NovelToon NovelToon

Zhui Mei Sang Pewaris [Mystic World Universe]

Bab 1 - Kak Ying Dan Kultivasiku

Aku adalah seorang anak gadis yang masih berumur 6 tahun, yang harus menerima rasa pahit, bahwa orangtuaku telah bercerai.

Ayahku adalah seorang raja dari kota Emperor, namanya adalah Regis Crowley.

Berdasarkan dari apa yang aku dengar dari kakek, bahwa ayahku adalah pengendali iblis. Dan kekuatannya menodai keagungan klan Zhui, yang memuja makhluk gaib bernama Phoenix.

Hal ini aku percayai, dengan banyaknya motif burung suci ini di dalam kamarku.

Hari ini sangatlah tenang, ibuku mungkin sudah bangun lebih dulu daripadaku.

Bahkan dalam kamar dengan nuansa adat China ini, sangat begitu menunjukkan keagungan dari klan Zhui.

Setiap hari aku benar-benar dimanja... Bahkan untuk makan saja, aku hanya perlu duduk, dan semua pelayan melakukan gerakan untuk keperluan makanku, dan itu baru makan saja, belum fasilitas yang lain.

Yang paling aku tidak sukai adalah, berkultivasi.

Selebihnya, aku adalah keturunan dari pewaris kekuatan leluhurku.

Harta dan martabat saja belum cukup untuk bisa bertahan hidup di dunia ini, tanpa membela diri dengan kekuatan yang melebihi batas manusia biasa.

[Kultivasi Tingkat 1]

Aku hanya perlu memakan beberapa ramuan yang disediakan oleh beberapa pelayan.

Pelayanku bernama Ying Ying adalah seorang remaja gadis yang begitu anggun, dia selalu menggunakan baju putih dengan jahitan seperti bunga mawar di setiap ujungnya, lalu sebuah rok panjang warna merah yang sesuai dengan warna dominan dari bangunan istana ini.

"Apakah ramuan itu pahit nona muda?"

"Menyebalkan... Rasanya bikin aku muntah."

"Saya bisa ambilkan gula untuk nona muda."

"Tidak usah kak... Aku belum terbiasa saja."

"Oh iya, anda seharusnya tidak menyebut saya kakak."

"Kak Ying terlalu formal, anggaplah kita ini saudara."

"Demi kehormatan anda, saya hanya rakyat jelata."

"Sudahlah Kak, saya hanya suka kak Ying menganggap saya adik."

"Oh... Nanti saya akan minta izin pada kakek anda.."

"Itu bagus. Sekarang aku terasa memiliki seorang saudara."

Ketika itu juga, Kak Ying pergi dari kamarku, setelah itu aku mulai berkultivasi dengan segenap kekuatan.

...

Rumah adalah tempat yang sangat nyaman, ketika semua orang seisinya memperhatikanmu. Namun dalam istana ini, aku seperti dituntut untuk menjadi yang sempurna, berjalan dengan pelan dan tak boleh makan terlalu banyak. Kegemukan adalah sebuah aib bagi seorang ratu, karena itu dapat menunjukkan sifat tamak.

Setiap pagi aku harus berlari mengelilingi istana, suasana di sini memang sangat nyaman, karena banyak pohon rindang serta tempat bernaung.

Teriakan suara para prajurit yang belajar ilmu bela diri saat perpindahan gerakan, membuat sensasi yang tidak ada duanya, bahkan aku ikut sebagai orang termuda di depan kakek dan beberapa tokoh penting klan. Mungkin saja mereka menganggapku seperti seorang anak yang baru saja tahu gigihnya bekerja, bertahan hidup dan mempertahankan eksistensi.

Setelah selesai berlatih, kemudian aku sendiri minum susu yang disediakan oleh para pelayan di istana. Rasa roti yang pas juga mendukung tenagaku untuk pulih kembali.

Beberapa buku perpustakaan mungkin akan berdebu, jika tidak aku yang akan memasuki dan membacanya, karena sangat jarang sekali para prajurit atau pelayan yang ingin masuk ke sini, apalagi hanya sekedar untuk membaca hal yang seru.

Kisah para leluhur adalah hal yang seru untuk dibaca, tambah beberapa cara ilmu untuk meracik pil kultivasi.

Dalam istana ini kak Ying yang menemaniku kesana kemari.

Sepertinya aku punya beberapa pertanyaan tentang perasaanku yang dulu.

"Apakah kita sudah menjadi saudara dengan seizin kakekku?"

"Ya, kakek anda mengizinkan... Mulai sekarang saya akan memanggil anda sebagai adik."

"Wah, itu bagus."

Aku duduk sambil memandangnya.

"Tapi sebenarnya... saya tidak mengurangi hormat sebagai pelayan."

"Itu tidak masalah... Kak Ying, duduklah di sini."

"Baiklah Dik Mei."

Ketika itu juga, Kak Ying duduk bersebelahan denganku.

Bangku dan meja ini terbuat dari kayu, jadi sepertinya aku harus berhati-hati ketika kain milikku akan kusam terkena debu, secara perlahan aku memandang Ying Ying.

"Aku masih penasaran sejak umur berapa Kak Ying bekerja di istana ini?"

Ying Ying sepertinya berpikir tentang asal mula dirinya bisa akrab dengan sistem istana yang ketat ini.

"Mungkin ketika umur sembilan tahunan."

"Begitukah."

Sekarang Kak Ying sudah remaja. Tapi aku tidak ingin bertanya tentang umurnya.

"Aku sangat terkesan... Apa orang tua Kak Ying tidak khawatir tentang kakak yang tinggal di sini?"

"Tidak... Sebenarnya, orang tuaku sudah tidak ada."

"Maaf jika membahas ini... Tapi kenapa?"

"Mungkin agak sedikit rumit jika aku bercerita, tapi aku berhasil diselamatkan oleh kakek anda dalam peperangan ."

Sepertinya pribadi kak Ying mulai menarik, aku sangat ingin tahu lebih dalam. Karena tidak sembarang orang bisa bekerja di istana ini, kecuali dia punya kejujuran dan ketulusan hati tingkat tinggi.

...

Aku baru saja bangun dari tidur, kak Ying mengangkat tubuhku karena ada kekacauan di luar istana. Ibuku memerintahkannya untuk menjagaku agar terhindar dari pertarungan.  Kejadian ini cukup membuatku takut, bagaimana bisa istana yang indah telah dikacaukan oleh beberapa orang kriminalitas di luar sana.

Pada akhirnya ruang bawah tanah terbuka, Kak Ying duduk di sampingku karena ada beberapa yang harus beliau katakan.

"Kita harus segera meninggalkan tempat ini, apa pun risikonya."

Seorang berjubah hijau mendatangiku, dan dia adalah seorang peri.

"Cindy, jika aku menghambat penyelamatan Zhui Mei, aku mohon bawa dia bersamamu, jangan pikirkan aku."

Peri bernama Cindy seakan telah mengenal lama kak Ying, dan mereka di pihak yang sama.

Bumi berguncang karena sebuah ledakan, dan ini adalah akhir di mana kerajaan ini telah hancur berkeping-keping.

Sementara itu Cindy membuka ruang teleport untuk aku dengannya lari dari tempat ini.

"Apa kau tidak ingin ikut?

Cindy menanyakan itu pada kak Ying.

"Tidak akan, kemungkinan aku akan bertarung dan melawan para penjajah."

Peri ini menarik tanganku untuk menuju ruang teleport.

Dan aku menatap wajah kak Ying yang tersenyum, ''jaga dirimu baik-baik.''

Kedua kakiku telah menginjak ruang teleport, tetapi sebelum pintu teleport tertutup, aku melihat kak Ying terbungkus oleh puing reruntuhan.

Bab 2 - Bela Sungkawa Atas Meninggalnya Kak Ying

    Suara ledakan mengisi pendengaranku  ketika aku hanya merasa dipeluk oleh seorang peri yang dadanya cukup besar, bahkan aku tidak bisa melihat sekitarku karena aku tidak diizinkan untuk melihatnya.

"Apa yang terjadi?"

"Ini tidak mudah untuk diterima, sudahlah, pejamkan matamu."

Pelukannya semakin erat agar aku tidak bisa mendengar lebih jauh.

Aku yakin ledakan itu berasal dari kerajaan tempatku tinggal, istana kesayanganku yang telah hancur karena ledakan.

Setelah itu aku bisa melihat wilayah sekitar, tidak ada ibuku bahkan kak Ying dan kakek.

Tetapi aku merasa aman-aman saja, karena aku bertemu seorang peri.

"ternyata mama benar... peri itu ada. Bertemulah dengan mamaku ayolah temui dia."

"Kali ini beliau sibuk."

"Ternyata kamu adalah peri jahat!"

Aku menangis saja, bahkan tanpa menghiraukan apa pun.

"Hai, dengarkan aku bocah, kali ini ibumu sibuk dalam pertarungan melawan penjajah."

"Ah, tidak percaya!"

Sekarang aku memukul dadanya dengan sangat kencang.

"Kau hanya peri penjual diri dengan dada besarmu!"

"Bocah, kau nanti juga akan punya dada seperti ini!"

"Tidak akan, dada sebesar ini adalah kutukan bagi para wanita."

"Ini anugerah!"

"Kutukan!"

...

Setelah wanita peri bernama Cindy mencarikan buah apel di pegunungan, yang mungkin ini adalah apel liar yang cukup manis, aku memakan apel ini sambil duduk pada batu besar pada pinggir sungai yang teramat jernih.

"Kau tidak perlu khawatir, aku bukan penculik."

"Ah, aku cukup percaya itu, sekarang kau juga temannya kak Ying ya?"

"Ah, lebih tepatnya teman berburunya."

Sekarang aku mengerti satu hal, dia bukan orang yang akan meminta imbalan harta atau apa pun, tetapi dia berasal dari tujuan yang sama dengan kak Ying.

"Benarkah dirimu seorang pendekar?"

"Aku pendekar peri, kau bisa melihat telingaku yang lebih runcing ini bukan?"

Dia berdiri di sampingku, memperlihatkan telinganya.

"Betul juga ya, sekarang kau juga akan jadi pelayanku."

"Tidak, akan... aku hanya intelejen dari setiap desa, dan aku tunduk di bawah pengawasan klan Gara dan Zhui."

Mungkinkah yang disebut oleh Cindy adalah klan dengan orang yang hebat dalam ilmu kultivasi dan pemanggil, "Gara?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Bukannya klan Gara pernah ingin menyatu dengan klan Xun, melewati pertunangan?"

"Lah, kau tahu ya?"

"Ibuku yang cerita."

Cindy menghela nafas dan berkecak pinggang.

"Zhui Ja, sejauh apa kau menggosip dengan anakmu yang masih kecil ini."

Dua terdiam sejenak, melupakan hal sepele itu.

"Lagi pula kita harus bertemu dengan ibumu pada suatu tempat, tetapi... kali ini kita tidak akan menggunakan teleport."

Aku benar-benar berjalan dengannya di tengah hutan yang cukup rindang, haruskah aku menghela nafas juga?

...

Pada akhirnya sebuah gua telah kami masuki, di sana ada ibuku, seorang lelaki yang sebaya dengannya dan seorang gadis berambut warna biru muda. Perasaan khawatirku pada ibu tidak dapat terlukiskan lagi.

"Mama!"

Aku segera berlari hingga memeluknya, bahkan aku menangis.

Kerajaanku telah hancur, rumahku dan semua barang yang aku sayangi telah lenyap sekejap mata, tetapi ibuku lah satu-satunya yang telah selamat.

Setelah itu aku keluar dari gua itu, dan ternyata kakekku juga selamat bersama dengan para prajurit dan pelayan, tetapi beliau saat ini ada di dalam kereta kuda, beliau ternyata mengalami banyak luka-luka dan kelelahan, apalagi beliau masih dalam proses penyembuhan.

"Kakek tidak apa?"

"Wah cucuku, kakek tidak apa, apa pun itu kamu yang terpenting, kau harus selamat."

Ketika itu juga beliau mencoba untuk keluar dari kereta kuda dari kerajaan desa Mount Angel, yang mana beliau juga berterima kasih pada Cindy.

Kegelisahan masih ada dalam pikiranku, "dimana kak Ying saat ini?"

Pertanyaan itu mengejutkan beberapa orang, bahkan kakekku.

Semua orang berbela sungkawa, dan menunduk.

"Apa yang terjadi dengannya?"

Kakekku menyentuh bagian atas kepalaku, yang mana ini tidak biasa.

"Ayolah, pasti dia selamat."

"Sayang sekali."

...

Setelah 1 hari berlalu, Kak Ying bagaikan hilang dari benak semua orang.

Aku menyadari ternyata reruntuhan istanaku bagaikan terkena sebuah sihir, yang membuat benda atau apa pun menjadi debu.

Semua orang berdiri mengucapkan bela sungkawa, atas meninggalnya banyak prajurit yang membela desa ini... Termasuk Kak Ying, yang mana dia meninggal hanya untuk menyelamatkanku.

"Sayang, letakkan bunga itu."

Aku meletakkan bunga warna warni dalam satu ikatan tali yang terbuat dari emas, sesuai perintah ibuku "terima kasih Kak Ying, anda telah menyelamatkan hidupku, semoga anda tenang di sana dengan penuh kebahagiaan."

"Amin."

Aku mengikuti semua orang yang pergi secara perlahan menuju sebuah kereta kuda, untuk pergi ke tempat pengungsian untuk sementara waktu.

Bayangan Kak Ying masih teringat di pikiranku, saat kereta kuda melaju membawaku dengan ibuku.

"Kita tidak akan bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal, tetapi mereka masih hidup di dalam kenangan kita."

Aku mulai mengerti apa yang dikatakan ibuku, selebihnya itu sedikit membuatku menerima keadaan yang sulit ini.

Bab 3 - Harapan

       Aku akan lebih berusaha sebagai pendekar yang hebat, meski aku bisa memerintah beberapa orang untuk melindungiku, nyatanya kekuatan individual sangatlah penting untuk melindungi diri sendiri.

Guruku ada seorang ahli pedang dari desa Pretty Tymber, namanya adalah Han Zhenfeng.

Beliau melatihku dengan pedang kayu,

*Plok*

Hantaman itu telah berkali-kali mengenai pedangku, sejujurnya mencari celah seorang master pedang sangatlah tidak mudah.

Sudah tiga bulan aku dilatih oleh beliau, semenjak kerajaanku telah dihancurkan oleh para penjajah. Kekuatan mereka diatas rata-rata, yang mana ledakan dari jiwa seorang Dou Zoun dapat menghancurkan satu desa dalam satu detik.

"Jangan sampai lengah."

Aku ternyata lengah, guruku telah mementalkan pedang kayuku.

"Hai nak, jangan memikirkan apa pun, fokuslah dengan gaya bertarungmu."

"Oh, maafkan aku guru."

Aku segera fokus, tapi tetap tidak bisa.

"Aku mengerti, mungkin saat ini kamu sedang dalam masa ketidaknyamanan. Andai saja ibumu ada di sini, mungkin kau bisa lebih leluasa untuk berlatih."

Ibuku saat ini pergi ke sebuah medan pertempuran yang berada di kota Emperor.

"Tenang saja, beliau akan selamat, karena di sana hanya pertarungan pembagian wilayah."

"Oh, jadi tidak ada yang namanya saling membunuh."

"Itu betul... Mulai sekarang, fokuslah."

Aku segera melakukan serangan pada guruku, dengan begitu beliau mulai kewalahan.

"Ini bagus, teruskan."

Aku mencari cara, berlari ke arah kanan, mencoba untuk mencari cara selain dari apa yang diajarkan oleh beliau, dengan begitu aku bisa mendapatkan celah yang mudah.

Seketika aku segera menyerang dengan sekuat tenaga, beliau mundur karena seranganku mengenai bagian tangan kanannya.

Beliau hanya tersenyum.

Aku segera menendang pedang kayu milik beliau hingga terpental ke lantai.

Beliau kemudian tertawa.

Aku tidak meneruskan seranganku.

"Kau lulus."

Setelah sekian lama aku berlatih, kini guruku telah mengakuiku.

Beliau berdiri dan menunduk. Aku juga melakukan hal yang sama sepertinya.

"Ini adalah ujian terakhirmu, sepertinya tidak ada lagi yang aku ajarkan kepadamu.''

"Terima kasih guru."

"Tapi ingatlah, kekuatan bukanlah sesuatu yang bisa kita gunakan sembarangan, gunakan kemampuanmu untuk bisa melindungi dirimu dan orang yang sepatutnya kau lindungi. Tetaplah berada di jalan yang benar, jangan sampai kegelapan hati membunuh dirimu sendiri."

"Saya mengerti apa yang guru ucapkan. Terima kasih sekali lagi."

"Baiklah Zhui Mei, jika aku boleh tahu, apakah yang menguasai pikiranmu saat ini?"

Aku hanya terdiam dan duduk di samping sebuah guci besar.

Guruku juga ikut duduk di sebelahku.

"Saya sedih karena hancurnya istana dan... kematian Kak Ying."

"Oh... aku mulai mengerti itu."

Aku merinding sambil memeluk kedua kakiku.

"Inilah dunia yang penuh misteri, kadang tidak ada yang menduga... kau beruntung masih bisa selamat, orang-orang yang telah meninggal untuk menyelamatkan klan kita, semua akan dihargai dan semua keluarganya akan dijamin dalam penghidupan. Tenang saja."

"Tapi kak Ying berbeda, beliau sama sekali tidak memiliki keluarga."

"Memang, aku juga ikut kasihan."

"Beliau mati karena menyelamatkanku."

Beliau mengangguk.

"Seandainya ada cara untuk menghidupkan orang mati. Saya ingin melakukannya."

"Itu cukup gila dan belum pernah ada."

Aku memegang daguku.

"Dan itu hanya bisa dilakukan oleh seorang Dou Zoun."

"Bisa guru ceritakan secara detail?"

Beliau menyandarkan dirinya pada sebuah tiang dan mengambil seputing rokok.

Aku memperhatikan beliau.

"Itu seperti memindahkan roh pada tubuh baru, karena jiwa seorang Dou Zoun tidak akan hancur ketika ada seseorang yang berhasil menyimpan jiwanya dalam sebuah alam penyimpanan. Tetapi itu sangat beresiko, karena jiwa itu akan bisa meledak jika tidak ada yang cepat menyimpannya."

Aku berpikir bahwa guruku ini sangat punya pengetahuan yang cukup mumpuni.

"Kerajaan kita hancur karena ledakan dari roh orang yang setingkat itu, karena dia tidak ingin tubuhnya dijadikan sebagai wadah."

"Wadah?"

"Ya, tubuh itu akan bisa dimasuki oleh roh Dou Zoun lain, sebagai wadah untuk hidup kembali."

Ini semakin menjadi misteri untukku.

"Sedangkan untuk Kak Ying, sepertinya dia bukanlah Dou Zou... Jadi sayang sekali."

Aku berdecak karena merasa kecewa.

...

Karena merasa kecewa, aku segera berjalan di taman kerajaan Mount Angel.

Malam-malam begini, aku lebih suka berjalan santai mencari angin yang segar.

Mungkin bagi sebagian orang, anak-anak sepertiku tidak boleh keluar ketika larut malam.

Karena tadinya, aku keluar melewati jendela, dan tidak ada seorang pun yang menjagaku.

Jadi aku bebas bertindak sesuka hati.

Cindy saat ini berdiri di samping pepohonan yang cukup rindang.

Aku segera berjalan menujunya.

"Untuk apa berjalan selarut ini?"

Kemudian dia mendekat padaku.

"Pulanglah."

"Ah, aku tidak ingin ada di sini... Bibi Xun orangnya pemarah."

Cindy menghela nafas.

Karena baru saja aku berbicara dengan teman ibuku yang bernama Xun Yanran.

Ketika aku mencoba keluar dari kamar, dia sudah ada menghadangku.

"Anak-anak tidak boleh berjalan selarut ini."

"Saya di sini karena merasa bosan di dalam ruangan."

Cindy menanggapi perkataanku dengan sebuah sentuhan di atas kepalaku.

Aku merasa ini adalah sebuah persahabata, dan aku melihat sebuah kantung kain dengan aroma makanan yang nikmat.

"Ayo kita duduk di sana."

Ada sebuah danau yang diterangi sinar bulan yang cukup nyaman di mata.

Kemudian kami berdua duduk di samping danau, sambil menikmati bakpau isi daging.

Aku duduk pada sebuah kain yang telah disediakannya, suasananya cukup nyaman.

Dari kejauhan aku bisa melihat penjaga istana, mungkin mereka takut bahwa kami adalah musuh, tetapi setelah mereka lebih teliti melihat kami, ternyata mereka tahu bahwa kami adalah tamu di istana ini.

Cindy kemudian menyiapkan sebuah minuman rasa jahe pada cangkir terbuat dari bambu.

Rasa jahe ini cukup menghangatkan tubuhku.

"Apa kau merasa kesepian?"

Aku mencoba menyembunyikan perasaanku darinya, tetapi rasanya sulit bahwa aku sedang merindukan ibuku.

Dia memegang belakangku untuk kedua kalinya ketika aku menikmati bakpau isi daging sapi yang cukup nikmat.

"Mungkin iya."

"Tenang bukan hanya kau saja."

Aku menatapnya yang saat ini juga melihat bintang-bintang dengan warna bervariasi.

"Aku juga merasa kesepian, bahkan keluargaku pun sudah tiada."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!