Di tempat villa mewah di mana sepuluh pelayan berada di depan pintu sambil menutup hidungnya karena mencium aroma busuk yang berada di dalam kamar tersebut.
"Hoek .... Hoek ..." Ucap mereka dengan serempak sambil menutup hidungnya.
"Aku tidak berani masuk ke dalam kamarnya." Ucap salah satu pelayan sambil menahan mual.
"Sama, baunya sangat busuk." Jawab mereka dengan serempak sambil menutup hidungnya dengan kain dengan menggunakan pakaiannya.
"Seluruh tubuh Tuan Muda Dian penuh dengan nanah jadi bagaimana mungkin jika tubuhnya tidak bau." Sambung pelayan lainnya sambil menahan mual.
Hal ini dikarenakan dirinya melihat sendiri bagaimana tubuh Dian penuh dengan nanah dan mengeluarkan aroma busuk.
Di tambah Dian yang saat ini sedang lumpuh sering buang air besar dan buang air kecil di tempat tidur hingga kamarnya benar-benar sangat bau .
Karena itulah tidak ada satupun pelayan yang berani mendekati Dian. Jika ada yang berani maka pelayan tersebut langsung mengundurkan diri untuk tidak merawat Dian.
"Benar sekali. Sampai kapan penderitaan kita akan berakhir?" Tanya salah satu pelayan.
Mereka sebenarnya tidak mau bekerja untuk merawat Dian namun gajinya yang besar membuat mereka berusaha menahan rasa jijik.
Orang tua Dian dan keluarganya tidak ada satupun yang mau merawatnya karena itulah mereka mempekerjakan sepuluh pelayan untuk bergantian merawat Dian.
"Aku dengar sebentar lagi Tuan Muda Dian akan menikah. Hanya saja Aku tidak tahu siapa calon istrinya." Jawab temannya.
"Sungguh beruntungnya Tuan Muda Dian jika ada gadis yang berani merawatnya." sambung pelayan tersebut.
"Betul sekali. Oh ya, Aku dengar gadis itu adalah putri pertama dari keluarga Romero." Ucap pelayan satunya lagi.
"Menurutku gadis manapun tidak akan mungkin mau merawat Tuan Muda Dian kecuali di paksa oleh orang tuanya mengingat keluarga Alexander sangat kaya." Ucap temannya.
"Betul sekali." Jawab mereka dengan serempak.
Ketika salah satu mereka berbicara tiba-tiba datang seorang gadis memakai pakaian pengantin dan dituntun oleh salah satu pelayan milik keluarga Alexander dan diikuti sepuluh pelayan yang mengiringi gadis tersebut.
Gadis tersebut bernama Renata, di mana Renata hanya diam dan berjalan ke arah kamar tersebut. Hingga Renata dan yang lainnya mencium aroma busuk yang ada di dalam kamar tersebut.
"Nyonya Muda Dian, Tuan Muda Dian ada di dalam kamar." Ucap pelayan tersebut sambil menghentikan langkahnya ketika hampir mendekati kamar Dian.
"Bagaimana kalau Nyonya Muda Dian masuk sendiri ke kamarnya." Sambung pelayan tersebut sambil menutup hidungnya.
Selesai mengatakan hal itu pelayan tersebut berlari meninggalkan tempat tersebut dan diikuti yang lainnya meninggalkan gadis malang tersebut yang bernama Renata.
Renata menghembuskan nafasnya dengan kasar kemudian berjalan ke arah kamar suaminya. Renata membuka pintu tersebut dengan lebar sambil menahan mual karena perutnya mulai bergejolak.
Hingga Renata melihat suaminya berbaring di ranjang dan tubuhnya penuh dengan nanah sambil memejamkan matanya karena menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Renata dengan perlahan membetulkan posisi tidur suaminya lalu mengecek nadinya untuk mengetahui penyakit suaminya.
"Istriku." Rintih Dian.
"Suamiku karena kita sudah menjadi suami istri maka Aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk menyembuhkanmu." Ucap Kasandra sambil mengeluarkan satu set jarum perak dari balik pakaiannya.
Kemudian Renata mulai melakukan akupuntur hingga satu jam kemudian Renata sudah selesai melakukannya. Renata kemudian men lap tubuh Dian lalu mengoleskan cream buatannya di seluruh tubuh Dian yang mengeluarkan nanah.
Setelah selesai Renata mengganti pakaian baru lalu memakaikan ke tubuh suaminya yang nyaris tanpa busana karena habis mengolesi cream.
Tubuhnya yang lengket membuat Renata mandi hingga lima belas menit kemudian Renata melihat suaminya sudah tidur. Renata yang melihat hal itu langsung berjalan ke arah sofa panjang lalu tidur hingga pagi menjelang.
Setiap hari Renata memberikan pengobatan dan perawatan tanpa banyak mengeluh. Hingga enam bulan kemudian suaminya bisa berjalan kembali. Selain itu tubuhnya sudah tidak lagi bernanah dan mengeluarkan aroma busuk.
"Istriku, Aku berjanji akan selalu setia dan mengadakan pesta pernikahan yang sangat mewah." Ucap suaminya ketika Renata membantu suaminya memakai pakaiannya.
Renata hanya tersenyum kemudian mereka saling berpelukan. Hingga beberapa saat mereka melepaskan pelukannya. Tidak berapa lama datang pelayan sambil membawa mangkok berisi obat.
"Tuan Muda Dian dan Nyonya Muda Dian, obatnya sudah jadi." Ucap pelayan tersebut sambil memberikan mangkok ke arah Renata.
"Terima kasih." Jawab Renata sambil tersenyum dan mengambil mangkok tersebut.
"Sudah menjadi tugas Saya, Nyonya Muda." Ucap pelayan tersebut.
Setelah itu pelayan tersebut pergi meninggalkan tempat tersebut kemudian Renata memberikan mangkok tersebut ke Dian. Dian meminum obat tersebut karena dirinya ingin secepatnya sembuh.
"Istriku, tanpamu mungkin Aku sudah lama mati. Aku Dian Alexander bersumpah pada langit. Dikehidupanku ini hanya akan bersamamu sampai ajal memisahkan kita." Ucap Dian.
"Karena itu Aku tidak akan menceraikanmu untuk menikah dengan wanita lain." Sambung Dian.
Renata yang mendengar ucapan suaminya sangat bahagia dan merekapun berpelukan hingga beberapa saat mereka melepaskan pelukannya.
"Kita sudah resmi menikah tapi kita belum melakukan malam pertama. Bagaimana kalau sekarang kita melakukannya?" Tanya Dian yang ingin merasakan hubungan suami istri.
"Lebih baik tahan dulu karena suamiku belum sepenuhnya sembuh. Nanti jika sudah sembuh total barulah kita bisa melakukannya." Jawab Renata.
"Kira-kira kapan Aku bisa sembuh total?" Tanya Dian tidak sabar.
"Sebulan lagi suamiku benar-benar sembuh total jadi tahan saja dulu." Jawab Renata.
"Baiklah." Jawab Dian dengan wajah agak kecewa.
Renata hanya tersenyum kemudian Dian pamit karena dirinya ingin berangkat kerja karena sudah lama dirinya tidak masuk kerja.
Sebenarnya Dian bisa saja menikmati kekayaan orang tuanya namun Dian bukan pria pemalas. Karena Dian adalah tipe orang pekerja keras dan memiliki ambisi besar.
Satu Bulan Kemudian
Hubungan Renata dan Dian berjalan harmonis di tambah keluarga dari pihak suaminya sangat menyayangi Renata karena berhasil menyembuhkan putra semata wayangnya.
Hingga tidak terasa sudah hampir tujuh bulan kurang satu hari usia pernikahan mereka yang selalu harmonis dan penuh kasih sayang walau mereka belum melakukan hubungan suami istri.
Namun keesokan harinya suaminya datang bersama gadis lain. Gadis tersebut adalah Adik Tiri Renata yang bernama Diana. Mereka berdua tertawa bersama sambil berpegangan tangan dan berjalan ke arah Renata.
Renata yang berada di taman depan mendengar dua suara yang sangat familiar membuat Renata membalikkan badannya.
Renata yang melihat mereka sangat mesra tentu saja sangat terkejut dan kecewa dengan suaminya namun berusaha bersikap biasa.
"Renata, Aku dan Diana sudah berteman sejak kami masih kecil. Kemarin matanya bengkak karena habis menangis. Diana bilang ingin menikah denganku dan Aku tidak bisa menolaknya untuk menikahinya." Ucap Dian tanpa punya perasaan.
"Aku ingat kalau waktu itu Diana menolak menikah denganmu dan memintaku untuk menggantikannya. Selain itu Diana juga mengatakan kalau dirinya sudah bertunangan dengan William. Jadi mengapa Dia harus menikah denganmu?" Tanya Renata dengan mata berkaca-kaca dan dadanya terasa sesak.
"Kakak tidak perlu kuatir akan hal itu karena Aku sudah membatalkan pertunanganku dengan William. Karena dihatiku satu-satunya hanya ada Kak Dian." Jawab Diana yang menjawab pertanyaan Renata.
("Aku kembali sama Kak Dian karena Kak Dian sudah tidak sakit lagi. Karena itu Aku membatalkan pertunanganku dengan Kak William." Sambung Diana sambil tersenyum menatap ke arah Dian).
Semua orang mengetahui kalau William adalah seorang pria kejam dan suka membunuh. Selain itu William terkena racun ganas yang sewaktu-waktu bisa membuatnya mati dengan cara mengenaskan karena itulah Diana cepat-cepat membatalkan pertunangannya.
"Ibumu sudah merebut Ayahku dan kini kamu ingin merebut suamiku. Ternyata benar kata pepatah : kalau buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Mengapa kalian berdua suka merebut pria yang bukan milik kalian?" Tanya Renata sambil menahan amarahnya.
"Kamu ..." Ucapan Diana terputus ketika tangan kanannya di genggam oleh Dian.
"Renata, Aku berjanji pada Diana untuk menikahinya secara sah sedangkan kamu akan menjadi simpananku." Ucap Dian dengan kejam.
"Kamu ingin menikah resmi dengan Adikku dan menjadikan Aku wanita simpanan?" Tanya Renata dengan wajah sangat-sangat kecewa dan membenci Dian.
Renata sangat tulus mencintai suaminya dan rela berkorban namun suaminya membalasnya dengan sangat menyakitkan. Perasaan cinta kini berubah menjadi kebencian dan dendam teramat sangat terhadap Dian terlebih terhadap Diana.
Ibunya Diana merebut suami Ibunya hingga Ibunya meninggal dunia dan kini suaminya di rebut oleh Adik Tirinya.
"Renata, kamu jangan kuatir. Walau kamu menjadi wanita simpanan, hidupmu akan selalu Aku jamin jadi kamu tidak perlu mencari pekerjaan." Ucap Dian.
"Kamu bisa menikmati uangku dan belanja sepuas kamu namun seluruh rumah ini dikuasai oleh Diana sedangkan kamu berada di bawah Diana." Sambung Dian.
"Kak Dian, tujuh bulan yang lalu Kak Dian lumpuh dan menderita penyakit aneh. Seluruh tubuh penuh dengan nanah dan hidup dalam bahaya." Ucap Renata dengan mata berkaca-kaca.
"Setiap hari Aku menunggumu di sisi tempat tidurmu hingga kamu tidur dengan pulas barulah Aku tidur di sofa. Selain itu Aku melakukan akupuntur dan memberikan obat untukmu." Sambung Renata.
"Aku melakukan dengan sepenuh hati merawatmu hingga sembuh. Setelah kamu sembuh, kamu memegang tanganku dan berjanji seumur hidup untuk tidak menikah lagi. Selain itu kamu juga berjanji akan memberikan pernikahan mewah tapi mana janji yang dulu kamu ucapkan?" Tanya Renata dengan wajah sangat-sangat kecewa.
"Tanpa punya rasa bersalah sedikitpun kamu mengatakan akan menikah dengan Adik Tiriku dan menjadikan Aku wanita simpanan." Ucap Renata yang mengubah nama panggilan dari Kak Dian menjadi kamu.
"Renata, saat itu Aku baru sembuh dari sakit parah. Karena itu hatiku hanya berterima kasih padamu jadi Aku berbicara tanpa banyak berpikir." Ucap Dian tanpa punya rasa bersalah sedikitpun.
"Berbicara tanpa banyak berpikir?" Tanya ulang Renata sambil menahan air matanya keluar.
"Kak Renata, Kakak adalah anak yang tidak diinginkan oleh Ayahmu terlebih lagi Kakak hanyalah penggantiku. Jadi menurutku menjadi wanita simpanan merupakan kehormatan besar bagimu. Kakak tidak memenuhi syarat untuk menjadi istri sah Kak Dian." Ucap Diana.
"Menjadi wanita simpanan merupakan kehormatan besar?" Tanya ulang Renata.
"Dian, apakah kamu juga berpikir begitu?" Tanya Renata dengan nada satu oktaf untuk pertama kalinya.
"Renata, Diana adalah orang yang sangat bijaksana. Diana sudah berjanji padaku setelah kami menikah tidak akan mempersulitmu. Selama kamu melayani Diana seperti kamu melayaniku maka kamu tidak akan kurang sedikitpun untuk menikmati segala kemewahan dan kekayaan keluargaku." Jawab Dian.
"Apa kamu pikir Aku menikah denganmu hanya karena menginginkan segala kemewahan dan kekayaan milik keluargamu?" Tanya Renata dengan wajah sangat kecewa.
"Renata, Aku tidak peduli apa yang kamu katakan tapi yang pasti Aku akan menikah dengan Diana." Ucap Dian dengan nada tegas.
"Ternyata sifatmu sama seperti Ayahku, habis manis sepah di buang. Ibuku dengan tulus mencintai Ayahku namun Ayahku mengkhianatinya begitu pula denganmu." Ucap Renata dengan nada kesal.
"Renata!" Bentak Dian.
"Kenapa kamu berani mengatakan hal ini? Apa kamu ingin Aku membalas budimu?" Tanya Dian dengan nada satu oktaf.
"Tuan Muda Dian salah paham. Karena Tuan Muda Dian sangat membenciku maka lebih baik kita bercerai saja." Ucap Renata yang tidak ingin berhubungan lagi dengan suaminya dan kembali mengubah panggilannya.
"Apa yang kamu katakan?" Tanya Dian dengan wajah super terkejut.
"Aku bersedia mengundurkan diri dan mengosongkan posisiku sebagai istri. Agar Tuan Muda bisa menikahi Adik Tiriku setelah kita resmi bercerai." Jawab Renata dengan nada tegas.
"Renata, kamu ingin bercerai denganku? Apa kamu tahu apa artinya ini?" Tanya Dian sambil menatap tajam ke arah Renata.
"Kak Renata, lebih baik Kakak mempertimbangkannya lagi karena tanpa perlindungan dari keluarga Kak Dian dan keluargaku maka Kakak akan mengalami kesulitan untuk menemukan tempat tinggal." Ancam Diana.
Diana tahu kalau Renata bercerai maka Renata tidak mempunyai tempat tinggal karena orang tuanya tidak mungkin bersedia menerimanya. Hal ini dikarenakan Ayah kandungnya lebih menyayangi Diana dari pada Renata.
"Hidupku tidak akan pernah tergantung oleh keluarga kalian ataupun orang lain dan Aku sangat yakin Aku bisa mencari tempat tinggal." Ucap Renata dengan nada tegas.
"Kamu ..." Ucapan Diana terpotong oleh Renata.
"Dalam dua hari Aku akan mengundang para tetua untuk menyaksikan perceraian kita. Saat kita sudah bercerai kamu dan Aku bebas untuk menikah selain itu Kita tidak ada hubungannya lagi." Ucap Renata.
"Renata, di keluarga besarku tidak mengenal kata cerai jadi kamu meminta cerai maka itu sama sekali tidak mungkin." Ucap Dian dengan nada satu oktaf.
"Segala sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Tapi yang pasti Aku akan menulis surat cerai untukmu dan sejak saat itu, kita putus hubungan. Kita tidak ada lagi memiliki hubungan suami istri." Ucap Renata dengan nada tegas.
Selesai mengatakan hal itu Renata pergi meninggalkan mereka berdua sambil menahan rasa amarah, kecewa dan terluka dalam waktu bersamaan dengan ditemani dua pelayan setianya yang tidak jauh dari Renata.
"Renata!!" Teriak Dian ketika melihat Renata pergi meninggalkan mereka.
Renata sama sekali tidak mempedulikan suaminya memanggil dirinya. Hal itu membuat Dian sangat kesal begitu pula dengan Diana.
("Renata sangat tidak tahu berterima kasih. Aku harus mencari kesempatan untuk memberinya pelajaran." Ucap Diana sambil menatap ke arah Dian yang terlihat sangat kesal).
"Kak Dian, kata-kata yang baru saja Kak Renata katakan adalah ancaman untuk tidak mengijinkanmu menikah denganku." Ucap Diana sambil memegang tangan Dian.
"Kak Renata tidak mungkin berani bercerai dengan Kak Dian. Karena Kak Renata adalah wanita yang tidak berdaya dan tidak mempunyai tempat untuk bergantung." Sambung Diana sambil menyandarkan kepalanya di dada Dian.
Dian hanya menghembuskan nafasnya dengan perlahan namun pikirannya melayang jauh. Dirinya sama sekali tidak menyangka kalau Renata memintanya untuk bercerai hingga membuat dadanya terasa sesak seakan ada yang mengganjal.
Sedangkan Renata yang sedang menahan rasa sedih dan terluka namun tidak berdarah masuk ke dalam kamarnya dengan ditemani dua pelayan setianya.
"Nyonya Muda Dian." Panggil kedua pelayan setianya sambil membuka pintu dengan lebar.
"Mulai sekarang dan seterusnya panggil Aku dengan sebutan Nona Renata karena Aku akan bercerai dengan suamiku." ucap Renata sambil masuk ke dalam kamarnya.
"Baik." Jawab ke dua pelayannya dengan singkat sambil ikut masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu dengan rapat.
"Aku sama sekali tidak menyangka kalau Tuan Muda Dian sama sekali tidak tahu berterima kasih. Jika bukan karena Nona menyelamatkan nyawanya maka Tuan Muda Dian masih terbaring di tempat tidur dan tidak bisa mengurus dirinya sendiri." Ucap Pelayan Rini sambil menahan amarahnya.
"Benar sekali. Aku ingat pertama kali ketika kita datang banyak rentenir datang menagih hutang. Jika bukan karena Nona Renata menggunakan uang tabungan hasil dari mengobati para pasien untuk membayar hutang mereka maka bisa dipastikan mereka akan tinggal di jalan." Ucap Pelayan Rina.
"Betul sekali. Berkat jasa Nona Renata bagaimana mungkin rumah kediaman Alexander memiliki kemuliaan seperti ini?" Tanya Pelayan Rini.
"Begitu mereka berkuasa, mereka langsung melupakan kebaikan Nona Renata. Sekarang Aku akhirnya dapat melihat dengan jelas betapa jahatnya mereka." Ucap Pelayan Rina.
"Nona Renata, sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Pelayan Rini yang melihat Renata sejak tadi diam saja.
"Saat ini semua yang dimiliki oleh keluarga Alexander diberikan olehku. Karena mereka tidak menghargainya, maka Aku akan bersiap untuk meninggalkan rumah tempat kediaman Alexander." Jawab Renata sambil menatap ke arah depan.
"Aku akan pergi mengikuti Nona Renata kemanapun." Ucap Pelayan Rina dan Pelayan Rini dengan serempak.
Walau mereka berdua pelayan milik keluarga Alexander namun mereka sangat setia dengan Renata karena itulah mereka berdua akan pergi kemanapun Renata pergi.
"Kenapa kalian tidak tinggal di sini?" Tanya Renata dengan wajah terkejut.
"Aku tidak mau bekerja dengan orang yang lupa akan kebaikan Nona Renata." Jawab Pelayan Rina.
"Aku juga sama." Jawab Pelayan Rini.
Pelayan Rina dan Pelayan Rini tidak akan pernah melupakan kebaikan Renata. Di mana saat itu Adik dari Pelayan Rina sakit parah langsung diobati oleh Renata tanpa di pungut biaya.
Sedangkan untuk Pelayan Rini, Ibunya nyaris meninggal dan dirinya kekurangan uang namun berkat Renata, Ibunya sembuh dan bisa kembali beraktifitas.
"Jika kalian berdua ikut denganku maka beberapa bulan, kalian tidak bisa Aku gaji karena uang tabungan milikku sudah habis." Ucap Renata yang tidak ingin ke dua pelayannya menderita.
"Aku sama sekali tidak peduli karena Nona sangat baik padaku." Ucap Pelayan Rina.
"Aku juga sama." Ucap Pelayan Rini memberikan usulan.
"Baiklah. Kalau begitu untuk sementara kita tinggal di tempat Kakekku sekalian Aku kembali membuka klinik. Sampai uangnya terkumpul untuk membeli rumah barulah kita pindah di rumah baru." Ucap Renata yang tidak mempunyai pilihan lain mengingat uang tabungannya sudah habis.
"Bukankah itu berarti Nona Renata akan kembali menjadi tabib tangan malaikat yang bisa menghidupkan kembali orang yang sekarat?" Tanya Pelayan Rina.
Pelayan Rina dan Pelayan Rini yang sering melihat Renata merawat dan memberikan obat untuk Dian membuat mereka berdua belajar ilmu pengobatan.
Selain itu Pelayan Rina dan Pelayan Rini pernah bertanya tentang identitas Renata mengingat Renata berhasil menyembuhkan penyakit aneh yang dimiliki Dian.
Renata mengatakan kalau orang-orang menyebut dirinya Tabib Tangan Malaikat karena semua penyakit yang di derita pasien bisa disembuhkan. Selain itu Renata meminta Rina dan Rini untuk merahasiakan identitasnya.
"Ya." Jawab Renata dengan singkat.
"Oh ya, karena kalian ikut Aku maka mulai sekarang panggil Aku Renata tanpa perlu menyebut nama Nona. Begitu pula dengan diriku, Aku tidak akan menganggap kalian berdua sebagai pelayan dalam arti derajat kita sama." Sambung Renata.
"Tapi ..." Ucapan Pelayan Rina dan Pelayan Rini terpotong oleh Renata.
"Jika tidak bersedia maka jangan ikut kemanapun Aku pergi." Ucap Renata sambil menulis surat.
"Baik." Jawab Rina dan Rini dengan pasrah karena tidak mempunyai pilihan lain.
"Bagaimana kalau kami memanggil namamu dengan sebutan Kak Renata?" Tanya Rina dan Rini dengan serempak.
"Kak Renata ... (sambil berpikir) ... Baiklah." Jawab Renata sambil meletakkan pena karena sudah selesai menulis.
"Kak Renata menulis surat untuk siapa?" Tanya Rina penasaran begitu pula dengan Rini.
"Aku menulis surat untuk Kakekku.' Jawab Renata sambil memasukkan surat ke dalam amplop.
"Rina, tolong kirimkan surat ini ke Kakek. Katakan pada Kakek, kalau Aku ingin bercerai dengan suamiku dan pergi meninggalkan keluarga Alexander." Sambung Renata sambil memberikan surat ke Rina.
"Baik." Jawab Rina dengan singkat sambil menerima amplop tersebut.
Kemudian Rina pergi meninggalkan kamar Renata sedangkan Renata berjalan ke arah lemari pakaian.
"Karena sebentar lagi Aku akan bercerai maka kita siapkan barang-barang kita untuk pergi dari sini. Ingat bawa semua barang yang menjadi milik kita. Apa yang menjadi milik keluarga Alexander maka satupun jangan ambil." Ucap Renata yang tidak ingin berlama-lama tinggal bersama suaminya.
"Baik." Jawab Rini dengan patuh.
Kemudian Rini keluar dari kamarnya menuju ke arah kamarnya untuk memasukkan barang-barang miliknya begitu pula dengan Renata.
Setelah satu jam kemudian Renata sudah selesai membereskan semua barang miliknya ke dalam koper. Semua pemberian suaminya dan keluarga dari suaminya sama sekali tidak di bawa bahkan kartu debit dan kartu kredit tanpa batas diletakkan di dalam laci.
Tiba-tiba ponselnya berdering sekali tanda ada pesan masuk membuat Renata mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja dekat ranjang.
Renata kemudian membuka isi pesan tersebut dan ternyata dari pasien yang pernah disembuhkan membuat Renata tersenyum.
"Di saat Aku kehabisan uang ada pasien yang membayar pengobatan. Aku akan pergi untuk membeli obat yang Aku butuhkan." Ucap Renata.
Selama melakukan pengobatan Renata tidak pernah mematok harga untuk orang-orang miskin bahkan sering gratis. Tetapi khusus orang kaya Renata akan meminta pembayaran agak tinggi mengingat biaya obat lumayan mahal.
Selain itu jika pasien belum ada uang maka Renata memberikan jatuh tempo. Namun ada pasien yang benar-benar membayar sesuai jatuh tempo dan juga ada pasien yang sengaja pura-pura lupa.
Jika itu terjadi maka Renata membiarkannya namun jika pasien itu kembali lagi maka Renata akan memeriksanya. Setelah itu Renata meminta uang pengobatan yang dulu dan pengobatan yang sekarang jika tidak maka Renata tidak akan mengobatinya.
"Rini, Aku ingin pergi keluar untuk membeli obat." Ucap Renata.
"Aku ikut sekalian Aku ingin bertemu dengan orang tuaku." Ucap Rini.
Renata hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua pergi meninggalkan tempat tersebut.
Lima belas menit kemudian mereka sudah sampai di apotek khusus untuk pengobatan alternatif.
"Aku ingin membeli obat, lebih baik kamu pulang ke rumah orang tuamu dan Aku tunggu di sini." Ucap Renata.
"Baik." Jawab Rini dengan singkat.
Rini kemudian pergi meninggalkan Renata menuju ke rumah orang tuanya yang kebetulan dekat dengan apotek.
Sedangkan Renata membeli obat-obat rempah untuk penyakit pusing, darah tinggi, flu dan penyakit yang biasa di derita pasien.
Ketika Renata selesai membeli obat bersamaan kedatangan Rini yang sudah selesai bertemu dengan orang tuanya.
Ke dua gadis cantik tersebut pergi meninggalkan apotek tersebut namun ketika mereka berjalan di jalan yang sepi, Renata melihat seorang pemuda tampan mengalami luka parah.
Renata yang mempunyai hati baik berjalan ke arah pemuda tersebut diikuti oleh Rini. Renata kemudian mengecek nadi pria tampan tersebut, setelah selesai Renata mengambil botol dari dalam tas lalu membukanya.
Namun ketika Renata ingin memasukkan obat ke dalam mulut pria tersebut tangan Renata di pegang oleh pria tampan tersebut.
"Kamu siapa? Obat apa itu?" Tanya pria tampan tersebut sambil menatap ke arah Renata.
"Aku Renata. Ini obat untuk menghilangkan racun di dalam tubuhmu. Setelah minum obat Aku akan melakukan akupuntur." Jawab Renata dan membiarkan tangannya di pegang oleh pria tampan tersebut.
Pria tampan tersebut masih menatap ke arah Renata kemudian melepaskan pegangan tangannya. Renata kemudian memasukkan obat tersebut ke dalam mulut pria tampan tersebut.
Setelah itu Renata mengeluarkan jarum perak lalu mulai melakukan akupuntur sedangkan pria tampan tersebut memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya.
Hingga dua puluh menit kemudian Renata sudah selesai melakukan akupuntur. Renata kemudian mengambil obat cream untuk mengolesi luka-luka pada sekujur tubuh pria tampan tersebut.
"Bisa buka bajunya?" Tanya Renata.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya pria tampan tersebut.
"Aku ingin mengolesi obat luka." Jawab Renata.
"Biar Aku saja." Ucap pria tampan tersebut yang tidak ingin tubuhnya di lihat oleh orang lain.
"Tidak perlu malu karena di mata dokter semua pasien itu sama." Ucap Renata.
"Tapi ..." Ucapan pria tampan tersebut terpotong oleh Renata.
"Jika tidak segera diobati maka akan infeksi." Ucap Renata.
"Baiklah. Kalau begitu kalian berdua balik badan." Ucap pria tampan tersebut yang tidak mempunyai pilihan lain.
Renata dan Rini kemudian berdiri lalu membalikkan badan sedangkan pria tampan tersebut membuka kancing kemeja satu demi satu.
"Renata bisa balik badan tapi gadis yang satunya tidak boleh." Ucap pria tampan tersebut setelah dirinya selesai membuka semua kancing kemejanya.
"Baik." Jawab Renata dan Rini dengan serempak.
Renata kemudian membalikkan badannya lalu duduk saling berhadapan sedangkan Rini masih membalikkan badannya.
Renata kemudian membuka tutup botol lalu mengolesi semua luka-luka pada tubuh pria tampan tersebut.
"Apakah di punggung atau di tempat lain ada yang terluka?" Tanya Renata sambil masih memegang botol cream.
"Di punggung ada luka tembak dan ada juga luka bekas senjata tajam." Jawab pria tampan tersebut dengan wajah bersemu merah.
("Si*l, kenapa di olesi obat adik kecilku bereaksi?" Tanya pria tampan tersebut sambil berusaha menghilangkan pikiran mesumnya).
"Boleh Aku membuka pakaian kemejanya?" Tanya Renata sambil meletakkan botol cream.
"Aku ingin mengambil peluru yang bersarang di tubuhmu setelah itu Aku mengobati luka-lukamu." Ucap Renata ketika melihat pria tampan tersebut seakan merasa keberatan untuk membuka pakaiannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!