampai di kota besar.

Marty kemudian pulang dan menghubungi toko hewan tempatnya bekerja. Marty beralasan sedang tidak enak badan sehingga tidak masuk kerja.

Selama dua malam Marty tidur bersama mayat Shoshana.

Di hari yang ketiga Marty membeli pengharum ruangan yang banyak untuk menyamarkan bau mayat Shoshana.

Marty memilih kabur ke kota yang jauh dan berencana untuk melarikan diri keluar negeri.

Marty panik ketika pacarnya Janice memberi tahu kepadanya bahwa Fransiska sedang mencari Shoshana adiknya yang masih belum pulang sampai rumah setelah pergi selama tiga hari lamanya.

Saksi Mata

"Kami percaya padamu Roger",

"Aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik",

Roger baru saja keluar dari ruangan atasannya tuan Barnie.

Roger menerima sebuah tugas yang tidak biasa.

Roger seorang karyawan senior ditugaskan untuk melakukan peninjauan terhadap pembangunan pabrik baru yang berada di wilayah pedalaman hutan.

Roger bekerja di sebuah perusahaan batuan mineral. Roger sudah mengabdi selama lebih dari dua puluh tahun. Dan selama itu Roger tidak pernah keluar dari kantor pusat tempatnya bekerja apalagi ditugaskan di lapangan.

Perusahaan batuan mineral ini sudah memiliki anak perusahaan di berbagai belahan dunia. Pabrik operasional mereka ada di seluruh wilayah subur tempat batuan mineral berpotensi menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan tidak terputus.

Setelah lama tidak membuka pabrik operasional baru. Beberapa bulan lalu perusahaan telah memenangkan kesepakatan untuk membuka pabrik operasional yang baru lagi di lokasi yang sangat menjanjikan.

Dengan dibangunnya pabrik operasional yang baru ini menjadikan perusahaan batuan mineral tempat Roger bekerja resmi mempunyai genap sepuluh anak perusahaan di seluruh dunia.

Karena tidak mau ada kesalahan yang fatal. Untuk menghindari terjadi hal yang buruk. Maka perusahaan menunjuk seorang karyawan berpengalaman untuk mengawal proses pembangunan pabrik operasional yang baru ini. Yang dilakukan secara berkala dan bergantian.

Minggu depan giliran Roger yang harus berangkat untuk melakukan pengawasan dan melakukan penilaian terhadap perkembangan pembangunan pabrik operasional yang baru.

Mau tak mau Roger harus siap berangkat. Bukan tentang pekerjaannya yang menjadi kendala. Tapi harus jauh dari keluarga adalah tantangan yang berat. Terlebih bagi Roger yang baru dikaruniai anak kedua yang masih kecil baru berusia satu tahun. Sedang lucu-lucunya.

Meskipun hanya lima hari kerja tapi tetap saja berada di tempat yang jauh dari anak dan istri adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh siapapun. Tidak hanya jauh karena tempatnya terletak di beda negara. Tapi kata mereka di tempat pabrik operasional yang baru itu juga susah sinyal. Inilah yang menjadi kekhawatiran Roger yang jadi tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya setiap hari.

"Peluk dan cium ayah",

"Ayah kapan pulang?",

"Ayah hanya pergi sebentar hari minggu ayah sudah sampai rumah lagi",

"Jaga ibu baik-baik",

Roger berpamitan dengan anak pertamanya. Gadis lima tahun yang begitu mirip perangainya dengannya.

"Aku berangkat dulu",

"Aku akan mengusahakan untuk tetap menghubungi kalian",

"Jaga anak-anak baik-baik",

Pamit Roger kepada istrinya ibu dari anak-anak Roger.

Roger mencium anak keduanya yang sudah lelap tertidur.

Malam ini Roger berangkat ke bandara diantar oleh sopir perusahaan. Roger melarang anak dan istrinya untuk menemaninya ke bandara karena hari sudah malam.

Perjalanan selama kurang lebih enam belas jam dinikmati oleh Roger. Baru kali ini Roger bepergian sangat jauh tapi tidak untuk liburan.

Berangkat dari rumah hari Sabtu sampai di bandara tempat tujuan pada hari Minggu di siang hari.

ROGER

Dengan membawa papan nama bertuliskan tuan Roger. Seorang sopir perusahaan sudah siap menjemput Roger begitu turun di bandara.

"Tuan Roger?",

"Ya aku Roger",

"Mari ikut saya tuan Roger",

"Saya sopir dari perusahaan batuan mineral yang akan mengantar tuan Roger sampai ke pabrik yang baru",

"Berapa lama sampai ke sana?",

"Kira-kira lima jam tuan Roger",

Menaiki sebuah minivan yang sudah cukup tua. Roger mulai beradaptasi dengan lingkungan yang akan ditinggalinya selama beberapa hari ke depan.

Roger mulai menyukainya. Dimulai dengan sopir yang bersikap ramah dan mudah diajak bicara. Suasana yang asri. Pemandangan yang serba hijau dan lebat. Udara yang masih bersih.

Namun setelah cukup lama mobil melaju. Ketika Roger memasuki kawasan hutan yang lebih dalam. Terasa hawanya berbeda.

Berubah dari yang tadinya menenangkan. Menjadi lebih gelap dan menegangkan.

"Sebentar lagi kita sampai pabrik tuan Roger",

Baru saja sopir itu bilang seperti demikian. Mendadak mobil direm sampai berhenti.

"Kenapa kamu berhenti?",

Mereka berhenti di tengah jalan.

"Sebentar ada yang mau menyeberang",

Roger pun melihatnya ke depan.

Di depan sana ada kawanan mongoose yang sedang menyeberang.

"Apakah di hutan ini juga ada binatang buas?",

"Di hutan ini banyak binatang buasnya tuan Roger",

"Tapi tidak perlu khawatir karena mereka menjauh dari manusia",

"Siapa mereka?",

"Apakah ada pemukiman di sekitar sini?",

Setelah melihat kawanan mongoose atau garangan menyeberang. Roger melihat ada beberapa orang yang juga ikut menyeberang.

"Oh..."

"Mereka adalah orang-orang dari pemukiman yang jauh yang sedang mencari kayu bakar di dalam hutan",

Sopir yang ditugaskan untuk menjemput tuan Roger memiliki firasat yang kurang baik.

Pasalnya sopir itu sama sekali tidak melihat ada orang-orang atau manusia yang menyeberang jalan.

Namun tidak mungkin juga si sopir menceritakan tentang mistis dan mitos di hutan ini. Biasanya juga orang-orang dari luar jauh tidak akan percaya.

"Alhamdulillah",

"Sudah sampai tuan Roger",

"Silahkan turun",

Mobil berhenti di depan mess yang akan ditempati oleh Roger. Tentu saja rumah tinggal sementara dari utusan perusahaan pusat dibedakan dengan mess para pekerja atau karyawan yang lain. Lebih bagus tapi tinggal sendirian.

Roger tiba di mess tempatnya tidur selama lima malam ke depan ketika hari sudah mau petang.

Roger melihat kontruksi bangunan besar yang sedang dikerjakan di depan sana.

Di pabrik operasional baru yang sedang dibangun itulah besok pagi Roger akan mulai bekerja.

Mess atau kamar Roger sangat lengkap untuk ukuran tinggal di tengah hutan yang jauh dari pusat kota. Kamar mandi dan dapur terpisah di luar.

Untuk makan malam Roger harus memasak sendiri sama seperti pekerja yang lain. Hanya sarapan dan makan siang yang disediakan dengan cara dikirim setiap pagi oleh bagian katering.

Setelah perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan Roger sebenarnya ingin langsung tidur. Tapi ia tidak bisa melakukannya.

Mungkin ini karena perut Roger masih terlalu kosong.

Roger bergerak keluar kamar untuk ke dapur. Di lemari logistik banyak sekali makanan. Tapi mereka masih mentah.

Pasta, bubur, susu, dan roti. Hanya roti dan biskuit yang bisa langsung dimakan.

Karena malam harinya lumayan dingin. Roger memutuskan untuk membuat bubur instan. Ia tambahkan telur dan sosis yang diiris-iris.

Dapur ini langsung menghadap ke hutan. Tidak benar-benar di dalam ruangan.

Di kejauhan di antara pohon-pohon besar sana Roger melihat ada sosok putih yang sedang duduk di batang pohon.

Roger melihat sosok putih itu bergerak-gerak. Kemudian terdengar suara tawa mirip perempuan yang melengking.

Mungkin itu orang gila atau spesies hewan di hutan yang baru pertama kali didatanginya ini.

Begitulah pikir Roger sebelum akhirnya kembali ke kamar untuk tidur.

Esok harinya Roger bangun pagi-pagi.

Di hari pertama seharusnya Roger bekerja. Sudah ada sebuah kendala.

Ketika mau mandi airnya tidak mengalir. Roger mencoba mencari masalahnya. Tapi ia tidak tahu. Semuanya tampak baik-baik saja.

"Permisi",

"Dengan tuan Roger?",

"Ya silahkan",

Seorang petugas katering mengantarkan hidangan untuk makan pagi. Para petugas katering di proyek pembangunan pabrik ini datang dari pemukiman yang paling dekat. Sehari mereka datang dua kali. Pagi hari dan menjelang siang.

"Permisi bolehkah aku minta tolong?",

"Ada apa tuan Roger?",

"Kran airku mati",

"Biar aku periksa tuan",

Ketika pengantar katering itu membuka kran air di kamar mandi mess Roger. Airnya langsung keluar mengalir.

"Sudah bisa",

"Terimakasih",

Roger berpikir ia seharusnya bersabar sebentar lagi untuk menunggu datangnya aliran air di pagi hari. Ia tadi terlalu terburu-buru.

Setelah selesai persiapan. Ada yang datang.

Di hari pertamanya bertugas di lapangan ada yang menjemput Roger.

"Selamat pagi tuan Roger",

Namanya Tim. Dia adalah penanggung jawab pembangunan pabrik operasional yang baru. Selama lima hari kedepan Roger akan ditemani oleh Tim untuk melakukan pekerjaannya.

Roger pergi ke pabrik dari jam delapan pagi sampai jam empat sore. Di tengah hari biasanya Roger akan beristirahat sebentar untuk makan dan minum kopi. Roger ingin menyelesaikan tugas dan laporannya secepat mungkin. Jika bisa Roger ingin pulang lebih awal. Demi anak-anaknya.

Ketika malam hari Roger menelpon keluarganya. Tapi sebatas telpon suara. Itu pun juga putus-putus.

Untuk melakukan panggilan video gambarnya pecah-pecah dan tersendat.

Sebelum berangkat Roger sudah diperingatkan. Kata teman-temannya wilayah tempat pembangunan pabrik operasional yang baru ini seram di malam hari.

Tapi Roger tidak percaya akan hal yang seperti itu. Roger bukan tipikal orang yang tertarik dengan hal-hal yang berbau mistis apalagi mitos. Roger memandang suatu kejadian dengan berpikir secara rasional atau logika.

Meskipun pada akhirnya Roger mengalaminya sendiri.

Di malam yang ketiga tinggal di mess. Roger mengalami kejadian yang sangat aneh.

Roger malam itu gagal menghubungi keluarganya karena sinyalnya sangat buruk dikala langit mendung.

Roger keluar kamar supaya tidak bosan. Ia hanya duduk di teras mess untuk menyendiri. Roger memang tidak pernah pergi ke tempat mess para pekerja yang lain. Roger tidak suka dengan keramaian dan bau asap rokok.

Ada seorang perempuan yang datang menghampiri Roger.

"Apa aku boleh minta sesuatu untuk dimakan?"

"Ya tentu saja",

"Ambillah ini",

Roger memberikan tiga bungkus roti.

"Terimakasih",

Perempuan itu pergi begitu saja menghilang ditelan kegelapan malam. Sama seperti saat ia datang.

Keesokan harinya ketika berkeliling dengan Tim. Roger menanyakan pekerja perempuan yang datang kepadanya semalam. Roger masih hafal betul dengan wajahnya.

"Tim",

"Dimana pekerja perempuan itu ditempatkan?",

"Semalam dia datang ke tempatku",

Tim terkejut dengan pertanyaan Roger.

"Maaf tuan Roger",

"Di tempat ini sama sekali tidak ada pekerja perempuan",

Di hari terakhir Roger melakukan pengawasan dan peninjauan pembangunan pabrik operasional yang baru.

Roger sangat bersemangat karena besok pagi-pagi ia bisa langsung ke bandara untuk pulang.

Roger naik ke lantai bangunan teratas. Dengan teropong Roger bisa melihat semuanya dengan jelas.

Termasuk yang mengerikan.

Roger sedang meneropong jauh di bawah sana.

Para pekerja sedang melakukan cor. Mencetak lantai padat menggunakan bahan cair adukan beton.

Tiba-tiba ada seorang pekerja yang jatuh dari lantai atas. Jatuh di cor yang masih basah lagi dalam.

Roger sangat kaget.

Tapi tidak dengan para pekerja di sana. Mereka semua melanjutkan pekerjaan seperti tidak sedang terjadi apa-apa.

"Tim apa kamu melihat apa yang barusan aku lihat?",

"Itu sudah biasa terjadi tuan Roger",

Ketika Roger meninggalkan area pembangunan. Ia berpapasan dengan seorang laki-laki berpakaian serba hitam. Yang membawa kepala kerbau yang lehernya masih bercucuran darah.

"Siapa orang itu Tim?",

"Di sini mereka disebut dukun",

"Untuk apa kepala kerbau itu?",

"Untuk persembahan kepada para penunggu di hutan ini?",

"Itu sudah biasa terjadi tuan Roger",

Perjalanan pulang.

Dengan minivan yang sama dan sopir yang sama. Roger meninggalkan mess dan pabrik operasional yang baru yang pembangunannya hampir selesai.

Roger berhasil melakukan kewajibannya dengan sangat baik. Roger menyelesaikan laporan yang harus ia buat hanya dalam waktu empat hari. Dari lima hari waktu kerja yang diberikan.

Jumat subuh sampai di bandara. Pagi ini Roger akan terbang untuk pulang.

Selama perjalanan dari tempat mess ke bandara Roger hanya diam. Sama sekali tidak berbicara kepada sopir.

"Tuan Roger sedang sakit?",

Roger hanya menggelengkan kepala dan sedikit tersenyum.

Itu karena Roger melihat ada sosok seorang perempuan yang duduk di bangku paling belakang.

Perempuan yang sama yang mendatangi Roger di teras mess ketika waktu malam.

Roger sangat lega ketika sampai di bandara. Turun dari mobil perempuan yang duduk di bangku paling belakang tadi sudah tidak ada.

Sinyal di bandara lumayan kuat. Roger bisa menghubungi rumah.

"Ayah",

"Ayah dimana sekarang?",

"Lihat sekarang ayah dimana",

"Ayah sudah berada di airport hari ini ayah akan pulang",

"Dimana ibu dan adikmu?",

"Apakah sedang ada tamu?",

Roger melihat ada cangkir teh yang sudah diminum di meja ruang tamu.

"Ada tuan Barnie",

"Ibu sedang berada di dalam kamar bersama tuan Barnie",

"Adik sudah tidur",

"Apakah tuan Barnie sering datang ke rumah sayang?",

"Ya ayah tuan Barnie sering datang ke rumah selama ayah pergi bekerja",

"Apakah tuan Barnie menginap di rumah sayang?",

"Tidak ayah tuan Barnie datang waktu sore dan pulang saat larut malam",

"Apakah kamu mau menolong ayah sayang?",

Anak pertama Roger mengangguk.

"Ayah mau membuat surprise untuk ibu",

"Jangan bilang kepada ibu kalau ayah menelpon malam ini sayang",

"Dan jangan bilang kepada ibu kalau ayah besok akan pulang sampai di rumah",

"Tolong ayah sayang",

"Janji ayah aku tidak akan bilang kepada ibu",

"Terimakasih sayang ayah sangat mencintaimu dan juga adikmu",

Malam berikutnya di rumah Roger.

"Ibu dan tuan Barnie mau ke kamar",

"Kamu jaga adik mu jangan sampai terbangun",

Roger pulang sampai di rumah.

"Ayah",

"Sayang",

Roger menerima pelukan rindu dari putrinya.

"Adikmu sudah tidur?",

"Apakah ibumu dan tuan Barnie ada di dalam kamar ayah?",

"Kalau begitu temani adikmu di kamarnya",

"Ayah mau memberikan kejutan kepada Ibumu dan juga tuan Barnie",

Roger masuk ke dalam kamarnya.

"Roger?",

"Sayang?",

Istri Roger dan Barnie sangat terkejut melihat kepulangan Roger.

"Hai Barnie",

"Hai slut",

"BANG!",

"BANG!",

Masing-masing satu peluru menembus jantung dada istri Roger dan Barnie yang sama-sama dalam keadaan telanjang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!