NovelToon NovelToon

Sistem Kekayaan Keberkahan

1

...Happy Reading...

"Alfa, kapan kamu bayar uang spp lagi? Ini sudah 4 bulan kamu telat lho," ucap salah satu guru bernama Meli, sambil menatap Alfa dengan tatapan sedikit tajam.

Alfa terdiam sambil menundukkan kepalanya, ia sendiri bingung bagaimana ia membayarnya. Ia tidak punya uang yang cukup untuk membayar biaya sekolahnya, dan ibunya sedang sakit sehingga tidak bisa bekerja.

"Tapi Buk... saya... sekarang tidak punya uang, ibu saya sedang sakit beberapa bulan ini, tidak bisa membuat kue dan saya kerja serabutan yang cukup buat makan," kata Alfa dengan wajah sedih. Ia merasa bahwa dirinya tidak bisa membayar biaya sekolahnya, dan ia khawatir bahwa dirinya akan dikeluarkan dari sekolah.

"Tapi sekolah sudah memberi waktu 4 bulan lho, jika kamu tidak juga bisa membayarnya, terpaksa kamu di berhentikan sementara sampai kamu bisa membayarnya," kata Bu Meli lagi, sambil menatap Alfa dengan mata yang penuh simpati. Ia tahu bahwa Alfa sedang mengalami kesulitan, tapi ia juga harus mempertimbangkan kebijakan sekolah.

Alfa merasa bahwa dirinya sedang berada di ujung tanduk, ia tidak tahu bagaimana ia bisa membayar biaya sekolahnya. Ia ingin terus bersekolah, tapi ia tidak punya uang yang cukup.

"Tolong beri waktu saya waktu lagi untuk membayar spp buk, tapi... mungkin tidak bisa lunas selama 4 bulan, tapi saya berusaha untuk mencicilnya," kata Alfa, sambil menatap Bu Meli dengan mata yang penuh harapan. Ia tahu bahwa dirinya tidak bisa membayar biaya sekolahnya secara lunas, tapi ia berharap bahwa Bu Meli bisa memahami kesulitan yang sedang dihadapinya.

"Maaf Alfa, sekolah sudah berbaik hati sudah memberi waktu kamu selama 4 bulan ini, jadi pembayaran tidak bisa di cicil. Kamu harus melunasi uang sekolah atau kamu terpaksa di berhentikan sementara waktu," kata Bu Meli, sambil menatap Alfa dengan mata yang tegas. Ia tahu bahwa Alfa sedang mengalami kesulitan, tapi ia juga harus mempertimbangkan kebijakan sekolah yang tidak memungkinkan pembayaran di cicil.

"Saya harap kamu mengerti dengan kebijakan sekolah," tambah Bu Meli, sambil menekankan pentingnya kebijakan sekolah. "Karena... cuma kamu sendiri yang sudah lewat pembayarannya, sementara teman yang lain paling hanya nunggak satu bulan, bahkan ada siswa yang lain sudah melunasi selama satu tahun," kata Bu Meli, sambil menatap Alfa dengan mata yang sedikit menyindir. Ia sepertinya ingin menekankan bahwa Alfa adalah satu-satunya siswa yang memiliki masalah dengan pembayaran biaya sekolah.

Alfa merasa bahwa dirinya sedang dihakimi oleh Bu Meli, dan ia merasa bahwa dirinya tidak dihargai. Ia tahu bahwa dirinya tidak bisa membayar biaya sekolahnya, tapi ia berharap bahwa Bu Meli bisa memahami kesulitan yang sedang dihadapinya. Apakah ia harus meninggalkan sekolah?

Alfa tertunduk lesu, sambil menghela napas yang dalam. Ia merasa bahwa dirinya tidak punya pilihan lain selain mencari uang untuk melunasi biaya sekolahnya. "Baiklah Buk, saya akan mencari uang untuk melunasi uang sekolah saya," kata Alfa dengan suara lemah, sambil menatap lantai dengan mata yang kosong.

Bu Meli hanya mengangguk saja, dengan wajah yang kecewa melihat kepergian Alfa yang belum juga melunasi uang sekolahnya. Ia berharap bahwa Alfa bisa memahami pentingnya membayar biaya sekolah tepat waktu.

Alfa berjalan keluar dari ruang guru, dengan langkah yang lambat dan berat. Ia merasa bahwa dirinya sedang berada di bawah tekanan yang besar, dan ia tidak tahu bagaimana ia bisa membayar biaya sekolahnya. Ia berharap bahwa dirinya bisa menemukan pekerjaan yang bisa membantunya membayar biaya sekolah, tapi ia juga tahu bahwa itu tidak akan mudah.

Setelah keluar dari sekolah, Alfa berjalan menuju ke jalan raya, sambil memikirkan bagaimana ia bisa mencari uang untuk membayar biaya sekolahnya. Ia merasa bahwa dirinya sedang berada di persimpangan jalan, dan ia tidak tahu mana jalan yang harus ia ambil.

Alfa memilih untuk melangkah pulang dulu untuk melihat ibunya, baru ia memikirkan cara mencari uang sekolahnya. Karena dalam beberapa bulan ini, ibunya sakit, dan sakitnya itu semakin hari semakin parah. Ia khawatir tentang kondisi ibunya dan ingin memastikan bahwa ibunya baik-baik saja.

Saat kakinya melangkah kaki hendak pulang, ia di hadang oleh beberapa teman sekelasnya, mereka adalah Andi, Morgan, dan Lio.

Mereka bertiga berdiri di depan Alfa, dengan senyum sinis di wajah mereka. "Hey! Mau kemana Alfa?" tanya Andi sambil bercekak pinggang menghadang langkah kaki Alfa.

Alfa merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran mereka. Ia tahu bahwa mereka bertiga tidak suka kepadanya, dan sering kali mengolok-oloknya di sekolah. "Aku mau pulang," jawab Alfa singkat, sambil mencoba untuk melewati mereka.

Tapi Andi, Morgan, dan Lio tidak mau membiarkan Alfa pergi begitu saja. Mereka bertiga mulai mengolok-olok Alfa, dengan kata-kata yang kasar dan tidak sopan. "Kamu mau pulang? Ha! Kamu tidak punya uang untuk membayar sekolah, kamu pasti akan diusir dari sekolah," kata Morgan, sambil tertawa.

2

Alfa merasa marah dan sakit hati dengan kata-kata mereka. Ia tahu bahwa dirinya memang memiliki masalah keuangan, tapi ia tidak ingin diolok-olok oleh teman-temannya.

"itu adalah urusan ku! kamu tidak perlu ikut campur!" kata Alfa mencoba untuk melawan, sambil menatap Andi, Morgan, dan Lio dengan mata yang tajam. Ia tidak suka ketika teman-temannya mengolok-oloknya dan mencampuri urusannya.

"kenapa memangnya kalau kami ikut campur? Harusnya orang miskin seperti mu tidak boleh bersekolah, lebih baik kamu di rumah kerja buat cari makan!" ejek Morgan sambil tertawa merendahkan. Ia dan teman-temannya tampaknya menikmati situasi ini, dan mereka tidak segan-segan untuk melukai perasaan Alfa.

Alfa merasa marah dan sakit hati dengan kata-kata mereka. Ia tahu bahwa dirinya memang memiliki masalah keuangan, tapi ia tidak ingin dihakimi oleh teman-temannya. "Selama aku tidak minta makan sana kamu, kalian tidak berhak menghakimi ku!" kata Alfa tegas, sambil menatap Morgan dengan mata yang penuh kemarahan.

Morgan dan teman-temannya terkejut dengan reaksi Alfa. Mereka tidak menyangka bahwa Alfa akan melawan mereka dengan begitu tegas. "Oh, kamu pikir kamu bisa melawan kami? Kamu tidak lebih dari sekedar anak miskin yang tidak punya apa-apa!" kata Andi, sambil melangkah maju ke arah Alfa.

Alfa siap untuk menghadapi mereka, tapi ia tidak ingin terlibat dalam perkelahian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak akan diintimidasi oleh teman-temannya.

"Dengar-dengar ibunya sakit, kenapa nggak mati aja? Mereka orang miskin mana pantas hidup di dunia ini," ucap Lio tertawa lebar, sambil menatap Alfa dengan mata yang penuh ejekan. Kata-katanya yang kejam dan tidak berperasaan membuat Alfa merasa sangat sakit hati.

"Benar, lebih baik kamu ikut ibu mu mati sana, bumi ini kotor di pihak orang miskin seperti mu!" tambah Andi, dan mereka tertawa sepuas-puasnya. Tawa mereka yang keras dan tidak peduli membuat Alfa merasa seperti dirinya sedang diinjak-injak.

Alfa menjadi geram, ia mengepal tangannya dengan erat. Ia tidak bisa menahan amarahnya lagi ketika teman-temannya mengucapkan kata-kata yang begitu kejam tentang ibunya. "Beraninya kalian menyumpahi ibu ku mati!" amarah Alfa tak bisa terbendung lagi. Ia merasa seperti dirinya sedang dihantam oleh ombak kemarahan yang tidak terkendali.

Dengan mata yang merah dan napas yang terengah-engah, Alfa melangkah maju ke arah teman-temannya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia tahu bahwa dirinya tidak akan diam saja ketika ibunya dihina.

Alfa sekuat tenaga membalas mereka, sayangnya ia tak mampu untuk melawan ketiga orang itu, ia kalah jumlah. Mereka mendorong Alfa dengan sekuat tenaga membuat Alfa terjatuh ke tanah. Saat itulah ketiga orang tersebut menghakimi Alfa. Mereka memukul Alfa dengan sekuat tenaga hingga Alfa babak belur.

Meskipun dalam keadaan tak berdaya, Alfa berusaha untuk melawan meskipun pada akhirnya, perlawanannya sia-sia. Ia dikeroyok oleh mereka secara membabi buta. Alfa merasakan sakit yang luar biasa, tubuhnya dipukul dan ditendang tanpa ampun. Ia mencoba untuk melindungi dirinya, tapi kekuatan mereka terlalu besar.

Tiba-tiba, Alfa mendengar suara keras yang menghentikan keributan. "Cukup!" Suara itu terdengar tegas dan berwibawa. Ketiga orang itu berhenti memukul Alfa, dan mereka berbalik untuk melihat siapa yang telah menghentikan mereka.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak seorang bapak-bapak melihat ketiga orang itu memukul Alfa, sambil berlari menuju mereka dengan wajah yang murka. "Berhenti sekarang juga!" Tambahnya, sambil mengangkat tangan untuk menghentikan mereka.

"Beruntung kau kali ini, tapi kau tidak akan seberuntung ini," kata Lio sambil menendang Alfa dengan sekali lagi, sebelum mereka berlari untuk segera pergi sebelum di marahi oleh bapak tersebut.

Alfa masih terbaring di tanah, wajahnya babak belur dan terdapat luka-luka di wajahnya. Ia mencoba untuk bangun, tapi rasa sakit yang luar biasa membuatnya terhambat. Bapak yang telah menyelamatkannya itu berlari menuju Alfa dan membantu dia untuk bangun.

3

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya bapak itu dengan suara yang lembut, sambil memeriksa luka-luka di wajah Alfa. Alfa mengangguk, walaupun masih merasakan sakit, ia berusaha untuk tersenyum.

"Terima kasih, pak," Kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil menatap bapak itu dengan mata yang berterima kasih. Bapak itu tersenyum dan membantu Alfa untuk berjalan menuju tempat yang lebih aman.

Bapak itu merasa kasihan, ia memberikan minum kepada Alfa yang masih terlihat lelah dan sakit. Setelah merasa tenaganya kembali muncul, Alfa berpamitan untuk pulang. "Terima kasih banyak Pak, kalau begitu saya pamit dulu," kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil menatap bapak itu dengan mata yang berterima kasih.

"Mau bapak antar?" tawar bapak itu, merasa kasihan dengan keadaan Alfa yang masih terlihat babak belur. Ia tidak ingin Alfa berjalan sendirian dalam keadaan seperti itu.

"Tidak usah Pak, terima kasih banyak," kata Alfa menolaknya dengan lembut, sambil tersenyum sedikit. Ia tidak mau menyusahkan bapak itu setelah membantunya. "Saya bisa jalan sendiri, Pak," tambahnya, sambil memegang botol minuman yang diberikan oleh bapak itu.

Bapak itu mengangguk, walaupun masih terlihat khawatir. "Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan, dan jangan lupa untuk membersihkan luka-luka itu," kata bapak itu, sambil menatap Alfa dengan mata yang penuh perhatian.

Alfa mengangguk dan tersenyum sedikit, sebelum berbalik dan berjalan pulang. Bapak itu menatapnya hingga Alfa hilang dari pandangan, sebelum berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan.

Di perjalanan, tidak ada yang peduli padanya sekali pun wajahnya penuh dengan luka. Mereka yang melihat Alfa dengan perasaan curiga dan takut, seolah-olah Alfa adalah orang yang berbahaya. Orang-orang berlalu-lalang, tidak ada yang memperhatikan keadaan Alfa yang memprihatinkan.

Perjalanan yang memakan waktu lama itu, akhirnya ia pun sampai di rumah. Ia membuka pintu dengan kunci yang tersembunyi di saku celananya. Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat ibunya yang masih terbaring di atas kasur lusuh itu. Alfa merasa hati yang pedih, melihat ibunya yang sakit dan lemah.

Alfa mengelap wajahnya dengan sapu tangan, ia tak mau jika ibunya melihat wajahnya yang penuh luka itu. Itu akan menambah kekhawatiran pada ibunya yang sakit.

Ia ingin ibunya merasa tenang dan tidak khawatir tentang dirinya. Dengan hati yang berat, Alfa mencoba untuk menyembunyikan luka-lukanya dan memasang senyum palsu di wajahnya. "Ibu, aku sudah pulang," kata Alfa dengan suara yang lembut, sambil mendekati ibunya.

Ia berharap jika ibunya tidak melihat luka di wajahnya itu.

"Ibu, Ibu," panggil Alfa dengan lembut, sambil mendekati ibunya yang terbaring di atas kasur. Tapi Alfa melihat wajah ibunya pucat, ia menjadi sangat khawatir. "Ibu, ibu!" panggil Alfa, tapi ibunya tidak menyahut, membuat Alfa semakin panik.

"Ibu! Ibu!" panggil Alfa sambil memegang tangan ibunya. Tangan ibunya terasa dingin, tidak seperti biasanya. Alfa merasa ada yang tidak beres, dan ia mulai merasa takut. "Ibu, ibu!" panggil Alfa, detak jantungnya semakin cepat, ia merasa ada yang aneh pada ibunya itu.

Alfa meletakkan telinganya di dada ibunya untuk mendengar detak jantungnya, tapi ia tak mendengarnya. Ia pun memeriksa nadi di pergelangan tangan dan leher ibunya, tapi tidak ada denyutan lagi. Alfa merasa seperti terkejut, ia tidak percaya apa yang sedang terjadi. "Tidak, tidak mungkin!" Kata Alfa, sambil mengguncang-guncangkan tubuh ibunya. "Ibu, bangun! Ibu, jangan tinggalkan aku!" Panggil Alfa, sambil menangis.

Alfa merasa seperti dunia telah runtuh, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa menangis dan memanggil nama ibunya, berharap bahwa ibunya akan bangun dan menjawab panggilannya. Tapi, ibunya tetap diam, tidak bergerak, tidak bernapas. Alfa merasa seperti telah kehilangan satu-satunya orang yang paling ia cintai di dunia ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!