NovelToon NovelToon

MONOLOG

Orang Miskin Baru

Hari ini begitu meriah di mana pesta pernikahan digelar begitu megah dengan dekorasi yang super duper mewah, bahkan seluruh tamu menggunakan baju dress code dan juga sang pengantin menggunakan pakaian dari desainer ternama. Tak lupa make up yang tak kalah mahal, bahkan souvenirnya saja menelan jutaan hanya untuk satu orang.

Siapa sih emangnya yang gak mau pernikahannya itu sesuai impiannya? Ya jelas semua orang juga punya impiannya sendiri. Ini tuh kayak ala-ala princess di kastil yang menikah.

Antara sepasang kekasih yang akhirnya menyatu setelah belasan tahun pacaran.

Belasan tahun bayangin ah ke kebayang!

Nungguin hari ini tuh tiba kayak jadi bujangan lapuk gak sih? Tapi untungnya mereka tuh pacaran dari zaman SMP tuh selama 12 tahun udah bareng loh berarti umur mereka tuh Belum ada genap 30 tahun sih baru 27 tahun cuman mereka udah punya usaha barang semenjak masuk kuliah.

Kini Kenziro Alderick dan Lyodra Isabelle Wiranata resmi menjadi pasangan suami istri. Yang tengah memamerkan cincin couple ke semua tamu yang turut hadir.

"Akhirnya kita kawin!" seru Kenziro seraya mengacungkan buket bunga di genggamannya.

Membuat Lyodra kegirangan bukan main. "Akhirnya aku bisa peluk kamu sepuasnya!"

Ketika bunga itu dilempar dan keduanya berciuman mesra. Membuat para tamu menjerit dan merasa iri.

Malamnya acar berlanjut setelah mengundang seorang disk jockey ternama bernama DJ Mika. Seorang DJ cantik yang jadi idola semua orang.

Lyodra berjoget heboh ditengah semua tamu undangan seakan tidak punya cicilan rumah. Sama seperti Kenziro yang melupakan cicilan di kartu kreditnya bulan.

"Cie belah duren nih malem ini," ejek Nadeo si pria bule yang gemar menggoda Kenziro.

Kenziro cuman cengar-cengir tanpa dosa. "Yoi bro doain basah ya."

"Apanya?" Lyodra menarik dagunya dan melototi Kenziro. "Apa yang basah?"

Kenziro tersenyum kikuk, antara menahan malu sama menahan pengen kentut tapi takut kenceng sama bau. "Oh itu airnya sayang biar licin. Kan kalo licin---"

Seakan mengerti, Lyodra membekap mulut suaminya dan tersenyum sipit. "Hhh iya licin, ntar kepeleset yang ada. Iyakan my dear?"

Napas Kenziro berasa mau diujung tanduk, meksipun telapak tangan istrinya wangi tapi tetap aja berlebihan sampe puyeng. "I-iya sayang, pelumas alami."

Bugh!

Lyodra menendang kaki suaminya dan melangkah pergi sambil memegangi gaunnya yang berat dan kepanjangan.

Kenziro menahan lengannya hingga istrinya ketarik kebelakang. "Mau kemana sayang ih? Belum tiyum-tiyum pipi akyu didepan Deo."

"Najis banget lo," gerutu Nadeo muak. "Biasanya juga tinggal nyosor. Jadi curiga udah di unboxing duluan nih.

Kenziro menatap istrinya yang tersipu, antara malu dandannya mulai berkeringat atau malu karena ketangkap basah. "Emang iya."

"Pantesan." Nadeo berdecak sebal dan mengambil gelas minuman. "Rencana mau tabur benih berapa kilo?"

"Benih apa?" tanya Kenziro yang mendadak lemot.

Nadeo menghela napas. "Ya benih anak. Kan mau bercocok tanam sama bini lu. Transaksi halal, kerja sama yang sah sekarang mah bukan terlarang lagi, gak rawan gancet kok aman-aman."

"Oh itu? Lu sih ngomongnya pake satuan kilo, gue pikir lu mau nanem bibit cabe!" Kenziro malah tertawa cekikikan seraya menepuk-nepuk bahu istrinya yang sudah menatapnya seperti predator yang siap menerkam mangsa.

Hingga akhirnya Kenziro pun diam menunduk.

Bibit-bibit suami takut istri.

"Tanem satu ton, Ken. Siapa tahu untung jadi 10 ton," celetuk Nadeo seraya meneguk minuman.

Kenziro melongo dan menepuk pundak Nadeo sampai menyemburkan air. "Lu pikir itu gabah bisa berton-ton gitu? Paling sekali keluar juga berapa, gak sampe sekilo. Ngaco aja lo jadi manusia kutukupret."

"Biarin."

Kenziro merangkul istrinya dan berbisik. Abis itu ketawa. "Iyakan istriku? Yuk ke panggung aja tinggalin jomblo mah."

"Asem bener. Hei cinta gak selamanya indah dek! Abang aja jadi duda nih sekarang," seru Nadeo.

"Bodo amat. Itu sih derita lo!"

--✿✿✿--

Menjadi raja dan ratu selama sehari? Oh salah, tentu salah. Lyodra dan Kenziro yang sama-sama ekstrovert sengaja menggelar pesta 7 hari 7 malam menggunakan uang saku mereka. Untuk mengundang seluruh teman dari manca negara hadir turut memeriahkan acara, sampai sang pengantin lupa melangsungkan malam pertama karena bingung mau pilih malam yang mana biar pas mantep gak gagal total.

Berhubung capek, abis pesta tidur. Abis tidur pesta. Gitu aja tirus gak capek-capek mengadakan party besar-besaran. Dan bisa bermesraan ditempat umum tanpa rasa canggung lagi. Eh tapi jangan salah sangka, maksudnya bermesraan itu pegangan tangan, pelukan dan ciuman. Bukan berhubungan intim ya, itu sih gila! Malah jadi tontonan masa.

"Sayang siap nanti malam dicoblos icibosku?" bisik Kenziro disela-sela suara DJ. "Siap ya? Gak sakit kok bakalan enak kok enak, tenang aja. Sama Abang apa sih yang enggak."

Lyodra tersipu malu, ia mencubit lengannya. "Sutt diem jangan ngomongin itu disini. Harusnya kita itu duduk aja nonton mereka pada seneng."

Ketika tengah seneng-senengnya hiburan, notifikasi tagihan kartu kredit membuat keduanya melotot kaget saat saldonya ludes begitu cepat.

"Hah?!" Keduanya melongo bersamaan. Dan menelan ludah susah payah.

Dan sejak itulah, mereka berdua sering hulang-huleng mikirin cara menutup tagihan kartu kredit dan cicilan rumah sementara uang tabungan menipis. Karena habis dipakai biaya nikah.

"Ini salah kamu! Gelar pesta terlalu besar dan mana mahal banget lagi abis 100 milliar!" gerutu Kenziro yang merasa keberatan harus nomblok. "Kalau gini caranya, kita bisa cepet beruban."

Lyodra tampak berusaha santai. "Ya makanya abis nikah makin giatin lagi usaha cari duitnya."

"Kamu pikir cari duit gampang? Gampang-gampang sudah, Liur!" Kenziro seketika bakalan susah tidur mikirin cicilan. "Mana karyawan belum pada digaji sebagian. Ini gimana Lyodra sayang? Kamu mau emang aku nafkahin seribu sebulan?"

Lyodra bangkit dari kursi pelaminan. "Seribu? Bahkan melihatnya pun aku tak sudi!" Ia langsung menghentakkan kaki dan pergi mendiamkan Kenziro.

Kenziro tak ingin tinggal diam. Ia terus mencoba bicara dengan Lyodra tapi tetap di diamkan. "Harusnya aku yang marah sama kamu, bukan kamu marah sama aku."

"Emang gak ada hak aku marah sama kamu?" Lyodra menatap Kenziro sengit. "Kamu juga kalau gak sanggup yaudah jangan iyain permintaan aku."

Kenziro merutuki diri. "Kamu bilang cuman abis palingan 20 milliar. Kenapa jadi seratus miliar? SERATUSSSSS MILIAR LY! BUKAN SERATUS JUTA. Mikir!" sentaknya kesal lalu naik ke panggung dan mengambil alih mic lalu mengugumkan bahwa acara telah berakhir begitu saja.

"Kok udahan? Bukannya masih lama ya?" tanya tamu.

Kenziro menghela napas. "Kalau mau lanjut, bayar tarif tambahan buat para pemain. Satu orang seikhlasnya."

"Kentut!" sentak Lyodra menyeret dia turun dari panggung. "Kamu apa-apa sih? Malu, Ken! Malu. Kita malah kelihatan jadi orang miskin baru sekarang."

"Lah emang." Kenziro mulai nantangin. "Selamat datang jadi orang miskin baru. Gak bisa shopping tiap hari apalagi ke salon, kasian."

Sekali Seumur Hidup

Acara belum selesai, tapi Kenziro sudah salatri. Tangannya gemeteran, wajahnya memucat. Ia hanya berdiri didepan cermin menatap isi dompetnya yang terselip banyak kartu. Yang kini, entah ada isinya atau tidak.

Tangannya membuka bank digital. Kepalanya makin mumet.

"Bentar lagi jatuh tempo gajian karyawan. Duit di rekening pribadi gue tinggal seratus juta. Buat biaya hidup sebulan mana cukup. Sekali pencet barang aja abis anjir," gerutunya yang makin pusing.

Tak lama Kenziro merasa lega. "Tapikan pemasukan gue juga gak kalah banyak. Kenapa harus dipikirin cailah, takut banget lu jadi bangkrut? Haha."

Kenziro membasuh wajahnya. "Banyak pengeluaran tapikan gue juga banyak pemasukan."

--✿✿✿--

Lyodra merentangkan kedua tangannya dan menguap. "Akhirnya acara impian kita selesai."

"Kita?" Kenziro menatapnya heran. "Impian ibu kamu aja kali."

Raut wajah Lyodra berubah kusut. "Maksud kamu apa ya? Gak ikhlas hhahh?"

"Bukan gitu. Ikhlas sih ikhlas." Suara Kenziro mulai melembut. Ia memegang bahu Lyodra dan memeluknya, berharap dia tenang. "Aku seneng kok sayang, akhirnya kita menikah. Kita bisa cosplay pake tema karakter kesukaan kita."

Hati Lyodra menghangat, dia mengangguk dan membalas pelukannya. "Maaf ya, tapi kita bikin usaha bareng kan buat nabung biaya nikah dan beli rumah."

"Iya bener. Tapi aku nombok banyak banget."

Dahi Lyodra mengerut. Dia mulai merasa dongkol. "Kamu kenapa sih sekarang mulai itungan? Padahal pas masih pacaran engga deh. Sikap kamu perlahan berubah. Bener ya kata orang, sikap asli pasangan bakalan kelihatan abis nikah." Ia menghentakkan kaki dan melengos pergi.

Kenziro menghela napas, ia pun menahan lengan Lyodra. "Aku cuman cerita sayang. Apa nada bicaraku salah, sampe kamu ngira aku bukan cerita tapi ngeluh atau marah-marah?"

Melihat Lyodra hanya diam menatapnya sendu. Kenziro hanya tertawa kecil dan mencubit pipinya.

"Kamu hari ini sensi banget. Capek ya?"

Lyodra mengulum senyum dan memeluk Kenziro dengan erat. "Kamu emang paling ngerti aku."

"Ya makanya kita bisa bertahan lama. Bukan cuman karena kita saling mengerti. Tapi emang kita masih saling mencintai."

Keduanya terkekeh secara bersamaan dan Kenziro memangku Lyodra, berputar di atas karpet. Dan duduk berdua di depan balkon kamar menikmati bulan sabit yang indah.

Semua letih hilang seketika bersamaan dengan canda tawa yang menggema. Seperti sepasang anak muda yang baru resmi jadian.

Lyodra bersandar di bahu suaminya. Masih tak menyangka, cowok yang dulu dia idolakan, crush yang sulit dia taklutan kini bisa duduk disampingnya menjadi suaminya.

Kepalanya menoleh, menatap Kenziro penuh senyuman. "Kamu sayang aku gak?"

"Kenapa nanya gitu?" Kenziro menatapnya bingung.

Lantas Lyodra melepas tangannya dan duduk tegak. "Oh kamu udah gak sayang aku?"

"Ya menurut kamu, kalo aku masih duduk disini. Apa itu udah gak sayang? Apa gimana sih heran."

Bibir Lyodra mengerucut. "Padahal apa susahnya jawab iya atau engga. Aku kan cuman nanya. Kalo gitu jawabnya berarti udah gak sayang?" Ia menatapnya sebal dan bergegas masuk ke kamar. Naik ke atas kasur dan menggulung dirinya dengan selimut.

"Ya Allah!" teriak Kenziro dan berlari ikut masuk dan melompat ke kasur sampai bergoyang. "Kamu mau apa sih? Mau aku coblos sekarang kah biar diem?"

Lyodra semakin menggulung dirinya menjauh. Dia juga tidak bicara.

"Sayang."

Lyodra menggeleng dibalik selimut.

"Yang." Suara Kenziro mulai jahil.

"Sayang ih. Ayo deh jangan gini, atau aku buka paksa." Kenziro mulai menusuk-nusuk lengan Lyodra dengan telunjuknya.

Di rasa terus dicuekin, Kenziro pun cuman diem.

Sampai Lyodra heran, takut dia kabur. Jadinya melepas lilitannya dan berdecak sebal. "Rontok hatiku Kentut. Rontok. Kamu kenapa sih ngeselin banget ih! Kamu yang ngajak, giliran di diemin dikit malah pelor."

Lyodra memukuli kasur. Meraung-raung. "Kentut kamu benar-benar ngeselin!" teriaknya tepat di telinga Kenziro sampai dia tersentak kaget.

"Eh apa? Aku salah apa sayangku?"

Lyodra tidak menggubris, langsung menarik selimut saja. "Tau ah!"

"Kenapa sih? Maunya apa sih hah. Capek aku tuh ngertiin kamu yang gak ngerti aku. Kalau sikap kamu kayak begitu lagi gimana kita bisa---"

"Oh kamu maunya gimana hah?" Lyodra terduduk tegak. "Aku tanya mau kamu gimana?"

Kenziro menggeram kesal. "Tau dah capek ngertiin orang yang dirinya aja gak ngerti maunya apa." Ia pun beranjak, membawa rokok elektrik juga handphone keluar ke kamar hotel.

"Yaudah kamu ngomong maunya apa biar plong!"

Kenziro menoleh. "Ngomong doang emang bisa bikin plong? Engga sayang, cuman abis keluar yang bisa bikin aku plong."

"Otak kamu emang mesum terus."

"Emang kenapa? Salah lagi ya," cetusnya. "Bukannya gak apa-apa? Itu biasa aja lo, kamu juga udah jadi istriku. Udahlah kamu tidur aja."

Lyodra paling gak suka kalau udah di situasi gini, seperti dirinya itu hanya diinginkan sesaat, hanya karena kesalahan pahaman kecil saja berdebat. Kenapa jadi tidak saling mengalah begini.

"Kamu lagi pengen?"

Kenziro menggeleng.

"Tuh pundungan gitu ah gak suka."

"Sayang... kamu capek mending istirahat aku mau ke bawah dulu ya cari makanan, aku laper debat terus dari tadi. Cacing diperut aku keroncongan, okei?"

Kenziro sadar, dirinya sudah jadi kepala keluarga. Jadi harus bisa mengatur ego dan emosi.

"Kamu mau nitip? Apa ikut."

Lyodra mengigit bibirnya, bangkit dari tempat tidur dan menurunkan lengan baju tidur berbahan satinnya. Hingga bahunya terlihat jelas.

"Kamu ngapain?"

"Kamu bikin kamu seneng. Ayo sini, aku pasti kasih. Mau yang mana? Dada atau paha, atau semuanya?"

Mana bisa menolak kalau sudah begini. Capek di matanya jadi menghilang, Kenziro berusaha tetap keren cuman hilang setelah Lyodra membuatnya melotot tak bisa berkedip dan mulai melangkah masuk lagi tak jadi keluar.

Itu adalah pelet paling ampuh buat Kenziro dari Lyodra. Karena ia yakin, selepas ini, suaminya akan nempel dan tertidur pulas di pelukannya.

Seperti kini, setelah sayang-sayangam, pria itu langsung mendengkur lembut dan diam. Tidak meracau tak jelas kecuali tangannya tak tinggal diam, masih bergerak meremas jemari kecil Lyodra.

Lyodra mengusap kepalanya, mengecup keningnya berkali-kali. Ngeselin begitu juga dari lubuk hati paling dalam, sedalam Palung Mariana ia tetap dibuat jatuh cinta berkali-kali dan sangat sayang padanya. "Bayi besar aku kini sudah tumbang haha."

Kenziro menggeliat pelan dan memeluknya erat. "Sayang."

"Apa?"

Dengan mata sedikit tertutup, Kenziro menggeram. "Ayo tidur, jangan liatin aku terus. Aku emang ganteng."

Jadi Kenziro sadar dia sedang di tatap penuh love-love di udara?

"Ih engga, siapa juga yang liatin kamu. Aku lagi mikirin cicilan kita lho. Aku minta maaf ya karena aku banyak request. Uang kita jadi berkurang banyak. Tapi kan sayang, ini sekali seumur hidup, kecuali tiap anniversary kita mau adain acara resepsi."

Kenziro menyembunyikan wajahnya di dada Lyodra. Seperti menghirup oksigen yang langka. "Iya boleh, kalau ada uangnya apa sih yang engga buat cintaku sayangku duniaku yang satu ini mwah."

Honeymoon

Semua masalah duniawi pasangan muda itu tinggalkan, pergi berlibur ke luar negeri tanpa tahu dulu dompet mau krititing yang penting semua ego terpenuhi.

Beli banyak barang yang seharusnya tak perlu.

Beli makanan bukan karena lapar atau suka tapi cuman penasaran, icip sedikit dan tinggalkan.

Itulah yang Lyodra dan Kenziro lakukan. Padahal sebelum berangkat ke Thailand mereka sudah diwanti-wanti oleh ibunya Kenziro untuk tidak menghamburkan uang, karena cari uang susah, bikin badan pada encok, pegal linu dan butuh minyak urut tiap menit.

Ya cuman didengerin satu menit abis itu dilupain seumur hidup.

Selagi masih bisa di tarik saldonya, ya jangan khawatir itu duit apa. Gak peduli duit pahit atau bukan, yang penting itu saldo emang ada angkanya di rekening.

Abis puas menjajah restoran mewah di pusat kota Bangkok yang katanya paling mantap betul. Mereka kayak gak ada habisnya buat kulineran, mencoba banyak jajanan yang ada disana.

Sampai tak terasa sudah menghabiskan uang jutaan hanya untuk jajan sehari.

Cuman gemeteran dikit sih, abis itu Lyodra kayak enjoy lagi aja. Dia itu santai selagi usahanya berjalan. Beda cerita kalau udah mogok, gak ada pembeli baru pusing. Akhir-akhir ini sih toko bunga miliknya emang ramai diburu pembeli. Belum lagi usaha pajamas miliknya.

"Sayang, uang kamu aman kan aku pake terus? Soalnya uang aku sayang kalo dipake." Lyodra tersenyum lebar, sambil menjilat es cream coklat ditangannya dan berlari kecil mendahului Kenziro.

Kenziro sebenarnya tak masalah, kayak yaudahlah yang penting seneng, kalau ada mah gak akan pelit. Cuman nih masalahnya ya, dia udah jeblok banyak banget. "Tapi beb, kalo uang abis limit boleh pake uang kamu?"

Langkahnya terhenti, tubuhnya yang semula membungkuk dan wajahnya sumringah berubah datar dan matanya kosong. "Itu artinya kamu bakalan jadi pengangguran?"

"Ih kata siapa? Engga." Kenziro menggeleng. "Aku cuman nanya. NANYA! Emang harus saling kan. Tapi yang aku pikirin tuh, kalau aku gak ada pemasukan. Belum kerja misalkan, boleh pake uang kamu dulu?"

"Gak boleh. Uang kamu milik kita, uang aku milik aku."

Oh gusti! Itu bukan jawaban yang Kenziro dambakan, sampai wajah berserinya berubah mendung seperti akan hujan badai dan berjingkrak kesal meninggalkan Lyodra sendirian karena merasa semua beban jadi berpindah ke tangannya.

"Lho kok aku ditingal? Hei!" Lyodra melambaikan tangan berusaha mengejar. "Kentut tungguin heh!"

"Masak aku. Nyuci juga aku. Ngelonin kamu juga aku. Terus kamu mau ngapain aja selain shopping?"

Lyodra mendengkus kesal. "Jadi mulai itungan lagi? Ini belum ada sebulan lho kita nikah, masa masalah gituan aja di ribetin. Kan ada ART, aku mampu bayar kok. Kita kesini cuman buat honeymoon main bukan kayak gini!"

"Tapi masalahnya, kamu kalau diposisi aku gimana sebel gak?"

"Oh aku tau. Jadi kamu maunya aku bilang 'boleh sayang' gitu iya?" Lyodra mulai membentak. "Harusnya kamu mikir, dari kapan sih aku itungan? Kamu jadi sensian overthinking gitu ih jelek. Biasanya juga engga, kamu suka pake uang aku, aku juga suka pake uang kamu. Ada apa sih? Cerita coba, kamu ngajak ribut terus pantesan. Malu tau."

Kenziro menggeleng lelah. "Bukan gitu, Liur. Astaga bukan."

"Kamu capek nih pasti, ada masalah kalau begini. Udahlah kita istirahat aja, dari pada kamu sakit."

Ya awalnya kesel sih, tiap nanya dia selalu gak sesuai ekspektasi jawabannya. Coba kalau Kenziro yang jawab pertanyaan absurd Lyodra pasti langsung ngambek, jutek.

Sebenarnya mereka sama persis. Sering ribut kayak anak kecil gak lama akur lagi. Kalau deket ngeselin kalau jauh kangen.

Melihat mata Lyodra mulai berkaca-kaca karena merasa bersalah. Padahal niatnya cuman bercanda, jadi kasihan juga sih.

Melihat butiran bening mulai menetes, membuat wajah cerah itu jadi suram seperti masa depan. Akhirnya Kenziro pun melunak hatinya dan mau untuk mendekat, menghapus air matanya dan mengakui kesalahan.

"Sayang, maaf."

"Kamu kenapa sih? Di ajak bercanda malah serius. Di ajak serius suka bercanda. Kita itu udah lama tau sayang. Bukan sebulan dua bulan kenalnya. Udah sebelas tahun kita pacaran, aku pikir kamu udah cukup dewasa buat saling mengerti. Ada waktunya mana yang bisa kita ketawain mana yang diseriusin. Mana mungkin aku tega sih liat suami tersayang aku ini melarat, engga lah, masa dompet akh setebal buku sains tapi dompet suami aku kering kerontang," ucapnya dengan suara bergetar.

Lyodra itu cengeng, gampang menangis tapi juga tertawa tapi dia sehat cuman rada gila sedikit. Tapi anehnya Kenziro makin cinta.

"Kalau ada apa-apa cerita jangan dipendem terus bikin orang lain bingung dan harus ngerti tanpa diceritain. Aku bukan peramal tarot lho yang bisa meramal isi pikiran kamu tanpa bicara."

Kenziro mengusap-usap kepalanya.

"Cungur," umpat Kenziro didalam hati. "Ngomong doang bisa gitu, buktinya pret."

"Ih kok pret? Jangan pret-pret dulu dong, iya kan aku bener."

Kenziro masih enggan melihat Lyodra.

"Ih sayang! Liat aku. Kamu liatin siapa sih? Ada cewek yang lebih cantik dari aku?" Lyodra melihat ke atas, bibir kecilnya mengerucut lucu dan menarik pipi suaminya untuk kepalanya tertunduk. "Lihat aku, aku masih cantikkan dimata kamu?"

Kenziro menatap wajahnya begitu dalam. Dari iris matanya, bentuk kelopaknya, alisnya, dahinya, hidung hingga ke pipi. Dia begitu sempurna. Dimatanya, Lyodra begitu indah. Bisa-bisanya dulu ia mengatakan dia jelek hanya karena gengsi bilang dia sebenarnya cantik banget.

Seandainya saja Lyodra gak dateng mencintainya, ia yakin sekarang masih jadi jomblo karatan entah lumutan atau sudah lapuk dimakan usia. Tapi gak yakin juga sih bakalan jomblo mulu, paling udah punya mantan pacar tujuh, matan HTS an sepuluh, mantan gebetan seratus mantan cemceman gak keitung dah.

Bagi Kenziro, semua menyangkut Lyodra adalah candu. Meksipun kadang dunia sebercanda itu. Dia perempuan yang sangat lucu, orang bilang sih mereka gak cocok karena Kenziro terlalu tinggi dan cukup sipit. Pokoknya dari visual kurang deh buat bersanding sama Lyodra yang nyaris sempurna. Udah cantik, baik, lucu, gemesin, pinter, baik banget pake banget, cerdas, berprestasi hidupnya terjamin sejak kecil, masa depannya udah di siapin.

Makanya itulah alasan kenapa mereka pacaran lama banget.

Emang disuruh selesain kuliah dulu. Jangan dulu menikah. Kerja dulu, cari pengalaman yang banyak, seneng-seneng dulu meksipun seneng-seneng itu gak ada ujungnya.

Terus coba berbisnis, kenalin diri sendiri lebih baik dulu. Jangan buru-buru mau berumah tangga karena cinta tak selamanya indah dan cukup.

Itu yang ribet orang tuanya Lyodra ya. Yang memang dia anak semata wayangnya, dijaga dengan baik, dikasihi, dicintai dan di rawat sepenuh hati sebisa mungkin mereka pastikan dia tidak kekurangan apapun selama hidupnya. Bebas memilih siapapun pasangannya asalkan membawanya ke jalan positif.

Awalnya memang Kenziro ditolak, karena mereka berpikir dia cuman remaja urakan, gak punya masa depan, gak punya tujuan hidup. Kerjaan ya bolos sekolah, soalnya seketat itu orang tua Lyodra sampe suka nanyain dia lagi deket sama siapa. Abis tahu namanya, ditanyain ke pihak sekolah baru dicari bibit bebet bobotnya.

Agak ribet emang, cuman mereka baik banget. Orang tuanya gak pelit kalau udah sayang, sampe mau biayain sekolah temennya Lyodra pas tau temennya itu baik dan nemenin ke jalan yang lebih baik, membawa ke hal positif.

Tapi gimana ceritanya di kutukupret Kenziro bisa di ACC keluarganya? Simple, mau ngadu ayam sama papanya Kenziro dan orangnya asik diajak ngobrol.

Eh tapi bukan ngobrol biasa. Tapi pake bahasa bisnis sambil main catur dan mengalahkan papanya Lyodra untuk pertama kalinya. Akhirnya boleh deh main ke rumah, asalkan jangan kelewat batas. Mereka sering sih disuruh putus aja karena gak jelas, pacaran tapi kek bukan pacaran. Giliran udah sering berduaan dituduh aneh-aneh padahal Kenziro sebisa mungkin menjaga, melindungi dan menyayangi Lyodra.

Cuman sering berantem gak jelas abis itu diem-dieman eh kangen lagi. Tapi gengsi ngomongnya.

Kan gengsi gak di bawa mati ya, yaudahlah terobos ajalan, Lyodra nyosor cium bibir Kenziro karena dari tadi gak berhenti natap dia pake  tatapan yang sulit di artikan kayak lagi kaget, antara gak percaya sama bingung gitu lihat tagihan bulan ini membeludak.

"Abisnya kamu bengong terus. Kenapa sih? Kamu selingkuh ya. Makanya melamun, soalnya lagi mikirin gimana kalau ketauan, iya?"

Kenziro tersadar. "Salah sayang. Gak gitu, aku cuman lagi flashback pas aku deketin kamu. Apel ke rumah bawa cake tapi ternyata kreseknya bolong dan cake nya gak tau jatuh dimana haha. Lucu ya kalo di inget tuh."

"Haha iya ya, terus kamu di tuduh boongin mama aku," jawab Lyodra sambil berjalan disamping suaminya dan mengandeng tangannya.

Itulah mereka, yang kalau ribut gak pernah seserius itu. Pasti gak lama akur lagi, tapi cukup sering mempermasalahkan hal kecil. Tapi justru dari situlah, hubungan mereka bisa berjalan, tidak membosankan meskipun kadang rasanya capek, bosen tapi bukan orangnya yang diganti, justru suasananya dan obrolannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!