NovelToon NovelToon

Tunangan Kesayangan Nadilla

Bab 01. Pertemuan (Revisi)

Sebagian wanita pasti tidak akan menolak jika orang tua mengambil langkah yang tepat untuk bertahan hidup.

Nadilla Sakira Putri, Anak satu-satunya yang di miliki oleh bu gita. Mempunyai trauma kisah cinta di masa lalu yang membuatnya menjadi gadis pemarah.

Ia hidup hanya berdua bersama ibu nya, Ayahnya meninggal tepat satu tahun yang lalu karena penyakit serius bagian lambung.

Berharap jika yang Nadilla pilih adalah jalan yang tepat, Merelakan masa mudanya untuk menikahi anak mantan bos dari mendiang ayahnya.

Dari pada memikirkan itu, Nadilla mencoba bertanya sesuatu kepada sang ibu yang berada di sampingnya.

"Kok lama banget ya mah jemputannya"

Sudah hampir satu jam Nadilla berada di stasiun jakarta kota. Mulai hari ini, Nadilla pindah sekolah dari Bandung ke Jakarta Selatan.

"Sabar ya Dilla, Bu Karina mungkin terjebak macet" Pikir Bu Gita.

Mengulur kesabaran jelas membuat Nadilla semakin bosan, Ia bangun dari tempat duduk berniat untuk membeli sesuatu yang bisa di makan.

"Mah sebentar ya" Pamit Nadilla.

"Mau kemana?" Tanya Bu Gita.

Nadilla menunjuk lurus ke arah Minimarket "Mau kesana, mau beli roti"

"Yasudah hati-hati ya"

Nadilla menangguk, kemudian perlahan berjalan meninggalkan ibunya di bagian ruang tunggu stasiun.

Butuh waktu hampir lima menit, Nadila kembali ke sisi Bu Gita.

Mengerut kening adalah reaksi yang tepat saat Dilla melihat seorang pria yang kini sedang berada di tengah-tengah ibunya.

"Siapa ini mah?" Tanya Nadilla.

"Dia tunangan kamu, anak dari Ibu Karina"

Dilla menatap pria itu dengan senyuman, si pria itu menatap balik dengan tatapan yang sama, namun bedanya hanya pelit senyuman.

"..." Nadilla terdiam sesaat keduanya mulai bersalaman

"Saya Disky" Pria itu memperkenalkan diri lebih dulu.

"Iya, saya Nadilla" Jawab Nadilla kemudian melepas jabat tangan nya.

"Kemana mamah kamu Ki?" Tanya Bu Gita.

"Mamah masih sibuk di kantor, makanya nyuruh Disky yang jemput" Jawab Disky.

"..." Nadilla terdiam sambil memperhatikan mereka, seolah ibunya sudah dekat dengan pria itu.

Seketika Disky sudah terdiam, kini menatap serius ke wajah Nadilla. Di dalam hatinya pun berkata 'Lumayan juga nih cewek buat saya manfaatkan'

Sadar diperhatikan, Nadilla menatap balik wajah pria itu, tanpa ngedumel apapun. Ia langsung meringkas semua barang bawaan nya.

"Ayo jangan lama-lama disini" Kata Nadilla ke Disky.

Bu Gita merespon tersenyum, kemudian beliau mengambil barang bawaannya juga.

Sedangkan si laki-laki itu masih terdiam, ada yang aneh dengan perasaannya saat menatap gadis itu, tapi dia tidak tahu itu apa.

"Bu biar saya yang bawa Bu" Kata Disky ke Bu Gita, sekaligus mengambil tas bawaannya Bu Gita.

"Disky gausah, biar ibu aja" Tolak Bu Gita.

"Ibu pasti capek, biarin saya yang bawa"

"Baiklah, terima kasih ya"

Disky tersenyum "Iya sama-sama bu"

Hingga akhirnya Bu Gita menyerahkan semua barang bawaan nya kepada Disky.

Sedangkan yang di belakang sana, Nadilla memperhatikannya diam-diam. Tidak ingin berkomentar, meyakini kalau pria itu tidak seburuk dari mantan nya yang menghamili sahabat baik nya sendiri.

Bu Gita dan Disky mulai melangkah, Nadilla yang awalnya ingin lebih dulu masuk ke dalam mobil, kini memilih untuk berada di samping ibunya.

Perjalanan Nadilla mulai beralih ke kediaman rumah Disky.

Disky tidak langsung membawanya ke rumah, membiarkan ibu dan anak gadisnya itu makan malam lebih dulu.

"Kita mampir makan dulu ya disini bu" Ajak Disky.

"Bisa dirumah aja gak?" Kata Nadilla. Bukan nya ingin menolak, hanya saja tubuh Nadilla sudah benar-benar pegal kebanyakan duduk di dalam kereta.

"Take away gitu?" Kata Disky.

"Iya"

"Repot nanti, mendingan disini"

"Apanya yang repotin coba?"

"Iya saya males nyuci piringnya"

"Biar nanti ibu yang nyuci Disky" Timpal Bu Gita.

"..."

"Saya juga bisa nyuci, idiot banget nih cowok sumpah" Gumam Nadilla.

"Ngomong apa kamu tadi?" Disky menatap Nadilla dengan serius.

"Gak, denger aja tuh telinga"

"Nadilla sayang enggak boleh begitu kalau sama calon suami" Omel Bu Gita.

"Masih lama jangan bahas suami-suami lah mah, Dilla mau menikmati sisa-sisa masa sekolah"

"Iya, tapi omongan kamu tetap dijaga ya"

"Iya mah, cuma kesel aja kalau orang lagi capek malah mau ditahan disini" Nadilla mengalihkan pandangan ke tempat Disky berada, sayangnya dia menghilang.

Pria itu tidak ingin berdebat di tempat umum, ia memilih langsung memesan makanan biar tidak ngantri panjang.

"Tuhkan, sumpah lah mah" Keluh Nadilla ingin menangis.

Bukan karena Disky yang tiba-tiba ngilang, Sekilas Nadilla mendengar kalau pria itu memilih makan di tempat.

"Saya maunya di takeaway aja" Pinta Dilla.

"Iya itu yang satu untuk kamu saya takeway, untuk saya dan ibu kamu akan makan disini" Jawab Disky tanpa melihat wajah Nadilla yang sudah mulai memerah.

"Tangan saya gatel sumpah, mau nabok tuh mulut" Kata Nadilla

"Udah ah, gausah rewel"

Greget, iya. Kondisi Nadilla seperti sudah ingin menarik rambut pria yang menurutnya nyebelin.

Tapi beruntungnya Nadilla masih bisa meredam emosinya. Selain berada di tempat umum, takutnya Dilla nanti di omelin ibu nya lagi.

"Iya udah iya saya makan disini"

"Nah gitu dong"

"Iya karena saya waras tidak seperti kamu"

"Sopan kah sama calon suami?" Kata Disky singkat, kemudian pria itu berbicara kepada kasir untuk semua pesanan makan di tempat.

Nadilla pergi menghampiri ibunya yang sudah duduk di meja paling pojok, sedangkan si pria sedikit menoleh untuk melihat tubuh gadis itu yang langsing.

Setelah memesan, Disky menuju ke meja makan. Melihat Nadilla menopang pelipisnya untuk menunggu yang sekian kalinya.

"Selalu aja menunggu, selalu aja memberi harapan palsu, selalu aja disakiti. Semua cowok sama aja bejadnya!" Gerutu Nadilla.

"..."

"Banyak sabar itu baik dilla, jangan kamu ungkit dia terus" Kata Bu Gita.

"Iya mamah enak cuma bisa bilang sabar, masalah nya di kereta tadi Dilla belum istirahat sama sekali"

Disky menatap serius wajah Nadilla, pun ke arah Bu Gita yang sedang memberi kode berupa ayunan tangan memegang barang.

Tak lama dari itu disky kembali ke kasir.

"Tolong semuanya di takeaway aja untuk pesanan ini" Kata Disky sembari menyerahkan bon belanjaan.

**

Lima menit kemudian...

Nadilla yang benar-benar ingin istirahat itu langsung terkejut saat mendengar ucapan Disky mengajak pulang.

"Lah gak jadi makan disini?" Tanya Nadilla.

"Iya, saya lupa lagi ada urusan" Jawab Disky.

"Alhamdullilah" Nadilla tersenyum puas, salah menilai rupanya kalau Disky bukan orang yang tipikal egois.

Kali ini Nadilla dengan Bu Gita diarahkan pergi menuju ke rumah Disky.

Dalam perjalanan yang sunyi itu sudah cukup membuat Nadilla terlelap di dalam mobil.

Disky menatap di balik spion dalam, melihat wajah damai nya Nadilla saat tertidur.

Gerutuan Nadilla soal masa lalu, sukses buat Disky semakin penasaran.

'Tapi itu nanti, biarkan saya maanfaatkan kamu selagi bisa saya kontrol'

Bab 02. Berantem (Revisi)

Nadilla terbangun saat mobil yang dikendarai Disky sudah berhenti di pekarangan mansion nya.

Menilik kaca mobil, lalu mengatur nafas untuk turun dari mobil. Barang-barang Nadilla di dalam mobil pun masih diabaikan begitu saja.

"Tolong bawain lah barang saya" Pinta Nadilla seraya berjalan sambil mengucek mata.

"Manja banget, bawa sendiri!" Kata Disky.

"Pusing banget sumpah"

"Ya siapa suruh kan tadi enggak makan dulu"

"Ya namanya juga capek"

Disky terdiam, menatap Nadilla yang nampak samar dengan penglihatannya.

"Yaudah kamu masuk ke dalam, biar saya yang urus sisanya" Kata Disky.

"..." Nadilla tanpa berkata langsung pergi menghampiri Bu Gita yang sudah menunggu nya di depan rumah.

Sedangkan Disky, ia mulai sibuk membawa barang bawaan Nadilla.

"Dis, maaf bukannya gak sopan, saya lanjut tidur ya disini" Nadila meminta izin saat Disky baru saja menyimpan koper milik Nadilla.

Dengan wajah datar, disky menjawab "Iya"

"Thanks" Nadilla pun berjalan ke sofa yang ia temui, kemudian berbaring diatasnya.

Disky masih dengan kesibukannya, sehabis memindahkan semua barangnya Nadilla, lanjut nya memarkirkan mobil ke dalam garasi.

Beberapa menit kemudian..

"Disky" Panggil Bu Gita.

"Iya bu" Disky menoleh dari balik kaca mobil.

"Ibu tadi nyari warung sebentar beli koyo cabe, sampai rumah kok gak ada Nadilla ya? Tau gak kemana Nadilla?" Tanya Bu Gita.

"Emang ibu gak liat ya? Itu dia ada sofa bu"

Bu Gita menatap dalam sofa yang di tunjuk, lalu menjawab "Mana enggak ada"

Disky mengerut kening, turun dari mobil yang sudah sepenuhnya terparkir dengan rapih. Masuk ke dalam rumah, menilik ke arah sofa yang sudah tidak ada penghuninya.

"Nadilla!" Panggil Disky.

"Di dapur!" Jawab si pemilik nama. Disky pun langsung menghampirinya.

"Ibu kamu nyariin malah disini"

"Ya maaf tadi habis dari kamar mandi"

"Kalau mau kemana-mana izin dulu, bisa?"

"Emang kenapa sih? kan saya sebentar lagi mau tinggal disini"

"Bukan itu, katanya kamu mau tidur?"

"Laper" Nadilla memulai membuka rice box yakiniku yang Disky beli.

"Dilla jangan bawa kebiasaan buruk kamu di sini, jaga attitude nya" Omel Bu Gita.

"Iya mah Dilla tahu... Tapi, enggak apa-apa kan Disky?"

"Iya, aman saja" Jawab Disky sambil tersenyum, namun berbeda dengan suasana hatinya yang mulai dongkol dengan kelakuan Nadilla.

Pria itu melangkah menghampiri Nadilla ke meja makan.

"Coba tolong saya minta jangan asal ngambil makanan, punya saya tanpa saos"

"Oke" Jawab Nadilla.

Sebenarnya sih makanan yang Dilla ambil itu milik Disky, Dilla sudah tau di dalam nya enggak ada saos, berhubung gadis itu emang lagi lapar. Makanan itu pun masuk-masuk saja ke dalam mulutnya.

Disky membuka paper box makanan yang tersisa.

Dua-dua nya lengkap ada saos di dalamnya. Lalu menoleh ke arah Nadilla yang sibuk dengan makanannya.

"Dilla"

"Iya?"

"Tau kan itu yang kamu makan punya saya?"

"Iya, saya tau"

"Terus kenapa kamu makan?"

"Ya saya juga gak suka sama saos, memang nya kenapa?"

Bu Gita langsung melerai keduanya "Disky Dilla, kalian berdua sudah jangan berantem, perkara makanan doang jangan dibesarkan"

Disky menoleh ke Bu Gita sejenak, kemudian menatap kembali ke arah kepala Nadilla yang sedang nunduk mengambil makanan.

"Saya yakin ibu kamu pasti setiap hari kerepotan ngadepin sifat kamu seperti ini" Kata Disky.

"Kalau enggak tau jangan sok tau"

"..." Disky terdiam, saling tatap menatap di antara keduanya membuat Bu Gita pusing dengan jalannya acara pertunangan nantinya.

Disky mengambil iphone nya, ia memilih memesan makanan yang lebih fresh melalui aplikasi gojek.

"Tuh sekalian kamu habisin box yang satu nya" Kesal Disky.

"Ya allah Disky terus kamu mau makan apa nanti?" Timpal Bu Gita bertanya.

"Disky mau mesan makanan di gojek bu"

"Disky, sayang itu makanan kalau tidak kamu makan"

"Gak apa-apa bu"

"Apa salahnya sih tuh saos kamu singkirin ke pinggir wadah mika, rempong banget hidup kamu" Timpal Nadilla.

Mungkin saja jika tidak ada ibunya, Nadilla sudah menjadi santapan Disky yang kini sudah mulai memuncak emosinya.

"Iya, terserah kamu aja, yang penting kamu senang"

"Makasih enak banget makanannya" ledek nadilla. Disky tersenyum mencoba meraih tangan Nadilla namun lebih dulu dilla tepis.

"Udahlah" Disky pergi ke kamarnya untuk refresh otak pusingnya

**

Setengah jam berlalu...

suasana rumah sudah mulai kondusif dari pertikaian Nadilla dengan Disky.

Suara bel rumah tiba-tiba berbunyi dibarengin suara teriakan GoFood dari kang ojol.

Disky membuka pintu sekaligus mengambil makanan yang ia pesan.

Pizza keju ukuran reguler. Yang niat nya akan ia makan sendiri.

Tapi, ada saja orang yang melihat dengan tatapan serius.

Siapa lagi kalau bukan Nadilla pelakunya.

"Kali ini kamu mau apa lagi?"

Nadilla tertawa senyap, membuat Disky berdecak sebal. "Mau?"

"Enggak"

"Yaudah baguslah" Disky membuka kotak pizza tersebut, kepulan aroma keju langsung mengudara dan masuk ke dalam lubang hidung Nadilla.

"Pizza keju?" Tanya Nadilla penasaran.

"Iya, kenapa?"

"Mana" Nadilla melihat bentuk fisik makanan itu.

"Kalau kamu mau ambil aja, gausah kepo begitu"

"Udah kenyang" Bilangnya itu, dalam hatinya Nadilla sebenarnya ingin. Apa lagi wanita itu paling suka dengan rasa keju.

"Nih buka mulut kamu" Titah Disky yang secara tiba-tiba mengambil satu potongan pizza untuk ia suapi ke mulut Nadilla.

"Eh mau apa?" Nadilla mengelak, menghindari sedikit dari pizza yang di sodorkan Disky.

"Buka aja, saya suapin"

"Apa sih, tiba-tiba banget mau nyuapin"

"Udah buruan, buka"

"Enggak mau, dibilang"

"Enggak mau pizza nya?"

"Engga mau disuapin kamu!"

"Oh gitu, sorry saya lupa kalau kamu bukan Maurel"

Nadilla mengerut kening "Siapa Maurel?"

"Nanti di sekolah juga tau"

"Pacar kamu?" Tanya Nadilla serius

Disky mengalihkan pembicaraan "Saya sisakan dua potong pizza di box, saya mau ke kamar"

"Makan di kamar nanti banyak semut oon!" Semprot Nadilla.

"Udah biasa"

"Jorok banget sih jadi cowok, najis"

"Kalau jorok itu saya belum mandi satu minggu... Lama-lama saya lakban juga tuh mulut, cerewet amat" Sewot Disky.

"Dahlah" Nadilla pergi membawa kabur kotak pizza yang sudah di sisakan oleh Disky.

"Semoga kamu gak gendutan ya"

Sebuah kalimat yang terucap dari mulut Disky sukses membuat kedua kaki Nadilla berhenti melangkah.

"Memang saya suka makan, tolong jangan katakan kalimat yang saya benci"

"Hahahahahaha"

"Jangan ketawa kamu Disky!"

"Maunya apa? Lucu aja gitu liat cewek takut gendut tapi doyan makan"

"No comment!"

"Galak amat sih cantik" Kata Disky.

"Lakban juga nih mulut kamu lama-lama!"

"Sok aja kalau berani"

Beneran deh, kali ini Nadilla menjambak habis habisan rambut Disky karena membuat emosi nya memuncak.

"Sakit, lepasin!" Ampun Disky

"Gak mau, lemah"

"Bener-benar ya!" Disky membalas, tapi dia gak berbuat kekerasan. Melainkan ingin melepas tarikan rambut dari Nadilla.

Hanya saja tubuhnya tiba-tiba terhuyung dan terjatuh di atas tubuh Nadilla.

Sungguh keadaan ini membuat nadilla terhina dan menjerit sejadi-jadinya.

Bab 03. Tunangan (Revisi)

Hari pun sudah malam.

Keadaan rumah sudah ramai setelah seluruh keluarga Disky sudah pulang ke rumah.

Bu Karina menghampiri Bu Gita dengan penuh senyum setelah membersihkan tubuh sehabis pulang lembur.

Membahas perkerjaan juga membahas pertunangan dari masing-masing anak nya.

Namun saat para orang tua membahas itu, kedua anaknya justru sedang melakukan hal yang random.

Baik laki-laki bermain bola basket di depan rumah, yang perempuan bermain bersama kucing peliharaan Bu Karina.

"Bu maaf kalau tadi mereka berantem karena saya gak bisa ngejaga"

"Iya tidak apa-apa, emang mempersatukan dua orang tidak mudah git, kita hanya butuh waktu untuk itu" Jawab Bu Karina.

"Iya bu, sekali lagi saya minta maaf kalau anak saya sifatnya mirip laki-laki"

"Tidak apa-apa, justru saya suka lihat wanita yang tomboy"

Hingga pembahasan kedua orang tua itu berakhir.

"Untuk malam ini Nadilla sama ibu gita tidur di rumah saya dulu, soalnya kontrakan masih belum siap dipakai"

"iya Bu, maaf kalau kita banyak ngerepotin"

Bu Karina tersenyum "Tidak apa-apa, suami saya kan yang nyuruh ibu kerja disini"

Disky menoleh, ia tidak berkomentar. Namun, tidak untuk Nadilla yang kini menimpali obrolan.

"Nadilla tidur sama mamah ya, gak mau sama cowok buat onar"

"Astaghfirullah Dilla... Bu Karina Maaf ya"

"Gak masalah bu git, tanpa Dilla bilang juga pasti Kita pisahkan tidurnya. Kan kalian belum muhrim, gimana sih Dilla ini" Kata Bu Karina.

"Oh iya juga, maaf bu HeHeHe" Kata Nadilla.

"Bu Gita maaf, ini anaknya bawel banget si dari tadi siang" Timpal Disky, yang membuat Nadilla tersenyum, kemudian melotot tajam.

"Bisa kan gak mancing emosi? Kamu itu mau nya ribut aja sih!"

"Ya karena saya dendam, yakiniku saya dimakan kamu!"

Kini Bu Karina langsung melerai "Pssst kalian jangan berisik ah, mau satu-satu ibu gantung di atas pohon kelapa dekat rumah pak yanto?"

'Pak yanto siapa anjir' Dalam hati Nadilla.

"Dia dulu mah" Disky nunjuk Nadilla.

"Sumpah pusing saya bu, dari tadi siang gini terus mereka" Timpal Bu Gita.

"Ya itu bagus dong, tandanya mereka sedang akur" Kata Bu Karina.

"Akur?" Satu kata yang sama yang keluar dari mulut Disky dan Nadilla. Membuat kedua mata mereka saling tatap menatap.

Nadilla mengalihkan pandangan nya sambil bergidik merinding.

"Bu Karina maaf kalau kamar Nadilla dimana ya?, Dilla mau istirahat" Kata Nadilla.

Tanpa mengulur waktu, Bu Karina langsung membawa Nadilla menemui kamarnya.

Kemudian, Disky menyusulnya.

Ia ingin cepat istirahat karena ada agenda kerja kelompok pembuatan baju tujuh belasan per kelas esok hari.

Belum saja Disky melangkah masuk ke dalam kamar, langkahnya terhenti saat mendengar ibunya mengatakan sesuatu.

"Mamah kamu tidur nemenin ibu, jadi nanti Dilla tidur nya sendirian disini, ini kamar Novia, kebetulan Novia izin menginep di rumah teman nya"

"Baik ibu terima kasih banyak" Kata Nadilla.

Dengan begitu, Nadilla masuk kamar dan membereskan semua barang bawaannya.

"Awas ada kuntilanak" Ledek Disky di balik pintu luar kamar Novia.

"Jangan buat saya takut! Saya jambak bibir kamu nanti!" pekik Nadilla di dalam kamar.

**

Tengah malam

Nadilla keluar kamar, dengan pedenya ia memakai kaos kucel dari kampung yang tak sengaja tertangkap penglihatan dari mata Disky.

"Nanti sehabis saya pulang kerja kelompok kita beli baju untuk kamu" Kata Disky yang membuat kedua mata Nadilla langsung membulat.

"Gausah, saya selalu nyaman pakai kaos-kaos pemberian mendiang ayah saya"

"..."

"Tidur sono, ngapain ikut saya keluar kamar sih" Kata Nadilla.

"Dih nyuruh, serah saya lah. Orang gak bisa tidur"

"Kenapa?" Tanya Nadilla.

"Situ nyanyi-nyanyi gak jelas, mana suaranya cempreng bikin sakit telinga"

"Dih biarin sih, sirik aja"

"Bukan sirik, tapi inget waktu oon, orang gila mana yang nyanyi tengah malam"

"Kamu tau kan hobi? keciri banget ga punya hobi. Oh iya lupa kamu kan hobi nya ngejulid, Haha"

Disky cukup tersenyum tidak menjawabnya lagi, Hingga Nadilla melanjutkan langkah kaki untuk mengambil air minum.

Disky terus memperhatikan Nadilla, semakin lama pria itu tersenyum misterius kepadanya.

Nadilla sadar diperhatikan, ia langsung menoleh ke arah disky yang kini reflek memalingkan pandangan

"Saya jambak beneran kamu kalau lihat-lihat lagi"

"Galak amat si, najis"

"Ngelawan dia" Tanpa berpikir panjang, Nadilla menarik rambut Disky tanpa aba-aba "Ampun enggak!"

"Ampun ndut, ampun" Disky meminta ampun namun mengejek tubuhnya.

"APASIH GAK LUCU TAU!" Nadilla kesal, dan memilih balik badan untul kembali ke kamar dengan gerakan frustasi.

**

Pagi harinnya.

Perkumpulan di dua keluarga terjadi di kediaman rumah disky.

Nadilla tampak terdiam ditengah keluarga besarnya disky. Cukup banyak yang berkunjung ke rumah saat ini.

Termasuk pak handoyo yang tadi pagi barusan tiba ke jakarta.

Dilla masih tak bisa berkata-kata, ia terfokus pada situasi yang membuatnya tertekan.

"Dil" Panggil Pak Handoyo.

"Iya pak?" Kali pertama Dilla mengeluarkan suara ditengah riuhnya suasana.

"Jangan malu-malu ya, anggap saja ini rumah sendiri"

"Iya benar kak dilla" Timpal Novia, dia adalah adik kandung disky yang terpaut satu tahun di bawahnya.

"Kalau ada apa-apa, tante bisa bantu dilla" Timpal Bu Clara, beliau adalah tantenya disky, kakak dari Bu Karina.

"Iya Novi, iya bu Clara" Jawab Nadilla.

Mereka belum tau aja dengan kejadian semalam yang buat Nadilla tidak bisa diam.

"Sheva juga bisa bantu Dilla kok" Timpal Sheva yang ikut bicara.

"Iya Shev, makasih" Dilla tersenyum.

Kemudian suasana itu semakin ramai saat Sheva membicarakan sekolah baru nya Nadilla.

Kebetulan Sheva juga kelas dua belas. Ia sangat berharap jika Nadila satu sekolah dengan nya

"Kata orang tuanya sih Dilla nanti satu sekolah sama bang Disky" Kata Novia.

"Berarti nanti Dilla bakal ketemu Maurel dong?" Kata Sheva.

"Iya shev" Kata Novia.

"Bentar, Maurel siapa?" Tanya Nadilla.

"Itu pacarnya disky" Jawab Sheva.

"Oh gitu"

"Iya, kenapa gitu kalau saya ada pacar?" Disky menimpal obrolan.

"Minimal putusin tah apa, kamu sudah ada Nadila juga" Kata Sheva. Disky hanya menarik nafasnya saja, tanpa menjawab.

Hingga perbincangan random itu tersudahi setelah sebagian keluarga yang di undang oleh Bu Karina sudah datang untuk melengkapi acara pertunangan Disky dengan Nadilla.

Nadilla dalam keadaan terdiam, disini ia hanya datang bersama ibunya saja sebagai saksi lamaran.

Acara pertunangannya lancar, hingga kedua keluarga setuju bahwa Disky dengan Nadilla akan di nikahkan setelah mereka lulus sekolah.

Mahar telah diterima, jaminan rumah layak huni pun didapat oleh keluarga Nadilla selama tinggal di jakarta.

"Bu Gita nanti tidak perlu repot bayar uang kontrakan, nanti besok kita survei ke lokasi rumah itu"

"..." Bu Gita mengerut kening, "Gak usah Bu Karina, masalah itu biar urusan kami"

"Ini kemauan dari suami saya bu" Kata Bu Karina. "Disky, nanti kamu kawal calon istri kamu di sekolah ya" Lanjut bu Karina bicara mengarah kepada Disky.

"Iya" Jawab singkat disky seraya menapak kaki di lantai.

"Kamu mau kemana? Acara belum selesai"

"Disky mau cari makan diluar mah"

Tatapan orang-orang sekitar pun tiba-tiba kompak mengarah kepada Disky.

"Bu Gita maaf ya bu"

"Iya Bu Karina tidak apa-apa"

"Nadilla, sayang maafin kelakuan anak ibu ya"

"Iya bu, Santai aja"

"Disky pamit keluar sebentar doang mah" Timpal Disky.

"Sudah sana kamu keluar, yang lama saja gak apa-apa" Jawab Bu Karina, sepertinya sudah paham dengan kata bentar namun nyatanya lama.

**

Sepuluh menit kemudian..

Disky keluar rumah, sesekali ia menatap situasi dalam rumah bersamaan dengan raut wajah Nadilla. Yang kemudian ia memikirkan perkataan Sheva yang meminta Disky untuk putusin Maurel.

'Itu sulit, ngomong si gampang'

Beberapa menit kemudian...

Disky berada di rumah pacarnya yang bernama Maurel.

Gadis itu langsung tersenyum saat Disky sudah datang.

Tapi tidak untuk disky yang berekspresi biasa saja. Tanpa senyum yang terselip, berbalik badan lalu meminta Maurel untuk cepat menaiki sepeda motornya.

"Kok tumben buru-buru sayang"

"Siang nanti saya lagi ada urusan keluarga, jadi jangan lama-lama"

"Oh begitu... Yaudah kita batalin aja dari sekarang kalau kamu sibuk sih"

"Saya kan sudah janji ke kamu" Kata Disky.

"Dih engak apa-apa kok, niatnya hari ini saya mau main sama Rahma juga"

"Udah ikut aja dulu, saya mau belikan kamu sesuatu"

"Mau beli apa sayang?" Tanya Maurel.

"Ada nanti liat aja, untuk hari ini kita main nya sampe jam 1 siang, tapi besok bakal seharian penuh"

"Iya sayang iya, tapi mau kemana besok?"

"Dufan"

Maurel langsung berteriak senang "Tumben banget sih kamu ngajak saya ke tempat yang saya impikan dari kecil" Kata Maurel.

"Iya, yaudah kita berangkat sekarang" Kata Disky

Maurel menurut, motor pun dijalankan disky menuju ke restoran yang sudah mereka janjikan. Mereka berdua menikmati waktu hingga lebih dari waktu yang di tentukan.

"Sayang makasih ya, hati-hati dijalan" Kata Maurel.

Disky hanya mengangguk, kemudian langsung menjalankan kembali sepeda motor nya menuju pulang.

Sebelum itu, Disky ingin mampir lebih dulu ke perumahan baru Nadilla yang jaraknya sangat dekat dari rumah Maurel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!