NovelToon NovelToon

Dua Jiwa Yang Tertukar

DUJIYAKAR 01

"Sial! Bagaimana ini, celaka aku!"

Beberapa buku berjejer di rak atas meja. Minuman, makanan dan catatan jadwal manggung bercampur jadi satu.

Anya Khatherine, 22 tahun, duduk menatap layar laptopnya dengan wajah pucat.

Bencana besar mengancamnya karena kecerobohannya, ia tak sengaja mengirim surel berisi jadwal tur boyband Rhapsody ke media lain.

Sebagai asisten boyband terkenal, Anya menyadari kesalahannya yang fatal.

Bruk!

Pintu terdorong keras. Anya tersentak, menatap pintu. Di ambang pintu berdiri Arka Orion, leader Rhapsody yang dikaguminya sekaligus ditakutinya. Matanya menyala penuh amarah.

Anya berdiri, tubuhnya bergetar.

Arka melempar ponselnya ke meja. "Ini ulahmu kan, Anya?! Gila kau! Gimana bisa jadwal tur Rhapsody sampe tersebar, hah?!"

Anya tertunduk, tak berani menatap mata Arka. Ia tahu ia telah membuat kesalahan besar, kesalahan yang bisa menghancurkan karirnya dan bahkan Rhapsody.

Ia sudah membayangkan amarah para penggemar, kerugian finansial yang besar, dan bayang-bayang pemecatan.

"Maaf ... aku salah ... aku bakal tanggung jawab kok...."

Arka mengacak rambutnya frustasi. "Bertanggung jawab? Bagaimana caranya? Jadwal tur itu sangat rahasia, sekarang tersebar karena ulahmu! Tur sebentar lagi dimulai ... tapi kau malah ngacoin semunya."

Arka sangat marah, ingin sekali menerkam Anya. Tangannya terangkat ingin rasanya mencengkram kepala Anya.

Keributan itu menarik perhatian semua orang di kantor. Arka dikenal tegas, terutama soal Rhapsody.

Ia seorang leader bertanggung jawab, ia tak segan menegur keras, bahkan memecat, siapa pun yang bersalah.

"Kau harus bertanggung jawab. Kemasi barang-barangmu dan tinggalkan Rhapsody," kata Arka datar.

Ia duduk di sofa dengan angkuh, menatap tajam Anya.

Anya maju selangkah. Hatinya seakan hancur mendengar perkataan Arka.

"Tapi itu bukan sepenuhnya kesalahanku. Aku tidak berniat mengirim email itu! Aku tidak tahu mengapa email tersebut berisi jadwal tur."

'Aneh kenapa emai itu bisa berisi jadwal tur, apa dia sengaja. Tapi itu tidak mungkin?' batin Anya berkecamuk.

Arka menyipitkan mata. "Kamu tahu, aku paling benci orang yang berbuat salah tapi gak mau mengaku, lalu beralasan!"

"Aku bersumpah! Aku beneran gak berniat ngirim email itu. Aku hanya ingin mengirim email penolakan wawancara Rhapsody!" jelasnya.

Wanita berambut ikal bergelombang, matanya berwarna unik itu, membantah semua tuduhan. Anya bersikeras tak bersalah, ia sendiri tak mengerti mengapa email itu berisi jadwal tur.

"Cukup, Anya! Aku gak mau lagi mendengar alasanmu!"

Arka semakin kesal karena Anya tak mengakui kesalahannya. Ia berdiri, melangkah panjang, auranya mengancam.

Anya mundur karena Arka semakin marah.

Tring!

Ponsel Anya berdering, memecah ketegangan. Anya mengangkat ponselnya dari meja.

Shofia, sang manajer, menelepon.

"Celaka!" gumamnya, hampir saja ponsel terlepas dari genggamannya.

Anya menggigit bibir, jari-jarinya gemetar saat ia memegang telepon.

"Halo Bu Shofia, " jawabnya, suaranya parau.

"Anya!" teriak Shofia.

Anya terkesiap, ia menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Apa yang kamu perbuat, cepat kesini! Kamu harus mempertanggung jawabkan semuanya, bawa juga Arka bersamamu," ucap Shofia, suaranya memekikkan telinga.

"Ba ... baik, Buk."

Anya memtikan ponsel. Matanya menatap Arka ragu.

"Kita harus pergi. Bu Shofia meminta kita ke tempatnya," ajak Anya ragu-ragu.

"Kau beruntung kali ini. Tapi pemecatanmu sudah pasti!" sahut Arka, lalu pergi.

Anya menghela napas panjang dan menyusul Arka.

Anya terlihat bingung, tak ingin kehilangan pekerjaannya. Ia sangat menyukai Rhapsody, ia bahkan rela meninggalkan pekerjaan sebelumnya demi bekerja di Starlight Agency.

Awalnya berat menjadi asisten boyband, tetapi seiring waktu Anya mampu mengatasinya. Ia sudah bekerja keras, tentu saja ia berat jika harus kehilangannya.

Arka menyadari Anya berjalan lambat. Ia berhenti. Karena melamun, Anya menabrak Arka.

Bruk!

Kepala Anya membentur dada Arka. Ia mendongak.

Arka mendorong kening Anya dengan jari telunjuknya.

"Jalan tu liat ke depan, jangan melamun," ujar Arka.

Anya mengerucutkan bibir. "Baik."

Arka melempar kunci mobilnya kepada Anya. "Cepat, kau yang mengemudi."

Anya mengangguk.

Tepat pukul dua belas siang, hujan deras mengguyur Lanona. Anya mengemudi dengan hati-hati. Arka, di kursi belakang, memejamkan mata.

Anya sesekali melirik Arka melalui kaca spion. "Perhatikan jalan, Anya!" perintah Arka.

Anya tersentak, fokus mengemudi.

Tiba-tiba, sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan, mengambil jalur Anya. Anya menginjak rem, tetapi rem mobil tak berfungsi.

Bruak!

Anya membanting stir ke kiri, menabrak trotoar. Mobil terpelanting dan terbalik.

Hujan deras mengguyur mobil yang mengeluarkan asap tebal.

Mobil hitam di seberang berhenti sebentar, lalu kabur.

Tak lama beberapa orang segera menghampiri. Mereka berdua segera di larikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebuah ruangan Anya tersadar. Ia membuka matanya perlahan. Ruangan yang sangat mewah dan megah, bahkan hanya ada satu brangkar di dalam ruangan itu.

"Aku di mana?" gumamnya, tangannya meraba kepalanya yang terasa berat.

Ia melihat kedua tangannya yang sangat berbeda.

Ia menggerakkan jari-jarinya. "Sejak kapan tanganku sebesar dan berotot seperti ini."

Brak!

Pintu terbuka lebar-lebar. Anya menoleh ke arah pintu.

Aakh!

Suara teriakan memenuhi ruangan.

DUJIYAKAR 02

Mereka saling pandang. Keterkejutan tergambar jelas di wajah Anya dan Arka.

Mata Anya terpaku pada sosok di depannya, tangannya meraba dadanya sendiri.

Arka pun demikian, hendak menyentuh dadanya, tetapi Anya segera menghentikannya.

"Jangan!" teriak Anya histeris.

Arka menarik tangannya. "Gila! Kok bisa gini sih? Kenapa aku jadi ada di badanmu?"

Arka melotot. Anya, yang duduk di ranjang, sama terkejutnya. Sosok di hadapannya adalah dirinya sendiri, tetapi dengan jiwa Arka di dalamnya.

Sebaliknya, jiwanya kini berada di tubuh Arka. Mustahil. Jiwa mereka bertukar.

Arka, dalam tubuh Anya, duduk di samping ranjang, frustasi. Ia beberapa kali memperhatikan tubuh mungil itu, bahkan mengintip dari balik bajunya.

Anya berteriak lagi. "Jangan! Jangan macem-macem ya! Awas saja kau berani ngapa-ngapain badanku!"

"Idih … Apaan sih? Emang aku mau ngapain? Badan tepos gitu, bukan seleraku!" sentak Arka.

"Awas saja, kau!" ancam Anya. "Terus sekarang gimana dong? Kenapa ini bisa kejadian sama kita, sih?"

Frustasi mereka semakin memuncak. Belum selesai satu masalah, kini masalah yang lebih besar muncul.

Tubuh yang selama ini Arka puja dan jaga kini berada di tangan wanita yang ceroboh dan kurang merawat diri.

Arka memperhatikan penampilan tubuh Anya, wajah kusam, tubuh pendek dan berisi, serta penampilan yang berantakan membuat Arka menggeleng kepala.

"Seneng kan kau sekarang?! Bisa ngeliatin badanku sepuasnya! Badan idola semua orang tau! Pasti kau juga seneng, kan? Sekarang aku nggak mungkin bisa memecatmu!" kata Arka.

'Bener juga, ya! Gini kan dia nggak bisa pecat aku. Dia pasti khawatir banget sama badannya, hahaha,' batin Anya seneng sendiri.

Anya menyilangkan tangan di dada. "Siapa bilang? Kita lagi terjebak gini, masa aku mikir gituan!"

"Siapa tau, karena sudah begini, kau harus menjaga tubuh berhargaku itu, ngerti gak? Dan buat alasan supaya kau tidak memecatku," ujar Arka.

Arka melangkah mendekat dengan ekspresi sombong. " Karna aku gak mau jauh dari tubuhku itu. Awas aja mulai sekarang, aku akan terus mengawasimu!"

Anya menelan ludah dan mengangguk. Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka.

Seorang dokter dan beberapa suster masuk, diikuti oleh para anggota Rhapsody.

Ketiganya tampak cemas dan langsung mengerubungi Anya yang berada di tubuh Arka. Arka tersingkir dan berdiri di pojok.

Tangannya mengepal kuat sambil melotot ke arah Anya, yang hanya bisa tersenyum kecut.

"Syukurlah kau sudah bangun," ucap Jasper, anggota yang penuh perhatian.

Ia memeluk Anya, tetapi Anya menempatkan kedua tangannya di dada Jasper untuk menjaga jarak.

Jasper mundur dengan heran. "Ada apa? Kau menolak pelukanku?"

Jasper cemberut.

Jakson, yang berdiri di sampingnya, menghibur. "Mungkin Arka masih kurang sehat, jadi jangan terlalu mengganggunya dulu."

Anya mengangguk pelan.

"Benar. Tuan Arka memang masih membutuhkan istirahat untuk memulihkan lukanya. Kepalanya terbentur cukup keras, jadi mungkin masih merasa pusing," jelas sang dokter.

Setelah selesai memeriksa, dokter dan para suster meninggalkan ruangan.

Tiba-tiba, Lex, Jasper, dan Jakson menatap Arka dengan tajam. Arka, yang duduk dengan tenang di sofa, menatap mereka dengan bingung.

"Apa?" kata Arka, penuh heran.

Seketika, mereka bertiga membelalak. Anya, yang biasanya penurut dan lemah lembut, kini berani mengeluarkan nada tinggi.

Mereka bertiga saling pandang.

"Apa! katamu? Kau sudah mencelakai leader kita, sekarang kau bersikap seolah tidak bersalah sedikit pun," kata Lex.

Jasper mendekat, suaranya lirih. "Bukankah Anya aneh? Tatapan matanya tidak seperti biasanya. Dan Arka juga … kenapa dia terlihat lebih kalem?"

Mereka memandang Arka dan Anya bergantian. Jakson menepuk pundak mereka berdua.

"Sudah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin mereka sedang terluka, makanya bersikap begitu," kata Jakson bijaksana.

Jakson adalah anggota yang paling bijaksana dan pengertian di antara mereka. Lex dan Jasper pun mengangguk mengerti.

"Sudah-sudah, jangan hiraukan dia. Biarkan saja dia di situ," kata Anya, sedikit gugup.

Mereka hanya mengerutkan dahi, tak mau berdebat dengan Anya.

Tak lama kemudian, pintu terbuka lebar, mengejutkan mereka semua.

"Mana? Mana Arka?" tanya Shofia, yang baru saja tiba.

Setelah mendengar kabar kecelakaan Arka, ia bergegas ke rumah sakit. Arka adalah aset berharga bagi Starlight Agency. Jika terjadi sesuatu pada Arka, tentu akan berpengaruh besar pada perusahaannya.

Wanita berumur 30 tahun itu berjalan tergesa-gesa menghampiri Arka yang terbaring lemah.

Ia memeluk Arka erat. "Syukur deh kamu gak papa. Apa ada yang sakit? Cepat bilang! Nanti aku pindahkan kamu ke rumah sakit yang lebih besar dan canggih."

Shofia menangkup kedua pipi Anya dan menatapnya dengan teliti.

"Ti ... tidak, Buk. Saya sudah baik-baik saja," sahut Anya lirih, dengan senyum tipis.

Seketika, mata Shofia dan ketiga anggota Rhapsody membulat sempurna.

"Apa? Buk?!" jawab mereka bersamaan.

Arka, yang duduk di sofa, menepuk jidatnya keras-keras.

DUJIYAKAR 03

Siapa yang tidak mengenal Anya Katherine dan Arka Orion? Di kantor, mereka selalu menjadi perbincangan. Anya dikenal sebagai sosok yang lemah lembut dan selalu menuruti perkataan Arka.

Rekan kerja Anya sering merasa kasihan dan menyarankan Anya untuk pindah kerja, tetapi Anya selalu menolak.

Awalnya, Anya sangat mengidolakan Rhapsody, sebelum ia mengetahui sifat Arka yang sebenarnya.

Arka dikenal tegas, tetapi juga sering menindas Anya dan memperlakukannya semena-mena.

Anya selalu berusaha menahan diri, mengingat perjuangannya untuk bisa sampai di posisi ini.

Tidak ada yang tahu bahwa Anya sangat mengidolakan Rhapsody, karena salah satu syarat untuk bekerja di Starlight Agency adalah bukan bagian dari Rhap Zone , sebutan untuk para penggemar mereka.

Semua mata tertuju padanya.

"Kau waras, kan, Arka? Beneran baik-baik aja kepalamu?" tanya Lex sambil menangkup kedua pipinya.

Shofia menggeleng pelan, wajahnya tampak khawatir. "Parah! Pasti ada masalah di otaknya."

Anya yang kebingungan mengintip dari balik tubuh Shofia, menatap Arka seolah meminta pertolongan. Namun, Arka hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa sih? Aku baik-baik aja, kok," sahut Anya.

"Nggak mungkin! Sejak kapan kau panggil aku 'Buk Alana'? Dulu aku selalu minta kau panggil aku dengan sebutan itu, tapi kau tetap panggil aku 'Mis Bawel'," jelas Alana sambil menatap Anya dengan heran.

Anya hanya bisa tersenyum, tapi senyum itu tampak dipaksakan.

Tentu saja Anya tak berani memanggil Alana dengan sebutan 'Mis Bawel'. Selama ini, dia memanggilnya dengan sebutan 'Buk'.

Anya belum terbiasa dengan dirinya yang sekarang. Ini baru permulaan, dan dia pasti akan menghadapi hal-hal yang lebih memusingkan lagi nantinya.

Anya menggaruk kepalanya. "Iya, kayaknya aku emang butuh istirahat, sih."

Arka yang tadinya duduk di sofa langsung bangkit dan mendekati mereka dengan tangan terlipat di dada.

Tiba-tiba, Shofia berbalik dan menatapnya tajam. "Anya! Ini semua pasti ulah kamu, kan? Sudah bikin semuanya kacau, sekarang kamu malah bikin Arka celaka!"

Tangan Shofia terangkat, hendak menampar Anya.

Anya dalam tubuh Arka panik. "Aduh! Kepalaku sakit," rintihnya.

"Anya, tolong bawa mereka semua keluar! Aku mau istirahat, kepalaku sakit banget," seru Anya, berusaha menyelamatkan Arka dari amukan Shofia.

Arka memelototi Anya, seolah tak terima diperintah. Namun, Anya balas memelototinya sambil mengangguk-anggukkan kepala, memberi isyarat agar Arka menurut.

Arka menatapnya sekilas. Dengan terpaksa ia menurutinya. Ia mendorong semua orang keluar ruangan.

"Setelah keluar dari sini, datang ke ruanganku. Aku mau buat perhitungan dengamu, Anya!" ujar Shofia sebelum pergi.

Arka tetap bersikap tenang, sekaligus kesal. Ia selalu di salahkan,seharusnya Anya lah yang ada di posisi ini.

Setelah semua orang keluar, Arka masuk kembali ke dalam.

Ia mendekat ke tempat Anya berada. "Puas! Sekarang kau bisa seenaknya men nyuruh-nyuruh ku."

"Ya maaf, aku ngelakuin ini juga buat kau kok. Biar kau gak kena marah bu Shofia."

Arka menghela nafas panjang berusaha mengendalikan emosi. "Kayaknya enak ya tidur di ruangan ini? Sekarang turun! Aku mau tinggal di sini. Kau tahu sendiri kan tempatmu itu sempit dan satu ruangan isinya banyak orang. Kau nggak merasa bersalah, apa?"

Anya mengangguk dan segera turun dari ranjang, lalu melangkah menuju pintu.

"Mau ke mana kau?" tanya Arka.

Anya berhenti dan berbalik. "Pergi ke ruanganmu."

"Kau gila ya? Sadar nggak sih, sekarang kau ada di tubuh siapa? Itu tubuhku! Kalau kau ke ruangan itu, yang ada semua orang bakal ngerumunin kau. Ngerti? Tetap di sini!" ujar Arka dengan nada datar dan tatapan dingin seperti biasa.

Anya tertunduk dan kembali masuk.

"Baik," jawabanya lirih.

Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Anya dan Arka diperbolehkan pulang.

Seorang sopir sudah menunggu mereka di depan rumah sakit. Anya mengenakan topi hitam dan masker wajah untuk menyembunyikan diri.

Di luar, kerumunan paparazi sudah menunggu untuk mewawancarai mereka. Karena kondisi Arka belum sepenuhnya pulih, pihak agensi melarang adanya wawancara.

Julian, sang bodyguard, senantiasa menjaga mereka. Arka, yang seharusnya dilindungi, justru membawakan beberapa keperluan Anya.

"Maaf," bisik Anya pelan.

Arka hanya mendengus kesal. Mereka segera keluar dari ruangan. Saat melewati lorong rumah sakit, banyak suster yang tampak antusias melihat mereka.

Mereka berjalan cepat menuju lobi. Saat tiba di depan pintu rumah sakit, wartawan sudah memadati area tersebut.

Julian langsung merangkul Anya, mencoba melindunginya, sementara Arka menatapnya dengan tatapan dingin.

Saat pintu terbuka, semua wartawan berdesakan mendekat. Beberapa petugas keamanan sampai kewalahan menghalau mereka.

"Bagaimana keadaan kamu, Arka?" teriak salah seorang wartawan.

"Apa benar kecelakaan ini diakibatkan oleh kelalaian asisten kamu?" sahut yang lain.

Mendengar pertanyaan itu, hati Anya terasa sakit seperti dihantam benda keras. Ia dituduh sebagai penyebab kecelakaan Arka. Meskipun begitu, ia juga tidak bisa menyangkal fakta tersebut.

Julian mendekap Anya erat dan membawanya menuju mobil. Semua wartawan mengejar mereka.

Setelah Anya masuk ke dalam mobil, mereka merasa kecewa karena Arka enggan memberikan klarifikasi.

"Hah ... kenapa aku repot-repot bersembunyi? Sekarang bahkan tidak ada yang memperhatikanku. Ternyata ada baiknya juga aku berada di tubuhnya, setidaknya aku bisa bebas sebentar. Yah ... anggap saja ini liburan," gumam Arka sambil memeluk tas di tangannya.

Plak!

Se butir telur pecah mengenai kepala Arka. Ia memegang kepalanya yang sekarang berbau amis dan terasa lengket.

Matanya menatap tajam ke arah asal lemparan telur itu. Arka mengeratkan giginya, matanya memicing dengan tajam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!