Hari ini Anniversary pernikahan Delia dan Danur yang ke 3 tahun. Jadi pagi-pagi sekali Delia sudah membuat cake kesukaan suaminya. Delia sudah tidak sabar untuk memberi kejutan pada suami tercintanya itu. Cake bikinannya sudah selesai di decor, Delia langsung memasukkan ke dalam kulkas sebentar. Lalu Dirinya langsung membersihkan diri.
Tak butuh waktu lama Delia sudah siap dengan dress terbaiknya. Simple dan make up yang natural. Delia berjalan ke Almari mengambil heels dan tas yang memegang 1 set. Tak lupa paper beg kado yang berisi jam tangan dan dompet keluaran terbaru merk Gucci. Aksesoris itu sudah lama di incar Danur, tapi belum bisa di beli mengingat harganya yang selangit. Delia menenteng paper bag Setelahnya Dirinya langsung keluar kamar menuju Garasi mobil.
Saat akan keluar pagar mobilnya berpas-pasan dengan Dimas. Delia berhenti sejenak dan keluar dari mobilnya. Bagaimanapun Dimas adalah adik iparnya, jadi tidak enak rasanya bila main langsung pergi saja tanpa ada basa basi.
"Mbak Adel mau pergi ya?" tanya Dimas sopan.
"Iya nih Dim. maaf ya Mbak mau nyusul mas mu dulu ke kantor." ujar Delia antusias sekali.
"Oh ya kamu kalo mau minum atau cake, tinggal ambil aja di kulkas. Kalo gitu Mbak pergi dulu" pamit Delia sambil masuk mobil kembali. Dimas hanya tersenyum dan mengangguk.
Delia langsung menjalankan mobilnya dan meninggalkan rumahnya. Sedangkan Dimas, dirinya mengurungkan niatnya lalu memutar mobilnya untuk pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat akan ke kantor sang suami, Delia memutuskan melihat apartemen mereka. Mereka memang membeli beberapa unit untuk di sewa kan. Selain itu juga Danur membeli untuk mereka pribadi. Delia belum pernah kesini karena Danur mengatakan Furniture belum terisi, jadi Danur ingin membawa Delia ke apartemen mereka saat semua barang telah lengkap.
Tapi Entah kenapa Delia jadi ingin melihat progres apartemen mereka. Dia pikir tidak ada salahnya juga, karena jika ke kantor pun saat ini masih pukul 11 siang. Otomasi para karyawan belum jam istirahat juga.
Delia segera masuk lift dan menekan tombol nomer 13. Tiba di lantai 13 Delia langsung keluar dari lift dan menuju unit mereka. Untung saja saat itu Delia minta satu Card lock cadangan, jadi jika kapan pun mau ke apartemen tidak perlu meminta card lock pada Danur.
Delia langsung membuka Pintu dan menuju ke Dapur, lalu membuat Kopi kesukaannya. Meski dalam hati heran juga karena ternyata apartemen mereka sudah lengkap, tapi Delia tak ambil pusing. Setelahnya Delia berniat masuk kamar.
Praaaaaankkkkk!!!!! Ke
Gelas yang berisi minuman itu berhamburan berkeping-keping di lantai. Delia menatap tak percaya pada kedua pasangan yang bermesraan di Apartemen miliknya dan sang suami.
"Kalian?!" Delia menutup mulutnya karena terlalu terkejut Delia rasanya seperti di hantam palu besar melihat sepupunya bercumbu dengan sang suami.
"De-delia?!" Mila terbata karena juga terkejut.
"Kalian mengkhianati ku?" tanya Delia masih lembut.
"Dan kamu mas! Kenapa kamu bermesraan dengan sepupu ku? Sejak kapan kalian bermain gila di belakang ku?!" pekik Delia sudah tak bisa menahan amarah yang membuncah di dadanya.
"Del, ini nggak seperti yang kamu pikirkan!" Mila mencoba menjelaskan.
"Diam kau jalang!" sentak Delia menuding Mila.
"Mas...." Mila memelas pada Danur dengan suara yang dibuat sedih.
"Cih!" Delia berdecih sinis mendengar suara manja Mila pada suaminya.
"Melihat dari cara kau memanggil suami ku, kalian berhubungan bukan baru-baru ini kan? Dan suara manja mu itu saat memanggil pria ini? Layaknya seperti jalang yang bekerja di club malam. Murahan!!" Delia menatap tajam kedua pasangan selingkuh itu.
Plakkkkkkk
"Mas!!!" pekik Mila tertahan, tapi dalam hati girang sekali.
"Tutup mulutmu itu Delia! Kau tidak berhak menghina Mila begitu. Dia akan menjadi madu mu karena saat ini sedang hamil" ucap Danur begitu mengejutkan Delia.
Delia terdiam, tak mampu mengucap sepatah katapun. Meski di sudut bibirnya memar dan sedikit mengeluarkan darah tapi Delia sama sekali tak berniat mengusapnya. Walupun sakit tapi sebisa mungkin di tahannya, karena hatinya lebih sakit saat ini. Dirinya juga tak ingin terlihat lemah di hadapan rubah betina dan pria pengkhianat ini.
Jelas hatinya sakit, mengetahui suaminya main gila dengan sepupunya saja dirinya shock bukan main, sekarang kembali mendapat kejutan yang lebih menggemparkan lagi. Selingkuhan istrinya hamil dan Dirinya harus di madu? Rasanya Delia ingin mengamuk saat ini. Tapi di urungkan,karena percuma mengamuk karena rumah tangga nya tidak akan kembali utuh juga.
Delia mengambil tas nya yang ada di sofa, tak menoleh Dirinya lalu keluar dari apartemen.
...
"Mas, bagaimana ini?" Mila terlihat cemas.
"Sudah, kamu tenang aja sayang. Biar mas yang menangani Delia. Mas yakin pasti Dia akan menerimamu sebagai madunya. Toh mas lihat selama ini Delia begitu menyayangimu" Danur mengelus mesra pundak Mila.
"Tapi mas, ini itu beda mas. Wanita mana yang mau di madu? Nggak ada. Apa lagi sahabatnya sendiri" ucap Mila lagi.
"Pokoknya kamu nggak perlu mengkhawatirkan soal itu. Biar itu menjadi urusan mas" Danur kembali mencumbui selingkuhannya.
Mila tertawa bahagia dalam hatinya. Akhirnya bisa merebut kembali mantan pacar sekaligus mantannya ini. Dari dulu Dirinya selalu merasa kalah saing dengan sepupunya itu.
.
Sedangkan Delia saat ini mengendarai mobilnya dengan pelan sekali. Pikirannya sangat kacau saat ini karena memikirkan nasib rumah tangganya. Dirinya juga masih tak menyangka jika orang ketiga yang merusak kebahagiaannya adalah sepupunya sendiri. sepupu yang tinggal bersama nya kecil hingga dewasa. Dan lagi, biaya sekolah dan biaya hidupnya di tanggung orang tua Delia. Ya, karena orang tua Delia termasuk orang berada.
Delia masih betah mengelilingi kota ini tanpa tau tempat tujuan. Dia juga belum mau pulang ke rumah karena takut di tanyai oleh iparnya. Delia pikir Dimas masih ada dirumahnya.
"Hem, lebih baik aku ke rumah mama saja" gunanya pelan.
Delia langsung menuju rumah orang tuanya. 25 menit kemudian Dirinya tiba di kediaman keluarganya.
"Non Delia, apa kabar?" sapa Bi inem pembantu keluarga Delia.
"Alhamdulillah baik Bi. Mama papa ada?" Delia celingak-celinguk.
"Ada non, kebetulan Tuan baru pulang dari luar kota dan baru mau makan siang. Ayo non!" Bi inem mempersilahkan Delia.
"Ah bibi, kayak sama tamu jauh aja" Delia menggandeng tangan Bi inem. Mereka memang lumayan dekat, karena Bi inem bekerja sedari Delia kecil.
"Sayang, ayo sini nak" Mama Desi beranjak menyambut anaknya.
"Mama" Delia menyalami mamanya.
.
.
"Apakah kamu punya bukti?" tanya Papanya
"
Hallo🤗🤗
Delia sudah hampir sebulan tidak pulang kerumah orang tuanya. Biasanya Dirinya dan Danur akan berkunjung setiap Minggu, terkadang juga menginap. Itu memang sudah menjadi keharusan bagi pasangan suami istri ini. Karena Danur juga setuju dengan rutinitas ini mingguan ini. Delia merasa beruntung sekali saat itu, karena tidak semua suami akan mau sering kerumah mertua apalagi menginap segala. Tapi kini Delia tidak kagum lagi, karena di balik sikap hangat suami nya itu mengandung kelakuan bejat.
....
Keluarga Delia baru saja menyelesaikan makan siang nya. Papa Delia langsung keruang keluarga, Mama Desi membuat minuman untuk sang suami. Sedangkan Delia mencuci piring kotor.
"Non, biar bibi saja yang mengerjakan semua ini. Non sebaiknya ke depan saja ngumpul sama Tuan dan Nyonya" ucap Bi inem merasa tak enak hati.
"Bi, Delia kan dari dulu memang sering bantu bibi, jadi nggak perlu sungkan dan nggak enakan begini" balas Delia masih lanjut membilas cucian piringnya.
"Mendingan bibi tolong masukin kue di box itu ke dalam wadah" Delia menunjuk dengan dagunya ke box kue.
Bi inem mengangguk, lalu mengambil wadah. Setelahnya langsung memasukkan cake ke dalam tempat bolu.
"Ini kok kayak cake ulang tahun. Kan non nggak ulang tahun to?" Bi inem heran juga karena Dia memang ingat tanggal lahir nona nya ini.
Sementara Delia hanya diam saja, Dirinya mengelap tangan dan menuju Bi inem.
"Ayo bi kita keruang keluarga." Delia membawa cake.
"Non duluan saja, bibi mau nyetrika dulu." pamit bi inem. Delia hanya mengangguk dan meninggalkan dapur menuju ruang keluarga.
Di ruang keluarga tampak Mama dan papa nya sedang menonton televisi sambil meminum teh. Delia langsung duduk di sebelah mama nya.
"Mama nggak ke toko hari ini?" tanya Delia, lalu meminum teh dari gelas mamanya.
"Dasar anak nakal!" Mama Desi mencubit gemas pipi anaknya, Delia terkekeh.
"Rencananya setelah makan siang, tapi karena anak kesayangan mama datang mama of aja deh" ucap mama Desi senang, Delia mencebikkan bibirnya.
"Oh iya, biasanya jika kamu ke sini pasti Mila ikut ngumpul juga. Kemana anak itu?" Heran Mama Desi.
Wajah Delia yang tadinya ceria lansung pias, tapi langsung di ubah ke setelah ceria kembali karena tak ingin mama nya curiga dan bertanya.
"Mungkin lagi sibuk di Boutique nya ma" jawab Delia.
"Kok mungkin sih? kayak nggak komunikasi aja kalian ini. Lagi berantem?" Mama Desi menatap menyelidik.
"Nggak lah ma. Tadi aku sempat ketemu di apartemen" Delia berusaha tersenyum, mama Desi hanya beroh-ria saja.
"Kamu nggak lagi berantem sama suami kamu kan sayang?" tanya mama Desi lagi, karena wanita paruh baya ini belum puas dengan anaknya.
"Ya enggak lah ma" jawab Delia.
"Ya siapa tau, kan tumben tumbenan kamu kesini di hari Danur kerja begini, sendiri lagi. Biasanya kamu kesini saat weekend dan berdua juga" mama Desi memang cerewet jika menyangkut anak mantunya.
"Ma, Delia itu anak kita. Masa harus nunggu saat weekend dan berdua suami nya saja baru main kesini." timpal papa Delia setelah lama diam. Mama Delia hanya memutar malas matanya.
"Sayang, mama ke belakang dulu ya. Mama mau minta ajarin pada inem bikin nastar jadul." mama Desi beranjak meninggalkan ruang keluarga.
...----------------...
💔
"Kamu ada masalah apa sama suami mu?" tanya papa Delia langsung.
Delia yang sejak tadi melihat buku-buku yang tersusun di rak ruangan kerja papa nya membeku mendengar serangan mendadak papa nya. Delia merasa tertangkap basah, dirinya memang tidak bisa bersembunyi dari sang papa. Yang jelas dirinya tidak akan bisa lagi berkelit dengan alasan lain, karena sang papa langsung menjurus pertanyaan ke masalah.
"Maaf pa. Mas Danur telah berkhianat" jawab Delia akhirnya, karena percuma berbohong papa nya tidak akan bisa di tipu.
Papa Delia terkejut mendengar menantunya berselingkuh, tapi dirinya tak semudah itu mempercayai ucapan sang anak. Dirinya tak ingin langsung gegabah juga.
"Apakah kamu punya bukti?" tanya Papanya.
"Pa, apa papa nggak percaya anak papa sendiri?" Delia memelas,.kali ini memang dirinya tidak ada.
"Baiklah. Siapa selingkuhannya?" tanya papa nya lagi.
"Mila" tegas Delia,.meski jijik Dirinya terpaksa menyebut nama rubah betina itu.
"Apa?! Maksudmu Mila sepupu mu?!" Papa Delia terkejut dan shock bukan main.
"Aku akan menggugatnya pa. Aku nggak bisa hidup dimadu, apa lagi saat ini wanita itu hamil" Delia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran.
"Ha?!" Papa nya jadi melongo karena shock luar biasa.
Baru saja mendengar menantu selingkuh dengan keponakannya, malah selingkuhannya itu atau keponakannya itu hamil dari suami anaknya. Orang tua mana yang akan menerima anaknya di perlakukan begini, apa lagi yang menusuk rumah tangga anaknya adalah keluarga sendiri. Tentu ada rasa geram dihati. Lama mereka berdua terdiam sampai akhirnya papanya kembali angkat bicara.
"Sebaiknya kamu pikirkan dengan matang. Kalau kamu terburu-buru menggugatnya mereka akan menang. Papa juga akan memperingati Mila, supaya meninggalkan suamimu" ucap Papa Delia akhirnya.
"Nggak ada yang perlu di pikirkan lagi pa. Wanita itu hamil, tentu mereka akan menikah. Dan aku nggak Sudi punya madu!" Delia sudah membulatkan tekadnya.
"Hufffttt... Jika itu memang keputusan mu papa tidak bisa memaksamu. Maaf ya nak, karena hubungan persahabatan papa, kamu kena imbasnya" sesal papa Delia.
"Papa nggak salah, jadi nggak perlu minta maaf. Aku keluar dulu ya pa mau lihat mama bikin kue" Delia pamit keluar, Sinatria hanya mengangguk saja.
"Kurang ajar kamu Mila. Orang tua dan anak sama saja! Sudah di rawat tidak tau balas Budi, malah menikam dari belakang!" batin Sinatria mengepalkan erat tangannya.
💔
"Ma, aku pamit dulu ya" Delia memeluk mama nya dari belakang.
"Kamu ngagetin mama aja nak" Desi memasukkan kue ke toples.
"Kok kamu buru-buru pulangnya."
"Maaf ma, Delia lupa ada janji sama mama mertua. Jadi dari sini nanti Delia akan mampir kerumah mama Sinta dulu." Delia menyalami mamanya.
"Oh ya udah, kamu hati-hati. Titip salam pada besan" ujarnya. "Bi tolong kue saya yang di panggang di keluarkan ya" Pesan mama Desi pada Bi inem, yang dijawab dengan anggukan.
"Aku pamit dulu ya bi. Kapan-kapan bibi main ya ke rumah ku" ucap Delia.
"Iya non, hati-hati." jawab Bi inem.
Kedua anak dan ibu itu menuju ke keluar rumah. Delia langsung masuk mobil dan menjalankan mobil meninggalkan kediaman orang tuanya. Delia melajukan kendaraannya ke arah Jakarta Utara menuju kediaman sang mertua.
Jangan lupa like dan komentarnya 🙏
Sesampainya di kediaman Orang tua Danur Delia disambut hangat oleh kedua mertuanya. Memang orang tua Danur sangat baik saat memperlakukan menantu mereka ini, apa lagi Delia adalah anak dari sahabat lama papa dari Danur. Selain itu sifat dan sikap Delia yang baik membuat orang tua Danur makin menyukainya, belum lagi Delia yang sangat pintar memanjakan lidah sang mertua.
"Sayang, kok kamu kesini nggak kasi tau mama. Kan mama bisa minta Ijum untuk beli makanan kesukaan kamu" ucap Sinta mama Danur. Saat ini mereka berkumpul di gazebo samping rumah dekat kolam renang.
"Delia sengaja nggak kasi tau mama, nanti malah malah repot lagi. Hem....." Delia menghela nafas berat.
Memang rasanya agak gugup mau mengatakan kebenaran ini. Jika pada orang tua sendiri mungkin lebih luwes, ini pada mertua. Tentu hati jadi tak menentu juga, takut akan reaksi mertua. Namun Sinta yang melihat wajah pias menantu nya bisa menebak jika ada hal penting yang ingin menantunya sampaikan.
"Ada apa nak? Kamu kok kayak mendam sesuatu begitu. Jika mau cerita, mama siap mendengarkan" ujar Sinta mengelus kepala menantunya.
"Sebelumnya Delia ingin minta maaf pada Papa dan mama" Delia menunduk dalam karena tak sanggup melihat wajah kedua mertuanya. Papa Danur yang asik membaca koran jadi salfok juga mendengarnya.
"Katakan!" timpal Wahyu lembut tapi tegas.
Delia menelan ludah kasar mendengar ucapan mertua yang dingin itu. Meskipun Wahyu terkenal baik pada anak mantu, tapi sikap tegas dan penguasanya jelas sekali terlihat. Bahkan ucapan singkatnya itu bisa membuat Delia mati kutu.
"Mas Danur telah memasukkan orang ketiga ke pernikahan kami Pa, ma" ucap Delia akhirnya.
"Apa?!" Sinta sampai berdiri mendengarnya.
"Kamu nggak bercandakan nak?! Tapi kan Danur begitu mencintaimu?" Ucap Sinta masih sulit percaya.
"Tapi itu lah realita nya ma. Bahkan aku melihat sendiri mereka bercumbu didepan mataku" balas Delia pelan. Miris sekali ketika membahas dan teringat cumbuan suami dan sepupunya. Jijik dan benci, itu yang Delia rasa saat ini.
"Ya Allah anak itu" Sinta tidak habis fikir. Dirinya malu dan kasihan sekaligus pada sang menantu. Delia begitu baik selama ini, tapi anaknya malah berkhianat.
"Apakah Dia masih berhubungan dengan masa lalu nya?" ucap Sinta lagi karena ingat sesuatu.
"Tebakan mu benar" timpal Wahyu.
"Pa, jadi kamu tau? Lalu kamu diam saja?!" Sinta tak terima menantunya di buat begini, apalagi mengetahui jika sang suami tau jika anak mereka berkhianat tapi suami malah seolah diam saja.
"Maaf Del, papa nggak bermaksud menyembunyikan ini dari kamu. Tapi yakinlah papa sudah meminta Danur meninggalkan selingkuhannya dan sudah mengecam wanita itu." ujar Wahyu menjelaskan, Dia tak ingin Delia salah faham.
"Apa papa mama tau siapa selingkuhan Mas Danur itu?" Delia tersenyum getir.
"Masa lalu nya nak, mantan pacarnya saat SMA" jawab Sinta tak enak hati.
Delia tersenyum miris, ternyata Sepupunya adalah mantan sang suami. Pantas saja keduanya terlihat sudah pro sekali.
"Delia akan menggugat Mas Danur." ucap Delia.
"Tidak ada perceraian di dalam keluarga kita!!" ucap tegas Wahyu.
"Iya nak. Apakah kamu nggak bisa memberikan kesempatan pada Danur. Papa mu pasti akan memarahi habis-habisan anak itu, jika perlu kami akan menghapus jabatannya." Sinta tak mau jika nanti Danur malah akan menikah lagi.
"Maaf Pa ma, tapi nggak ada istri yang mau di madu, sedangkan selingkuhannya sedang hamil. Dan ditambah selingkuhan mas Danur adalah sepupu Delia" balas Delia.
Memang tak ada lagi yang perlu di sembunyikan jadi Delia harus jujur saja, dari pada Dirinya di minta untuk bertahan dengan suami pengkhianat begitu. Jangankan untuk bermadu, membayangkan saat melayani suaminya saja rasanya begitu jijik sekali. Setelah menggauli wanita lain, nanti giliran Dia yang di gauli. Membayangkan itu semua sesungguhnya Delia tidak mau berbagi.
"Ja-jadi wanita itu hamil? Dan Dia adalah sepupumu?" Sinta kembali dibuat shock akan tingkah laku anaknya yang diluar batas sekali. Delia hanya mengangguk memaksakan senyumnya.
"Ayo lah Delia. Sekarang bukan rahasia umum lagi banyak pria yang bermain dibelakang istrinya. Beruntung Danur tetap menjadikan mu yang pertama dan utama. Banyak di luaran sana suami yang diam-diam berselingkuh, lalu saat ketahuan mereka malah menceraikan istri mereka." ucap Wahyu membuat Delia dan istrinya melongo tak percaya.
"Apa maksud kamu mas? Kamu membela anak tidak tahu diri itu dan malah menormalisasikan kelakuan anak mu itu?!" Sinta tak habis fikir dibuatnya. Bisa-bisanya suaminya memaklumi kelakuan keji putra mereka.
"Ma, bukan begitu maksud papa. Papa hanya ingin Delia bertahan, tidak menyerah dari sepupunya itu. Dengan bercerai Delia sama saja kalah ma" Wahyu memberi alasan yang masuk akal menurutnya.
Delia tersenyum sinis mendengarnya. Dirinya sudah bisa menebak jika papa mertuanya pasti tidak akan setuju Dirinya mengajukan gugatan. Entah apa yang dipikirkan pria paruh baya ini.
"Pa, aku sungguh berterima kasih dengan kepedulian papa. Tapi dengan menggugat mas Danur, bukan berarti aku kalah. Aku hanya menjauh dari hubungan toxic. Untuk apa bertahan tapi setiap hari makan hati" balas Delia.
"Wanita itu bisa tinggal ditempat lain nak. Kamu istri sah nya, Dia hanya akan jadi istri siri. Jadi kamu lah yang mengatur semuanya. Kita juga bisa menyembunyikan pernikahan mereka." tutur Wahyu berusaha membujuk sang menantu.
"Untuk apa menjadi yang pertama tapi bukan prioritas pa. Aku nggak akan bisa melayaninya seperti istri normal lagi. Semua nggak akan sama lagi. Maaf pa, tekad ku sudah bulat." Delia mengenakan tasnya kembali, lalu beranjak dari duduknya. Saat akan melangkahkan kakinya, Delia terhenti mendengar celetukan sang mertua.
"Sekali papa bilang tidak boleh maka tidak boleh! Mau dimana di taro muka keluarga Wahyu Wijaya jika kalian bercerai? Jika kamu berani menggugat cerai, maaf papa terpaksa akan menarik saham dari perusahaan papa mu. Dan, papa mu harus melunasi hutang pada keluarga ini!" tekan Wahyu mulai kelihatan sifat aslinya.
"Mas?!" Sinta melongo tak percaya.
Sinta sungguh berulang kali dibuat terkejut. Kali ini malah suaminya pula yang bertingkah. Dirinya ingin sang suami menegur dan memberi efek jera pada putra mereka, tapi malah sang suami seakan membela anak mereka. Sinta kira Wahyu bisa bersikap adil, karena yang salah tetap salah, meskipun anak mereka sendiri. Tapi nyatanya sang suami berbeda jalur dengannya.
"Papa mengancam ku?" Delia berbalik dan tersenyum miring.
"Nggak nak. Papa nggak mengancam mu, itu adalah cara papa mempertahankan hubungan suci kalian" ralat Wahyu.
"Suci?"
Jangan lupa tinggalkan jejak👍❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!