Hari ini Serena sudah sampai di tempat kerjanya yaitu disalah satu toko kue terkenal yang ada di Kota A.
Drrt!! Drrtt!
Handphonenya bergetar, ada panggilan yang masuk. Saat dilihat ternyata Mamahnya yang menelpon.
"Halo sayang, bagaimana kabarmu?" Tanya Sinta, sang mamah.
"Kabarku baik mah, bagaimana kabar kalian disana?" Tanya Serena.
"Kami baik disini sayang, tetap jaga kesehatanmu ya nak, jangan sampai telat makan karena perutmu akan sakit jika itu sampai terjadi" Serena memang mempunyai riwayat penyakit lambung, jadi jika dia telat makan maka perutnya akan terasa mual atau sakit.
"Iya mamah sayang, Serena akan makan tepat waktu" Jawab Serena sambil tersenyum, dia sangat merindukan keluarganya yang ada di desa.
"Serena, maaf mamah ingin bertanya apakah kamu sudah memiliki uang untuk biaya kuliah adikmu nak?" .
"Ah iya, kemarin Serena sudah mendapatkan uangnya mah. Nanti sore Serena kirimkan ya" ucap Serena. Sebelumnya mamahnya memang sudah meminta uang untuk membayar biaya kuliah adiknya yang akan jatuh tempo 1 Minggu lagi.
"Maaf nak mamah selalu merepotkan mu" ucap Sinta sedih, pasalnya dia tidak bisa bekerja dan tidak bisa membantu mencari uang baik untuk biaya kuliah anaknya, maupun untuk kebutuhan keluarganya. Sebenarnya Serena juga memang tidak mengizinkan mamahnya untuk bekerja karena mamahnya memiliki fisik yang sedikit lemah, cepat sekali merasa lelah dan bahkan sampai sakit jika melakukan pekerjaan yang berat.
"Tidak mamah jangan bicara seperti itu, mamah tidak pernah merepotkan ku sama sekali. Aku senang jika uangnya bisa berguna dan bisa membantu pengeluaran keluarga kita" ucap Serena menyangkal perkataan mamahnya.
"Bagaimana keadaan kakek dan nenek? Mereka sedang apa?" Tanya Serena mengalihkan perbincangan sebelumnya.
"Nenek sedang duduk di depan, dan kakek sedang pergi ke sawah" kakeknya itu memang masih sangat kuat sehingga masih bisa pergi ke sawah dan mengurusnya.
"Serena tolong bantu layani pembeli" ucap temannya dari depan toko.
"Mah maaf aku harus kembali bekerja, nanti aku telepon lagi ya" ucap Serena dengan lembut
"Iya sayang, maaf mamah telah menggangu waktu kerjamu. Yasudah nanti hati-hati saat pulang ya" ucap mamahnya.
"Iya mah" sambungan telepon terputus
Setelah sambungan telepon itu terputus, Serena pergi ke depan untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Tolong bantu layani tuan ini, aku harus mengerjakan yang di belakang" ucap citra, teman kerjanya. Serena mengangguk mendengar perkataan itu, dia melihat kedepan, ada seorang pria yang tinggi dengan setelan jas yang rapih dan wajah yang tampan. Serena sempat terpanah akan hal itu.
"Permisi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Serena pada pria tersebut yang sedang fokus pada handphonenya.
"Tolong berikan saya kue terbaik yang ada disini" ucap pria tersebut.
"Baik tuan, mohon tunggu sebentar" Serena mulai mengambilkan beberapa jenis kue yang ada di toko itu.
"Ini tuan pesanannya" ucap Serena.
"Ya, berapa semuanya?" Ucap pria itu menatap Serena.
"Totalnya sekian tuan".
Pria itu mengambil kartunya untuk membayar. "Terimakasih" ucap pria tersebut dan berlalu pergi.
"Iya tuan" jawab Serena sambil tersenyum dan sedikit membungkuk.
"Hei mengapa kau tersenyum seperti itu?" Ucap citra menyadarkan Serena yang sedang tersenyum menatap pria tadi.
"Tidak ada" jawab Serena.
"Bohong, dari tadi kau melihat pria tadi sambil senyum. Kau menyukainya?" Ucap citra menggoda Serena. Pasalnya Serena jarang sekali tertarik dengan pria, dia sangat menutup diri untuk para pria yang datang mendekatinya. Bahkan sampai sekarangpun dia belum pernah memiliki kekasih.
"Tidak, aku hanya terpana saja, ya dia memang tampan" jawab Serena.
"Iya memang sangat tampan, sepertinya aku pernah melihatnya di tv".
"Benarkah? Apa dia seorang artis?".
"Sepertinya bukan, dia seorang pebisnis muda yang kaya raya. Dia juga pemilik perusahaan besar yang ada di ujung sana. Ya aku ingat itu" ucap citra sambil mengigat-ingat siapa pria tadi.
Serena mengangguk mendengar perkataan temannya. Dia memang menyukai pria tadi tapi ini mungkin hanya pertemuan sesaat dan hanya rasa suka sesaat. Tetapi dia penasaran dengan apa yang diucapkan temannya.
"Kau tahu namanya?" Tanya Serena.
"Kau benar-benar menyukainya ya sepertinya?" Goda Citra.
"Tidak... Tidak.. aku hanya penasaran" jawab Serena.
"Yasudah kita lanjut bekerja lagi" ajak citra.
__________
"Iya mom, aku sudah membelinya" ucap Arkan. Ya, pria yang tadi dibicarakan oleh Serena dan citra adalah Arkana Raditya Permana. Anak sulung dari Tuan Aditya dan Gina, pemilik perusahaan besar yang ada di tengah kota yaitu RA Company.
"Okay, cepatlah pulang. Mommy sangat ingin memakan kue itu" Ucap seorang wanita paruh baya diseberang sana, yang tak lain adalah mommynya.
"Mommy seperti orang hamil saja sangat menginginkan kue itu".
"Ckk.. kau ini, memangnya hanya orang hamil saja yang mau memakan kue itu" ucap Gina, sang mommy yang mulai kesal dengan perkataan anak sulungnya itu.
Setelah menelpon, Arkan melanjutkan perjalanannya menuju rumah orang tuanya.
Sesampainya di rumah, Arkan langsung disambut oleh suara tangis anak kecil yang tak lain anak dari sepupunya, Tania. Ya, ternyata di rumahnya sedang ada keluarga kecil Tania yang sedang berkunjung.
"Uncle" teriak anak berusia 5 tahun sambil berlari ke arah Arkan.
"Hai boy, kalian disini rupanya" ucap Arkan sambil menggendong Gerry, anak pertama dari pasangan Tania dan Josua.
"Iya uncle, aku akan menginap disini" ucap anak kecil itu. Tania dan Josua berniat menitipkan Gerry pada mereka karena Gerry memaksa ingin menginap dan bermain dengan Arkan, unclenya.
"Baiklah nanti kita bermain sepuasnya" jawab Arkan sambil menuju sofa dimana keluarganya berkumpul.
"Rania kenapa?" Tanyanya pada Tania, pasalnya bayi 7 bulan itu sedang menangis.
"Entahlah, sepertinya dia ingin tidur. Sudah ku gendong sejak tadi tapi dia masih belum tertidur" ucap Tania yang mulai frustasi karena anaknya tidak kunjung tidur, padahal sekarang sudah masuk waktu tidurnya, dan sejak tadi Tania sudah mencoba menimangnya tetapi tetap tidak membuat Rania tertidur.
Arkan menurunkan Gerry dari gendongannya dan mencoba mengambil alih Rania dari gendongan Tania.
"Biar aku yang menggendongnya" Arkanpun mencoba menggendong Rania, dan beberapa menit kemudian tangisan Rania mulai mereda dan perlahan tertidur dalam gendongan Arkan. Semua orang bernafas lega akhirnya bayi itu berhenti menangis, tetapi mereka juga heran kenapa bisa Rania tertidur di tangan Arkan.
"Kau memang sudah cocok menjadi seorang ayah" ucap Tania.
"Hmm, sudah aku katakan dan seringkali aku memaksanya untuk cepat menikah karena mommy sudah tak sabar untuk menimang cucu mommy sendiri" Selama ini Gina Sering mengenalkan anak-anak gadis dari teman-temannya tetapi tidak ada yang bisa bertahan karena Arkan yang terus menolaknya.
"Sudah lah sayang, biarkan Arkan menemukan wanita pilihannya sendiri" ucap Aditya.
"Iya dad, tapi sampai sekarang dia sama sekali belum pernah mengenalkan gadis manapun ke kita" jawab Gina "Huh, umurmu sudah 29 tahun Arkan. Sampai kapan kau terus sendiri seperti ini" Gina selalu emosi jika membahas hal ini, pasalnya anaknya itu susah sekali untuk menikah. Para sepupu dan teman-temannya banyak yang sudah menikah dan bahkan sudah memiliki 3 anak tapi dia memperkenalkan seorang gadispun tidak.
Sedangkan Arkan, orang yang sedang dibicarakan oleh mereka hanya diam dan tidak perduli dengan perkataan mommynya yang sudah marah-marah.
Serena Valerie Adiwijaya, gadis cantik dan manis itu memiliki gaya hidup yang sederhana. Dia bekerja di kota untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Menjadi anak sulung di keluarganya membuat dia memiliki beban dan tanggungan untuk membiayai segala keperluan keluarganya itu. Adiknya, Laura masih menempuh jenjang kuliah dan dia juga harus membiayai kuliah adiknya itu. Papahnya, dia memang mempunyai papah tapi tidak selalu keperluan keluarganya bisa dicukupi dengan uang yang dikirimkan papahnya itu. Seperti biaya kuliah ini, tetap saja akhirnya serena yang harus bekerja untuk itu.
Serena sebenarnya sempat kuliah juga, tetapi karena ekonomi keluarganya yang memburuk, dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya itu dan memilih untuk bekerja. Hubungan keluarganya memang rumit, hal itu yang membuat Serena tidak bisa apa-apa selain pasrah dengan keadaannya itu. Papahnya jarang sekali pulang ke rumah dan tinggal di kota G, kota kelahirannya dan dimana dia bekerja. Sedangkan mereka menetap di kota mamahnya dilahirkan yaitu kota B. Karena papahnya yang jarang sekali pulang, itu membuat mereka tidak terlalu dekat dengan papahnya. Mereka bagai orang asing jika papahnya sedang ada di rumah.
Hari sudah menunjukan pukul 5 sore, toko segera tutup dan mereka sedang membereskan toko sebelum menutupnya.
"Malam nanti kau akan kemana?" Tanya citra pada Serena
"Tidak kemana-mana, hanya di rumah saja" Serena tinggal di Rumah kecil yang di sewanya selama dia di kota A. Dia merantau ke kota A sendirian untuk bekerja. Dia menyukai pekerjaannya itu karena dia juga memang memiliki hobi memasak, dia juga sangat suka sekali membuat berbagai jenis kue dan roti saat masih di rumah.
"Bagaimana kalau nanti malam kita pergi keluar? Aku sedang bosan hanya berdiam diri di rumah" Ajak citra
Serena berpikir sejenak, sepertinya dia juga butuh hiburan. "Baiklah" jawab Serena
"Nanti malam aku akan menjemputmu" Serena mengangguk untuk menjawabnya.
Di malam harinya sekitar pukul 7 citra menjemputnya. Mereka berjalan ke salah satu mall yang ada di kota tersebut dengan menggunakan motor citra. Rumah citra memang tidak terlalu jauh dari rumah Serena, terkadang mereka juga berangkat bersama ke toko, citra sering mengantar jemput serena.
Setelah sampai di mall mereka membeli beberapa barang yang mereka butuhkan seperti baju dan aksesoris wanita. Setelah itu mereka memutuskan untuk makan malam di salah satu restaurant yang ada di mall tersebut.
"Kau mau makan apa? Hari ini biar aku yang membayarnya" ucap citra sambil memilih makanan
"Wahh kau serius?" Tanya Serena, karena kalau citra seperti ini biasanya dia baru saja mendapatkan kiriman uang dari pacarnya.
"Serius Serena sayang" jawab citra
"Kali ini kenapa lagi?" Tanya Serena yang sudah hafal dengan kelakuan temannya itu
"Hahaha... Sepertinya kau sudah tau" jawab citra sambil tertawa
"Kau marah lagi padanya?"
"Hmm... Karena dia seharian ini sangat sibuk dan tidak membalas pesanku, jadi dia meminta maaf dan mengirimkan sejumlah uang sebagai tanda permintaan maafnya untukku. Dia bilang untuk makan malam, jadi aku mengajakmu kemari" jawab citra
"Aku dengar, katanya disini ada tempat karaoke baru, bagaimana kalau nanti kita mencobanya?" Ajak citra. Jika sedang merasa lelah, mereka memang terkadang menghilangkan penat dengan menyanyi.
"Oh iya? Aku baru tahu. Okay, lain waktu kita bisa mencobanya" jawab Serena. Mereka lanjut makan sambil berbincang.
Hari sudah semakin larut, waktu menunjukan hampir pukul 10 malam. Serena dan citra memutuskan untuk segera pulang.
"Aku ke kasir dulu" citra pergi ke kasir untuk membayar makanan yang mereka makan tadi.
Serena masih menunggu di meja tadi. Saat dia melihat sekelilingnya, saat itu pula dia melihat pria tampan yang tadi siang dia temui. Matanya mengikuti kemana pria itu pergi, namun pada saat itu pula Serena melihat sesuatu terjatuh dari saku celana pria itu. Melihat hal itu, Serena langsung mengambil benda yang terjatuh tadi.
Dapat dilihat sesuatu yang tadi jatuh dari saku pria tadi adalah dompet, Serena membuka dompet tersebut dan melihat identitas pemiliknya. Di dompet itu tertera kartu identitas dengan nama Arkana Raditya Permana. Serena langsung menutup dompet itu dan langsung mencari keberadaan pria tadi yang ternyata sudah hampir memasuki mobilnya, melihat itu Serena langsung mencoba mengejar pria tadi.
Tok!! Tok!! Tok!!
Serena mengetuk jendela mobil itu "Maaf tuan".
Pria itu menurunkan kaca mobilnya dengan dahi berkerut. "Iya? Ada apa?" Pria itu bertanya dengan suara beratnya.
"Ini milikmu terjatuh di dalam restauran tadi" ucap Serena sambil menyodorkan dompet milik Arkan
Arkan langsung mengecek dompetnya yang dia simpan di saku celana, namun benar dompetnya tidak ada disana. Dia langsung turun dari mobil.
"Terimakasih" ucap Arkan sambil mengambil dompet tersebut. Dia mengecek isinya, apakah benar dompet itu miliknya.
"Terimakasih sudah menemukan dompet saya" ucap Arkan, lalu dia mengambil beberapa lembar uang dan diberikan pada Serena.
"Ini untukmu"
"Tidak tuan, terima kasih" tolak Serena dengan lembut
"Ini untuk tanda terima kasih" Arkan masih mencoba memberikan uang tersebut untuk Serena.
"Tidak tuan, aku ikhlas membantu" Serena masih menolaknya dengan lembut.
"Baiklah, terima kasih" Arkan menyimpan kembali uangnya. "Kau sendirian disini?" Tanyanya pada Serena
"Tidak, aku bersama temanku, dia masih di dalam" jawab Serena
"Biar saya antar kalian pulang" ucap Arkan
"Terima kasih atas tawaran anda tuan, tetapi itu tidak perlu, kami membawa kendaraan sendiri" jawab Serena, sebenarnya Serena merasa gugup pada saat ini karena harus bertatapan dengan pria yang mulai menarik perhatiannya
"Baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih untuk ini. Saya harus pergi sekarang" ucap Arkan menatap gadis yang tingginya jauh dibawahnya ini, sedari tadi gadis yang ada di depannya ini selalu menunduk.
"Iya tuan, silahkan" Arkanpun pergi, citra yang melihat temannya berdiri di luar dengan seorang pria yang dia kenali itu langsung menghampirinya.
"Bukankah pria tadi yang kita bicarakan di toko?" Tanya citra yang mengagetkan serena.
"Kau ini mengagetkan saja" ucap Serena
"Kenapa kalian bisa berbincang seperti tadi?" Tanya citra lagi yang masih penasaran.
"Ah tadi dompetnya terjatuh dan aku mengembalikan padanya" jawab Serena
"Kebetulan macam apa ini" ucap citra
"Sudah ayok kita pulang" Serena menarik tangan citra agar segera pulang.
Sesampainya di rumah, Serena duduk dan masih mengingat kejadian tadi.
"Oh tuhan, apakah aku benar-benar tertarik padanya" ucapnya sambil memegang dadanya karena perasaannya menjadi tak karuan jika mengingat pria tadi yang dia ketahui bernama Arkan. Mengingat namanya dia mencoba mencari data diri pria tadi di internet.
Setelah mencari tahu tentang Arkan dan memang benar apa yang dikatakan oleh citra bahwa Arkan adalah anak dari salah satu orang kaya di kota ini.
"Dia benar-benar sempurna, tubuh yang tinggi, wajah tampan, serta memiliki segalanya" gumam Serena
"Kalaupun aku memang jatuh cinta padanya, itu hanya angan-angan karena tidak akan mungkin rasa ini menjadi nyata" setalah berbicara sendirian sejak tadi, Serenapun segera membersihkan diri dan setelahnya langsung istirahat.
Hari ini Serena berangkat ke toko dengan di jemput oleh Citra. Kerjaan di toko hari ini sepertinya akan sangat banyak karena hari ini banyak sekali pelanggan yang datang.
"Serena, kau bisa antarkan ini ke kantor RA company? Ada pesanan masuk dari kantor tersebut" ucap pak Yudi
"Bisa pak, nanti saya antarkan" jawab Serena
Pak Yudi mengambil pesanan yang harus dibawa Serena. "Ini, antarkan dengan baik ya karena yang membeli ini pemilik perusahaan besar tersebut" ucap pak Yudi sambil memberikan pesanan tersebut.
"Iya pak" Serenapun mengambil kotak kue itu dan bergegas pergi ke tempat tujuan. Dia pergi menggunakan motor yang disediakan oleh toko.
20 menit Serena mengendarai motor tersebut dan akhirnya sampai juga di perusahaan tersebut. Serena melihat kembali alamat yang di berikan untuk memastikan apakah alamatnya sudah benar.
"Permisi pak, saya mau mengantar pesanan tuan Arkana" ucap Serena sambil melihat kertas yang bertuliskan nama pembelinya, Serena sempat kaget karena nama pembelinya sama dengan orang yang tadi malam dia temui, apakah benar orang tersebut yang membeli kue ini? Ucapnya dalam hati.
Mendengar nama pemilik perusahaan ini disebut, security itupun langsung membukakan jalan untuk Serena. "Silahkan langsung masuk saja" ucap security itu. Serena yang dipersilahkan masukpun langsung memarkirkan motornya dan berjalan masuk menuju meja resepsionis.
"Permisi nona, saya dari toko butterfly cake and bakery ingin mengantarkan pesanan tuan Arkana" ucap Serena.
"Tunggu sebentar, saya akan hubungi asistennya terlebih dahulu" ucap resepsionis tersebut. Serena hanya mengangguk untuk menjawabnya.
Terlihat resepsionis tersebut sedang menghubungi seseorang. "Nona silahkan anda langsung antar saja ke ruangannya yang ada di lantai 20" resepsionis itu mengantar Serena sampai di depan lift.
Serena bingung, mengapa harus dirinya yang mengantar? Biasanya dia hanya mengantarkan pesanan sampai di tangan security atau resepsionis saja.
"Baik, terima kasih" ucap Serena sambil tersenyum.
Ting!!
Pintu lift terbuka, sekarang Serena sudah ada di lantai 20, tetapi dia kebingungan karena tidak tahu ruangan Arkana yang mana.
Ada satu pegawai yang sedang berjalan disitu, dia menatap Serena yang sepertinya kebingungan dan seperti bukan pegawai disini.
Serena memutuskan untuk bertanya pada pegawai yang sedang berjalan tersebut. "Maaf, saya ingin bertanya" ucapnya pada pegawai wanita tersebut, dan pegawai wanita itupun menjawabnya "iya?".
"Ruangan tuan Arkana ada di sebelah mana?"
Pegawai itupun menjawabnya dengan menunjukannya. "Anda lurus saja, ruangannya ada di paling ujung sebelah sana" ucap pegawai wanita itu
"Baik, terima kasih" ucap Serena dan dibalas anggukan oleh pegawai wanita itu.
Serena berjalan kearah yang ditunjukan, di depan pintu tersebut terdapat tulisan CEO. "Sepertinya ini benar ruangannya" gumamnya.
Tok!!tokk!!tokk!!
Lalu ada yang membukakan pintu, seorang wanita cantik.
"Saya mengantar kue pesanan atas nama tuan Arkana, nyonya" ucap Serena pada wanita tersebut.
"Ah iya, silahkan masuk terlebih dahulu. Tolong letakan kuenya disana ya" ucap wanita itu sambil menunjuk meja yang ada di ruangan tersebut.
Serena menurut dan mulai masuk ke dalam ruangan tersebut, dan dia kaget ternyata benar Arkana yang dimaksud adalah Arkana yang semalam dia temui. Melihat itu Serena langsung buru-buru meletakan kue tersebut dan hanya menunduk.
"Terima kasih telah mengantarkan sampai disini, aku sedang sangat ingin memakan kue ini" ucap wanita cantik itu
"Semoga anda menyukainya nyonya, saya permisi" ucap Serena.
Arkan mendengar suara itu, seperti suara yang dia kenali, dia langsung meoleh ke arah Serena.
"Tunggu dulu, ini ada uang tip untukmu" ucap wanita itu sambil memberikan beberapa lembar uang untuk serena.
"Tidak nyonya tidak perlu, terimakasih atas pemberiannya tetapi ini memang pekerjaanku dan tanggung jawabku untuk mengantarkannya sampai disini" tolak Serena dengan lembut
"Tidak, terimalah ini. Aku akan sangat sedih kalau kau tidak menerima ini. Kau telah melakukan pekerjaan yang baik, anggaplah ini bonus atas pekerjaanmu" ucap wanita itu
"Tapi ini terlalu banyak nyonya" ucap Serena
"Tidak, terimalah ini" wanita ini memberikan uang tersebut pada genggaman Serena. Arkan memperhatikan semua itu.
"Kau wanita yang semalam itu?" Tanya Arkan pada Serena, Airapun bingung dengan ucapan kakaknya. Ya, wanita yang ada di ruangan tersebut adalah Aira Olivia Permana adik dari Arkan.
Serena mendengar pertanyaan dari Arkan, dia hanya mengangguk saja dan langsung izin untuk pergi. "Maaf tuan dan nyonya, saya harus cepat kembali ke toko" ucap Serena.
"Ah iya silahkan, terima kasih... Siapa namamu?" Tanya Aira
"Serena, nyonya" jawab Serena
"Ya, terima kasih Serena" ucap Aira dengan tersenyum. Serena tersenyum dan langsung pamit pergi dari sana.
Seperginya Serena, Aira menanyakan pada sang kakak, mengapa dia bisa mengenali Serena. Aira curiga dengan perkataan kakaknya yang ambigu menanyakan Serena adalah wanita yang semalam? Aira pikir kakaknya dan serena telah melakukan hal yang tidak benar semalam.
"Siapa dia kak? Kau mengenalnya?" Tanya Aira penuh selidik pada Arkan
"Dia menemukan dompetku terjatuh saat semalam di restaurant" jawab Arkan
Aira mengangguk mendengar penuturan kakaknya. "Aku pikir kalian telah melakukan hal lain semalam"
"Ckk.. otakmu selalu saja seperti itu" Ucap Arkan, pasalnya adiknya ini sering kali curiga pada dirinya jika menyangkut wanita. Sama seperti sang mommy, dia juga sering mengenalkan teman-teman wanitanya pada Arkan.
"Kalau benar seperti itupun tidak apa-apa kak, sepertinya dia wanita yang baik, terlihat dari tata caranya berbicara" ucap Aira. Arkan yang mendengar itu tidak memperdulikan ucapan adiknya, karena nanti perbincangan ini akan terus berlanjut.
"Sudahlah makan saja kuenya" ucap Arkan
"Ah iya aku lupa, wahh... Sepertinya enak sekali" ucap Aira lalu dia mulai memakan kue tersebut dan sesekali menyuapi kakaknya itu.
"Kau makan sendiri saja, aku sudah kenyang" ucap Arkan
________
Di luar ruangan, Serena merasa jantungnya berdebar karena tadi Arkan bertanya padanya.
"Mengapa dia tampan sekali, ketampanannya bertambah berkali lipat jika sedang bekerja seperti tadi" gumam Serena.
"Tapi siapa wanita tadi? Apakah dia sudah menikah dan itu istrinya?" Ucapnya menebak-nebak.
"Sepertinya iya, mana mungkin pria setampan dan sekaya itu belum memiliki pasangan" ucapnya sendu, rasanya hatinya sakit mendengar perkataannya sendiri.
"Beruntung sekali dia mendapatkan pria itu. Hmm... Tidak, wanita tadi juga sangat cantik dan elegan, mereka berdua memang pasangan yang serasi" Serena masih bergumam di depan ruangan tersebut.
"Ah sudahlah, mulai sekarang aku harus melupakannya" ucap serena sambil berjalan pergi keluar dari gedung itu.
Dijalan dia juga masih memikirkan hal tadi. sepertinya dia benar-benar menyukai pria itu, 'bagaimana ini aku harus melupakan perasaan ini yang baru saja muncul' pikirnya dalam hati
Sesampainya di toko dia bertemu dengan citra. "Bagaimana tadi? apakah banyak pria tampan di kantor itu?" Tanya citra.
Serena menatap citra dengan sendu. "Kau tahu tidak, ternyata yang memesan kue tadi adalah pria yang kemarin aku temui saat di restaurant".
"Oh iya? Sungguh ini bukan lagi kebetulan Serena, sepertinya ini petunjuk bahwa dia adalah jodohmu" ucap citra dengan bersemangat
"Tidak, dengarkan aku dulu" ucap Serena sambil menggenggam bahu citra
"Ternyata dia sudah beristri, tadi yang menerima kuenya istrinya. Dia yang menginginkan kue itu" ucap Serena
"Kau tahu hal itu dari mana?" Tanya citra
"Ckk!.. sudah ku katakan tadi, aku melihatnya sendiri" Serena berdecak kesal pada citra
"Kau mendengarnya sendiri kalau dia memanggil pria itu suaminya?" Tanya citra lagi
"Tidak, hanya saja aku sangat yakin kalau itu memang istrinya. Lagian mana mungkin pria seperti dia belum memiliki pasangan" ucap Serena sedih.
"Tapi mungkin saja itu bukan istrinya, atau mungkin itu adiknya" ucap citra.
"Tidak mungkin, aku yakin itu istrinya" Serena masih teguh dengan pendapatnya.
"Kau pasti cukup sedih..., tenang saja nanti akan aku carikan dan kenalkan kau dengan teman-teman priaku" ucap citra menenangkan Serena
"Tidak perlu, aku akan fokus bekerja lagi saja" jawab Serena, dia berlalu pergi masuk ke dapur toko lagi.
Citra menghela nafasnya kasar, Serena selalu seperti ini, dia susah sekali untuk sekedar berkenalan dengan laki-laki secara serius. Dia terlalu fokus bekerja agar memberikan yang terbaik untuk keluarganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!