"Saya terima nikah dan kawinnya Jasmine Ariani Prawira binti Ibrahim Prawira dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan juga perhiasan emas seberat 50 gram di bayar tunai". Bayangan peristiwa itu masih melekat dalam ingatan Jasmine saat ia dan juga Prasetya melangsungkan pernikahan mereka.
Baru sebulan yang lalu kalimat itu di ucapkan oleh Prasetya atau yang biasa di sebut mas Pras di ucapkan di hadapan penghulu dan orang tuanya serta para tamu undangan yang yang turut hadir dalam acara pernikahan itu. Namun kini Jasmine terpaksa menyaksikan pernikahan ke dua sang suami dengan wanita lain yang sudah di cintai suaminya sejak masa SMA dulu.
Viona, nama kekasih sang suami yang kini menjadi madunya telah sah menjadi istri kedua bagi suaminya, wanita yang cantik dan terlihat elegan dengan balutan kebaya putih dan juga kain batik tengah duduk bersanding dengan suaminya dan menjadi madunya. Acara ijab kabul itu berlangsung lancar dan tanpa hambatan apapun, penghulu yang di tunjuk untuk menjadi wali nikah telah mensahkan pernikahan mereka.
Jasmine hanya bisa menahan tangis sakit hatinya dalam-dalam di hatinya, dia merasa hancur dan remuk sudah perasaannya saat ini. Pernikahan yang dia impikan akan indah, kini hancur sudah harapannya itu. Dia harus merelakan sang suami menikahi wanita yang di cintainya. Air matanya jatuh membasahi kain cadar yang di kenakan nya, namun air mata itu dengan cepat di hapusnya agar tidak ada orang yang melihatnya. Jasmine berusaha terlihat tegar ketika menyaksikan pernikahan siri suaminya dengan kekasih yang dicintainya. Meski rasa sakit hati itu tidak bisa dia tahan dalam hatinya, namun dia berusaha untuk bisa tersenyum di hadapan para tamu yang datang.
Jasmine pun bangkit berdiri setelah semua rangkaian acara pernikahan suami dan madunya telah selesai di laksanakan. Dia mengusap air mata yang keluar dari pelupuk matanya yang tidak bisa dia tahan lagi, dengan cepat dia hapus air mata itu sebelum dilihat oleh orang lain. Jasmine kemudian menyalami semua tamu satu persatu yang hendak keluar untuk pulang setelah acara. Ketika semua orang telah pergi meninggalkan rumahnya, barulah dia membersihkan semua peralatan makan dan meja ke tempatnya semula.
Dia kemudian berjalan ke arah suami dan madunya untuk mengucapkan selamat pada mereka. "Selamat ya.. Mas, Mbak untuk pernikahannya" kata-kata itu dia ucapkan dengan berat hati dan rasa sakit yang mendalam. "iya.. Terima kasih Jasmine. Sekarang suamimu adalah suamiku juga, aku berharap kita berdua bisa akur ya untuk kedepannya". Viona berucap dengan senyuman bahagia yang menghias wajahnya.
Jasmine hanya bisa mengulas senyum lirih dan menunduk lesu melihat kebahagiaan mereka, tanpa mengucapkan kata-kata lagi dia beranjak dari hadapan mereka dan pergi menuju dapur untuk mencuci semua piring kotor yang di pakai para tamu. Setelah selesai membersihkan semua sudut rumah Jasmine naik ke lantai atas menuju kamarnya, namun saat dia berdiri di depan pintu kamarnya semua barang-barangnya telah ada di luar kamarnya berserakan. Prasetya keluar dari kamar itu dan berkata "mulai hari ini kamar ini adalah kamar saya dan juga Viona, kamu pindah saja ke kamar sebelah" Pras berkata dengan nada dingin.
Jasmine berjongkok memunguti semua barangnya kemudian Dia mendongak melihat wajah suaminya dan berkata "mas, ini adalah rumah ku aku berhak untuk tidur di kamar ini, karena dari awal kamar ini adalah kamar kita" Jasmine berucap lirih menatap mata sang suami. "mulai hari ini, kamar ini adalah kamar saya dan juga Viona. Karena viona adalah istri saya yang saya cintai, dan saya berhak untuk memutuskan kamar mana yang akan saya pakai dengan viona" Pras tetap bersikukuh dengan keputusannya.
Jasmine hanya menundukkan kepalanya tanpa bisa mendebat keputusan sang suami, dengan berat hati Jasmin terpaksa mengalah. Dia membereskan semua barangnya dan membawanya ke kamar lain yang berada tepat di sebelah kamar Pras dan Viona. Prasetya kemudian masuk ke dalam kamar dan membantu Viona untuk membereskan barang-barangnya. "sayang, sini biar aku bantu kamu untuk membereskan barang-barangnya. Kamu mandi saja dulu, kamu pasti merasa gerah kan setelah acara tadi?!" Pras bertanya dengan nada lembut pada istri sirinya itu.
Viona berbalik dan menatap wajah tampan lelaki yang sudah menjadi suaminya itu, tangannya dia kalungkan di leher suaminya dan mengecup bibir suaminya singkat. "mas Pras juga pasti gerah setelah acara tadi, bagaimana kalau kita mandi bareng saja berdua?! Barang-barang ini bisa kita bereskan nanti" Viona berkata dengan nada manja dan menarik lengan suaminya ke kamar mandi. Mereka pun akhirnya masuk bersama ke kamar mandi dan melakukan aksi panas mereka di kamar mandi sebelum keduanya mandi.
Sementara Jasmine tengah memasukan semua barangnya ke kamar sebelah dan membereskan baju-bajunya kedalam lemari yang ada di kamar itu. Karena barang-barangnya tidak terlalu banyak Jasmine tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskannya. Setelah semua selesai dia mengambil handuk dan baju ganti ke kamar mandi dan segera membersihkan dirinya dengan mandi air hangat. 10 menit kemudian Jasmine keluar dengan baju gamis yang lebih santai dan sederhana.
Jasmine kemudian merebahkan badannya yang lelah di atas ranjang dan mengistirahatkan badannya sebelum waktu Dzuhur tiba, perlahan matanya mulai terpejam karena rasa kantuk yang tiba-tiba menerjang. Jasmine pun tertidur lelap di atas ranjangnya yang empuk dengan tenang. Sedangkan dua pengantin baru Pras dan Viona masih asik melakukan hubungan panas mereka di dalam kamar mandi, kini mereka berdua telah ada di dalam bathtub dan terus melakukan hubungan intim mereka dengan intens. Selama 30 menit berlalu mereka akhirnya selesai dan keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandi masing-masing.
"wah, kamu benar-benar gila sayang. Kita melakukan hubungan intim hampir setengah jam lebih, kamu benar-benar sangat bergairah hari ini" Pras berkata dengan senyum kebahagiaan yang terukir di wajahnya. Viona membalas dengan senyuman yang tidak kalah bahagia dengan Pras.
"itu semua memang hak kamu mas, aku melakukannya untuk membuat kamu bahagia. Karena sekarang aku adalah istri kamu juga" Viona mengedipkan sebelah matanya dengan tatapan genit dan menggoda.
"kamu memang paling bisa membuat aku bahagia, Viona. Aku benar-benar beruntung memiliki istri yang pengertian seperti kamu". Pras kemudian menggandeng tubuh istri keduanya dan mendaratkan ciuman di pipi istrinya. Keduanya kemudian berganti baju dan mengeringkan rambut masing-masing sebelum kemudian melanjutkan membereskan barang-barangnya Viona ke dalam lemari.
Adzan dhuhur pun berkumandang Jasmine pun membuka matanya dan segera bangun dari tidur singkatnya. Dia duduk dahulu sebelum bangkit dari ranjangnya untuk mengambil wudhu di kamar mandi. Setelah merasa nyawanya sudah terkumpul dia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi. Selesai berwudhu Jasmine mengambil alat sholatnya dan langsung menggelar sajadahnya dan mengenakan mukenanya untuk melakukan sholat Dzuhur.
Setelah selesai melaksanakan sholat Dzuhur Jasmine turun menuju ke lantai bawah, dia berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuknya dan juga suaminya serta madunya. Namun sebelum dia hendak memasak Jasmine menoleh ke tempat cucian kotor yang berada di samping dapur. Jasmine melihat banyak baju kotor yang belum dicuci di keranjang cuciannya, dia pun mengurungkan niatnya untuk memasak dan berbelok ke tempat cucian untuk mencuci baju yang kotor.
Satu persatu baju kotor itu dia masukan kedalam mesin cuci dengan hati-hati. Jasmine pun mulai menyalakan mesin cuci untuk memulai mencuci baju-baju kotor tersebut. Setelahnya dia kembali ke dapur untuk mulai memasak, Jasmine pun mengeluarkan satu persatu bahan makanan yang akan dia masak dari kulkas. Jasmine mulai mencuci beberapa sayuran, daging dan ikan di dalam wastafel. Dia kemudian menyisihkan daging dan ikan yang sudah di bersihkan dan mulai memotong sayuran yang dia perlukan.
Jasmine dengan telaten mulai memasak hidangan yang bisa dia masak, hari ini dia akan memasak tumis capcay ayam mentega dan juga ikan makarel goreng. Itu semua adalah makanan kesukaan suaminya selama berada di rumah orang tuanya, ya... Selama sebulan setelah pernikahan mereka keduanya masih tinggal dengan orang tua Prasetya di kediaman mereka. Barulah beberapa hari yang lalu mereka akhirnya bisa tinggal terpisah di rumah mereka sendiri yang di berikan oleh ayah mertua Jasmine.
Namun ternyata, sehari setelah mereka tinggal terpisah Prasetya malah membawa wanita lain ke rumah mereka dan menjadikannya sebagai istri keduanya. Betapa hancurnya hati Jasmine saat itu ketika Prasetya meminta ijinnya untuk menikahi Viona kekasihnya.
"mas kamu benar-benar gila deh barusan, kamu membuat aku kewalahan dengan aksi kamu tadi di kamar mandi" ucapan Viona begitu nyaring terdengar oleh Jasmine saat mereka menuruni anak tangga.
"kamu sendiri yang memancing aku Vi, aku sudah bilang supaya kamu mandi lebih dulu. Tapi kamu malah bersikeras ingin mandi bareng, jadi terima saja akibatnya karena kamu menggoda aku" balas Prasetya dengan kata-kata manja.
Jasmine hanya bisa terdiam mendengar obrolan mereka yang terdengar hangat dan manja, Jasmine membisu di tempat hatinya terasa sakit saat mendengar percakapan mereka yang begitu akrab. Pasalnya Prasetya tidak pernah memperlakukan Jasmine dengan sehangat dan seakrab itu setelah mereka menikah. Pras selalu memperlakukan Jasmine dengan dingin dan tatapan yang tajam.
"Jasmine, kamu sedang apa?!" Viona bertanya pada Jasmine saat mereka sampai di dapur.
Jasmine tidak langsung menoleh pada mereka dan menjawab pertanyaan Viona dengan pandangan yang masih fokus pada masakannya. "aku sedang masak untuk makan siang, mbak. Makanan yang di pesan dari restoran tadi sudah habis oleh para tamu yang datang"
"kamu seharusnya panggil aku tadi, aku kan bisa ikut bantuin kamu masak makan siang. Jadi kamu tidak perlu repot seperti ini seorang diri" ucap Viona dengan nada lembut.
"tidak perlu mbak, aku sudah biasa masak sendiri sejak tinggal dengan budhe di Solo" Jasmine berusaha menolak dengan halus.
"kamu tidak perlu menolak Viona dengan nada dingin seperti itu Jasmine, dia hanya menawarkan bantuan padamu saja. Supaya kamu tidak terlalu kelelahan mengerjakan semuanya sendiri" Pras membela Viona dengan ucapan sinis pada Jasmine.
"aku bukannya menolak mas, lagipula semua masakannya sudah hampir selesai hanya perlu menggoreng ikannya saja dan semua tinggal dihidangkan di atas meja" Jasmine menyanggah ucapan Pras dengan nada lembut.
"eh.. Sudahlah mas, tidak perlu marah pada Jasmine seperti itu. Mungkin Jasmine memang tidak memerlukan bantuan aku" Viona mencoba menenangkan Pras agar tidak emosi.
Dia kemudian menggandeng tangan Pras berjalan menuju ke meja makan, di saat bersamaan semua hidangan yang di masak oleh Jasmine telah selesai di buat. Jasmine pun menghidangkannya di atas meja makan makan dan menatanya dengan rapi.
Pras dan Viona duduk bersebelahan di sisi meja, sedangkan Jasmine duduk di sisi lain seorang diri. Viona pun mulai menyendokan nasi ke atas piring Pras dengan telaten dan mengambilkan berbagai lauk yang tersaji disana.
"mas, segini cukup?! Atau mau tambah lagi" tanya Viona dengan lembut.
"iya Vi, sudah cukup. Terima kasih" Pras pun mengambil piring itu dan mulai memakannya.
Sementara Jasmine dia hanya menyaksikan kemesraan suami dan madunya yang saling bercengkrama dengan riangnya. Jasmine merasa dirinya hanya sebagai orang luar di tengah kebahagiaan mereka berdua. Pras tidak pernah memperlakukan Jasmine dengan sehangat itu seperti Pras memperlakukan Viona. Bahkan sejak mereka menikah sebulan lalu Pras tidak pernah berbicara dengan lembut dan ramah. Nada bicara Pras pada Jasmine selalu kaku dan dingin meski di depan orang tuanya sekalipun.
Ya.. Pras memang tidak pernah mencintai Jasmine sama sekali, Pras setuju menikahi Jasmine karena atas paksaan orang tuanya terutama sang papa yang selalu menjadi kelemahan Prasetya. Papanya adalah ketakutan dan kelemahan terbesar Prasetya sejak dia kecil, sebab papanya selalu bertindak kasar dan menghukumnya dengan keras jika Pras melakukan kesalahan.
Bahkan sejak awal pertemuannya dengan Jasmine Pras sudah menekankan bahwa dia tidak akan pernah mencintai Jasmine sebab dia telah mencintai viona yang menjadi kekasihnya. Pras pun mengajukan syarat pada Jasmine saat mereka akan menikah, bahwa Pras akan menikahi Viona setelah mereka resmi menikah.
Hal itu menjadi pukulan berat bagi Jasmine, namun dia tidak punya pilihan lain sebab Prasetya adalah jodoh pilihan orang tuanya yang telah diamanahkan oleh ummi dan abbinya sebelum mereka meninggal. Meski berat bagi Jasmine, tapi dia tetap menerima Pras menjadi suaminya dan setuju dengan syarat yang di ajukan oleh Pras karena Jasmine sudah terlanjur jatuh cinta dengan Pras pada pandangan pertama.
Makan siang pun berjalan dengan tenang tanpa adanya obrolan hangat, hanya dentingan sendok yang bergesekan di piring. Setelah semua selesai Jasmine membawa piring itu ke dalam wastafel, namun sebelum dia akan mencucinya alarm mesin cuci berbunyi pertanda cuciannya sudah selesai. Jasmine pun berjalan menuju tempat cucian dan mengambil pakaian yang sudah bersih untuk di jemur di halaman belakang.
***
Malam harinya, Jasmine kembali ke kamarnya setelah melakukan sholat isya di mushola kecil halaman belakang rumahnya. Hari ini adalah malam pertama Viona tinggal di rumah baru Jasmine dan Pras sebagai istri kedua. Karena merasa lelah setelah seharian menjalani aktifitasnya Jasmine tidak lagi keluar kamar dan memilih mengaji di kamarnya.
Sedangkan di kamar sebelah terdengar obrolan riang dari Pras dan juga Viona yang sesekali di selingi dengan canda tawa bahagia mereka. Jasmine merasa iri dengan Viona yang diperlukan dengan istimewa oleh Prasetya dan bisa bercengkrama dengan seakrab itu. Namun Jasmine memilih diam dan tidak ikut campur dalam urusan mereka.
Waktu pun berlalu dan semakin malam, Jasmine pun mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan hendak tidur. Namun bukan ketenangan yang dia dapat malam ini, tetapi justru dia malah harus mendengar suara-suara desahan dan erangan kenikmatan dari aktifitas panas antara suami dan madunya. Hati Jasmine begitu sakit di buatnya saat dia harus mendengarkan suara-suara tersebut.
"ah... Mas... Pelan-pelan masukannya, ah..." suara Viona terdengar begitu nyaring dari kamar sebelah.
"vi... Kamu begitu nikmat... Malam ini.." balas Pras yang tidak kalah nyaringnya.
"kamu juga begitu nikmat mas... Aku suka.." suara Viona terdengar begitu manja.
"vi.. Aku mau keluar.. Vi.. Sudah tidak tahan.." erangan Pras begitu menikmati.
"keluarkan di dalam saja mas.. Jangan dicabut.. Akh.." Viona pun mengerang.
Jasmine hanya bisa menutup telinganya dengan bantal dan menahan tangis sesaknya di dalam dada. Dia tidak kuasa mendengar suara-suara yang begitu menyayat hatinya, sebab Jasmine bahkan belum pernah mendapatkan haknya sebagai seorang istri seperti Viona. Pras bahkan tidak sudi menyentuhnya meski seujung jari pun, sebab Pras menganggap Jasmine sebagai wanita jelek di matanya walau Pras belum pernah melihat wajahnya sekalipun.
Jasmine terus terisak dalam diam di kamarnya ketika suara-suara itu kembali terdengar olehnya. Jasmine bahkan bisa mendengar jeda mereka melakukannya, ya... Sebanyak 3 kali mereka melakukan aktifitas panas itu.. Dan 3 kali pula Jasmine menangis di bawah bantalnya.
Keesokan harinya, Jasmine bangun setelah mendengar adzan subuh berkumandang. Matanya terasa bengkak karena tangisannya malam itu, dia mengerjapkan matanya yang terasa berat karena sedikit bengkak. Jasmine pun langsung menuju ke makar mandi, dia kemudian mengompres matanya yang bengkak dengan air dingin agar matanya tidak bengkak lagi.
Setelah itu Jasmine langsung mandi dan mengambil wudhu untuk melakukan sholat shubuh, sekitar 15 menit Jasmine keluar dari kamar mandi dan langsung memakai baju ganti. Dia kemudian berjalan ke samping ranjang dan segera menggelar sajadahnya dan langsung sholat shubuh. Setelah selesai sholat, Jasmine mengangkat tangannya untuk memanjatkan doa pada Allah.
"ya.. Allah engkau yang maha mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang ada di masa depan, hamba mohon kuatkan lah hati hamba untuk menjalani pernikahan ini. Jika pernikahan ini adalah yang terbaik untuk hamba, maka pertahankanlah pernikahan ini. Namun jika pernikahan ini bukanlah yang terbaik untuk hamba, maka akhirilah dengan cara yang terbaik dari sisi-Mu" Jasmine mulai meneteskan air mata karena tidak kuasa menahan tangis sakit hatinya.
"ya.. Allah lembutkanlah hati mas Pras untuk bisa menerima hamba sebagai istrinya, sadarkanlah dia untuk bisa melihat siapa yang terbaik untuknya. Jangan biarkan cintanya pada manusia membutakan matanya untuk melihat kebenaran di depan matanya. Kabulkan lah doa-doa hamba ini ya.. Allah" Jasmine pun mengakhiri doanya dan mulai membuka mushaf Al Qur'an nya dan mulai mengaji dengan suara merdunya.
Sementara Pras mulai terbangun dari tidurnya setelah pergulatan panas dan panjang dengan istri keduanya tadi malam. Dia merasakan badannya yang lelah dan pinggangnya yang kaku karena terlalu semangat melakukan hubungan intim dengan Viona. Pras mendengar suara yang begitu merdu dari kamar sebelah, suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang di lantunkan oleh Jasmine.
Namun Pras segera menepis perasaan syahdunya yang mendengar suara Jasmine, dia dengan cepat berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah melihat jam yang menunjukan angka jam 5 pagi. Pras mandi dengan cepat dan langsung melaksanakan sholat shubuh, setelah itu dia membangunkan Viona yang masih terlelap dalam tidurnya untuk menyuruhnya sholat.
Pras membelai wajah istrinya itu dengan lembut untuk membangunkannya, Viona mulai menggeliat dan membuka matanya perlahan. "sayang, ayo bangun. Ini sudah pagi kamu harus mandi dan sholat shubuh sebelum terlambat dan waktunya habis" ucap Pras dengan lemah lembut.
Viona menggelinjang dan memutar tubuhnya menghadap Pras dan menatap wajah tampan suaminya, namun Viona tidak langsung bangun. Dia malah merentangkan tangannya ke arah Pras dan berkata "gendong aku dong mas, aku malas untuk berjalan ke kamar mandi" ucap Viona dengan nada manja.
Pras menghela napas panjang sebelum menjawab ucapan Viona "jangan manja Vi, kamu masih bisa berjalan sendiri ke kamar mandi. Kamu kan punya kaki sendiri, masa minta di gendong kayak anak kecil saja?!" ucap Pras dengan nada datar.
"tapi aku capek mas, badan aku juga lemas... Ini semua gara-gara kamu yang terlalu bersemangat tadi malam. Makanya tanggungjawab mas, sudah bikin aku kewalahan sampai lemas begini" rengek Viona pada sang suami.
Pras kemudian luluh dan menggendong Viona ke kamar mandi seperti ala bridal style, setelah sampai di depan pintu kamar mandi Pras segera menurunkan Viona dan memasukannya ke kamar mandi.
***
Sementara Jasmine yang sudah selesai sholat dan mengaji, ia segera turun ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan sang suami serta madunya. Hari ini Jasmine akan membuat nasi goreng ayam dengan sisa nasi yang tersisa tadi malam. Jasmine pun menyalakan kompor dan mulai memasak makanan untuk sarapan dengan bahan yang ada di kulkas. Tidak lupa dia juga memasak nasi yang baru dan juga beberapa lauk untuk bekal ke tempat kerjanya nanti.
Setelah setengah jam berlalu akhirnya masakannya sudah selesai di masakn, Jasmine pun menyajikannya di meja makan dan mulai makan sarapannya tanpa menunggu sang suami dan madunya. Saat Jasmine tengah makan Pram pun mulai turun dari lantai atas dengan menggandeng tangan istri keduanya dengan mesra. Mereka pun sesekali saling melemparkan candaan satu sama lain, namun Jasmine tidak memedulikan apa yang mereka lakukan Jasmine hanya fokus pada makanannya.
"loh.. Jasmine kamu sudah bangun?! Pagi sekali kamu sudah bangun jam segini, sudah siapkan sarapan pula!!" ucap Viona dengan nada lembut yang di paksakan.
"oh.. Iya mbak aku memang sudah biasa bangun di jam segini saat di rumah mama dan papa juga. Ini aku siapkan sarapan untuk kalian, aku buatkan nasi goreng ayam. Silakan dimakan jika kalian mau jika tidak mau kalian masak saja sendiri" ucap Jasmine yang hendak berdiri dari kursinya.
"kenapa nada bicaramu seperti itu pada Viona, Jasmine?!" tanya Pram dengan ekspresi dingin.
"begitu bagaimana mas?! Aku rasa nada bicaraku biasa saja" ucap Jasmine datar.
"kamu bicara dengan nada sombong Jasmine!" kata Pram ketus.
"itu hanya perasaan mas saja mungkin! Bukankah dari dulu nada bicaraku memang seperti ini?!" ucap Jasmine yang masih fokus pada wastafel cuci piring.
"jika mas Pram dan mbak Viona mau sarapan silakan saja sarapan, saya permisi mau siap-siap untuk berangkat ke sekolah untuk mengajar"
Jasmine pun berlalu pergi dari area dapur menuju ke kamarnya di lantai atas, setelah berada di kamar Jasmine mulai siap-siap berganti baju dan menyiapkan keperluanya untuk mengajar murid-muridnya. 10 menit waktu yang di butuhkan Jasmine untuk selesai bersiap, dia pun kemudian keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. Tidak lupa dia juga membawa bekalnya yang telah dia siapkan sebelumnya.
Jasmine menoleh pada jam dinding yang menunjukan pukul 06:00 pagi, masih banyak waktu yang tersisa sebelum jam masuk sekolah. Namun Jasmine memutuskan untuk berangkat lebih awal karena dia tidak mau berlama-lama melihat suami dan madunya bermesraan setiap waktu. Dia pun pamit setelah menyalami tangan suaminya, namun saat hendak melangkah panggilan Pram menghentikan langkahnya.
"Jasmine" panggil Pram dari meja makan.
"iya mas" jawab Jasmine tanpa menoleh.
"kamu tidak membuatkan bekal untuk saya?!" tanya Pram dengan nada dingin.
Jasmine mengernyitkan dahinya tanda dia tidak paham ucapan suaminya, dia pun kemudian berbalik dan menatap wajah suaminya dengan tatapan heran. Jasmine kemudian senyum tipis.
"bukankah biasa mas Pram memang tidak ingin di buatkan bekal?! Bahkan saat hari pertama kita menikah mas tidak pernah menyentuh bekal yang aku siapkan dengan sudah payah. Kenapa sekarang mas Pram malah menanyakan bekal padaku?!" tanya Jasmine.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!