"Brengsek kau Sky, lepaskan aku pria cabul!" Anne benar-benar kewalahan menghadapi Sky yang terus mengecup tubuhnya.
Pakaian mereka telah berserakan kemana-mana, Sky bahkan merobek paksa dalaman milik Anne hingga tidak mungkin bisa dipakai kembali. Teriakan dan cacian yang Anne keluarkan tidak membuat pria ini berhenti. Yang ada Sky semakin bernafsu untuk menyalurkan hasratnya sekarang juga.
"Diam, sayang. Kau pelacur, wanita bayaran, jadi harus menurut padaku." kata Sky berbisik di telinga Anne.
PLAKKKKK PLAKKKK
Anne mendaratkan sebuah tamparan di wajah pria ini. "Pelacur matamu." bentak Anne emosi. "Buka matamu, Sky. Buka matamu, lihat baik-baik aku ini siapa? Enak sekali mulutmu mengatakan aku seorang pelacur."
Sayangnya hal itu tidak berpengaruh apapun, mungkin karena efek obat yang telah membuat kesadaran Sky tidak bisa dikondisikan. Pria itu malah semakin berani bertindak kasar pada Anne.
"Beraninya kamu menampar wajah tampan ku?"
"Ahhhh... sialan kau, Sky. Lepaskan rambutku." Anne berteriak kala Sky menjambak rambutnya dengan kencang.
"Diam, jangan terus mengoceh. Nikmati saja malam ini dengan senang, sayang. Puaskan aku, maka bayaran mu bisa naik tiga kali lipat."
Jelas kalimat itu membuat mata Anne melotot tajam. Belum sempat membalas perkataan Sky, pria itu langsung mencium kembali bibirnya. Anne jelas kembali memberontak, sayangnya kedua tangannya dicekal erat dan ditarik ke atas kepala. Sky sendiri telah menindih tubuhnya hingga semakin sulit untuk melepaskan diri.
Air mata Anne mengalir begitu saja saya Sky semakin berani menjamah tubuhnya. Dari ujung kepal hingga kaki, tidak ada yang terlewatkan sejak tadi.
"Siapapun tolong aku... aku tidak mau hancur ditangan pria ini." ucap Anne berteriak dalam hati.
Sky berpindah posisi ke bawah, menikmati benda kenyal yang mendadak jadi barang favoritnya. Isak tangis serta penolakan dari Anne benar-benar diabaikan. Seakan telinganya tuli tidak mendengar apapun.
"Ahh... menjauh dari sanaaa... " Anne tidak bisa menahan ini, rasanya bercampur jadi satu.
Sakit, nyeri, perih dan geli. Karena baru pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Meski usianya sudah sangat matang, namun dalam menjalani hubungan Anne selalu menjaga batasan.
"Nikmat sekali, aku suka." kata Sky dengan wajah berbinar.
"Kau suka tapi aku tidak. Ini tidak nikmati." jawab Anne tidak terima.
Sky malah tersenyum, dengan tatapan menggoda dia kembali mencium bibir Anne. Dan tangan kirinya berjelajah ke area paling bawah. Area paling sensitif yang bagi Anne sangat dijaga dengan hati-hati.
"Ahhhh sakit, Sky. Menjauh dari sana, keluarkan tangan kotormu itu, bajingann." teriak Anne merasa tidak nyaman dengan apa yang Sky lakukan.
Namun tetap saja, Sky semakin seenaknya. Dari tatapan matanya jelas ia sangat menikmati pemandangan di depannya. "Sabar, sebentar lagi akan enak. Aku tengah mencari jalannya." katanya tanpa ragu.
"Ahhh... Skyy kau pria gila cabull."
"Terus desahkan namaku sayang. Aku menyukainya."
"Tidak mau, ini sakit, ini tidak nyaman. Ingat Sky kita itu musuh sejak SMA. Aku membencimu dan kamu juga membenciku. Jadi lepaskan akuuu." Anne berusaha memohon pada Sky agar dilepaskan. Ini soal harga diri yang harus dipertahankan dan kehormatan yang harus tetap dijaga.
Namun sudah dikatakan, Sky tidak peduli. Dengan tanpa aba-aba, kedua kaki Anne dibuka lebar. Dan dalam hitungan detik, pria itu memaksa masuk dan membelah kehormatan milik Anne.
"Ahhhh sakit... sakitt... lepaskan... keluarkan Sky, aku mohon." Anne benar-benar menangis histeris saat merasakan benda tumpul itu memasuki miliknya.
Rasa sesak, perih bercampur nyeri membuatnya mematung sejenak. Pikirannya mendadak kosong, perasaannya benar-benar sakit dan kecewa. Malam ini ia kehilangan kehormatan yang telah dijaga sejak lama.
"Sstttt... jangan menangis sayang. Ini akan nikmat." Sky menyeka air mata Anne, mengecup keningnya dengan lembut lalu baru menggerakkan tubuhnya.
"Nah ini nyaman sekali, Nikmati saja, kau pasti suka. Bukankah ini memang tugasmu malam ini, yaitu melayani ku dengan baik." ujarnya tersenyum puas.
"Aku semakin membencimu, Sky. Kau merenggut kesucian ku." kata Anne mendadak pasrah karena sudah benar-benar kehabisan tenaga untuk memberontak.
Namun perlahan dia turut terbawa suasana, menikmati permainan mereka yang ternyata semakin memanas. Sky yang dalam pengaruh obat ternyata sangat kuat. Berbeda dengan Anne yang sudah lemas dan tidak sanggup lagi.
"Berhenti, Sky. Aku sudah tidak kuat lagi." pintanya yang kini posisi tubuhnya ada di atas tubuh Sky dan di peluk erat.
"Tidak, aku belum puas. Sebentar lagi sayang. Ini benar-benar nikmat. Aku belum pernah merasakannya. Tubuhmu benar-benar candu untukku." Sky berkata sambil meninggalkan tanda merah di pundak Anne.
Entah sudah berapa banyak tanda merah yang ia tinggalkan pada tubuh gadis ini. Yang jelas sangat banyak, dan itu memang diluar kendali Sky.
Anne sudah pasrah tidak bertenaga, miliknya sudah sangat sakit sekali. Namun Sky melakukan dengan lembut membuat Anne juga terasa enggan untuk mengakhiri. Malam dingin namun hawa terasa panas menemani keduanya hingga hampir pagi.
Dan siapa yang mengira, kejadian malam ini akan mengubah hidup keduanya.
*
Pukul 8 waktu setempat.
Anne bangun lebih dulu, meski badannya terasa remuk seperti tertimpa pohon tumbang. Area kewanitaan nya juga terasa tidak nyaman sekali. Beberapa detik ia terdiam sejenak, melihat area sekitar yang sangat berantakan. Bahkan disampingnya ada tubuh seorang pria dengan posisi membelakanginya.
"Sialan, memang nyata. Aku melakukan dengan Sky." batin Anne memukul kepalanya sendiri.
Dengan pelan dan sedikit tertatih, Anne mengambil pakaiannya yang masih bisa digunakan meski tanpa dalaman. Persetan jika nanti terasa tidak nyaman, terpenting baginya sekarang keluar dari kamar ini sebelum Sky bangun dan mendapati dirinya di kamar.
Anne yakin Sky tidak kenapa mereka bisa tidur bersama. Yang ada pria itu pasti menyalahkan dirinya karena sudah menggodanya.
"Lihat saja, aku akan membalas mu di lain waktu pria cabul." ujar Anne yang berhasil mendapatkan tasnya.
Dengan cepat ia bergegas keluar kamar. Namun baru saja menutup pintu, matanya melotot tidak percaya saat melihat nomor kamar milik Sky.
"What? Nomor 667?"
Anne mengerutuki kebodohannya sendiri yang ternyata salah masuk kamar. Harusnya dia masuk ke kamar 668, kamar sampingannya. Jika sudah begini memang dia yang salah.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara pintu terbuka dari kamar samping. Seorang wanita dengan pakaian sedikit terbuka didorong keluar oleh orang di dalam.
"Keluar kamu, kurang ajar berani masuk ke kamarku." teriak orang dari dalam.
Wanita dengan wajah kesal langsung mengulurkan tangannya. "Berikan dulu bayaran ku. Kamu sudah aku puaskan malah tidak mau bayar. Mau gratisan yaa."
Anne melihatnya merasa kaget. Apalagi dia mengenali suara pria itu. Dengan cepat Anne berdiri di samping wanita itu.
"Loh, Anne. Kenapa kamu disini?"
Jantung Anne hampir copot melihat pria di depannya.
"Denissss... kalian kenapa?"
Niatnya Anne datang ke hotel ingin bertemu teman lama. Denis namanya. Seorang pria berkewarganegaraan Amerika, namun juga memiliki keturunan Indonesia, yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia. Namun siapa sangka Anne malah salah masuk kamar. Bukan bertemu teman malah bertemu lawan.
Lawan yang dimaksud adalah lawan bisnisnya.
Sky Dom Kendrick. Dulu mereka bersekolah di SMA yang sama, satu jurusan dan satu kelas. Bersaing memperebutkan peringkat kelas dan yang terbaik di angkatan mereka. Nilai Sky dan Anne selalu imbang, membuat keduanya mendapatkan gelar pasangan ideal. Sayangnya saat itu Sky sudah memiliki kekasih berbeda jurusan. Sehingga gelar pasangan ideal sempat menimbulkan masalah yang melibatkan Anne, Sky dan kekasihnya.
Mungkin bagi sebagian besar orang persaingan nilai adalah hal biasa, termasuk bagi juga Anne yang awalnya menganggap begitu. Namun memasuki tahun ajaran baru, secara terang-terangan Sky mengatakan tidak menyukainya sebagai teman kelas karena dianggap sebagai pesaing berat. Memang bagi pria bersaing dengan wanita cukup memalukan ya? Pikir Anne saat itu.
Entah apa yang terjadi semakin lama Sky suka mem-bully dirinya. Mengatakan jika Anne itu pendek dan jelek seperti kurcaci di serial Cinderella. Ya memang, Anne akui tinggi badannya tidak sebanding dengan kekasih Sky, tapi bukan berarti dia sependek itu.
Tidak hanya soal fisik, Sky juga kerap mengganggunya di jam olahraga atau istirahat. Hal terparah yang paling membekas di ingatan Anne adalah saat pria itu dengan sengaja menguncinya di ruang OSIS. Meskipun pada akhirnya di bukakan kembali, tapi Anne marah besar karena takut dengan gelap.
Lulus sekolah mereka berpisah, Anne melanjutkan studi ke luar negeri sedangkan Sky entah kemana. Jelas Anne bahagia karena tidak harus bertemu kembali dengan pria menyebalkan itu. Sampai lulus kuliah, Anne kembali ke Indonesia dan menggantikan kakaknya mengurus perusahaan.
Nasib sial kembali mempertemukan mereka. Anne dan Sky bertemu sebagai lawan bisnis yang berusaha memenangkan tender proyek besar. Jelas itu persaingan yang sengit karena mendekati tahap akhir, hanya perusahaan mereka yang lolos. Secara otomatis keduanya harus bersaing lebih ekstra lagi.
Rupanya hal seperti itu beberapa menimpa keduanya. Kadang perusahaan Anne yang menang, kadang juga Sky. Itu berjalan selama 2 tahun ini. Jadi sangat wajar jika Anne menganggap Sky lawannya. Orang yang sangat dia benci sejak lama.
Dan malam tadi keduanya malah menghabiskan malam panas bersama. Apa kata teman-teman mereka jika tahu hal ini.
Seperti Denis saat ini yang masih mematung menatap Anne. Wajah pria itu terlihat panik sekali. Seakan baru di ketahuan melakukan sesuatu yang tidak pantas.
Mendadak Anne menutup mulutnya. Ketakutan akan dirinya yang baru saja keluar dari kamar Sky mendadak hilang, digantikan rasa curiga pada Denis dan wanita yang berdiri disebelahnya.
"Kalian baru saja menghabiskan malam bersama?" tanya Anne dengan tatapan menyelidik.
Terlihat Denis hanya menggunakan handuk hotel, wajahnya seperti orang baru bangun tidur. Sedangkan wanita di sebelahnya tampak masih acak-acakan, dilihat dari warna lipstik nya cocok dengan bekas bibir yang ada di pipi Denis.
"Tidakkkk... "
"Iyaaaaa... "
Keduanya menjawab bersamaan namun berbeda. Anne tertawa mendengarnya.
"Baik-baiklah, aku mengerti dan tidak akan menggangu kalian." kata Anne membuat Denis mengusap kasar wajahnya.
"Anne, ini kesalahpahaman." Denis berniat mencoba menjelaskan.
"Denis, kamu tidak perlu menjelaskan apapun. Kalian sama-sama orang dewasa dan hal itu wajar. Oh ya maaf semalam aku tidak jadi datang karena ada urusan. Sekarang selesaikan urusan kalian dulu. Nanti malam kita bertemu di cafe saja oke. Untuk alamat akan aku kirimkan nanti."
Setelah mengatakan itu Anne bergegas pergi meninggalkan mereka berdua. Selain enggan ikut campur, dirinya juga sudah sangat tidak nyaman dengan penampilannya.
"Lihat, gara-gara dirimu gadis itu pergi meninggalkan ku." Denis berseru kesal. "Katakan bagaimana kamu bisa masuk kamar ku? Apakah kamu dikirim oleh seseorang?" tanya Denis menginterogasi.
"Iya memang aku dikirim oleh seseorang, yaitu asisten mu. Kata asisten mu, aku harus melayani mu dengan baik. Lagi pula semalam kamu yang langsung menarik ku masuk ke kamar tanpa bertanya siapa aku. Jadi itu bukan salahku. Sekarang ku tidak mau tahu, cepat bayar aku." pinta wanita itu dengan nada memaksa.
"Jika kamu tidak mau membayar ku maka jangan salahkan aku akan berteriak jika ada orang kaya hanya mau gratisan bermain dengan wanita panggilan." ancamnya menambahkan.
"Sialan, asisten siapa lagi. Jelas asisten ku sudah ku minta kembali lebih dulu ke Amerika." batin Denis kesal.
Tapi mau bagaimana lagi, jelas semalam dia telah menjalani wanita itu hingga pagi. Salahnya juga kenapa harus mabuk karena kesal menunggu Anne lama datang.
"Baiklah aku akan membayar mu. Tunggu sebentar." Denis masuk dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.
Tidak lama dia keluar lagi menghampiri wanita itu. "Ini bayaran untukmu. Aku rasa itu lebih dari cukup."
Wajah wanita itu berbinar melihat cukup banyak Denis memberikan uang dollar bercampur rupiah. "Nah coba begini dari tadi, aku tidak perlu repot-repot berteriak. Senang berbisnis dengan mu, tuan. Selain perkasa, kau juga kaya."
Setelah mengatakan itu, baru dia pergi dengan wajah berbinar. Sedangkan Denis menggelengkan kepala memandang kepergiannya.
"Kau juga sangat enak, sayangnya desahan mu kurang mantap. Bintang 3 untukmu." ujarnya lalu buru-buru masuk dan mengunci pintu.
Wanita tadi reflek berbalik arah dan memakai Denis. "Dasar bule campuran kurang ajar. Jelas-jelas aku yang bilang semalam jika desahanku sangat menggoda. Memang laki-laki lain di mulut lain dirasa."
Sedangkan dikamar, Sky baru saja terbangun dari tidurnya. Kepalanya sedikit pusing dan badannya terasa pegal. Dia mencoba mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Ahh kenapa aku harus melepaskan keperjakaan dengan wanita bayaran yang aku sendiri tidak ingat wajahnya." ungkapnya kecewa.
Sky menyalakan lampu di meja samping lalu menyebabkan selimut. Pandangannya langsung tertuju pada noda darah yang berceceran. Bahkan ada yang sudah mengering.
"Aku harus tanya pada Tom siapa wanita semalam. Apakah sudah dibayar mahal? Dia masih perawan dan sepertinya aku sangat keras padanya semalam." katanya semakin menyesali perbuatannya.
"Jika bukan karena Sonya, aku pasti tidak perlu seperti ini. Lihat saja, aku akan membuat perhitungan padanya."
Segera Sky menelpon Tom, asistennya.
"Halo Tom, kamu bayar mahal tidak wanita yang semalam menemani ku? Dia ternyata masih perawan."
"Bayar apa? Wanita itu mengatakan baru bayar jika sudah di pakai. Lagi pula dia sudah tidak perawan, Sky. Tapi memang bukan wanita sembarangan karena sudah ahlinya."
"Apaaa? Tapi wanita itu memang masih perawan, Tom. Meski aku dalam pengaruh obat, aku tahu dia belum pernah terjamah sama sekali. Ahhh masalahnya saat aku bangun juga sudah tidak ada dia."
"Aduh gawat, semalam aku tidak memberikan k0ndom untuk kalian. Jika semalam bukan wanita pilihan ku bagaimana? Jika dia hamil anakmu juga bagaimana?"
"Pergi malam pulang pagi, pantas kah seorang gadis seperti ini? Bikin malu keluarga saja."
Baru melangkahkan kaki masuk rumah, Anne disambut dengan kalimat sindiran yang dilontarkan oleh istri papanya.
"Aku tidak pernah ikut campur urusan orang lain. Tapi kenapa orang lain suka sekali ikut campur urusan ku ya?" Tanpa takut Anne menjawabnya dengan santai, bahkan mendekati mereka yang tengah duduk di depan sana.
"Begitulah kamu bersikap pada mama mu, Anne? Tidak bisakah kamu menghargainya?" Ares langsung menegur Anne, merasa putrinya tidak sopan dengan istrinya.
"Dia bukan mamaku. Mamaku hanya satu, Amira Rahayu Helton. Orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena mengetahui suaminya memiliki istri siri di belakangnya." ucap Anne dengan suara tegas. "Mau dihargai? 5 juta cukup kan. Nominal yang sama digunakan papa untuk menikahinya."
"Anne, jaga mulutmu." bentak Dea mendengar ucapan anak tirinya.
"Kenapa tante? Tidak terima dengan apa yang aku katakan? Ya sudah pergi saja dari rumah ku." usir Anne dengan wajah tersenyum puas. "Kalian itu menumpang disini, jadi bersikaplah sopan dengan tuan rumah. Jangan mencampuri urusan ku."
Dea berniat menjawab permata Anne namun Ares segera menarik tangannya. "Jaga sikapmu, Dea. Jangan buat Anne marah pada kita. Memang kamu mau hidup diluar sana dengan rumah sepetak?" Ares mencoba memperingatkan istrinya karena memang mereka tidak memiliki apa-apa.
Anne tersenyum melihat keduanya, lalu memilih pergi ke kamarnya.
Annelia Jelita Helton. Putri bungsu dari pasangan Ares dan Amira Rahayu Helton. Kakaknya bernama Adam Julian Helton, sudah memiliki keluarga kecil sendiri.
Semua yang dimiliki Anne, termasuk perusahaan adalah peninggalan mamanya. Amira memang keturunan orang berada yang kala itu jatuh cinta dengan pria biasa yaitu Ares. Demi di izinkan menikah dengan Ares, orang tua Amira memberikan syarat jika mereka memiliki anak harus ikut nama keluarga besar mereka yaitu Helton. Maka tidak usah heran jika nama Amira dan kakaknya tidak mengikuti papanya.
Rupanya syarat yang diberikan opa dan oma mereka bukan tanpa alasan. Mereka ingin melindungi harta keluarga agar tidak jatuh ke orang tidak bertanggungjawab. Hal itu dibuktikan dengan terbongkarnya perselingkuhan papanya bersama wanita lain.
Hampir 20 tahun menikah, ternyata Ares berselingkuh dengan cinta pertamanya bahkan menikahinya secara siri. Amira yang tahu hal itu mengalami serangan jantung dan meninggal dunia. Jelas itu pukulan berat bagi Anne dan kakaknya.
Setelah Amira meninggal dunia, Ares tanpa malu membawa Dea tinggal bersamanya. Tentu saja di rumah milih istrinya. Keputusan itu tentu di tentang oleh Anne, merasa papanya tidak berhak membawa siapapun tinggal tampa izin darinya.
Namun karena Ares tengah sakit keras, Anne masih memiliki hati karena bagaimana pun itu papanya. Dea juga di izinkan tinggal di rumah ini dengan alasan ingin merawat Ares. Namun siapa sangka parasit itu sering kali lupa diri, bersikap bak dirinya nyonya rumah. Jika saja Anne gadis yang lemah sudah pasti dirinya terusir dari rumahnya sendiri.
"Lihat anakmu itu, tidak pernah bisa menghargai ku sama sekali. Padahal aku ini istrimu, Ares." keluh Dea setelah Anne menghilang dari pandangan.
"Kamu sendiri yang memancing emosinya, sudah tahu bagaimana sifat Anne padamu. Kita harusnya bersyukur Anne masih mengizinkan tinggal disini. Berhentilah mencoba mengaturnya atau mencampuri urusannya." Jawab Ares kesal dengan sikap istrinya.
"Kamu itu selalu saja lembek pada anakmu. Disini kamu kepala rumah tangganya, Ares. Harusnya Anne yang tunduk padamu, agar gadis itu tidak menyepelekan aku." balas Dea.
"Dalam kartu keluarga memang aku kepala keluarga, namun jangan lupa kepemilikan rumah ini adalah atas Anne. Sepeserpun mendiang Amira tidak meninggalkan apapun padaku. Karena sejak awal orang tua Amira tidak mempercayai aku. Lihat nama belakang Anne dan Adam, apakah ada namaku? Tidak ada, Dea. Perusahaan dan kepemilikan aset lainnya juga atas nama Helton. Aku disini tidak punya apa-apa. Bersyukur Anne masih membiayai kebutuhan kita dan pengobatan ku. Jadi berhentilah memancing keributan padanya." jelas Ares cukup panjang lalu pergi meninggalkan Dea.
Ares jelas cukup tahu diri meskipun dia sangat kecewa saat tahu namanya tidak tertera dalam ahli waris. Tapi mau bagaimana lagi, sejak awal memang sudah diberitahu oleh mertuanya dulu. Terlebih dirinya berani berselingkuh dengan Dea hingga menikah siri.
Sayangnya Dea tidak berpikir demikian, hatinya telah dipenuhi rasa iri. Ingin menguasai semua yang telah ditinggalkan Amira. Tidak cukup merebut Ares, harta juga ingin dia rebut dari tangan Anne dan Adam.
"Sudah cukup aku bersabar dengan sikap anak-anak mu, Ares. Aku telah banyak mengalah pada mereka. Bahkan status pernikahan kita masih belum kamu buat secara hukum. Lihat saja, bagaimanapun caranya rumah dan perusahaan harus jadi milikku. Toh Amira kan istrimu, sekarang dia sudah mati maka biarkan kita yang mengurusnya. Bukan malah Anne, bocah sialan itu."
Dengan tekad bulat, Dea merencanakan sesuatu untuk melancarkan aksinya. Cepat atau lambat ia ingin semua berhasil di dapatkan.
"Jika memang harus melenyapkan nyawa Anne, aku akan tetap melakukannya." batin wanita itu sudah tidak memiliki rasa takut.
Sedangkan di kamar Anne bergegas membersihkan diri. Pakaiannya di buang ke tempat sampah karena merasa jijik mengingatnya.
"Haruskah aku mandi kembang tujuh rupa agar bisa menghilangkan jejak pria cabul itu." Anne menggosok keras tubuhnya sendiri tidak peduli kulitnya memerah.
"Sky, aku memang salah masuk kamar. Tapi tidak seharusnya kau melakukan itu padaku."
Anne terus mengoceh dan memaki Sky. Kejadian ini jelas melukai hatinya dan sulit untuk dilupakan.
"Aku sudah tidak perawan gara-gara dia. Jika tidak ada yang mau menerimaku, akan ku hajar Sky hingga burungnya tidak berfungsi sama sekali. Dengan begitu kita impas."
Di sebuah apartemen, Sky menonton rekaman CCTV yang di dapatkan oleh asistennya. Dia sudah memutar berulang-ulang video itu namun belum juga menemukan jawaban di otaknya.
"Kenapa wajahnya tidak asing. Siapa dia?" ujarnya kesal karena mendadak pikirannya kacau.
Wajar saja Sky tidak mengenai Anne karena gadis itu yang biasanya mengikat rambutnya dengan rapi, malam itu sebagai di gerai begitu saja. Belum lagi pakaian gadis itu sedikit terbuka di bagian pundak dan riasan tipis. Ini cukup jauh berbeda dengan penampilan Anne yang selalu berpakaian formal dan berdandan.
"Kenapa juga hanya ini rekaman yang tersisa? Rekaman dia keluar kamar tidak ada. Apa jangan-jangan dia yang menghapusnya?" kata Sky dengan curiga. "Jika memang dia, berarti gadis ini bukan orang sembarangan."
Sky melihat kepalanya yang mendadak pusing memikirkan orang yang tidur dengannya semalam.
"Ahh sialan, siapa dia sebenarnya?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!