NovelToon NovelToon

Ruang Ajaib Antagonis Kesayangan

Bab 1 : Sistem Ajaib

Lilia membuka matanya dengan susah payah, dan pandangannya terfokus pada langit-langit rumah reot yang penuh dengan lubang. Cahaya matahari yang masuk melalui salah satu lubang besar menyilaukan matanya, membuatnya memicingkan mata untuk mengurangi rasa tidak nyaman. "Dimana aku? Ini tempat apa?" ucapnya dengan nada yang penuh kebingungan.

Lilia memandang sekeliling, dan apa yang dilihatnya membuatnya semakin bingung. Rumah reot itu sangat jelek dan bobrok, dengan perabotan usang yang terlihat seperti sudah bertahun-tahun tidak digunakan. "Kenapa aku ada di sini?" Lilia bertanya pada dirinya sendiri, sambil berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

Dia adalah agen rahasia wanita yang hebat, dengan kemampuan dan pengalaman yang luas. Dia menjalankan misi membebaskan beberapa pasukannya yang disandera musuh, dan dalam proses penyelamatan, Lilia terjebak oleh musuh di rumah kosong. Kemudian, bom di sana meledak, dan ledakan itu membuat Lilia kehilangan kesadaran. Akibat ledakan itu, Lilia tidak sengaja terdampar di dunia yang asing ini.

Setelah mengingat kehidupannya di dunia modern sebagai agen rahasia yang tangguh, Lilia terkejut ketika sebuah ingatan lain muncul di kepalanya. Ingatan itu mengungkapkan bahwa dia sekarang berada di dunia baru sebagai Lilia, seorang gadis desa yang pemalas dan suka melakukan kejahatan. Warga desa membencinya, tapi Lilia tidak peduli. Bahkan, dia sengaja menjebak calon suami adik sepupunya untuk menikahinya, menunjukkan betapa tidak pedulinya dia terhadap orang lain.

"Apa ini? Aku masuk ke dunia novel?" Lilia terkejut sendiri ketika menyadari bahwa dunia barunya ini mirip dengan novel favoritnya, "Cinta Yang Tertunda". Namun, dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia menjadi pemeran antagonis yang bodoh dan jahat, yang berusaha memisahkan pasangan utama dalam cerita.

Lilia menggelengkan kepalanya, tidak percaya bahwa dia harus menjalani kehidupan sebagai tokoh antagonis yang tidak disukainya. "Lilia Cempaka, karakter yang selalu berbuat onar di desa, memeras uang suaminya, dan bahkan selingkuh. Akhirnya, dia dihukum warga desa hingga mati. Tidak, aku tidak mau mati tragis seperti itu," kata Lilia dengan tekad yang kuat.

Dengan kesadaran baru ini, Lilia bertekad untuk mengubah nasibnya dan menghindari akhir tragis yang telah ditentukan untuknya. Dia harus mencari cara untuk keluar dari dunia novel ini atau mengubah jalan cerita agar dia tidak menjadi korban akhir yang tragis.

Tiba-tiba sebuah suara berbicara pada Lilia. "Nona Lilia, saya Taro. Selamat datang di dunia ini," kata sistem itu.

"Siapa kamu?" Lilia berusaha mencari arah sumber suara tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Suara itu kembali berbicara pada Lilia. "Sistem kami akan membantumu menyelesaikan sebuah misi. Setelah semua misi selesai, barulah nona bisa kembali ke dunia asal nona. Lihatlah!" Sistem ajaib yang bernama Taro memperlihatkan pada Lilia sebuah ruang ajaib. Ruang ajaib itu hanya bisa di lihat dengan kendali pikiran, dan hanya Lilia sendiri yang bisa melihatnya.

"Ruang ajaib kami memiliki ruang penyimpanan serba ada dan tak terbatas," kata Taro dengan bangga. "Peralatan medis, obat-obatan, alat berat, alat ajaib, bibit tanaman, hewan peliharaan, berbagai jenis makanan, tempat sewa gudang, semuanya ada. Produk terhebat kami adalah air suci. Air suci memiliki banyak manfaat, termasuk menyembuhkan berbagai macam penyakit," jelas Taro lagi dengan panjang lebar.

"Benarkah? Hebat sekali," kata Lilia dengan mata berbinar. Dia kagum dengan kehebatan ruang ajaib sistem.

"Tapi semua yang ada di ruang ajaib harus dibeli dengan koin emas. Misi pertama nona adalah mengumpulkan koin emas sebanyak mungkin."

"Bagaimana caranya mengumpulkan koin emas?" tanya Lilia, sambil melihat daftar harga barang yang ada di ruang ajaib.

"Nona harus melakukan kebaikan. Satu kebaikan menghasilkan 100 koin emas," jawab Taro lagi.

"Kebaikan? Di dunia ini aku tokoh antagonis, artinya aku tokoh jahat, siapa yang percaya kalau aku berbuat baik?"

"Tentang itu sistem tidak bisa membantu, nona Lilia harus menyelesaikan sendiri misi ini. Misi kedua nona adalah memakmurkan desa, misi ketiga akan sistem beritahu nanti."

"Misi pertama saja belum ku lakukan, kenapa misi kedua harus di beri tahu? Kenapa tidak menyuruhku menaklukan pasukan teroris saja? Aku mana bisa memakmurkan desa, aku bukan pejabat!" tolak Lilia.

"Nona di larang protes. Jika nona gagal menjalankan misi dan mati di dunia ini, di dunia asal nona juga akan mati sungguhan."

"Kamu mengancam?"

Sistem tidak menggubris protes Lilia. Suara itu lalu menghilang meninggalkan Lilia yang frustasi dengan misi berat yang harus dia jalankan.

"Taro! Taro!" Beberapa kali Lilia memanggil, namun sistem tak kunjung datang.

"Datang seenaknya, pergi juga seenaknya," kesal Lilia.

"Baiklah, aku masih mau hidup. Aku terima misi itu." Terpaksa Lilia menyanggupi misi yang diberikan sistem.

Saat Lilia hendak pergi, pintu rumah reot itu tiba-tiba di dobrak hingga roboh. Lilia terkejut melihat banyak warga desa datang, bersama seorang pria yang berpakaian tentara.

"Lilia, mana pria selingkuhanmu?" tanya pria berpakaian tentara itu dengan nyaring. Wajah pria itu begitu murka melihat Lilia.

"Kak Pandu, mungkin pria itu sudah pergi. Aku lihat sendiri Lilia bermesraan dengannya tadi pagi di tempat ini," jawab Diah Ayu, yang tak lain adik sepupu Lilia, mantan calon istri Pandu.

Pandu Giandra adalah suami Lilia. Pandu tidak mencintai Lilia. Menikah dengan Lilia pun hanya terpaksa. Sebagai tentara dan kebanggaan desa, Lilia sering ditinggal Pandu bertugas, membuat Lilia yang haus belaian pria memutuskan selingkuh. Pria selingkuhan Lilia tadi kabur, karena tidak kuat mencium bau badan Lilia. Lilia jarang mandi, riasan wajahnya sangat tebal, wajar saja badannya bau dan terlihat tidak menarik.

Lilia yang hendak melahapnya membuat pria selingkuhan itu lari ketakutan. Pria itu terpaksa memukul kepala Lilia karena Lilia mencegahnya kabur. Pukulan pria itu membuat Lilia pingsan tak sadarkan diri. Sehingga setelah Lilia sadar, jiwanya sudah dimasuki Lilia dari dunia lain.

"Sistem, bagaimana aku membela diri? Aku tertangkap basa selingkuh. Lilia Cempaka, dasar wanita tidak tau malu!" runtuk Lilia dalam hati. Dia membenci Lilia di dunia ini.

Bab 2 : Kebaikan Pertama

Lilia memikirkan strategi agar dia bisa bertahan di sini untuk sementara waktu, tanpa harus membuat dirinya repot menghadapi kebencian warga dan suaminya. "Aku punya ide, jangan sebut aku Lilia kalau tidak bisa akting bagus," batin Lilia.

Lilia berpura-pura sedih, matanya mengeluarkan buliran air bening. Dia menundukkan kepala, seolah sangat menyesal dengan semua kesalahan yang dia perbuat.

"Hari ini aku baru sadar atas semua kesalahanku. Aku wanita tidak tau diri. Wanita tidak tau malu. Jangankan suamiku, pria selingkuhanku saja jijik padaku," ucap Lilia dengan suara lirih.

Pandu, Diah dan warga desa terkejut dengan ekspresi Lilia. Biasanya di situasi seperti ini Lilia tidak mau mengakui kesalahannya, hari ini dia tiba-tiba mengaku salah dan bicara dengan lembut.

"Kak Pandu, selain bersalah pada warga desa, kesalahanku padamu lebih banyak. Maafkan aku. Aku tidak pantas membela diri. Aku akan mengabulkan apapun keinginanmu agar kamu bersedia mengampuniku. Termasuk kalau kamu minta cerai," kata Lilia lagi.

Pandu semakin terkejut dengan permintaan cerai dari Lilia. Pernikahan mereka adalah kehendak Lilia sendiri, dan saat menikah, Lilia sudah bersumpah tidak akan melepas Pandu apalagi melihat Pandu bersatu dengan Diah. Kenapa hari ini dia minta cerai? Pandu bingung dengan perubahan Lilia yang begitu drastis. Apakah ini hanya sebuah trik untuk mendapatkan perhatian, atau ada sesuatu yang lebih dalam?

Tapi sebelum Pandu bisa memproses perasaannya, Lilia kembali berbicara lagi dengan suara yang lembut dan penuh penyesalan. "Diah, aku akan mengembalikan Kak Pandu padamu," kata Lilia dengan mata yang masih berkaca-kaca. "Aku tahu aku tidak pantas untuknya, dan aku tidak bisa memberinya kebahagiaan yang dia inginkan. Aku akan memperbaiki kandang ayam milik Bu Ira yang ku rusak tempo hari. Aku akan membantu Bu Sinta menanam sayur yang tempo hari ku curi. Aku juga akan mencari kerja untuk melunasi hutangku pada kalian, termasuk mengembalikan uang yang sudah ku curi."

Lilia menundukkan kepala, menunjukkan kesediaannya untuk menebus kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. "Aku janji akan menebus kesalahanku. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Kalian bisa kan memaafkan aku? Tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah aku perbuat. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berubah, bahwa aku bisa menjadi orang yang lebih baik."

Pandu dan Diah saling menatap, terkejut dengan perubahan sikap Lilia. Apakah Lilia benar-benar berubah, atau ini hanya sebuah trik untuk mendapatkan apa yang dia inginkan? Hanya waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal yang pasti, Lilia telah menunjukkan kesediaannya untuk berubah, dan itu sudah merupakan langkah awal yang baik.

"Lihatlah wajah semua orang, mereka sudah tidak marah lagi. Yes, aku berhasil," batin Lilia bersorak riang.

"Lilia, aku tidak tau apakah kamu bersungguh-sungguh atau berpura-pura. Kita lihat saja nanti. Untuk kali ini aku akan memaafkan mu, tapi kalau kamu tidak menepati janjimu untuk menebus semua kesalahanmu pada warga desa, aku tidak akan membelamu lagi, walau mereka menghukum mu dengan berat," jawab Pandu.

"Kak Lilia jangan berbohong lagi. Nama kakak sudah jelek di mata kami. Kakak lupa? Kakak pernah membuat aku jatuh sakit demi menikahi Kak Pandu." Diah tidak bersedia memaafkan Lilia.

"Benar kata Diah. Kamu pasti bohong! Kami tidak percaya lagi perkataan kamu!" ucap salah satu warga.

"Aku ..."

Perkataan Lilia terpotong, tiba-tiba seorang anak kecil datang berteriak meminta tolong.

"Tolong ... Tolong ..." Dodo datang dengan nafas yang terengah-engah. "Bu Meimei, Bayu tenggelam di danau. Aku tidak bisa berenang menolongnya," lapor Dodo dengan wajah panik.

"Apa? Anakku tenggelam? Kenapa kalian main di pinggir danau?" Bu Memei panik dan langsung pergi ke danau untuk menolong anaknya yang tenggelam. Perhatian semua orang di sana teralihkan. Mereka pergi ke danau dan lupa dengan urusan Lilia.

"Tolong anakku ... tolong ... Siapa yang bisa berenang menolongnya ..." Bu Memei hendak menceburkan diri meskipun tidak bisa berenang. Namun, salah satu warga mencegahnya. Pandu yang seorang tentara, tanpa pikir panjang langsung menceburkan diri mencari anak Bu Memei yang tenggelam.

Namun, sebelum Pandu menemukan Bayu, seseorang lebih dulu keluar dari dalam air, dengan membawa Bayu di tangannya.

"Itu Lilia kan? Dia bisa berenang?" ucap salah satu warga.

"Seingatku Kak Lilia tidak bisa berenang. Dia juga tidak mungkin berbaik hati menolong seseorang," ucap Diah yang tidak kalah bingung.

Pandu membantu Lilia membawa Bayu ke pinggir danau. Sesampai di pinggir danau, Bayu langsung direbahkan. Tanpa banyak bicara, Lilia langsung memberikan pertolongan pertama. Apa yang dilakukan Lilia membuat Pandu kagum. Di zaman ini, hanya tentara dan tenaga kesehatan yang tau cara melakukan pertolongan pertama, tapi Lilia seolah sudah berpengalaman.

Bayu akhirnya siuman, mulutnya mengeluarkan air cukup banyak. "Bayu ... ibu sangat cemas ... syukurlah kamu selamat ..." Melihat anaknya siuman, Bu Memei langsung memeluk anaknya dengan hati yang lega. "Terima kasih Lilia, berkat kamu anakku akhirnya selamat," kata Bu Memei dengan tulus.

"Iya Bu Memei, syukurlah Bayu selamat," kata Lilia seraya tersenyum.

Semua warga desa kagum pada keberanian Lilia. Ternyata Lilia serius dengan penyesalannya. Warga desa memutuskan memaafkan Lilia untuk kali ini. Jika Lilia berani mengulangi kesalahannya lagi, barulah warga desa bertindak.

"Selamat nona, anda mendapatkan 100 koin emas atas kebaikan yang baru saja nona lakukan. Silahkan kumpulkan koin emas lebih banyak lagi untuk menukarnya dengan barang-barang di ruang ajaib." Sistem itu muncul lagi. Tentu saja suaranya hanya bisa di dengar oleh Lilia.

"100 koin emas? Kalau dalam sehari aku melakukan 10 kebaikan berarti tabunganku semakin banyak. Aku sangat hebat," batin Lilia. Dia bangga atas prestasi hebat yang baru saja dia lakukan.

Fokus Lilia tiba-tiba buyar setelah merasakan ada yang memasang jaket di tubuhnya. Ternyata Pandu lah yang melakukan itu. "Ayo kita pulang, kamu pasti kedinginan," kata Pandu dengan wajah dingin, masih seperti biasanya.

"Sistem, baru kali ini ada pria memasangkan jaket untukku. Jaket tentara pula. Dulu aku menjomblo sampai berusia 25 tahun. Hidupku selalu di penuhi dengan misi berbahaya hingga tidak pernah berkencan. Tak di sangka aku langsung punya suami tentara tampan di tempat ini," batin Lilia.

"Tapi dia tidak mencintai nona," kata Taro mengingatkan. Taro ternyata dapat mendengar suara hati Lilia.

"Iya, iya, aku juga tau. Pokoknya sebelum kami bercerai, aku harus mencicipinya dulu. Sangat sayang kalau tubuh berotot dan wajah tampan seperti ini di sia-siakan."

Bab 3 : Hujan Turun

Pandu membawa Lilia menuju tempat parkir sepeda ontelnya, yang terletak di sudut jalan yang tenang. "Ayo naik," kata Pandu dengan senyum yang sedikit dingin. Lilia terkejut melihat sepeda ontel itu, yang terlihat sangat jadul dan primitif dibandingkan dengan teknologi canggih yang dia kenal di dunia modern.

"Sial, aku lupa kalau latar waktu novel ini tahun 1983," kesal Lilia dalam hati, sambil mengingat kembali cerita yang dia baca. Tapi tiba-tiba, dia tersenyum sendiri. "Artinya hanya aku yang modern di sini. Mencari uang dan menjadi kaya raya sangat mudah di zaman ini." Lilia tidak jadi kesal, dan malah merasa bersemangat dengan kesempatan yang ada di depannya.

"Ayo naik, aku hanya pakai sepeda hari ini. Mobilku di markas," kata Pandu lagi, sambil menatap Lilia dengan mata yang tajam.

"Kamu punya mobil?" tanya Lilia, dengan nada yang sedikit tidak percaya.

"Aneh, kamu sudah tau sejak awal. Kenapa bertanya lagi?" Pandu kembali bingung melihat perubahan sikap Lilia, yang sepertinya tidak konsisten dengan karakternya yang biasa.

Tapi Lilia tidak peduli dengan kebingungan Pandu. Dia malah tersenyum sendiri, sambil memikirkan kemungkinan yang ada di depannya. "Benar juga, Kak Pandu di novel ini adalah Kolonel yang sangat di hormati. Diakhir cerita dia menikah dengan Diah dan dilantik jadi Jenderal besar. Wow ... Punya suami jenderal boleh juga ... Dia tidak boleh ku lepas, sebelum kembali ke dunia asalmu, aku harus jadi ibu jenderal besar dulu." Lilia tersenyum sendiri, sambil membayangkan kehidupan yang akan dia jalani di dunia ini.

"Tunggu apa lagi? Ayo!" titah Pandu lagi, sambil menatap Lilia dengan mata yang tajam. Lilia mengangguk, dan dengan senyum cerah, dia menaiki sepeda Pandu. Saat berada di belakang Pandu, Lilia menikmati setiap langkah di jalan, merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Sebagai agen wanita di dunia modern, Lilia tidak pernah setenang dan sebahagia ini sebelumnya, karena hidupnya selalu dipenuhi dengan hal-hal berbahaya yang bisa merenggut nyawanya dalam sekejap jika dia lengah. Tapi sekarang, dia merasa seperti kembali ke masa kecil, ketika hidup masih sederhana dan tidak ada ancaman yang mengintai.

Tanpa sadar, kedua tangan Lilia melingkar di pinggang Pandu, merasakan kehangatan tubuhnya. Saat melewati beberapa anak-anak dan warga di jalan, sebelah tangan Lilia melambai menyapa mereka, dengan senyum yang cerah dan hangat. Anak-anak desa menatap Lilia dengan mata yang lebar, tidak percaya bahwa Lilia bisa tersenyum seperti itu.

"Bu, kenapa Lilia tersenyum? Tumben, biasanya juga cemberut," kata salah satu anak desa, sambil menatap ibunya dengan mata yang penasaran.

"Mungkin dia gila," jawab ibunya, sambil menggelengkan kepala.

Diah Ayu juga melihat Pandu dan Lilia berada di atas sepeda dengan mesra, dan dia tidak bisa menahan rasa tidak suka yang muncul di dalam hatinya. Sudah lama Diah naksir pada Pandu, dan kalau bukan karena Lilia, pasti mereka sudah menikah sekarang.

"Lilia, Kak Pandu hanya milikku. Aku tidak sudi kau jadi istrinya," kesal Diah dalam hati, sambil mengepalkan tangannya dengan keras. Dia tidak akan membiarkan Lilia merebut Pandu darinya, tidak akan membiarkan Lilia menghancurkan kebahagiaannya.

"Dimana rumah kami? Kok belum sampai juga?" tanya Lilia dalam hati. Pasalnya sudah bersepeda begitu jauh, mereka tak kunjung sampai tujuan. "Apa mungkin karena memakai sepeda jadi terasa begitu lambat?" kata Lilia lagi dalam hati.

Sekarang mereka tengah melalui jalan persawahan yang gersang dan tandus. Di kanan dan kiri jalan tampak tanaman padi yang layu dan kering, akibat kemarau yang panjang. "Kak Pandu, kenapa sawah para warga tandus?" tanya Lilia, sambil menatap sawah dengan mata yang peduli.

Pandu menjawab dengan serius, "Sudah enam bulan musim kemarau, tidak ada hujan. Tanah kering, panen gagal, bahkan sumur para warga banyak mengering. Satu-satunya sumber air yang masih tersisa hanya sungai kecil di sana yang terhubung dengan danau tadi." Pandu agak aneh dengan pertanyaan Lilia, terlebih sebelumnya Lilia tidak pernah peduli dengan urusan seperti kekeringan.

Lilia bertanya lagi, "Apa pemerintah tidak membantu warganya?" Pandu menjawab dengan jujur, "Bukan cuma desa kita yang kekeringan, di seluruh negeri pun sama. Sekarang pemerintah sedang mengupayakan bantuan mereka, hanya saja belum maksimal."

"Payah sekali. Kak Pandu, apa kamu mau aku menurunkan hujan untuk kalian?" tawar Lilia.

"Jangan bicara aneh!"

"Baiklah, aku akan buktikan. Hujan, turunlah!" kata Lilia dengan yakin. Tapi Pandu hanya tersenyum, tidak percaya pada perkataan Lilia. Dia menganggap Lilia hanya beromong kosong.

Lilia berpikir dalam hati, "Kalau aku bisa membantu mengatasi kekeringan desa ini, kira-kira berapa ya koin emas yang ku dapat? Aku pasti kaya." Dia tersenyum sendiri, membayangkan kemungkinan yang ada di depannya. Dengan kemampuan yang dia miliki, mungkin dia bisa membantu desa ini dan mendapatkan koin emas yang banyak.

Lilia memanggil sistem dengan suara hatinya, "Sistem!"

Sistem pun datang, menjawab dengan suara yang jernih, "Ada apa nona?"

Lilia bertanya dengan penasaran, "Air suci di ruang ajaib apakah bisa membuat tanah subur dan sumur terisi lagi?"

Sistem menjawab dengan bangga, "Tentu saja nona, produk air suci kami sangat hebat. Setiap tetes air suci mampu mendatangkan banyak air sampai ribuan kali lipat."

Lilia berpikir sejenak, lalu bertanya lagi, "Dengan koin emas ku yang sekarang, berapa liter air suci yang bisa ku dapat?"

Sistem menjawab dengan jelas, "1 liter air suci harganya 10 koin emas."

Lilia menghitung dengan cepat, "Berarti cuma bisa membeli 10 liter? Mana cukup."

Sistem memberikan saran, "Kalau begitu cepatlah berbuat kebaikan lagi agar koin emas nona semakin banyak."

Lilia tersenyum, "Oke, tapi aku beli dulu air sucinya, simpan air suci itu sebelum aku gunakan." Sistem menjawab, "Siap. 100 koin emas sudah ditukar dengan 10 liter air suci, saldo koin nona sekarang sudah kosong." Lilia merasa puas, dia telah membeli air suci yang dibutuhkan untuk membantu desa. Sekarang, dia hanya perlu mengumpulkan koin emas lagi untuk membeli lebih banyak air suci dan membantu desa lebih banyak lagi.

"Sistem, gunakan 5 liter air suci untuk mendatangkan hujan!" titah Lilia.

"Siap nona!" Tiba-tiba langit berubah jadi hitam, awan menggumpal dan menghitam. Tidak lama kemudian turunlah hujan yang begitu lebat, menghujani desa yang kering dan tandus.

Pandu berhenti mengayuh sepedanya, menatap langit dengan kagum. Dia tidak percaya hujan tiba-tiba turun. Lilia senang bukan main, dia tersenyum lebar sambil menikmati hujan yang turun. Pandu juga terlihat gembira, dia mengangkat wajahnya ke langit, membiarkan hujan membasahi wajahnya.

"Ini keajaiban, sudah lama hujan tidak turun," kata Pandu, sambil menatap Lilia dengan kagum. Pasalnya apa yang Lilia ucapkan tadi menjadi kenyataan. Semua warga terlihat bergembira menyambut turunnya hujan, mereka berteriak gembira dan menari-nari di bawah hujan.

"Berarti desa ini sangat diberkati," jawab Lilia dengan senyum. Dia merasa puas, karena telah membantu desa ini dengan menggunakan air suci. Pandu menatap Lilia dengan mata yang penuh kekaguman, dia tidak tahu apa yang membuat Lilia bisa membuat hujan turun. Tapi satu hal yang pasti, Lilia telah membawa keberkahan bagi desa ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!