NovelToon NovelToon

Hamil Anak Pak Dosen

HAPD_Bab 1

"Cepat masukkan jangan sampai ketahuan!" Arcel mengedarkan pandangannya kesekitar untuk memastikan jika tidak ada yang melihatnya.

Seorang pelayan pria dengan cepat memasukkan obat kedalam minuman, dan setelahnya ia membuang bungkus itu ketempat sampah.

"Ingat, jangan tertukar!" Titah Arcel dengan tatapan tajam.

Pelayan itu mengangguk patuh. "Baik Tuan," katanya dengan patuh dan Arcel berlalu pergi.

Seorang wanita baru saja datang setelah dari kamar kecil, Fayola mendudukkan bokongnya di sofa berbentuk lingkaran L yang terdapat beberapa teman kampusnya, hingga Arcel sang tuan rumah yang membuat acara datang menyapa mereka semua.

"Happy birthday man," mereka memberikan ucapan selamat pada Arcel yang baru bergabung, tidak lupa juga dengan Fayola atau biasa dipanggil Yola juga.

"Thanks sudah mau datang," Arcel terseyum tampan didepan wajah Yola di sambut dengan senyum cantik wanita itu juga.

Hingga pelayan bar yang membawakan minuman datang, mereka semua tampak bersorak melihat palayan datang membawa beberapa pilihan minuman yang bisa mereka cicipi dengan gratis.

"Untuk mu," Arcel mengambil minuman dari nampang, gelas yang sudah ia siapkan, lebih tepatnya pelayan tadi yang menyiapkan.

"Thanks," Yola menerimanya dengan senang hati, ia pikir minuman itu hanyalah sebuah minuman.

Arcel tersenyum menyeringai saat melihat Yola menenggak minumnya hingga setengah.

Semua tampak senang menikmati pesta yang Arcel buat, mereka yang suka berjoget langsung turun di atas lantai joget bersama banyaknya manusia di sana.

"Ayo Arcel, kamu harus ikut." Seorang wanita cantik berpakaian seksi dan minim menarik tangan Arcel untuk membawanya berbaur dengan orang-orang yang sedang berjoget.

"Yola ayo," Arcel ingin meraih tangan Yola tapi wanita yang manarik Arcel justru menghalangi dengan menarik tangan Arcel.

"Fayola tidak akan mau, dia tidak suka berjoget," kata si wanita dengan suara yang sudah mulai mengabur akibat meminum minuman alkohol.

Yola mengibaskan tangannya, kepalanya juga mendadak terasa berat dengan tubuhnya yang juga merasa semakin panas, entah apa yang terjadi Yola merakan aneh dalam dirinya.

Arcel yang ditarik paksa tidak bisa menolak, ia juga tidak bisa membiarkan wanita cantik dan seksi teman kampusnya ini sendirian, terlalu disayangkan jika menolaknya, dan untuk Yola Arcel akan mengurusnya nanti setelah puas dengan Catrin.

Merasakan suhu tubuhnya menjadi panas, Yola memilih beranjak dari duduknya, wanita itu menyambar tas miliknya dan berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri yang tiba-tiba merasakan gairah.

Meskipun tidak pernah bersentuhan intim dengan lawan jenis, tapi Yola adalah wanita dewasa yang berusia 21 tahun, ia juga tidak polos-polos amat. dalam dunia modern meskipun belum pernah bercinta tapi mereka sudah melihat beberapa vidio se*k.

Langkah kaki Fayola membawanya keluar dari bar, wanita itu sampai beberapa kali menabrak orang yang semakin membuat tubuhnya terasa aneh saat bersentuhan kulit, hingga sampainya di parkiran Yola tidak sengaja bersandar pada mobil yang baru saja terparkir.

"Sshhh, kenapa begini," Gumam Fayola sambil menyentuh tubuhnya sendiri.

Rasanya begitu gatal dan berkedut geli, Fayola rasanya tidak tahan ingin menggaruk area intinya di bawah sana, hingga seseorang berdiri didepannya saat tangannya hendak masuk dalam dress yang ia pakai.

Tatapan Fayola begitu sayu penuh gairah, membuat pria itu menaikan satu alisnya.

"T-tuan, tolong saya,"

Bruk

Fayola langsung melempar tubuhnya pada pria yang berdiri didepannya.

"Tuan... enggh." Fayola mend*esah saat tangan pria itu menyentuh wajahnya, rasanya begitu menggelitik semakin membuatnya tersiksa.

"Kau ingin aku menolongmu!" Suara bariton yang terdengar tegas itu memenuhi gendang telinga Fayola.

Wanita itu mengangguk, ia sudah tidak tahan dengan siksaan yang menderanya, rasanya begitu menyiksa.

"Hm, aku tidak tahan lagi," Fayola memajukan wajahnya dan meraup bibir pria itu, meskipun amatir tapi karena dorongan obat Fayola begitu antusias penuh semangat, tidak melepaskan kesempatan pucuk dicinta ulan pun tiba, niatnya datang untuk melepaskan hasrat pada wanita bayaran, tapi kini justru dirinya dihadapkan dengan seorang wanita yang meleparkan tubuhnya tanpa ia minta.

Pria itu membuka pintu mobilnya dan menarik tubuh Fayola untuk masuk kebagian kursi belakang, di mana tempat yang lebih leluasa dari pada di kursi depan. Ingin membawa kehotel rasanya sang wanita sudah sangat tersiksa tanpa bisa dicegah keduanya melakukan percintaan didalam mobil dengan minim tempat dan-

Fayola menjerit sudut matanya yang basah, sedangkan si pria begitu terpaku melihatsesuatu yang baginya mustahil, da*rah.

"Kau masih perawan?" Ucap si pria dengan tatapan senang, baru kaki ini ia mendapatkan pengalaman bercinta dengan gadis perawan.

"Shh, sakit tuan." Lirih Fayola tanpa menjawab pertanyaan pria yang sudah mengoyak keperawanannya.

Mendapat jekpot, pria itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikmati percintaan yang luar biasa nikmat ini, kini tubuhnya berpacu dengan cepat dan dalam saat merasakan sesuatu yang semakin memeluknya ketat.

"Tidak bisa, ini terlalu nikmat," pria itu terus merancau dalam setiap gerakannya, ternyata bercinta dengan gadis pera*wan begitu memabukkan tak terkira, berbeda saat bercinta dengan wanita bayaran, rasanya nikmat tapi tidak senikmat sekarang yang ia rasakan.

"Tolong lebih cepat..." tangan Fayola mencekram lengan pria yang menggagahinya, gulungan ombak sedang mendesak untuk di lepaskan.

"Tahan sebentar baby, keluar bersama," pria itu semakin cepat dan dalam melesakkan tubuh untuk mencapai.

Pria itu melupakan sarung pengaman dan melesakkan semua benih kecebongnya kedalam rahim Fayola yang terasa hangat, rasanya berlipat-lipat lebih nikmat dari bisanya.

Hingga tetes terakhir, pria itu baru melepaskan tubuhnya.

Pria itu tersenyum puas.

Tubuh Fayola terasa lemas, tapi rasanya sudah lebih baik dari sebelumnya, kesadarannya sedikit kembali hingga dirinya menyadari apa yang baru saja ia lakukan, Fayola merelakan keperawanannya dengan pria yang tidak ia kenal, dan itu semua karena jebakan obat yang Arcel berikan.

"Kau sungguh nikmat," Gumam pria itu yang kembali melumat bibir Fayola dalam dan menuntut. hingga gairah keduanya kembali datang dan kini mereka kembali melakukanya, jika pria itu dengan sadar lain dengan Fayola yang masih merasakan sisa reaksi obat perang*sang yang dia minum, dia tidak tahu siapa pria yang sudah membuatnya merasakan nikmat bercinta malam ini, tapi bagi Fayola ini adalah malam pertama dan terakhir untuknya, ia tidak akan mengingat kejadian yang membuatnya terjebak percintaan didalam mobil.

"Baby.."

Mobil yang bergoyang tak membuat orang yang melihatnya bersimpati, ini adalah tempat orang yang suka bersenang-senang terutama se*k, membuat mereka tidak peduli apa yang diperbuat.

Setelah dua kali mendapat pelepasan pria itupun terkulai lemas, berbeda dengan Fayola yang sudah tak sadar menutup matanya.

"So delicious." Gumam pria itu sambil mengusap peluh di kening Fayola yang sudah terlelap.

HAPD_Bab 2

Fayola membuka matanya yang terasa berat, tubuhnya rasanya begitu sakit membuat tulang-tulangnya rasanya ingin lepas. sinar matahari yang membuat matanya mengerjap dan terbuka, Fayola semakin membuka matanya lebar dan pertama yang dia lihat adalah ruangan bernuansa putih abu-abu.

Shhh

Fayola menyentuh kepalanya yang sedikit berdenyut nyeri, hingga saat ingin bergerak tiba-tiba merasakan tubuhnya terasa berat.

Sadar akan sesuatu yang menimpa perutnya Fayola menatap kebawah dan betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah tangan kekar sedang memeluknya.

"Siapa dia." Gumam Fayola sambil mengingat-ingat apa yang terjadi padanya.

Ingatan Fayola tertuju pada pesta yang dibuat Arcel, Fayola ingat ia hanya minum jus biasa tapi setelah beberapa saat ia mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya, hingga dirinya melemparkan diri pada pria yang tidak di kenal, Fayola ingat jika dirinya sudah bercinta dengan orang asing.

"Astaga, apa yang sudah aku lakukan."

Fayola menatap pugung pria yang tidur tengkurap, perlahan Fayola memindahkan tangan pria itu dan dirinya bergerak untuk pergi.

*

*

Dua hari setelah kejadian di bar yang berakhir tragis untuk Fayola, gadis itu kembali masuk kampus setelah megambil libur.

Bagaimana Fayola tidak megambil libur jika dirinya saja tidak bisa berjalan dengan benar, dan sialnya bagian intinya ternyata lecet.

"Mungkin yang memasuki ku, sejenis rudal balistik." gumam Fayola mengingat rasa perih dan sakit di area sensitifnya kemarin.

Fayola berjalan menuju kelasnya sebelum sebuah suara memanggil namanya.

"Yola, tunggu!"

Fayola menoleh, ternyata di Wilea yang memanggilnya.

"Kenapa kamu tidak masuk kemarin? Apa kamu sakit?" Wilea dengan penuh perhatian bertanya.

Fayola terseyum, sahabatnya ini benar-benar begitu perhatian.

"Aku hanya tidak enak badan sedikit, sekarang sudah jauh lebih baik." jawab Fayola dengan wajah tersenyum, meskipun hatinya merasa miris.

Meskipun se*k bukanlah rahasia di negaranya, tapi Fayola tetap saja tidak bisa bicara blak-blakan, tentang se*k yang dia lakukan.

"Bagus, kau harus sehat terus, kalau kamu sakit aku tidak ada teman lagi."

Fayola tertawa, "Hm, lagian siapa yang mau berteman dengan wanita gendut seperti kamu." Tutur Fayola dengan nada mengejek.

Wilea bukanya tersinggung justru tertawa.

"Sudahlah, kau hanya mengingatkan ku tanpa bisa membantuku untuk kurus."

Fayola ikut tertawa, keduanya berjalan bersama menuju kelas mereka yang akan di mulai beberapa menit lagi.

Didalam kelas Arcel yang melihat Fayola datang langsung mendekat, pria itu menatap Fayola dengan penuh minat.

"Yola, apa malam itu kau baik-baik saja?"

Sebuah pertanyaan yang akhirnya membuat Fayola mengangkat tangannya dan-

Plak!!

Suara telapak tangan beradu dengan kulit wajah Arcel menggema di dalam kelas itu, semua yang ada didalam tercengang melihat Fayola berani menampar Arcel, padahal pria itu yang sudah mengejar-ngejarnya.

Wajah Arcel memerah menahan amarah di matanya dengan tatapan tajam.

"Aku pikir kau tidak akan mengunakan cara kotor, tapi ternyata kau tak lebih dari seorang pecundang!"

Braak!!!

Arcel menggebrak meja dengan keras, wajahnya menegang dengan tatapan yang begitu marah.

"Kau!!"

Tangan Arcel mencekram dagu Fayola dengan kuat, membuat Fayola mendesis lirih.

"Jadi kau sudah menikmati rasanya jalang!" Arcel manatap Fayola dengan tajam, namun Fayola tidak takut sama sekali.

Bugh

Akkhhh

Arcel memegangi selakangnnya yang ditentang Fayola tiba-tiba, membuatnya sangat kesakitan. Yang melihat saja sampai menutup mulut mereka, betapa ngilu dan sakit yang Arcel rasakan saat pusakanya di tendang begitu kuat.

"Kenapa? Apa kamu penasaran dengan ku sehingga kamu menggunakan cara licik untuk memperdayaku? Sayang sekali seleraku bukan pria sepertimu, bahkan aku bisa mendapatkan pria yang lebih dari dirimu." Fayola terseyum remeh menatap Arcel, membuat pria itu begitu kesal dan terhina.

Fayola memilih pergi dan tidak mengikuti kelas, moodnya sudah berantakan dan tidak minat untuk ikut kelas.

Wilea yang melihat Fayola pergi hanya bisa menghela napas, sahabatnya itu suka sekali bolos.

Fayola menyusuri lorong kampus, tidak peduli jika semua mata tertuju padanya. Ia terus berjalan sampai di persimpangan tubuhnya tiba-tiba limbung saat menabrak tubuh seseorang.

"Maaf pak saya tidak sengaja." Sadar menabrak seorang dosen Fayola menunduk untuk minta maaf.

Keduanya berdiri saling berhadapan bedanya Fayola terdiam menunduk dan dosen yang menabraknya menelisik gadis didepanya.

Wajah Fayola mendongak dan tatapan keduanya bertemu dengan mimik wajah yang berbeda.

"Maaf pak saya tidak sengaja." Ulang Fayola lagi saat tidak mendapat jawaban dari dosen pria didepanya.

Dosen yang Fayola tahu baru satu Minggu mengajar di kampus.

Dosen pria itu hanya mengangguk, dan berlalu pergi membuat Fayola mendengus kasar.

"Dosen bisu." Katanya mengatai dosen yang irit bicara.

Fayola pergi ke roof top gedung hanya sekedar untuk bolos.

Ia masih kesal dan marah jika melihat wajah Arcel yang menjijikan di matanya. Tidak tahu apa salahnya sampai harus dijebak dengan obat sialan yang membuat dirinya terjebak dengan pria yang tidak dia kenal. Fayola benar-benar frustasi mengingat bagaimana dirinya terbangun dalam dekapan hangat seorang pria yang memiliki tangan kekar.

Saat duduk termenung dengan mata terpejam tiba-tiba suara pintu roof top terbuka dan kembali tertutup dengan sangat keras, itu berarti pintunya akan susah di buka.

Fayola langsung membuka matanya lebar, matanya melotot melihat dosen yang tadi ia tabrak kini berjalan kearahnya dengan tatapan tak terbaca.

"Mau apa anda datang kemari!"

Kedua tangan Fayola mengepal dengan keringat dingin, wajahnya menjadi pias dengan perasaan takut.

Calvin menatap gadis didepanya dengan tatapan mata tajamnya yang hitam pekat, seolah tatapan Calvin mampu menarik tatapan Fayola tenggelam ke dalamnya.

"Rupanya kau kuliah disini baby." Ucap Calvin dengan suara serak dan berat. Tidak lupa dengan seringai tipis dibibirnya yang membuat tubuh Fayola meremang takut.

"Nama ku bukan baby, anda salah orang."

Fayola hendak pergi tapi tangannya langsung dicekal oleh Calvin.

Pria itu tersenyum smirk dan dengan sekali sentakan membuat tubuh Fayola jatuh kedalam pelukannya.

"Kau melupakan malam panas kita dua hari lalu," bisik Calvin di telinga Fayola membuat tubuh Fayola menegang kaku.

"Kita menghabiskannya dengan bercinta berulang kali." Bisiknya lagi, kali ini Calvin membunuhi dengan jila*tan kecil di daun telinga Fayola membuat sekujur tubuh Fayola semakin menegang sempurna.

"A-anda." tubuh Fayola bergetar memikirkan kejadian malam itu, malam naas dirinya yang bercinta dengan pria yang tidak ia kenal. Dan ternyata pria panas itu adalah dosen nya di kampus.

"Kau mau mengulanginya lagi, aku rasa milik mu sudah-"

Dengan lancangnya bibir Fayola mengeluarkan suara yang membuat Calvin tersenyum menang, hanya dengan sentuhan jarinya gadis ini langsung bereaksi.

"Rupanya kamu sangat merindukan sentuhan ku baby." gumamnya dengan suara serak yang perlahan menghilang berganti dengan suara decakan bibir yang saling beradu.

HAPD_Bab 3

Fayola terduduk lemas dengan kedua tangan memeluk leher Calvin erat, tubuhnya bersimbah keringat setelah kegiatan panas keduanya beberapa saat lalu di rooftop.

Calvin menyibak rambut panjang Fayola yang basah menutupi wajahnya. Mata gadis itu terpejam dengan napas yang masih memburu.

"Kerja keras mu menakjubkan Baby,"Bisik Calvin dengan napas panas menerpa wajah Fayola yang berkeringat.

Mata Fayola terbuka, dan wajah tampan Calvin yang rupawan begitu nyata didepan mata.

"Tapi aku belum selesai...kau masih harus bekerja." Bisik Calvin dengan suara serak.

Fayola memejamkan matanya dengan bibir terbuka, saat kedua tangan Calvin menekan pinggangnya membuat sekujur tubuhnya kembali menegang.

"Berbaringlah," Calvin membaringkan tubuh polos Fayola di atas sofa tanpa melepaskan diri keduanya, mata Fayola mulai terpejam saat Calvin mulai menggerakkan tubuhnya.

"Ya tuhan, apakah aku berdosa jika menginginkan ini." 

"Begitu nikmat baby..." tangan besar Calvin bergerak sesuka hati, menyentuh bagian mana saja yang membuatnya senang melihat Fayola tersiksa dengan sebuah kepuasan.

"P-pak ahhh!" Fayola menjerit saat merasakan tekanan diri Calvin cepat dan dalam membuatnya merasa sakit namun juga melenakan.

"Milikmu membuat ku gila Fayola, mari bercinta sampai kau minta ampun!!"

*

*

Cuaca yang terang kini sudah berganti redup, dua orang yang sedang berbaring disofa rooftop tak menyadari jika hari sudah sore.

Fayola membuka matanya dengan bibir meringis, matanya menatap sosok pria yang masih menempel padanya. Dadanya terasa ngilu, bagaimana tidak jika Calvin seperti bayi yang sedang menyu*su tanpa henti.

"Enghh..pak lepas." lirih Fayola sambil menarik pelan tubuhnya agar terlepas dari bibir Calvin.

Merasa terusik mata Calvin yang terpejam perlahan terbuka, bibirnya terbuka melepaskan sesuatu yang membuatnya candu.

Terlihat sekali pucuk ranum itu memerah.

Dengan santai Calvin melu*mat bibir Fayola pelan namun dalam, hingga Fayola kehabisan napas barulah Calvin melepaskannya.

"S-sudah sore, aku mau pulang." cicit Fayola yang merasa malu dan gugup melihat dada bidang Calvin yang keras dan otot-ototnya yang kokoh.

Calvin langsung bangun, pria itu mengenakan kemejanya kembali setelah tadi hanya memakai celana.

Fayola hanya bisa menatap nanar pakainya yang berserakan di lantai, matanya menatap Calvin yang sedang mengancingkan kemejanya.

"Aku pakai apa? Bajuku sudah anda robek."

Calvin menaikkan alisnya sebelah, melirik lantai dimana pakaian Fayola yang memang sudah tergolek tanpa bentuk.

Merogoh ponselnya, Calvin menghubungi seseorang, sedangkan Fayola duduk meringkuk menutupi tubuh.

Tak lama terdengar pintu diketuk dari arah berlawanan, Fayola semakin erat memeluk kedua kakinya, dan Calvin berjalan menuju pintu.

Brak

"Yang anda minta tuan,"

Samar-samar Fayola bisa mendengar seseorang bicara.

Calvin menerima dan kembali menutup pintunya keras, berjalan sambil membawa sebuah paper bag, Calvin mengulurkannya pada Fayola.

"Pakailah!" Titahnya dingin.

Fayola menerima dengan ragu, malu tentu saja karena tubuhnya begitu murahan didepan pria seperti Calvin yang belum dia kenal.

Calvin memilih pergi, berjalan keluar meninggalkan Fayola sendiri.

Tidak ada Isak tangis seperti sebelumnya, kini Fayola sadar saat dirinya menikmati sentuhan Calvin sang dosen panas dan juga misterius.

"Murahan sekali tubuh ku ini," Gumamnya sambil memakai pakaian yang ternyata Calvin beri.

Setelah selesai dan cukup rapi, Fayola meninggalkan tempat bercinta selama hampir dua jam mereka menghabiskan waktu untuk berbagi peluh. Memastikan tidak ada jejak yang tertinggal Fayola pergi dengan jalanya yang sedikit mengganggu.

"Jika begini terus, aku tidak yakin jika milikku akan selalu sempit." pikir Fayola yang melihat seberapa besar milik pria tadi.

*

*

Fayola pulang dalam keadaan kelelahan, gadis itu berjalan menaiki tangga dengan tubuh sakit semua.

"Non baru pulang!"

Fayola menoleh kebelakang dan tersenyum, "Iya bik, Yola capek mau istirahat." Katanya sambil kembali melangkah lunglai.

"Bibik buatkan makan non!" teriak bibik dari bawah.

"Ngak usah, Yola ngak laper bik!" teriak Fayola dengan suara serak.

Fayola menghempaskan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya, memejamkan matanya dan secepat kilat bayangan percintaannya tadi menari-nari di kepalanya.

Fayola hanya menikmati saja, rasanya memang sedasyat itu ternyata.

"Sudah pulang rupanya, tuan putri!"

Fayola langsung membuka matanya saat mendengar suara tak asing baginya.

"Kak Lino! Sejak kapan di sana!" Fayola tampak terkejut.

Lino tersenyum smirk, "Sejak kau belum datang," Jawabnya santai.

Fayola langsung duduk dengan waspada, ia tahu jika kakaknya ini datang ada maksud tertentu.

"Bagi duit, lu udah dapat kiriman bokap kan." Tanpa basa-basi Lino meminta uang.

"Kak Lino juga udah papa kirim kan, kenapa minta Yola terus." Fayola menatap Lino kesal.

Mendengar ucapan Fayola, Lino tersulut emosi, tangannya meringsek dan menarik rambut panjang Fayola kuat.

"Akhh kak Lino sakit!" Fayola sampai meringis merasakan sakit di kepalanya saat rambutnya di tarik dengan begitu kuat.

"Lu ngak usah banyak bacot, kasih yang gue mau!"

Akkhh

Fayola menjerit saat tubuhnya dihempaskan begitu saja dengan keras.

Lino mengambil ponsel Fayola, "Transfer gue sekarang, kalau lu mau selamat." ancamnya dengan tatapan menakutkan.

Fayola yang terisak dengan tangan gemetar menuruti kemauan Lino, beberapa saat pria itu tersenyum senang melihat sejumlah uang masuk ke rekeningnya.

"Good, kalau lu nurut, lu bakalan aman." Katanya sambilan tersenyum sinis meninggalkan kamar Fayola.

Fayola menangis terisak, berulang kali ia diperlakukan seperti itu. Karena takut Fayola memiliki memberikan uangnya untuk Lino sedangkan dirinya hanya menggunakan uang sisa yang ada.

*

*

Calvin duduk di ruang baca dengan kepala bersandar dan mata terpejam, keduanya tangannya saling bertaut diatas dada.

"Ahh C-calvin aku tidak t-tahan arrghh!"

Bayangan wajah Fayola saat mencapai pelepasan begitu lekat di kepalanya, suaranya yang merdu wajahnya yang berkeringat semakin terlihat seksi, lekuk tubuhnya yang begitu indah hingga rasa miliknya yang begitu dahsyat.

"Akh sial!!" Makinya membuka mata sambil mengusap wajahnya kasar.

Hanya dengan membayangkannya celananya langsung sempit tanpa nanti.

"Fayola, kau harus menanggung semuanya." Gumam Calvin dengan senyum menyeringai.

*

*

Saat kembali menginjakkan kakinya di kampus, Fayola selalu teringat Calvin, dosen dingin dan misterius yang mereka lihat. Namun siapa sangka jika Fayola bisa merasakan hal yang mungkin sangat diinginkan oleh banyak wanita yang melihatnya, mereka hanya punya pikiran liar, sedangkan Fayola merasakan keliaran sang dosen yang begitu memabukkan.

"Yola, are you ok!" Wilea tiba-tiba muncul di saat Fayola masih bengong.

"Aku baik Wilea, jangan khawatir." balas Fayola sambil tersenyum.

"Aku pikir kamu kesambet tadi."

Fayola geleng kepala, "hari ini kelas siapa, aku lupa menyiapkan tugasnya." Fayola menatap Wilea dengan sendu.

"Bisa gawat Yola, ini kelas pak Calvin dosen killer."

"Hah," Tiba-tiba tubuh Fayola menengang saat mendengar nama Calvin di sebut, dan secara bersamaan matanya menangkap sosok tinggi rupawan dengan segala kesempurnaan yang dia miliki.

"Kenapa dia menatap kearah ku," Gumam Fayola yang tatapanya bertemu dengan tatapan Calvin yang berdiri di lorong kampus.

*

*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!