Raisa menjalin rumah tangga denga Marcel sudah setengah tahun lamanya, akan tetapi sikap dingin dan kasar Marcel belum juga berubah, dulu Marcel terlihat hangat dan menyayanginya apalagi waktu mereka belum menikah, akan tetapi setelah menikah Marcel berubah kepadanya,
Marcel seorang pengusaha, ia menjalankan perusahaan peninggalan keluarganya, ayah ibu nya meninggal kecelakaan sejak ia masih duduk di bangku SMP, sejak saat itu ia tinggal sendiri dirumah peninggalan orang tuanya, hanya ada pembantu yang mengurus keperluannya dan juga asisten almarhum ayahnya yang ia anggap seperti keluarga sendiri. Menikahi Raisa hanya lah salah satu rencana nya untuk balas dendam kepada keluarga Raisa, membuat Raisa sakit adalah tujuannya, entah kesalahaan apa yang dibuat keluarga Raisa kepadanya sehingga ia begitu membencinya.
Jam menunjukan pukul 10 lewat 38 menit Raisa duduk di sofa menunggu sang suami pulang, walaupun Marcel berlaku kasar dan dingin padanya, tapi raisa tetap melakukan kewajibannya sebagai istri, Ia berharap suatu hari nanti suaminya akan melihatnya, walaupun ia tak tau itu kapan atau bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi.
Tak lama kemudian deru mobil Marcel terdengar, Raisa membuka pintu dan menerima jas dan juga tas Marcel, Marcel hanya melirik sekilas lalu pergi menuju kamar, Raisa hanya bisa menghembuskan nafas kasar dan mengikuti langkah Marcel menuju kamar. Menyiapkan pakaian tidur suaminya sementara sang suami sedang melakukan ritual mandi.
"Cklek!" Pintu terbuka terlihat Marcel keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang nya tampak lebih segar dan tampan, tapi tidak untuk perangainya.
"Apakah kamu sudah makan mas?" Tanya Raisa ragu, sebab biasanya jika bertanya seperti akan mendapat kata kata kasar dari suaminya, tapi Raisa nekat tetap melakukan nya, karna pikirnya itu sudah kewajiban nya sebagai istri, naif memang.
Marcel melirik sekilas lalu hanya diam, Raisa dibuat bingung, biasanya ia akan dapat makian dari sang suami tapi ini sang suami hanya diam saja tak mengatakan apa apa.
"M..mass.. Apa-"
"Apa kau tak mengerti yang kukatakan selama ini, apa kau tuli, sudah kukatakan berulang kali aku tak akan makan bekas tangan mu, kenapa kau naif sekali Raisa."
"Kau tau jelas aku membenci mu, tapi kau masih saja berlaku seperti istri yang baik bak malaikat didepanku, AKU SANGAT MUAK APA KAU TAU!!" ucap nya murka
"Melihatmu saja sudah membuat ku jijik, apalagi makan makanan bekas tangan mu, kau tau aku tak sudi bukan? Kenapa kau tak mengerti juga?!" Raisa memandang suaminya sendu
"Apa yang telah kulakukan mas hingga kau jijik dan muak padaku? Aku berulang kali bertanya tapi aku tak pernah dapat jawabannya mas? Bisa kah kau memberitahu ku agar aku tau apa yang akan kulakukan" ucap Raisa sambil meneteskan kan air mata, menangis
Marcel tersenyum miring, membuat tangis Raisa adalah hal yang sering ia lakukan itu belum seberapa pikirnya, tapi dihatinya yang lain ia sering merasa sakit melihat hat istrinya menangis didepan nya, tapi karna ego yang tinggi, iya tak mau merasakannya.
"Mass... Bisakah kau katakan apa yang sebenarnya terjadi? Jika kau jijik padaku kenapa kau menikahi ku dulu?" Raisa bertanya pada suami nya sambil tersedu sedu.
Hampir tiap hari ini terjadi, Raisa selalu bertanya tapi sang suami tak pernah memberikan jawaban untuknya, membuat Raisa bingung apa kah kesalahan yang telah ia buat sehingga suami nya bersikap seperti ini padanya.
"Kau tak perlu mengeluarkan air mata mu di depan ku, sudah kukatakan aku tak mau melihatnya kenapa kau keras kepala Raisa??? mau menangis darah sekalipun kau tak akan bisa merubah semuanya Raisa!!! Aku akan tetap membencimu, jangan buat aku murka, aku sudah cukup lelah hari ini aku ingin istirahat!! Kau tak perlu bertanya apapun Raisa. Kau akan tetap hidup sebagai manusia menjijikan di rumah ini, kau tak perlu tau apapun. Yang perlu kau tau BAHWA AKU TAK MENYUKAI MU, AKU MEMBENCI MU!!!!
itu saja yang perlu kau ingat. Apa kau mengerti istriku?" Ucap Marcel sambil membelai rambut Raisa.
Raisa bergetar hebat, walaupun selama ini marcel tak pernah main fisik padanya, tapi dia tetap takut suatu hari Marcel pasti kelepasan karna bagaimana pun yang ia tahu Marcel begitu membencinya.
Marcel naik keranjang memejamkan matanya sementara Raisa berdiri membeku. Ia takut rumah tangga yang ia bina bersama sang suami, ia takut mati karna merasakan sakit dihatinya akibat ulah suami nya. Padahal ia begitu mencintai suami nya seluruh hidupnya ia berikan kepada suaminya tapi suami nya tak pernah melihat itu.
Raisa naik keranjang tidur memunggungi Marcel, ya walaupun rumah tangga mereka tak baik baik saja, mereka tidur dikamar dan dir*n j*ng yang sama. Entah lah Raisa pun tak mengerti apa yang sudah terjadi dirumah tangganya.
Detik demi detik berlalu tapi Raisa tak juga tidur, dia terus melamun memikirkan kisah hidup nya yang begitu tragis. dibuang orang tua kandungnya sewaktu kecil dan entah mengapa ia sendiri bahkan tak tau, hidup susah bersama ibu yang memungut dirinya dijalanan, saat ia baru merasakan sosok ibu, ia harus kehilangan ibu sambung nya diumur 15 tahun. Hidup sebatang kara. Akhirnya tamat sekolah menengah atas ia memutuskan pergi ke jakarta merantau. Ia dapat beasiswa kuliah di jakarta walaupun sambil kerja, mungkin menurutnya itu adalah salah satu kebaikan yang ada di hidupnya, setelah kebaikan ibu sambung nya.
Air matanya terus mengalir mengingat bagaimana ia bertemu sang suami. Bekerja di cafe tempat yang sering dikunjungi suaminya, hampir sering bertemu hingga memutuskan merajut cinta setelah bertukar nomor telepon. 5 bulan berpacaran Marcel mengajaknya menikah. Waktu itu ia sangat bahagia. Ia pikir kehidupan nya tidak akan menyakitkan lagi karna ada suaminya di sampingnya. Ternyata ia salah justru suami nya lah yang menoreh luka paling dalam untuknya.
Lama memikirkan kehidupan nya akhirnya Raisa tertidur, marcel membuka matanya setelah dengar deru nafas teratur Raisa. menatap punggungnya yang tenang.
"andai kau bukan wanita itu, Aku pasti sudah membahagiakan mu" Batin Marcel sambil menatap punggung istrinya
Marcel bangun, keluar menuju balkon mengisap rokok yang selama ini menemani nya disaat ia sedang suntuk, kepalan asap terbang didepan wajahnya. matanya yang tajam hidung runcing dan bibir tipis menambah poin ketampanan nya, wanita manapun pasti tergila gila padanya, tanpa tau dia adalah laki laki brengsek yang sering menyakiti hati istrinya.
Melihat wajah istrinya yang sendu sambil bertanya apa salahnya membuat jantungnya sakit. Bahkan mengingat nya saja ia tak sanggup, akan tetapi ia harus melupakannya demi dendam yang hanya ia sendiri yang tau.
Jam menunjukan pukul 2 dini hari, Marcel masuk keruang kerjanya yang ada masih didalam kamarnya juga.
"Apa kau sudah selidiki?" Tanya Marcel entah kepada siapa dia bicara.
"Hasilnya kirimkan padaku secepat nya aku tak mau menunggu lagi! Apa kau mengerti?!"
"Tut!"
Telpon ditutup Marcel, ia diam menatap laptop nya, entah apa yang ia selidiki dan entah apa yang ada didalam kepalanya hanya Marcel sendiri yang tau.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu menunjukkan jam 6 pagi, Raisa bangun menyiapkan keperluan kerja Marcel, masalah makanan ia tak perlu repot membuatnya karna suaminya tak akan memakannya. Jadi pembantu dirumah yang ia tugaskan membuatkannya.
Pintu kamar mandi terbuka, sosok manusia yang selama ini ia cinta keluar dengan rambut basah menampilkan kan tubuh atletisnya. berjalan menuju ranjang memakai pakaiannya. Raisa hanya diam memperhatikan, pemandangan ini setiap hari ia lihat, walaupun suaminya tak pernah menyentuh nya bahkan tergoda dengannya Raisa selalu bisa melihat rutinitas suaminya berganti pakaian, dia sudah tak salah tingkah lagi menghadapi suami nya berganti pakaian didepan wajahnya.
Selesai berpakaian Marcel memakai jam yang sudah disiapkan Raisa untuk nya, Raisa mendekat memakaikan dasi suaminya, walaupun suaminya berkata jijik dengan tangannya tapi rutinitas seperti ini tak pernah di tolak suaminya entah kenapa raisa sendiri tak tau.
Setelah mereka turun, Raisa pergi ketempat lain sementara Marcel Pergi kemeja makan, Raisa sudah biasa sperti ini, ia sudah paham suaminya tak ingin melihat wajahnya di meja makan. Makanya ia pergi ketempat lain menghindari kegaduhan di meja makan karna suaminya yang menolaknya makan bersama seperti yang sering terjadi dahulu.
Selesai memakan makanannya Marcel pergi tanpa pamit, tanpa cium kening istri seperti yang dilakukan pasangan lain. Marcel berdiri di ambang pintu, melirik sang istri yang terlihat dari jendela sedang menyiram tanaman mawar kesayangan nya. Marcel menghembuskan nafas kasar lalu beranjak dari sana.
Mendengar kepergian mobil suaminya Raisa masuk kedalam rumah meninggalkan tanamannya yang diteruskan pelayan lain, masuk ke kamar membersihkan diri, saat selesai berganti pakaian ia melihat berkas suaminya tertinggal di nakas kamar. Ia paham itu berkas penting yang dikerjakan suaminya beberapa hari ini.
"Ini berkas mas Marcel ketinggalan, apa harus ku antar kan ke kantornya? tapi aku takut dia marah. Paman Nico sedang pergi dia tak akan mengambilnya". Monolog Raisa bingung
"Baiklah! Akan ku antarkan sekaligus aku keluar jalan jalan, sudah lama aku tidak menghirup udara luar.."
Raisa pergi mengemudi mobilnya menuju kantor suaminya
Tak berselang lama ia sampai dikantor sang suami.
"Maaf mbak apa mas Marcel nyaa ada?" Tanya Raisa ke pada resepsionis
"Oh nyonya Raisa??? Ada nyonya, tuan ada di ruangannya, Mari saya antar"Ucap resepsionis yang ternyata sudah mengenal istri tuannya.
Tidak perlu mbak! saya akan kesana sendiri, terima kasih ya.." Ucap Raisa sopan
"Baik nyonya tak perlu sungkan.."ucap resepsionis menundukkan kepala.
Raisa menyusuri lorong kantor suaminya naik kelantai paling atas menggunakan lift. Dulu ia sering kesini waktu masih berpacaran dengan Marcel, ia sering mengantarkan makan siang sang pacar, akan tetapi semenjak menikah sang suami tak menyukai kedatangan nya di kantornya.
Sampai di lantai atas ia berjalan ke arah pintu ruangan suaminya yang terlihat sedikit terbuka.
"Hahahahah ...." Ia mendengar tawa didalam, Raisa menghentikan langkahnya
"Jangan bilang kau masih belum move on dari Claudya marcel..." Ucap seseorang didalam
"Deg.." Jantung Raisa berdegup mendengar nama wanita yang disebut entah oleh siapa Raisa tak melihat wajahnya
Terdengar tawa Marcel dari dalam
"Kau jangan mempermainkan wanita cel, bagaimana pun. Kau telah menikahinya. Kalau kau tak menyukainya dan masih menyukai Claudya kenapa kau tak menikahi Claudya saja waktu itu, kenapa Raisa yang kau nikahi .." terdengar suara pria itu lagi berbicara membuat dada Raisa amat sangat sakit.
"Kau tau bar, bahkan namanya Raisa dan Claudya tak pantas kau sebut bersamaan." ucap Marcel.
"Mereka tak pantas disandingkan bar, kau tau Claudya jauh di atas Raisa. Walaupun Claudya sudah menikah nama dia tetap tersemat dihatiku tidak bisa digantikan," lanjut Marcel tegas
"Tess..." Air mata Raisa menetes, tangannya melemah, Ia hanya diam tapi air matanya tak mau berhenti
"Kau tau aku bahkan hanya berpura pura menyukai istri ku dulu waktu kami berpacaran, tapi dia dengan polosnya memberikan hatinya padaku, dasar gadis bodoh, naif sekali dia mempercayaiku", "hahahahahaha.." tawa Marcel menggelegar
"Kau jangan jahat cel, aku takut kau akan menyesal nantinya," ucap pria yang Raisa tau seperti nya bara.
"Bahkan aku takkan meneteskan air mata ketika dia mati, kau ingat itu bara." Marcel berucap kejam.
"Nyonya..."
Raisa berbalik menghapus air matanya tersenyum kepada sekertaris Marcel yang berisi didepan nya
"Nyonya anda baik baik saja?" Tanya sekertaris Marcel melihat wajah pucat penuh air mata istri bosnya
Raisa tersenyum,
"Tolong berikan ini pada Marcel ya mbak, jangan katakan saya yang mengantar, tiba tiba saya ada urusan mendadak" Ucap Raisa memberikan berkas ditangannya kepada sekertaris suaminya lalu pergi dari sana.
Sang sekretaris hanya bisa menatap iba, ia tahu apa yang terjadi tapi tak bisa berbuat apa apa.
Raisa pergi mengendarai mobilnya tak tentu arah. Ia hilang kendali Menangis sejadi jadinya, ia bingung apa kesalahan nya sehingga suami nya tega kepadanya, suaminya yang menyatakan cinta padanya ia bahkan tak meminta dahulu, tapi kenapa sekarang seolah dia adalah orang menjijikan untuknya
"Ya tuhan... Apa salahku sehingga aku diperlakukan seperti ini.." Raisa menangis tersedu sedu..
Cukup lama menangisi kehidupan menghirup udara pantai, yaa iya memutuskan kan pergi ke pantai menenangkan diri, larut dalam kesedihan hingga hari sudah menunjukan gelapnya malam, jam menunjukan pukul 9 malam, tak ada makanan dan minuman masuk kerongkongannya, bahkan wajahnya bagai mayat hidup sekarang, ia tak lagi perduli.
Kembali kerumah memasang senyum sperti biasa seolah tak terjadi apapun, melangkahkan kaki masuk kedalam rumah, di kaget kan seseorang yang berdiri di depan pintu menatapnya dengan tatapan tajam, siapa lagi kalau bukan suaminya.
"Pergi dari pagi sampai malam jam segini baru kembali kerumah! Kau pikir kau siapa melakukan apapun seenak mu?!" Ucap Marcel tajam.
"Aku hanya ingin menghirup udara segar, maafkan aku.." Raisa berkata lemah bahkan suara nya hampir tak terdengar,
Marcel menatap Raisa dari ujung kaki hingga kepala, entah apa yang ada dipikiran nya hanya Marcel yang tau
"Apa kau pikir kau bisa melakukan apapun seenak jidatmu? HA?? Kalau ingin berlaku seperti jalang, kau jangan tinggal dirumah ini!' Mulut tajam Marcel kembali menyayat hati Raisa.
Raisa tersenyum getir,
"Aku bukan jalang mas.. Jangan berkata seperti itu.." Ucap Raisa lembut seolah tak ada apapun yang terjadi hari ini.
"Aku minta maaf, aku takkan mengulanginya lagi mas, berhenti mengatai jalang mas, aku permisi dulu..." Raisa pergi dari sana menuju kamar. Dada nya teramat sakit mendengar kata kata suaminya.
Marcel menatap kepergian istrinya, biasanya istrinya aku melawan kata katanya, menanyakan mengapa ia melakukan kesakitan ini kepadanya, tapi hari ini tak pertanyaan seperti biasa terlontar dari mulut istrinya. Istrinya hanya meminta maaf dan pergi.
"Ckkk! Kenapa aku sangat sakit melihat dia seperti itu, kau tak boleh lemah Marcel, kau tak boleh kalah oleh wajah polos manusia naif itu!" Marcel mengusap wajahnya kasar.
Didalam kamar mandi Raisa mengguyur tubuhnya yang lelah. Tak habis pikir pada kehidupan nya, apalagi suaminya tak pernah menyukai nya semenjak mereka pacaran, lalu kasih sayang yang selama pacaran ia perlihatkan itu hanya kepura puraan.
Ia cukup lelah sekarang, lelah badan dan hatinya ingin sekali rasanya ia menyerah kepada kehidupannya, tapi ia membuang pikiran nya itu. Hanya ia yang akan rugi pikirnya, suami bahkan takkan meneteskan air matanya untuknya.
Selesai mandi ia memakai pakaian dan masuk selimut, ia merasa kedinginan sekarang, kepala nya pusing bahkan ia merasa suhu badannya hangat, ia tak memperdulikannya ia masuk ke selimut kembali menangis.
Tak lama terdengar pintu kamar terbuka, Marcel melirik ranjang, istrinya tidur dengan selimut menutupi tubuhnya.
Ia pun bergabung bersama istrinya keranjang, matanya menatap wajah istrinya yang terlihat mengernyit dengan mata tertutup, mata nya yang bengkak, dan wajahnya yang pucat.
"Ada apa dengannya? Kenapa wajah nya pucat bahkan matanya bengkak, apa ia menangis.. atau sakit??" monolog Marcel dalam hati.
Matanya masih menatap wajah istrinya yang semakin gelisah dalam tidurnya sesekali terlihat mengigau,
"Ckk! Untuk apa aku perduli, dia bahkan bukan urusan ku." Ucap Marcel bangkit menuju ruang kerja nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu menunjukkan pukul 6 pagi Marcel lebih dulu bangun, Raisa masih bergeming dibalik selimut. Tak ada tanda tanda ia akan bangun pagi ini, membuat marcel murka
Selepas mandi Marcel termaksud untuk membangun kan Raisa, karna pakaian nya biasa disiapkan oleh Raisa.
"Heiii... Bangun!!!! Raisa ..."
Marcel menarik tangan Raisa, tapi urung ia lakukan sebab merasakan suhu tubuh Raisa sangat panas, apalgi Marcel baru saja mandi pagi.
"Apa yang terjadi? Apa dia sakit?"Tanya Marcel dalam hati.
"Heii... Raisa, Raisa bangun!!"
Marcel menepuk nepuk pipi Raisa tapi Raisa tidak bangun juga.
"Raisa.. Heiii, Kau tak boleh mati, apa yang terjadi denganmu!!" Marcel mulai panik,
Ia tak tau entah apa yang terjadi dengan dirinya, jantungnya bahkan berdegup kencang melihat kepadanya Raisa yang tak sadarkan diri, wajahnya bak orang mati sekarang, Marcel bingung, ia menelpon dokter keluarga untuk datang memeriksa Raisa.
Tak berselang lama dokter datang, Marcel sudah siap dengan pakaian kantornya menunggu disebelah Raisa,
Dokter memeriksa keadaan Raisa, lalu berkata
"Nyonya Raisa kekurangan nutrisi, seperti tak ada makanan apapun masuk ke perut nya dari semalam, dia juga demam, dan seperti nya dia banyak pikiran tuan Marcel." ucapan dokter membuat marcel terdiam, ia memandang sang istri yang sekarang sedang diinfus, menatap nya dengan tatapan entah.
"Ini saya resep kan obat anda bisa mengambilnya tuan."
"Baik dok, terimakasih banyak mari saya antar."
Selesai mengantar dokter, ia menelpon asistennya untuk menebus obat yang ditulis dokter tadi, kemudian kembali ke kamar.
Marcel duduk di sisi ranjang, menatap dalam diam sang istri yang berbaring lemah.
"Apa yang terjadi padamu Raisa? Kau menyiksa dirimu sendiri supaya aku memperhatikan mu? Kau salah Raisa, aku sama sekali tidak perduli, aku melakukan ini hanya takut kau mati didalam rumahku dan mengotori rumah ku kau tau!!" Marcel tersenyum miring menatap istrinya kemudian pergi meninggalkan kamar.
Setelah kepergian Marcel, Raisa membuka matanya, ya! Raisa mendengar semua ucapan suaminya yang sangat kejam. ia tersenyum miris, bahkan di keadaaan seperti ini pun suaminya tak perduli pada nya, oh ya ia lupa bahwa suaminya bahkan tak perduli jika ia mati sekali pun.
Marcel sampai di kantor, badannya memang dikantor tapi pikiran nya melayang entah kemana, ia memikirkan istri nya yang sedang terbaring lemah, Marcel tau hatinya sedang kalut sekarang, ia memikirkan istrinya yang sakit pasti karna dirinya ia tau itu, tapi disisi lain ia merasa Raisa pantas mendapatkan itu, walaupun hatinya sakit melihat istrinya begitu.
...****************...
Waktu berlalu Raisa sudah mulai membaik, walaupun hatinya masih sakit melihat perilaku suaminya yang menyakitkan, tapi ia memilih menerima semua perlakuan suaminya Sampai nanti dia menyerah di kehidupan ini.
Marcel sendiri sedang dilema sekarang, sesuatu yang ia selidiki belum membuahkan hasil, perilaku nya kepada istrinya semakin menyakiti istrinya ia tau itu, apalagi sekarang Raisa lebih banyak diam dan meminta maaf. Menerima apapun yang marcel katakan kepadanya tanpa bersuara, setiap Marcel memakai maki Raisa, Raisa hanya akan tersenyum getir sambil berkata "maaf ya mas, aku masih selalu membuat mu marah".
Itu sangat menyakitkan bagi Marcel, tapi egonya tak mau kalah. Disisi lain ia masih merasa Raisa pantas mendapatkan nya.
Hingga puncaknya pagi ini Marcel melihat Raisa menyiram tanaman mawar ya di kebun belakang,
"Bikkk!" Panggil Marcel kepada pelayan rumah itu.
"Iya tuan.." Ucap pelayan sopan
"Panggil nyonya kalian itu kemari. Saya rasa sudah cukup ia bermain main sama saya!!"
Pelayan rumah itu menunduk lalu pergi
"Ny-nyonya,"
Pelayan menatap iba sang majikan.
"Kenapa bik? Apa mas Marcel marah dan memanggilku lagi." Ucap Raisa yang sudah mengerti keadaan.
"Benar nyonya... Tuan memanggil anda nyaa..."
Pelayan itu hampir menangis, ia sungguh kasihan melihat penderitaan yang dihadapi nyonya rumahnya, padahal nyonya Raisa sangat baik hati dan lembut pikirnya.
"Tak apa bik.. kembali lah kebelakang, semua akan baik baik saja..." Ucap Raisa lembut, sembari mengelus pundak pelayan itu
Pelayan itu pergi, Raisa menghirup napas lalu membuangnya. Melangkahkan kaki masuk ke rumah besar itu.
"Ada apa mas? Apa aku membuat kesalahan lagi hari ini?" Ucap Raisa pelan
"Ikut aku!!" Marcel pergi dari sana diikuti Raisa didalamnya
Marcel masuk keruang kerja nya, sambil melemparkan beberapa kertas yang entah Raisa bahkan tau itu apa.
"Jelaskan padaku apa maksud dari semua itu!!" Ucap Marcel dingin,
Raisa memungut kertas kertas itu. Lalu menatap Marcel,
Marcel yang ditatap sang istri malah tersenyum miring.
"Kenapa?? Kau bingung bagaimana aku bisa tau ini semua Raisa!! Kau sungguh sok polos padahal wahhhh sudahlah!"
"Aku akan jelas kan mas." Ucap Raisa lembut penuh kehati harian
"Jelaskan! Aku memang membawa mu kesini untuk kau jelaskan, enak saja kau membuang buang uangku untuk mengobarkan laki laki selingkuhan mu! DASAR JALANG TIDAK TAU DIRI!"
Raisa memejam kan matanya.
"Dia bukan selingkuhan ku mas!" ucap Raisa tegas, menatap manik tajam sang suami
"Hahahaha..." Tawa Marcel menggelegar.
"Aku tau kau akan berkata itu jalang!!" Marcel berucap kejam.
"Terserah kau mau percaya atau tidak mas, tapi dia bukan selingkuhan ku, dia teman kecilku. Namanya Randy. Kami besar dikampung yang sama dulu, dia sakit, aku hanya membantu nya sedikit itu saja mas. Kau salah paham." Raisa menjelaskan dengan lembut, tak ada air mata
"Kau membantunya?? Dengan uangku!"
"Hahahaha.... Harusnya kau tau diri Raisa, kalau kau mau membantu nya, gunakan uang mu sendiri, kau bahkan tak punya uang tapi kau sok berhati malaikat menggunakan uang ku. MENJIJIKAN!!! Aku tidak Sudi uangku kau gunakan untuk teman pria mu itu kau tau!!".
Raisa tersenyum..
Marcel menatapnya heran,
"Kenapa kau tersenyum apa kau pikir ini lelucon!! Hah?"
"Apa kau sedang cemburu mas?" Raisa bersuara
Marcel diam. Lalu tersenyum miring, "kau bahkan tak pantas ku cemburui kau tau itu raisa. Bercermin lah Raisa. Aku menikahi mu hanya untuk membuat menderita. cemburu kau bilang, mimpi pun kau tak pantas!!" Marcel berteriak marah.
Raisa tersenyum getir,
"Kau benar mas. Aku memang tak bercermin, aku tak tau diri. Maaf mas aku menggunakan uangmu untuk membantu temanku, aku kira kau tak akan marah. Aku salah mas, kau benar JALANG seperti ku tak pantas menggunakan uangmu. Aku takkan mengulanginya lagi mas maafkan aku.." Ucap Raisa dengan tenang,
Membuat dentuman keras di jantung Marcel, ia bahkan terdiam beberapa detik menatap wajah sendu istrinya. kemudian sadar kembali ego menguasai' dirinya
"BAGUS!!! Kau sadar diri. Kau harusnya senang menjadi istri Marcel, jangan banyak tingkah yang membuat aku muak melihatmu. Kau bisa mempermalukan ku, kalau hanya kau sendiri aku tak perduli, tapi aku pun terbawa bawa. Kau mengerti wanita sok polos!"
"Iya mas. aku takkan menganggu mu lagi mas, aku takkan membuat mu kesal lagi mulai hari ini kau tenang saja mas, kau takkan melihat wajahku yang membuat mu muak lagi mas, aku janji."
"Hehhh... Kau pikir aku perduli, kau mengancam ku hah?? Aku takkan melihat wajahmu lagi???? Hahahaha kau akan pergi, pergi lah, kalau kau bisa!! bahkan jika-"
"Iya mas aku tau kau takkan meneteskan airmata mu jika sekalipun aku matikan... Aku mengerti.. Aku permisi mas jika tak ada lagi yang perlu dibicarakan." Raisa pergi dari ruangan itu
Marcel tertegun mendengar kata kata Raisa. Bagaimana ia tahu, ia bahkan tak pernah mengatakan nya didepan Raisa.
Marcel pergi dengan hati kacau. Sampai dikantor sekertaris nya masuk,
"Permisi tuan, silahkan tanda tangan berkas ini tuan."
Marcel menandatangi berkas tersebut lalu menatap sang sekretaris yang beberapa hari seperti menyembunyikan kan sesuatu.
"Apa yang terjadi? Ku perhatikan belakangan ini kau gelisah setiap keruangan ku, apa yang kau sembunyikan?" Tanya Marcel tegas.
"Emmm ti- tidak ada apapun tuan.." Ucap sang sekertaris terbata bata
"Kau ingin ku pecat!" Marcel menatap tajam
"Ja.. Jangan tua emm.. anu.. iya baiklah aku akan mengatakan nya,"
"Emmm itu tuan.. Minggu lalu nyonya Datang kekantor tuan.." ucap sang sekretaris takut, sebab ia sudah berjanji pada nyonya Raisa takkan mengatakannya.
"Hah?? kapan!?? Kenapa aku tak tahu?" Tanya marcel heran
"Waktu itu tuan bara juga ada diruangan tuan, nyonya Datang mengantarkan berkas yang anda tinggalkan untuk rapat dengan perusahaan xxx tuan, Maaf tuan aku berbohong, bukan Supir anda yang mengantar tapi nyonya sendiri yang datang."
benar! Marcel ingat waktu itu ia meninggalkan berkasnya dirumah nya, dan sekertaris nya datang memberikan berkas itu mengatakan supirnya yang mengantar kekantor atas suruhan Raisa.
Lalu apa yang terjadi kenapa kau begitu ketakutan??
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!