Lilith perlahan membuka matanya dan mendapati dirinya tengah berada di sebuah padang rumput luas.
Tak jauh darinya, sebuah pondok sederhana berdiri dengan sebuah kursi dan meja di teras depan, dan di sampingnya terdapat sebuah pohon rindang dengan ayunan di bawahnya.
"Tempat ini...kayak gak asing.", gumamnya pelan lalu melangkah menghampiri pondok tersebut.
Namun sebelum dirinya sampai, tiba tiba pintu pondok terbuka dan memperlihatkan seorang gadis yang tampak tidak asing berjalan keluar.
Lilith terdiam, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Dia ingat bahwa dirinya sudah mati karena ditembak oleh tunangannya sendiri, Lucas.
Dan sebelum mati, dia melihat seorang gadis yang menghampiri Lucas dan Lucas memeluk pinggangnya.
Dia tidak akan pernah melupakan pengkhianatan itu dan akan membalas dendam kepada Lucas, termasuk pada gadis yang adalah sahabatnya sendiri.
Setelah sadar dari kenangan buruknya, Lilith melangkah menghampiri gadis yang saat ini sedang bermain ayunan di bawah pohon.
"Halo.", sapa Lilith.
Sang gadis menoleh, memperlihatkan wajahnya sepenuhnya.
Seorang gadis dengan rambut hitam panjang terurai, dan memiliki mata berwarna hitam dengan tatapan polosnya.
"Lo?!", seru Lilith terkejut hingga reflek mundur selangkah.
"Kakak siapa? Kenapa kakak bisa ada disini?", tanya sang gadis.
"Gue...Lilith.", jawab Lilith menyebutkan namanya.
"Lilith, kebetulan namaku juga Lilith.", ucap sang gadis sembari tersenyum lebar.
Ternyata sosok gadis itu adalah Lilith saat masih berusia 15 tahun, dan tempat itu adalah alam bawah sadarnya.
Dan sekarang dia ingat bahwa saat dia berumur 15 tahun, dia pernah pingsan karena terjatuh dari tangga.
"Ini kayak...kejadian yang gue baca di novel.", batin Lilith.
"Tapi kenapa gue bisa balik ke masa lalu? Bukannya masih ke tubuh gadis lemah, cupu tapi ratu mafia dan punya perusahaan gede?", lanjutnya lagi bertanya tanya.
"Kak? Kakak?", panggil Lilith kecil dengan ekspresi bingung.
Lilith tersadar dan kembali menatap Lilith kecil, lalu menghela nafas kasar.
"Kakak kenapa?", tanya Lilith kecil.
"Gue gak papa.", jawab Lilith lalu duduk menyandar di pohon.
"Oh ya, kenapa kakak bisa ada disini?", tanya Lilith kecil.
"Gue gak tau, gue udah mati tapi tiba tiba bangun disini.", jawab Lilith sembari menatap kosong kearah hamparan padang rumput.
Setelah itu Lilith menoleh kearah Lilith kecil, "Udahlah, bentar lagi lo sadar, tapi inget jangan bilang sama siapapun soal gue ke orang lain, paham?", lanjutnya lagi.
Meskipun kebingungan, tapi Lilith kecil tetap mengangguk patuh.
Dan benar saja, tak lama kemudian tubuh Lilith kecil perlahan menghilang berubah menjadi butiran cahaya.
Setelah itu sebuah layar dengan ukuran yang cukup besar muncul di udara, memperlihatkan penglihatan Lilith kecil yang kini terbangun di kamarnya.
Didepannya terdapat ketiga sahabatnya yang menatapnya dengan perasaan khawatir.
"Ternyata bener gue balik ke masa lalu.", batin Lilith saat melihatnya.
Tapi yang masih menjadi misteri adalah tubuhnya bisa menampung dua jiwa sekaligus.
"Ck udahlah gak usah pikirin itu, yang penting sekarang gue bisa ngubah masa depan dan gak ngelakuin kesalahan yang sama.", monolognya lalu kembali menonton layar di udara.
Disisi lain, Lilith kecil yang sudah sadar langsung dipeluk oleh ketiga sahabatnya yang sudah menangis sesenggukan.
"Kalian kenapa?", tanya Lilith kecil kebingungan.
"Kita tentu aja khawatir sama lo Lith, lo tiba tiba jatuh dari tangga dan gak bangun bangun, gue kira lo udah...", jawab salah satu sahabatnya.
"Luna.", gumam Lilith dari alam bawah sadar.
Dia masih mengingat mereka semua. Luna, gadis berambut coklat dengan mata hazel yang selalu paling khawatir dengan keadaannya.
Zara, gadis berambut hitam pendek dengan mata berwarna abu abu gelap. Dia adalah gadis tanpa ekspresi dan cukup jarang bicara.
Yang terakhir adalah Sarah, gadis dengan rambut hitam dengan sedikit bagian rambut yang berwarna putih.
Dia adalah sahabat paling heboh daripada yang lainnya.
Lilith merindukan mereka sekaligus merasa menyesal karena dirinya telah meninggalkan mereka saat masih di panti asuhan.
Akibatnya mereka bertiga mati saat panti asuhan tersebut dihancurkan oleh sekelompok mafia tanah.
Dan sekarang Lilith bertekad akan membawa mereka pergi dan membuat hidup mereka bahagia.
Malam harinya, Lilith kecil dan penghuni panti asuhan yang lain tengah berkumpul dan makan malam di ruang makan.
Karena uang donasi yang jumlahnya pas pasan dan jarang ada donatur tetap, jadi mereka makan malam dengan lauk seadanya, seperti tahu dan tempe goreng.
Tapi meskipun begitu,mereka tidak mengeluh sedikitpun dan malah merasa sangat menikmati makanannya.
Sang pengurus panti yang bernama ibu Rina merasa sedih karena mereka tidak bisa hidup layaknya anak anak yang memiliki keluarga dan punya uang.
ibu Rina sudah berusaha keras untuk mencari donatur tetap, namun hasilnya nihil karena kondisi panti asuhan yang hampir tak terawat.
Seolah tak dibiarkan beristirahat, tiba tiba ketukan pintu terdengar, membuat ibu Rina beranjak dari kursi untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, ternyata yang datang adalah penagih hutang
"Bayar hutang lo!", ucap sang penagih hutang tanpa basa basi.
"Ma-maaf tuan, tapi saat ini saya tidak memegang uang.", ucap ibu Rina dengan nada gemetar.
"Hah?! Ini udah jatuh tempo dan lo masih gak punya uang?", sentak sang penagih.
"Ma-maafkan saya tuan, maafkan saya.", balas ibu Rina sembari terus membungkukkan badannya.
"Kalo gitu, lo bisa bayar pake anak anak itu.", ucap sang penagih.
Dengan isyarat tangan, kedua anak buah sang penagih mencoba berjalan masuk, tapi ibu Rina menghalanginya.
"Tolong jangan bawa anak anak tuan! Tolong beri saya waktu, saya pasti akan membayarnya.",mohon ibu Rina.
Sedangkan para anak anak panti masih tidak mendengar keributan yang terjadi diluar dan masih sibuk bercanda serta bermain.
"Minggir!", sentak sang penagih sembari mendorong jatuh ibu Rina.
Setelah itu sang penagih dan dua anak buahnya melangkah masuk ke ruang makan, membuat anak anak panti terdiam.
"Bawa dia, dia, dia dan dia!", titah sang penagih sembari menunjuk satu persatu anak yang dipilih.
Para anak anak panti merasa ketakutan dan terus melangkah mundur, begitu pula dengan Lilith kecil dan ketiga sahabatnya.
Di alam bawah sadar, emosi Lilith memuncak, tangannya terkepal erat dan sorot matanya tajam menatap sang penagih dan kedua anak buahnya.
Inilah salah satu trauma masa kecilnya, hampir semua anak panti dibawa oleh orang ini, dan hanya tersisa kurang dari 10 orang sampai akhirnya anak anak panti dibantai bersama ibu Rina.
"Lilith, gue yang bakalan ngehajar mereka, gantian sama gue.", ucap Lilith dingin.
Lilith kecil terkejut ketika mendengar suara Lilith, "Kak? kakak dimana?", teriak Lilith, membuat ketiga sahabatnya kebingungan.
"Gak perlu bersuara, cukup pake suara hati lo.", jawab Lilith.
"Oke, tapi gimana caranya bertukar?", tanya Lilith kecil yang kali ini dalam hati.
"Tutup mata lo.", jawab Lilith.
Lilit kecil mengangguk lalu menutup matanya, dan seketika tubuhnya perlahan lemas.
Detik berikutnya, mata Lilith kecil kembali terbuka dan kali ini sorot matanya lebih tajam.
Ketika anak panti yang lain melangkah mundur, Lilith melangkah maju kearah sang penagih.
"Eh...eh Lilith! jangan kesana Lith!", teriak Luna panik.
Bahkan Sarah dan anak panti lain juga ikut berteriak memanggil Lilith untuk kembali.
Namun Lilith tidak peduli dan terus melangkah hingga akhirnya berdiri di hadapan sang penagih dan anak buahnya.
"Oh? Kayaknya lo sendiri yang maju buat dibawa ya? tubuh lo cakep juga.", ucap sang penagih dengan senyum miringnya.
Namun Lilith masih tidak bergeming dengan ekspresi dinginnya.
"Apaan sorot mata lo itu? minta dipukul?", lanjut sang penagih dengan nada tidak suka.
Sang penagih kemudian memerintahkan kedua anak buahnya untuk menangkap Lilith terlebih dahulu.
Salah satu anak buah maju dan mencoba meraih baju Lilith dengan cepat, namun Lilith bisa menghindarinya dengan mudah.
Sang anak buah terkejut tapi kembali berusaha menangkap Lilith, namun hasilnya sia sia saja karena dia tidak bisa menangkapnya.
"Dasar gadis sialan!", teriak sang anak buah dengan amarah memuncak lalu melayangkan tinjunya.
Dan lagi lagi Lilith bisa menghindari setiap pukulan sang anak buah dengan mudah.
Disisi lain, anak anak panti yang lain, termasuk ketiga sahabat Lilith terkejut dan tidak bisa berkata kata.
Bahkan ibu Rina yang baru saja tiba setelah bersusah payah berjalan juga terdiam di pintu ruangan.
Sedangkan Lilith kini masih terus menghindari setiap pukulan, membuat sang anak buah semakin kesal.
Sang penagih juga merasa terkejut, "cepat! Lo bantuin dia!", titahnya pada anak buah yang satunya.
Sang rekan mengangguk lalu berlari kearah Lilith lalu mengayunkan tinjunya.
Namun Lilith menghindar ke samping lalu memegang pergelangan tangan sang rekan dan memelintirnya.
Setelah itu Lilith menendang betis sang rekan hingga membuatnya terjatuh, lalu menendang kepalanya ke lantai.
Dan dengan instingnya, Lilith melompat ke samping, membuat serangan sang anak buah meleset.
Dengan kesempatan itu, sang anak buah menolong rekannya berdiri, lalu kembali menyerang Lilith bersama sama.
Kini Lilit memilih lari dan berusaha menjaga jarak dari mereka berdua, matanya terus menelisik setiap sudut ruangan berusaha mencari benda yang bisa ia gunakan.
Ketika melihat ibu Rina yang masih berdiri di ambang pintu, Lilit menemukan sebuah ide.
Ia kemudian berlari kearah ibu Rina dan menariknya keluar dari ruangan, setelah itu ia menutup pintunya.
Dengan perhitungan yang akurat, tepat saat kedua anak buah hampir mencapai pintu, Lilith mendobraknya dengan keras.
Akibatnya kepala kedua anak buah menghantam pintu hingga bolong, dan mereka berdua tak sadarkan diri.
Sang penagih terkejut sekaligus ketakutan hingga reflek mundur satu langkah.
Dia tidak menyangka di panti asuhan yang bobrok ini bisa ada monster kecil seperti Lilith.
Ia kemudian bergegas menarik keluar anak buahnya lalu berlari pergi dari sana, meninggalkan ruang makan yang kini diselimuti oleh keheningan.
Tak lama kemudian, Lilith kecil dan ibu Rina masuk kedalam ruang makan, membuat seluruh mata menoleh pada mereka berdua—lebih tepatnya kearah Lilith.
Namun secara serentak, semua anak panti bersorak, termasuk Zara, Luna dan Sarah.
Mereka semua segera berlari mengerubungi Lilith kecil dan ibu Rina.
Mereka terus memuji kehebatan Lilith kecil ketika menghajar kedua pria besar tadi, bahkan mereka bertanya tanya apa mereka juga bisa belajar dari Lilith kecil.
"Eh Lilith.",panggil Luna sembari menyenggol lengan Lilith kecil, membuat Lilith menoleh kearahnya.
"Darimana lo belajar berantem kayak barusan?", tanya Sarah penasaran.
"Ee...itu...", Lilith kecil gugup sampai tidak tau harus menjawab apa.
"Bilang aja lo latihan diem diem.", ucap Lilith dari alam bawah sadar.
"Gimana caranya? Kan lo bareng kita mulu.", tanya Luna kebingungan.
Lilith yang mendengar itu seketika teringat bahwa memang benar mereka selalu bersama saat di panti asuhan.
"Alihkan pembicaraan.", titah Lilith cepat.
"Udah jangan bahas itu, aku masih lapar, hehe.", ucap Lilith kecil mengalihkan pembicaraan.
"O-oh oke.", balas Luna lalu menarik lembut tangan Lilith kecil menuju meja makan.
Malam semakin larut dan anak anak panti sudah mulai tertidur di dalam kamar, hanya tersisa Lilith kecil dan ketiga sahabatnya yang masih terjaga.
Sedari tadi Luna terus mengoceh soal kehebatan Lilith kecil yang menghajar kedua anak buah sang penagih.
Sarah yang sudah jengah akhirnya tidak bisa diam lalu memukul wajah Luna dengan bantal, "Diem, gue capek denger lo ngoceh.", bisiknya dengan nada menekan.
Sedangkan Lilith kecil hanya menatap kosong kearah langit langit kamar, tapi sebenarnya dia sedang berbicara dengan Lilith.
"Kakak sebenarnya siapa? Dan kenapa kakak membantuku?", tanya Lilith kecil dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Sederhananya, gue adalah lo dan lo adalah gue.", jawab Lilith.
"Apa maksudnya itu?", tanya Lilith kecil tak mengerti.
"Suatu hari nanti lo bakalan tau sendiri.", jawab Lilith sebelum kemudian menyuruh Lilith kecil tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!