Luna Arindya adalah seorang gadis jenius, ia pemanah profesional yang memiliki bakat luar biasa. Ia juga memiliki kecantikan yang luar biasa, serta kebaikan hati dan ceria, tapi sudah beberapa hari ini ia berubah jadi pendiam.
Sampai sampai sang sahabat bingung melihat Luna yang banyak diam, "Lun, kamu kenapa dari tadi kok diam aja, eh bukan dari tadi tapi dari beberapa waktu lalu?" tanya Mei
"Gak tau aku juga bingung, perasaan ku gak enak dan juga aku sering dengar suara suara ada yang panggil aku tapi gak tau siapa" jawab Luna
"Mungkin perasaan kamu saja Lun, yaudah gak usah di pikirin. Oh iya bagaimana novel yang aku kasih bagus gak?" tanya Mei
"Is bagus apanya, keluarga gila dan apa itu kaisar gay ya kok gak suka wanita. Kalau aku jadi putri itu sudah aku sleding tu kaisar item" ujar Luna kesal
"Hahaha.... Kok kaisar item sih, kamu ada ada aja" tawa lucu Mei.
"Iya kang dia kaisar kegelapan ya gelap itu hitam yaudah panggil aja kaisar hitam" ujar Luna cuek
"Hahaha.... Hahaha.... Baiklah baiklah, ayo tidur besok kamu harus mengikuti kompetisi terakhir, aku yakin kamu pasti menang" ujar Mei
Luna memandang mei lama, dan itu membuat mei bingung, tiba tiba Luna memeluk mei erat "Mei terima kasih sudah hadir menjadi sahabat terbaikku, terima kasih sudah menemaniku, menjadi sahabat, menjadi kakak, menjadi keluarga terbaikku. Terima kasih aku sayang sama kamu Mei"
Mei terdiam mendengar ucapan Luna hanya terdiam dengan hati yang berdetak, rasa takut, sedih dan merasa akan kehilangan sesuatu.
"Mei....Jika usiaku kelak tidak panjang dan aku pergi duluan, aku mau kamu melanjutkan hidup lebih baik lagi dan tolong urus anak anak panti kita aku titipkan semua harta ku pada kamu ya" ujar Luna lagi
"LUNA... DIAM...!! kamu ngomong apa sih, hiks.... hiks.... hiks... Kita akan hidup panjang bersama sampai tua, jadi jangan bicara yang tidak tidak" marah Mei dengan rasa takut di tinggalkan
Mereka tidak bicara lagi tapi tangis mereka berdua terdengar nyaring di kamar itu.
...----------------...
Keesokan harinya
Pagi ini Mei dan Luna berusaha tidak membahas masalah semalam, mereka sudah berangkat ketempat pertandingan berada.
Tidak lama setelah mereka sampai pertandingan pun di mulai, semua peserta bergantian untuk maju, dan tibalah giliran Luna.
Suara peluit panjang memecah udara sore yang panas. Sorakan penonton di stadion memekakkan telinga, namun Luna Arindya tak mendengarnya. Dunia di sekitarnya mengabur. Pandangannya hanya terfokus pada target bundar sejauh lima puluh meter di depannya.
Tarik… tahan… lepas.
Anak panah melesat, menembus udara, dan PLAK! menancap tepat di tengah lingkar emas. Tepuk tangan bergemuruh. Luna menghela napas lega, namun senyum belum sempat mengembang ketika suara gemuruh aneh terdengar di atasnya.
Orang-orang menjerit. Sebuah papan reklame raksasa, terpukul angin kencang, terlepas dari gantungannya dan jatuh bebas ke arah tribun tempat ia berdiri. Instingnya sebagai atlet membuatnya mendorong rekan setim menjauh.
Dentuman keras. Gelap.
"TIDAK......LUNA..... LUNA BANGUN LUNA.... JANGAN TINGGALKAN AKU LUNA " teriak Mei histeris melihat keadaan Luna yang berlumuran darah dan sudah tidak bernafas, ia sampai pingsan berkali kali.
…
Sedangkan di dunia lain, ada seorang gadis yang sedang terbaring pucat bagaikan tidak bernyawa yang di sampingi dayang pribadinya yang menangisinya.
Tapi tidak lama kemudian tanpa di sadari sang dayang ketika kesadaran sang nona sudah kembali, gadis itu terbangun dan mendapati dirinya terbaring di tempat asing. Aroma dupa memenuhi hidungnya, langit-langit kayu berukir di atas kepalanya tampak asing. Tangannya meraba kain lembut bukan seragam olahraga, tapi jubah panjang bersulam awan emas.
“Putri… Anda sudah sadar!” suara seorang pelayan perempuan terdengar lega, tapi wajahnya penuh kekhawatiran, sembari menghapus air matanya
Putri? gadis itu ingin bertanya, tapi kepalanya mendadak penuh potongan ingatan yang bukan miliknya hidup seorang Putri Keempat Kekaisaran Awan, anak dari selir yang meninggal muda, lemah sejak lahir, dan tak pernah mendapat perhatian kaisar.
Ingatan terakhir membuat tubuhnya menegang. Dalam cerita novel yang ia baca, putri ini… akan dikirim sebagai pengantin persembahan bagi Kaisar Kegelapan.
Penguasa itu disebut sebagai pria yang berhati iblis tidak pernah tersenyum, dingin, dan membenci wanita. Seluruh selir yang pernah masuk ke istananya berakhir mati dengan cara misterius.
Gadis itu meremas seprai di tangannya.“Apa... Aku di novel ini… di tubuh gadis yang mati di bab awal?” gumamnya nyaris tak terdengar.
"Ya ampun... Bagaimana bisa aku harus berhadapan dengan kaisar hitam itu, pasti wajahnya gosong kayak panci.....ah... Mati aku " keluh gadis itu yang ternyata Luna.
Iya Luna yang bertransmigrasi ke dunia lain, "Ini pasti kutukan karena aku menghina dia kemarin, dan jika tidak salah wajah putri itu ini sedang tidak baik baik saja karena racun" keluh Luna
"Aku harus obati, agar kaisar bodoh itu tidak ilfil walau dia tidak suka wanita" ujar hati Luna
Pelayan itu menunduk, salah mengira gumaman Luna sebagai keluhan. “Putri… perintah sudah turun. Tiga bulan lagi, Anda akan berangkat menuju Istana Hitam untuk dinikahkan dengan Yang Mulia Kaisar.”
Luna menatap langit-langit, bibirnya melengkung miring."Tiga bulan? Baiklah, kalau kaisar itu membenci wanita… maka dia akan mendapati satu wanita yang tidak akan mudah ia benci… atau buang begitu saja."
"Apa... Putri anda setuju?" kaget Lan Mei pelayan pribadinya yang setia dari mendiang ibunya
"Tentu saja, percuma saja bukan untuk menolak. Lagian aku ingin pergi dari sini... kita akan buat kekuatan di tempat baru untuk membalas mereka yang ada di sini. Di kira aku ayam sajen apa dikasih untuk jadi persembahan. Ngapain juga kaisar bodoh itu mau di kasih wanita apa bisa di makan, memang kaisar bodoh" kesal Luna yang sekarang bernama Rui Zhi Han
Lan Mei yang mendengar itu sangat terkejut dengan mata terbelalak tidak menyangka dengan ucapan sang putri, putri yang biasanya pendiam dan penakut kini memiliki tatapan tajam terlihat tegas dan juga keusilan.
"Putri apa kepala anda sakit" tanya Lan Mei hati hati
Rui Zhi Han menatap Lan Mei heran, "Hem... Tidak, aku baik baik saja, memangnya aku kenapa?"
"Tidak... putri" Jawab Lan Mei gugup sembari menunduk
"Baiklah jika begitu bantu aku siapkan air aku ingin mandi dulu" ujar Rui Zhi Han
"Baik putri saya siapkan" ujar Lan Mei lalu pergi
Di luar, angin sore membawa kabar ke seluruh negeri: pengantin Kaisar Kegelapan telah dipilih. Dan tak ada yang tahu, pengantin kali ini… bukan gadis biasa.
Bersambung
Lan Mei baru saja selesai menyiapkan air mandi ketika Rui Zhi Han atau lebih tepatnya Luna di tubuhnya duduk santai sambil memainkan ujung rambutnya. Tatapannya menyipit, jelas ada sesuatu yang dipikirkan.
“Lan Mei…” panggilnya tiba-tiba.
“Ya, Putri?” jawab Lan Mei sopan.
“Di mana hutan yang banyak tumbuhan obat?” tanya Rui dengan nada seenaknya, seolah ia bertanya lokasi pasar sayur.
Lan Mei langsung terperanjat. “Hu-hutan? Putri, untuk apa Anda ingin ke hutan? Itu tempat berbahaya… banyak binatang buas, dan—”
“Aku mau metik daun obat, jelaslah!” Rui menyilangkan tangan di dada. “Masa aku mau piknik sambil bawa tikar, makan bekal, terus main ular tangga sama harimau?”
Lan Mei: “…..”
Pelayan setia itu menatap putrinya dengan mulut terbuka, tidak yakin harus tertawa atau menangis. Apa kepala putri benar-benar terbentur keras kemarin?
“Pu-putri, biasanya Anda takut melihat cicak di dinding… sekarang mau ketemu harimau di hutan?” bisik Lan Mei dengan suara pelan, takut salah bicara.
Rui mengangkat dagunya dengan gaya sombong. “Itu dulu, waktu aku masih versi lemah. Sekarang aku upgrade versi jagoan!” Ia sampai mengepalkan tangan, meniru gaya pahlawan dalam film yang pernah ia tonton di dunia modern.
Lan Mei menepuk jidat. “Ya Tuhan….”
“Sudahlah, cepat tunjukkan jalannya. Kalau aku bisa dapat tumbuhan obat, mungkin wajahku bisa balik cantik maksimal. Bayangkan saja, nanti waktu aku ketemu Kaisar Hitam itu—” Rui tiba-tiba memasang ekspresi lebay, tangannya mengelus pipinya sendiri.
“Dia pasti akan jatuh hati dalam sekejap. Lalu aku tinggal bilang: ‘Ampun Kaisar, jangan buang aku, lihat wajahku glowing seperti daun kelor muda’.” ujar Rui Zhi Han
Lan Mei nyaris tersedak ludah sendiri. “Putriiii! Jangan bicara sembarangan! Kalau ada orang lain dengar, bisa dianggap menghina Yang Mulia Kaisar!”
Rui menepuk bahu Lan Mei dengan santai. “Tenang saja, aku ini pintar. Lagipula… masa iya kaisar itu bisa makan wanita? Aku masih bingung, kenapa semua orang takut banget sama dia. Memangnya dia hobi goreng wanita jadi lauk?”
“PU-TRIII!!” Lan Mei hampir terjungkal saking kagetnya.
Rui ngakak sampai perutnya sakit. “Hahahaha, wajahmu itu loh, Lan Mei! Seperti baru ketemu hantu!”
Namun tawanya mendadak mereda ketika tatapannya menajam. “Tapi serius, Lan Mei. Aku harus lebih kuat. Kalau cuma diam dan jadi boneka, aku pasti mati. Jadi… ayo kita ke hutan. Aku butuh latihan, dan aku butuh obat.”
Lan Mei menggigit bibir, ragu. Ia menatap tuannya yang sekarang jauh berbeda mata Rui kini tidak lagi penuh ketakutan, melainkan bercahaya dengan tekad.
“…Baiklah, Putri,” jawab Lan Mei akhirnya, meski masih gemetar. “Tapi kita harus hati-hati. Jika ketahuan orang istana, mereka bisa menghukum kita.”
Rui tersenyum lebar. “Bagus! Berarti besok pagi kita jalan. Oh iya, siapkan juga panah. Aku kangen main panah, siapa tahu ada kelinci lewat bisa jadi lauk.”
Lan Mei hampir jatuh pingsan. "Putri lembutku… sekarang berubah jadi pemburu kelinci?!
Sementara itu, di kejauhan, kabar tentang “Putri Keempat yang mendadak berani bicara kasar, berencana kabur ke hutan, dan berani menyinggung nama Kaisar Hitam” sudah mulai berbisik-bisik di kalanga
Dan tanpa mereka sadari, di balik bayang-bayang, mata-mata kaisar sudah mulai memperhatikan tingkah Rui Zhi Han yang aneh pikir mereka.
...----------------...
Pagi itu, fajar baru saja menyingsing. Burung-burung berkicau, embun masih melekat di dedaunan, namun suasana di kediaman Putri Keempat berbeda—hening mencurigakan.
Rui Zhi Han (Luna) mengenakan jubah sederhana berwarna abu-abu kusam, wajahnya sengaja dioles sedikit arang supaya terlihat kumal. “Hahaha, bagaimana Lan Mei? Gaya penyamaran ala ninja zaman kekaisaran. Nggak bakal ada yang kenal.”
Lan Mei hanya bisa menghela napas panjang sambil membawa keranjang kosong. “Putri… Anda justru kelihatan seperti pencuri ayam kampung.”
Rui: “….”
Rui menatap tajam. “Kalau aku pencuri ayam, kamu ini pencuri apa? Cicak?”
Lan Mei menunduk cepat-cepat, pura-pura sibuk dengan keranjang. Ya Tuhan, apa salahku dilahirkan untuk melayani Putri yang tiba-tiba berubah jadi… gila?
---
Dengan hati-hati, mereka menyelinap keluar dari kediaman lewat pintu belakang, melewati kebun kosong. Rui sampai menunduk-nunduk sambil berlari kecil.
“Putri… tolong, jangan jongkok-jongkok begitu, nanti saya yang malu,” bisik Lan Mei.
“Shh, diam! Kalau aku sering nonton film, begini cara agen rahasia jalan. Biar nggak ketahuan kamera CCTV.”
Lan Mei melongo. “CCTV itu ap—”
“Udah, nggak usah tanya. Pokoknya itu benda mistis dari langit,” potong Rui cepat, malas menjelaskan.
Setelah perjalanan cukup jauh, mereka sampai di tepi hutan. Udara segar langsung menyambut, bercampur aroma tanah basah.
Tidak lama mereka akhirnya sampai di hutan roh, “Hwaaa, akhirnya bisa bebas! Segar sekali! Rasanya kayak main game open world!” Rui mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Lan Mei mengelus dada, masih waspada. “Putri, hati-hati. Binatang buas bisa muncul kapan saja.”
Tiba-tiba, seekor kelinci melompat di depan mereka, matanya bulat, bulunya putih bersih.
Mata Rui berbinar. “Lan Mei, cepat kasih aku panah!”
Lan Mei panik. “Untuk apa???”
“Jelas untuk lauk! Sudah berhari-hari aku makan bubur hambar. Sekarang aku pengen sate kelinci!”
Sambil berseru semangat, Rui mengambil busur kecil yang ia bawa. Gerakannya refleks, terlatih, seolah tubuhnya kembali ke arena lomba panahan.
Tarik… lepas…
Swish!
Anak panah melesat. Tepat menghantam batang pohon hanya sejengkal dari telinga kelinci. Binatang malang itu langsung kabur terbirit-birit.
“AH, GAGAL!” Rui memegangi kepala. “Padahal sudah gaya 90% profesional.”
Lan Mei ternganga. “Putri… Anda hampir membunuh kelinci imut itu…”
“Ya iyalah, kalau nggak mati, gimana mau jadi sate?!” Rui balik ngomel, lalu jongkok memeriksa batang pohon.
Tatapannya berubah serius. “Tapi bagus… aku masih bisa menembak dengan stabil. Kalau aku bisa latihan lebih banyak, aku bisa melindungi diri. Lan Mei, mulai hari ini kita resmi buka klub latihan rahasia di hutan!”
Lan Mei menepuk jidat lagi. “Ya Tuhan… klub apa lagi ini…”
---
Yang tak mereka sadari, jauh di balik pepohonan, ada sosok berpakaian hitam yang memperhatikan. Ia mata-mata istana, pengintai setia Kaisar Kegelapan.
Dengan mata melebar, ia bergumam pelan:
“Putri lemah yang katanya sakit-sakitan… ternyata bisa memegang busur dan hampir membunuh seekor kelinci dalam sekali tembak?! Ini… harus segera dilaporkan pada Yang Mulia Kaisar…”
Sosok itu melesat menghilang ke dalam bayangan, sementara Rui masih sibuk berlari mengejar kelinci lain sambil berteriak-teriak:
“Lan Mei, kalau berhasil tangkap, malam ini kita makan gulai kelinci!”
Lan Mei hanya bisa pasrah mengikuti tuannya yang kini lebih mirip pemburu kampung daripada seorang putri kekaisaran.
Bersambung
Hutan pagi itu diselimuti kabut tipis. Sinar matahari menembus celah dedaunan, menciptakan garis-garis cahaya yang jatuh di tanah berlumut. Udara lembap, segar, dan penuh aroma tanah basah bercampur dedaunan kering.
Rui Zhi Han melangkah dengan wajah penuh semangat, busurnya tersampir di bahu. Sesekali ia berhenti, memungut ranting, lalu melemparkannya seolah sedang “mengecek arah angin”.
“Putri, Anda sedang apa?” tanya Lan Mei curiga.
“Ini trik profesional. Kalau ranting jatuh ke kanan, berarti ada angin ke kanan. Kalau ke kiri, berarti… aku harus hati-hati ke kiri,” jawab Rui sok pintar.
Lan Mei mendesah. “Tapi ranting tetap jatuh ke bawah, Putri.”
“….” Rui terdiam sebentar, lalu mengangguk penuh wibawa. “Betul. Itu artinya gravitasi dunia ini normal. Bagus, bagus.”
Lan Mei hanya bisa menatap langit dengan putus asa.
Tak lama kemudian, seekor kelinci lain muncul, lebih besar dari yang tadi, dengan telinga panjang yang bergerak-gerak waspada. Rui refleks mengambil busurnya.
“Kali ini tidak boleh gagal!” serunya penuh semangat.
Lan Mei buru-buru menarik lengan tuannya. “Putri, berhenti! Kalau terus-terusan memburu binatang, nanti Anda benar-benar terlihat seperti pemburu kampung!”
Rui menoleh dengan tatapan tajam. “Daripada aku mati kelaparan di istana ayah gila ku, lebih baik aku jadi pemburu kampung yang bisa makan sate tiap hari. Pilih mana, Lan Mei?”
Pelayan itu terdiam. Sate tiap hari terdengar enak juga sih…
Anak panah kembali melesat. Kali ini, tepat menghantam tanah di depan kelinci, membuat binatang itu lari terbirit-birit.
Rui berteriak, “ARGHHH! Kenapa aku selalu gagal pas target berjalan?! Kalau target diam, pasti kena!”
Lan Mei menutup wajah dengan kedua tangan. “Putri, kenapa malah latihan pada kelinci? Nanti seluruh keluarga kelinci di hutan ini mengadakan rapat akbar untuk mengusir Anda…”
karena kesal Rui Zhi Han berjalan tanpa arah bersama Lan Mei, "putri... Sebenarnya kita dimana? Kenapa sepertinya kita semakin masuk kedalam ya. Ini hutan roh yang menyimpan banyak misteri, jika kita salah langkah bisa bisa kita jadi roh gentayangan" ujar Lan Mei ketakutan dengan menggenggam erat lengan Rui Zhi Han
"Sudah tenang saja jika memang jadi roh... Ya terima saja, nanti kita akan jadi roh tercantik" jawab Rui asal
"Putri... Saya benar benar takut'' protes Lan Mei
"Hehehe... Maaf ma- eh kau dengar rintihan itu Mei?" tanya Rui tiba tiba
"EEHKMM.....AHKKK... Tolong"
"Pu... Putri apa itu hantu?" tanya Lan Mei ketakutan
"Sudah jangan takut, ayo kita cari asal suara itu" ujar Rui tapi di cegah Lan Mei
"Jangan putri.... Takutnya itu jebakan" cegah Lan Mei
"Sudah diam.... Aku yakin akan baik baik saja, ayo ikut " ujar Rui meyakinkan Lan Mei dan dengan terpaksa dan rasa takut akhirnya Lan Mei mengikuti langkah Rui
...----------------...
Setelah mencari kesana kemari asal suara itu akhirnya Rui Zhi Han dan Lan Mei menemukan seekor harimau putih belang hitam yang tergeletak penuh luka dengan bayi harimau di sebelahnya dengan raut sedih.
Saat melihat itu lan mei berseru takut,"Putri jangan mendekat"
"kau ini ada apa, lihat hewan lucu itu terluka, kasihan aku harus bantu dia " ujar Rui lalu mendekati harimau itu.
"Boleh aku bantu.... Ibu harimau?" tanya Rui sembari duduk di depan harimau itu.
Harimau itu tidak langsung menjawab ia justru menatap Rui dalam lalu memejamkan matanya sebentar lalu keluar cahaya biru terang dari dahi harimau itu lalu keluar." Ratu tolong kabulkan permintaan ku yang terakhir, aku tau siapa dirimu karena itu aku ingin meminta bantuan mu. Pertemuan kita adalah takdir " ujar harimau itu pelan
"Baik aku akan membantumu tapi jangan panggil aku ratu aku hanya manusia biasa" ujar Rui merasa tidak enak
"Tidak ratu suatu saat nanti anda akan tau, tapi untuk saat ini tolong jagalah putraku tolong lindungi dia dan nantinya dia akan menjadi pelindungmu, dan terimalah ini " ujar ibu harimau itu meyakinkan lalu menaruh sesuatu di lengan Rui. Sebuah tato berbentuk mahkota disana dengan di kelilingi 7 warna.
Tiba tiba tubuh Rui bergetar perlahan dan Rui merasakan hawa dingin di tubuhnya yang menyerap dalam tubuhnya dan tidak lama tato itu menghilang
Melihat itu sangat induk harimau tersenyum kecil," ratu sekarang anda memiliki ruang di dalam sana, masuklah jika anda ingin tau semuanya dan jangan ada yang tau soal ini, waktuku sudah habis tolong jaga putraku dan terima kasih" ujar nya lalu menghilang
Rui dan lan Mei hanya bisa terdiam tidak sempat bertanya banyak, sedangkan harimau kecil itu seakan tau ia hanya diam dengan air mata yang menetes.
"jangan bersedih.... Mulai sekarang kau jadi keluargaku dan aku akan menjagamu" ujar Rui
"Terima kasih yang mulia, hamba akan masuk kedalam sana agar tidak ada yang mengetahui keberadaan ku saat ini, itu pesan ibu" ujar harimau kecil itu
"Baiklah masuklah " ujar Rui lalu harimau itu menghilang
"putri tolong cubit aku, aku merasa seperti mimpi, bisa melihat harimau berbicara" ujar Lan Mei dengan wajah bodohnya
" hahahaha..... Aku benar benar malu melihat wajah bodoh mu itu, sudah ayo kita cari kelinci lagi, setelah itu baru cari tanaman obat" ujar Rui Zhi Han lalu berjalan dengan santai
"Sepertinya putri benar benar berubah,mapa benturan itu bisa merubah seseorang, jika iya aku ingin membenturkan kepala kaisar awan yang bodoh itu" gumam Lan Mei
"Ide bagus Lan Mei .... Nanti malam kita coba benturkan kepala ayah bodohku itu agar sadar jika aku ini berlian dan putri kesayangan nya itu hanya batu kamar mandi" ujar Rui Zhi Han
"Putrii! Jangan keras keras nanti ada yang dengar bisa di eksekusi kita" seru Lan Mei ketakutan
"Aih..... kau ini penakut sekali, ayo cepat kita harus cari kelinci itu, aku sangat gemas" ujar Rui Zhi Han
-----
Setelah berupaya mengejar kelinci, Rui akhirnya menyerah dan berjongkok di dekat semak-semak. Tangannya mengusap daun-daun hijau yang basah oleh embun.
Dan tiba tiba matanya berbinar dan berseru “Lan Mei, ini bukan sembarang daun. Ini Centella asiatica alias pegagan. Di dunia asliku, ini bagus untuk kulit. Kalau aku bikin ramuan, wajahku bisa mulus lagi.”
Lan Mei menatap kosong. “Pe… apa? Centi… apa?”
“Ya sudah gampangnya, ini daun anti-keriput!” ujar Rui Zhi Han dengan asal
“Ohhh…” Lan Mei akhirnya mengerti, tapi masih bingung. “Tapi… Putri, bagaimana Anda tahu nama-nama tanaman aneh begitu?”
Rui tersenyum misterius. “Rahasia agen dari langit.”
Lan Mei ingin menjerit. "Agen dari langit apanya! Putri ini benar-benar kerasukan roh aneh!"
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!