Di dalam sebuah laboratorium, Alexis sedang memandangi alat yang sedang dia ciptakan.
Karena kejeniusan nya, dia sudah berhasil menjadi seorang profesor di usia muda. Memiliki IQ yang tinggi serta seni beladiri yang tinggi pula.
Sehingga cita-citanya untuk menjadi seorang ilmuwan hebat pun terwujud. Di usia yang baru menginjak 25 tahun, Alexis di nobatkan sebagai ilmuwan wanita termuda di abad 21 ini.
"Huft, aku jadi deg-degan. Apakah akan berhasil," gumamnya.
Alexis pun menyimpan kalung tersebut di sebuah brankas agar tetap aman. Kemudian dia pun keluar dari laboratorium tersebut.
Di depan gedung, Alexis tersenyum saat melihat temannya yang sudah menunggunya. Temannya juga bekerja di tempat ini.
Namun temannya yang bernama Merlin tidak sejenius Alexis. Sehingga dirinya hanya menjadi pembantu saja.
"Bagaimana? Berhasil?" tanyanya.
"Aku masih ragu karena belum di uji," jawab Alexis. "Sekarang aku simpan di brankas milikku," imbuhnya.
Merlin mengangguk. Kemudian menjalankan mobilnya menuju apartemen. Karena mereka harus istirahat.
Alexis sengaja menyuruh Merlin untuk menyetir, karena dia terlalu capek dan butuh istirahat.
Setibanya di apartemen, Keduanya pun keluar dari mobil. Mereka tinggal bersama, karena Alexis butuh teman dan tidak ingin tinggal sendiri.
"Oh iya, aku belum memberitahu profesor Ar," kata Alexis.
"Kapan peluncuran nya?" tanya Merlin.
Alexis menggeleng. Dia juga perlu berbincang dengan profesor Ar dan rekan lainnya. Tapi Alexis mengatakan jika dirinya harus menguji dulu hasil ciptaannya itu.
"Kamu mandi dulu, aku mau masak untuk makan malam kita," kata Merlin.
Alexis tersenyum, lalu memeluk Merlin sebagai teman baiknya. Mereka berteman sejak lama, jadi Alexis menganggapnya sudah seperti saudara.
"Huft, capek," keluh Alexis. Dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar.
Setelah beberapa saat, Alexis pun bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Dia mengisi air di dalam bathtub lalu memberikan sabun cair.
Alexis membuka pakaian nya satu persatu dan menyimpannya di keranjang khusus pakaian kotor.
"Segarnya," ucapnya saat berendam di dalam bathtub.
Pintu kamarnya di ketuk, namun Alexis masih berendam di bathtub kamar mandi. Jadi Merlin pun berhenti mengetuk pintu.
Alexis keluar, karena sudah selesai mandi. Dia membuka pintu, namun tidak ada siapa-siapa.
"Lin!" Alexis mengetuk pintu kamar Merlin.
"Ya, ada apa?" tanyanya setelah membuka pintu.
"Tadi kamu mengetuk pintu, aku sedang mandi," ujar Alexis. Merlin tersenyum, dia hanya ingin mengatakan jika dirinya sudah selesai memasak.
Alexis pun mengangguk. Kemudian Alexis kembali ke kamarnya untuk berpakaian. Karena dia masih menggunakan jubah mandi.
Beberapa saat kemudian, Alexis sudah keluar dengan pakaian santainya. Dia langsung menuju meja makan dan duduk di sana.
Merlin masih belum keluar, Alexis berpikir jika Merlin masih mandi. Benar saja, tidak berapa lama Merlin keluar setelah selesai mandi dan berpakaian lengkap.
"Maaf hanya seadanya," kata Merlin.
"Tidak masalah. Oh iya, nanti aku saja yang belanja," kata Alexis.
Merlin mengangguk, kebetulan persediaan bahan makanan mereka sudah menipis. Alexis meminta Merlin untuk mencatat keperluan yang harus di beli.
Setelah selesai makan, Alexis menunggu Merlin mencatat semua yang ingin di beli. Stok belanja satu bulan pun sudah selesai di catat.
"Nih, kalau mau tambahin juga boleh," kata Merlin.
Alexis belanja menggunakan uang pribadi. Dia tidak pernah meminta uang belanja kepada Merlin.
"Aku berangkat dulu," kata Alexis. Merlin tersenyum lalu mengangguk.
Dengan langkah pasti Alexis masuk ke dalam lift. Setelah tiba di lantai bawah, tanpa menoleh ke kiri dan kanan, dia berjalan menuju parkiran.
"Sepertinya mau turun hujan, untung aku sudah siapkan mantel," gumamnya sambil menoleh ke kursi belakang.
Alexis mengendarai mobilnya menuju supermarket. Tidak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa kilometer saja dari gedung apartemen tempat nya tinggal.
Setibanya di supermarket, Alexis tanpa membuang waktu pun mengambil troli belanjaan. Kemudian mengambil satu persatu keperluan yang ada di catatan tersebut.
Setelah selesai, Alexis pun ke kasir untuk melakukan pembayaran. Pegawai kasir pun menghitung belanjaannya. Kemudian Alexis menyerahkan kartu miliknya untuk di gesek.
"Terima kasih Nona, silakan datang lagi," ucap pegawai kasir dengan ramah.
"Sama-sama," balas Alexis.
Alexis pun ingin kembali ke apartemen. Karena sudah tidak ada lagi yang ingin di belinya. Alexis perlahan keluar dari parkiran dan melajukan mobilnya di jalan raya.
Namun di tengah perjalanan. Beberapa buah mobil terparkir sembarangan. Hampir menutupi jalan dan hanya tersisa satu jalur saja.
Alexis melihat ada seorang pria yang sedang di keroyok. Alexis pun segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Alexis segera berlari dan langsung menerjang salah satu dari mereka. Mereka tercengang dan berhenti bertarung. Pria itu juga tercengang melihat kedatangan Alexis.
Tanpa berkata apa-apa, Alexis langsung membantu pria itu melawan sepuluh orang penjahat.
Alexis tidak tahu siapa mereka? Namun nalurinya yang tidak tega melihat orang lain di tindas pun tentu saja dia akan membantu.
Pria itu tersenyum saat melihat kehebatan Alexis dalam bertarung. Karena terlalu asyik memperhatikan Alexis, pria itu sampai tidak sadar satu pukulan mendarat di pipinya.
"Aaaah sial!" umpat nya. Tidak terima ditinju, pria itu membalasnya.
Alexis sudah berhasil mengalahkan lima orang di antaranya. Kemudian dia menjadi penonton saat pria itu melawan lima lainnya.
Akhirnya satu persatu mereka pun terkapar di tanah. Pria itu pun menepuk tangannya seolah menepis debu.
"Terima kasih, jika tidak ada kamu mungkin aku tidak bisa mengalahkan mereka," kata pria itu. "Nama Raymond. Kamu?"
"Alexis. Maaf aku buru-buru," jawab Alexis lalu segera berlari kecil dan masuk ke dalam mobil.
"Kita akan bertemu lagi!" seru Raymond saat mobil Alexis mulai bergerak perlahan. Alexis hanya melambaikan tangannya pertanda tidak akan bertemu lagi.
Raymond tersenyum, baru kali ini ia bertemu perempuan setangguh itu. Tidak berapa lama asisten nya dan anak buahnya pun datang.
"Tuan!"
"Kalian lambat! Bereskan mereka! Perintah Raymond.
Tanpa di perintah untuk kedua kalinya. Asisten dan anak buahnya pun segera mengurus semuanya. Sedangkan Raymond akan kembali ke apartemen miliknya.
Alexis sudah tiba di gedung apartemen. Dia meminta sekuriti untuk membantunya membawa barang belanjaannya.
"Terima kasih Pak, ini ambillah buat beli kopi," kata Alexis menyerahkan beberapa lembar uang.
Sekuriti awalnya menolak, namun setelah di paksa barulah di terimanya. Mereka pun pergi setelah menerima tips dari Alexis.
"Nona Alex memang baik ya, tiap kita tolong selalu memberikan tips yang lumayan banyak," kata salah satu sekuriti.
"Itu karena nona Alex baik dan tidak pelit. Tidak seperti nona Merlin yang pelik," ujar temannya.
"Hus, jangan ngomong sembarangan. Dinding dan semua yang ada di sini memiliki mata dan telinga," kata sekuriti yang satunya.
Sementara Alexis sudah masuk. Dia dan Merlin menyimpan barang-barang keperluan mereka.
Kemudian mereka pun istirahat karena besok akan kembali bekerja di laboratorium untuk menguji hasil ciptaannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Karya baru lagi teman-teman. Mencoba lagi menulis tentang reinkarnasi. Berharap kalian suka membacanya.
Hanya sekedar hiburan ya, jangan di bully karena aku juga bukan ahlinya dalam menulis cerita.
Oh iya, untuk cerita keluarga Henderson aku belum memiliki ide. Belum tahu nih yang mana lagi yang harus di buat cerita.
Ada yang minta anak-anak nya Carlos. Insya Allah, aku akan pikirkan dulu alur cerita yang pas untuk mereka.
Keesokan harinya ...
Alexis dan Merlin berangkat bersama. Tiba di gedung tempat mereka bekerja, Alexis langsung menemui profesor Ar.
"Selamat pagi prof."
"Selamat pagi, silakan duduk."
Alexis duduk berhadapan dengan profesor Ar. Kemudian profesor Ar pun menanyakan hasil penemuannya kepada Alexis.
"Bagaimana hasilnya? Apakah berhasil?"
"Belum di uji prof. Rencananya hari ini akan diuji."
"Baiklah, sekarang tunjukkan keahlian mu."
Alexis mengangguk. Kemudian mereka pun menuju ke sebuah laboratorium tempat menyimpan kalung itu.
Alexis membawa brankas tersebut ke hadapan profesor Ar dan rekan-rekan lainnya. Dan uji coba pun di mulai.
Ternyata apa yang di ciptakan oleh Alexis berhasil dengan sempurna. Kalung itu bisa menyimpan apapun termasuk obat-obatan yang di ciptakan oleh Alexis.
Profesor Ar tersenyum miring. Melihat perubahan profesor Ar, Alexis merasa ada yang tidak beres.
Alexis pun segera menyimpan kembali kalung tersebut di dalam brankas. Kemudian menguncinya dengan sandi yang hanya dirinya yang tahu.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menyimpan nya kembali?" tanya profesor Ar dengan marah.
Alexis tidak menjawab, dia langsung membawa brankas tersebut. Namun suara tembakan menghentikan langkahnya.
"Serahkan kepadaku!"
Suara yang sangat di kenal oleh Alexis. Alexis pun menoleh ke arah suara. Dan benar saja, itu suara Merlin yang mengacungkan pistol ke arahnya.
"Lin, kamu?"
"Kamu terlalu naif Alex. Aku sudah lama mengincarnya."
"Lin, sadarlah. Kita ini sahabat, bahkan aku sudah menganggap mu sebagai saudara ku," ucap Alexis lirih, berharap Merlin mengurungkan niatnya.
"Rampas brankas itu!" perintah profesor Ar.
"Baik Tuan." Beberapa bawahan profesor Ar pun maju.
Alexis yang tidak ingin brankas itu jatuh ke tangan mereka pun berusaha untuk mempertahankan nya.
Sambil memeluk brankas tersebut, Alexis pun bertarung melawan bawahan profesor Ar. Padahal sebelumnya mereka adalah rekan kerja.
Dor ... Satu peluru melesat ke arah Alexis. Alexis terjatuh karena kakinya tertembak. Alexis berusaha menyelamatkan diri dengan kabur membawa brankas tersebut.
"Kejar!" perintah Merlin.
Mereka pun mengejar Alexis. Alexis masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari situ. Para bawahan profesor Ar pun mengejar Alexis dengan menggunakan mobil.
"Dia tidak akan bisa lari jauh, aku sudah menyabotase mobilnya," kata Merlin pada profesor Ar.
"Kamu benar-benar jahat, pura-pura baik dan menjadi temannya," kata profesor Ar.
"Profesor juga sama, jadi jangan menyalahkan aku saja," ujar Merlin sambil tersenyum miring.
"Aku tidak perduli, yang penting aku mendapatkan kalung itu," kata profesor Ar.
Kemudian keduanya berjalan ketempat mobil. Mereka akan mengikuti mobil yang di gunakan oleh Alexis.
Mereka sudah memasang alat pelacak di mobil tersebut. Jadi mereka bisa dengan mudah menyusul mobil yang di gunakan Alexis.
Sementara Alexis dengan gila-gilaan menyetir mobil tanpa menyadari jika mobilnya sudah di sabotase.
Namun saat di tempat sepi, Alexis baru menyadari jika mobilnya tidak bisa berhenti karena rem nya blong.
Alexis melihat ke kaca spion, mobil yang mengejarnya berjarak sekitar 50 meter. Tidak ada pilihan lain, Alexis pun membuang brankas tersebut.
Alexis masih terus melajukan mobilnya. Hingga akhirnya, ada sebuah mobil yang menghalanginya.
Alexis pun membanting setir mobil demi menghindari mobil yang menghalanginya. Mobil Alexis pun terjatuh ke jurang yang ada di tempat itu.
Duar.... Suara ledakan terdengar dari mobil yang di tumpangi oleh Alexis. Mereka pun berhenti mengejar Alexis.
Namun tidak ada yang berani untuk turun menghampiri mobil yang meledak itu. Hingga Merlin dan profesor Ar pun datang.
"Tuan!" Mereka menunduk hormat.
"Bagaimana?" tanya profesor Ar.
"Mobil nya jatuh ke jurang dan meledak," lapor salah satu bawahan profesor Ar.
"Periksa ke bawah. Dan pastikan jika dia benar-benar sudah mati. Lalu ambil brankas yang di bawanya tadi," kata profesor Ar.
"Baik Tuan!" Beberapa bawahan profesor Ar pun turun ke bawah untuk memastikan Alexis benar-benar mati.
Setengah jam kemudian, para bawahan profesor Ar melaporkan bahwa Alexis sudah hangus terbakar.
Sementara brankas yang di bawanya tidak di temukan. Profesor Ar pun marah dan meminta bawahan untuk terus mencari sampai dapat.
"Sial! Ternyata dia lebih cerdik!" umpat profesor Ar.
Para bawahan profesor Ar terus mencari. Namun mereka tidak menemukan brankas itu.
Sementara di sisi lain ...
"Ampun, tolong aku, aku tidak melakukannya," rintih seorang wanita yang juga bernama Alexis.
Dia di siksa oleh suaminya karena di tuduh mencelakai kakak iparnya yang sedang hamil sehingga mengalami keguguran.
Padahal, wanita itu yang sengaja menjatuhkan diri dari tangga. Lalu menuduh Alexis lah yang mendorongnya.
Alexis terus menjerit meminta ampun. Namun setiap jeritan nya tidak sedikitpun menyentuh hati suaminya.
Suaminya terus saja mencambuk nya. Hingga beberapa saat kemudian, suara rintihan itu pun tiba-tiba berhenti.
Suami Alexis berhenti mencambuk nya. Kemudian memeriksa nya yang ternyata sudah tidak bernyawa lagi.
Karena panik, suami Alexis pun memerintahkan penjaga di rumah itu untuk membuangnya.
Namun saat baru di angkat. Alexis pun membuka matanya yang membuat mereka terkejut.
"Di mana aku? Bukannya aku sudah mati karena kecelakaan?" batin Alexis yang melihat suasana tempat nya berada berubah.
Alexis menoleh ke segala arah. Dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah mewah.
Alexis meraba-raba tubuhnya. "Siapa kalian?" tanyanya.
"Huh, ternyata kau pura-pura mati, agar aku kasihan padamu!"
Alexis belum mengerti, Damian pun menghampiri nya dan kembali hendak mencambuk nya.
Namun kali ini Alexis dengan cepat menangkap cambuk itu dan menariknya hingga terlepas dari Damian.
"Kau! Kembalikan cambuk itu!"
Alexis hendak bangkit, namun kepalanya terasa sangat pusing. Hingga dia pun berbaring di lantai.
Dalam ingatan nya timbul tentang penderitaan pemilik tubuh. Alexis yang belum menyadari kalau jiwanya sudah masuk ke dalam tubuh orang lain pun merasa heran.
"Kenapa bayangan orang lain muncul dalam ingatan ku?" batinnya. Potongan-potongan memori pemilik tubuh terekam jelas di ingatannya.
Alexis kembali tersadar saat bayangan pemilik tubuh menghilang. Dia kembali bangkit, walau pun tubuhnya terasa lemah.
"Kau bajingan!" Tanpa pikir panjang Alexis langsung mencambuk tubuh Damian.
Kali ini Damian yang menjerit kesakitan. Setelah merasa cukup, Alexis melihat dirinya di cermin. Alexis memejamkan mata lalu menghela nafas.
"Ternyata aku bereinkarnasi ke tubuh orang lain," gumamnya. "Jadi bayangan tadi adalah bayangan pemilik tubuh yang asli? Huh, sungguh malang sekali nasib pemilik tubuh ini," tambahnya.
Kemudian Alexis berjalan menuju kamarnya. Mengandalkan ingatan dari pemilik tubuh, Alexis pun ingin istirahat di kamar.
Sementara Damian pun di bantu oleh penjaga rumah ini. Ia tidak menyangka kalau istrinya bisa melakukan perlawanan padanya.
"Sial! Sejak kapan dia bisa membalas?" umpat Damian.
"Tuan tidak apa-apa?" tanya penjaga.
"Antarkan aku ke rumah sakit," pinta Damian.
Ia ingin mengobati lukanya, sekaligus menjenguk kakak iparnya yang ada di rumah sakit saat ini.
Alexis masuk ke kamarnya. Dia tersenyum kecut melihat keadaan kamarnya yang seperti kamar pelayan.
"Huh." Alexis menghela nafas. "Apa boleh buat, jiwaku sudah masuk ke dalam tubuh ini. Bertahan di sini sambil memikirkan cara untuk balas dendam," gumamnya.
Alexis membuka pakaiannya dan melihat tubuhnya nya penuh luka bekas cambukan. Alexis membuka-buka laci dan lemari. Namun dia tidak menemukan obat.
"Padahal orang kaya, tapi kotak obat pun tidak ada," gumam Alexis.
Pintu kamarnya di ketuk. Alexis menoleh ke pintu lalu membukanya. Seorang pelayan datang membawa kotak berwarna putih.
"Nyonya, ini obat untuk mengobati luka Nyonya," ucap pelayan.
"Terima kasih Bik."
"Sama-sama Nonya." Pelayan itu hendak pergi, namun di hentikan oleh Alexis.
"Bik, boleh tolong oleskan obat ke tubuhku? Soalnya aku tidak bisa sendiri."
Pelayan terlihat ragu, karena jika ketahuan oleh majikannya, dia akan kena marah. Bahkan lebih parahnya akan di pecat.
"Baik Nyonya," ucapnya akhirnya.
Dari sekian banyaknya pelayan, hanya pelayan satu ini yang baik kepada pemilik tubuh. Alexis pun membuka bajunya agar mudah mengoleskan obat.
Setelah selesai, pelayan pun segera pamit. Namun sebelum itu pelayan berpesan agar jangan dulu terkena air. Karena akan lama sembuhnya.
Alexis tersenyum, dia tahu pelayan yang satu ini setia pada pemilik tubuh asli. Setelah pelayan keluar, Alexis kembali menutup pintu dan menguncinya.
Alexis membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Matanya terpejam, kemudian terbuka lagi. Dia mengingat bagaimana sahabat baiknya mengkhianati nya?
"Merlin, ternyata kamu sudah bersekongkol dengan profesor Ar. Tunggu saja, setelah aku benar-benar pulih, aku akan balas perbuatan kalian!"
Alexis menggertakkan giginya hingga berbunyi. Sekarang, tidak ada lagi rasa persahabatan dan persaudaraan dalam hatinya. Yang ada hanya dendam atas perlakuan mereka.
Alexis akan mengatur rencana lebih dulu. Dia akan membereskan satu persatu lebih dulu. Terutama keluarga dari suami pemilik tubuh asli.
Alexis berpikir. Apa rencana selanjutnya? Sementara dirinya tidak memiliki apa-apa sekarang.
Dia teringat kembali brankas yang sudah di buang. Dia berharap brankas itu tidak ditemukan oleh siapapun.
"Kasihan sekali pemilik tubuh ini, harus meninggal karena di siksa," gumam Alexis.
Pintu kamar Alexis kembali di ketuk. Tapi kali ini lebih keras dari sebelumnya. Alexis dengan malas membuka pintu.
Namun saat baru membuka pintu, sebuah tangan langsung menamparnya. Alexis yang belum sempat menghindar pun begitu terkejut.
"Kamu! Enak-enakkan di sini! Sementara Jessy harus terbaring di rumah sakit!" Suara bentakan dari mertuanya Alexis sang pemilik tubuh.
"Benar, sekarang kakak ipar sedang bersedih karena kehilangan anaknya. Sekarang kakak ipar sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain keluarga ini," Annette menimpali.
"Dia sendiri yang menjatuhkan dirinya. Kenapa nyalahin aku?" Akhirnya Alexis angkat bicara.
"Dasar wanita tidak tahu diri! Sudah bagus kamu di tampung di rumah ini!" Mertuanya Alexis kembali mengangkat tangannya hendak menampar.
Namun kali ini Alexis tidak tinggal diam. Sebelum mertuanya itu kembali menamparnya, Alexis sudah lebih dulu menampar mertuanya itu.
"Kamu! Sudah berani melawan kamu ya?" Ibu mertua Alexis memegangi pipinya yang bekas di tampar oleh Alexis.
Karena tidak terima ibunya di tampar, Annette maju hendak membalas. Namun Alexis yang sekarang bukan lagi Alexis yang dulu, jadi Alexis lebih dulu menampar pipi adik iparnya itu.
"Ma, lihat aku juga di tampar," kata Annette mengadukan kepada ibunya.
"Perempuan ini, sudah berani sekarang. Awas saja, akan ku berikan pelajaran nantinya!" Dengan marah akhirnya mereka pun keluar dari kamar Alexis.
Alexis pun kembali menutup pintu. Dia kembali berbaring di tempat tidur. Mungkin karena capek, Alexis pun tertidur.
Sementara Damian masih berada di rumah sakit saat ini. Ia sedang menghibur kakak iparnya yang sedang sakit.
Setelah jatuh dari tangga hingga keguguran. Jadi jessy pura-pura menyedihkan hanya untuk menarik perhatian Damian.
Kenapa? Karena Jessy ingin merebut Damian dari Alexis. Setelah suaminya meninggal karena kecelakaan beberapa waktu lalu.
Dia di perlakukan dengan baik karena mengandung anak dari keluarga ini. Apalagi ini adalah calon cucu pertama Meri.
"Dam, aku sudah kehilangan segalanya. Aku tidak bisa menjaga penerus keluarga ini," ucap jessy sambil menangis.
"Tenang saja, aku akan memberikan pelajaran kepada Alexis. Dia sudah berani bertindak kejam," ujar Damian.
Jessy tersenyum tipis dalam pelukan Damian. Dia selalu berhasil menghasut semua orang di keluarga ini.
Sehingga Alexis yang menjadi korban kekerasan dari mereka. Jessy melepaskan pelukannya karena dokter masuk untuk memeriksanya.
"Maaf Tuan, kami harus memeriksa pasien sekali lagi," kata dokter.
Jessy melirik dokter dan dokter pun mengangguk sedikit. Ternyata, mereka sudah bekerjasama.
"Bagaimana Dok?" tanya Damian setelah dokter selesai memeriksa Jessy.
"Pasien banyak kehilangan darah, kami butuh beberapa kantong darah untuk pasien kembali pulih sepenuhnya," jawab dokter.
Padahal jessy sudah baik-baik saja. Namun karena rencananya ingin menyingkirkan Alexis dan membunuhnya secara perlahan. Jadi Jessy meminta dokter untuk memalsukan hasil pemeriksaan medis.
"Baiklah Dok, saya mengerti," kata Damian.
Damian pun meminta izin untuk pulang. Ia akan membawa Alexis kemari untuk mendonorkan darahnya.
Karena dokter mengatakan jika darah Alexis cocok dengan jessy. Damian yang gampang dibodohi pun percaya saja.
"Kakak ipar, aku pulang dulu untuk membawa Alexis kemari," kata Damian. Jessy mengangguk, namun setelah Damian keluar dari ruangan itu, Sintya tersenyum penuh makna.
Jessy merasa dirinya sudah menang. Dia belum tahu, jika Alexis yang lemah dan gampang ditindas sudah meninggal.
Dan sekarang di ganti dengan Alexis yang baru yang lebih kuat tentunya.
Di sisi lain ...
"Kamu sudah menemukan gadis yang aku maksud?" tanya Raymond kepada asistennya.
"Belum Tuan. Tidak mudah mencari seseorang yang tidak kita kenal," jawab Jason.
"Aku sudah sebutkan ciri-cirinya. Apa itu begitu sulit?" tanya Raymond dengan nada sedikit meninggi.
"Kalau Tuan bisa, kenapa tidak sendiri saja." Namun itu hanya mampu di ucapkan oleh Jason dalam hati.
Saat mereka sedang berseteru. Berita di televisi menayangkan kecelakaan seorang gadis yang mobilnya jatuh ke jurang.
Raymond terdiam dan mengamati nomor mobil tersebut. Ia ingat nomor mobil itu adalah milik seorang gadis yang menolongnya.
"Kita ke sana sekarang," kata Raymond.
Walau pun sedikit bingung, Jason tetap mengikuti tuan nya. Mereka pun bergegas menuju lokasi kejadian.
Dengan kecepatan tinggi, Raymond menyetir mobilnya. Ia penasaran dengan mobil yang kecelakaan itu.
Hingga tiba di lokasi kecelakaan, Raymond ingin mendekat, namun di tahan oleh petugas kepolisian.
Kemudian Raymond melihat sosok seorang gadis yang sudah terbakar karena ledakan. Raymond pun meminta petugas untuk berhenti.
Raymond membuka penutup jasad itu untuk mengidentifikasi orang itu. Benar saja, jasad itu adalah gadis yang di carinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!