NovelToon NovelToon

ISTRI KANDUNG

Bab 1 : Pengganti

...🪞Selasa, 12 Agustus 2025🪞...

...Terbiasa dengan hidup pilihan orang lain, saat pilihan itu datang dan harus ditentukan sendiri, rasanya begitu bimbang dan terlihat amat bodoh....

..._LIONA BELROSE ALTAIR_...

...🥀...

...⚠️Warning⚠️...

...Ini hanya cerita fiksi dan latar tempat di dalam cerita ini juga saya desain sendiri. Tidak ada sangkut pautnya dengan tempat, daerah, kota, atau negara mana pun. Semua latar adalah hasil imajinasi saya sendiri....

...18+...

...Adult Romance...

...•WRITTEN BY VEBI GUSRIYENI•...

...🥀...

...🪞Altair Family🪞...

...🥀...

...🪞Ganendra Family🪞...

...🥀...

“Lepas, kamu bajingan.” Liona terus berontak saat Jedan, ayah tirinya terus ingin mencumbu dia.

Jedan mengunci kedua tangan Liona ke atas kepala dan menciumi leher gadis itu dengan sangat rakus.

Liona terus berteriak dengan kuat, berharap ada seseorang yang datang melindungi dirinya.

Kakinya terus menghantam tubuh Jedan tapi semua itu berhasil diatas dan Jedan kembali leluasa mencumbu anak tirinya tersebut.

Dengan sekuat tenaga, Liona menarik tangannya yang terikat di kepala tempat tidur dan mendorong kuat Jedan hingga pria paruh baya tersebut jatuh dari ranjang.

Sialnya, pintu kamarnya terkunci dan tidak ada kunci yang nyantol di sana. Liona yang panik meraih apa pun yang bisa dia gunakan untuk membuka pintu dan hasilnya sia-sia saat Jedan kembali menariknya ke atas ranjang dan mencumbunya lagi.

Kali ini pakaian Liona ditarik kuat oleh Jedan hingga menyisakan bra di bagian atas. Untungnya celana tidur panjang Liona masih bisa menutupi bagian bawahnya.

“Jangan, Pa. Aku nggak mau.” Liona terus memohon tapi pria itu seakan terserang penyakit tuli.

Jedan memegang wajah Liona dengan mencengkeram rahang gadis itu, ia ingin mencium bibir Liona.

“Gak mau cuih.” Mendapat ludahan dari anak itu, emosi Jedan langsung naik dan menampar wajah Liona berkali-kali hingga sudut bibir dan hidung Liona berdarah.

“Kau sudah aku besarkan selama ini, aku beri pendidikan dan aku jamin kehidupanmu tapi kau malah menolak untuk melayaniku,” geram Jedan lalu kembali melayangkan tamparan ke pipi Liona.

Liona tidak bisa berbuat banyak selain melindungi dirinya yang saat ini sangat terbuka di bawah sang ayah tiri.

Saat Jedan akan kembali menjalankan aksinya, ponselnya berdering dan itu panggilan dari rekan bisnis sekaligus sahabatnya.

“Kali ini kau aman tikus kecil, tapi lain kali, aku pastikan kau akan masuk dalam perangkapku,” kata Jedan memperingati.

Pria itu keluar dari kamar Liona dan dengan cepat Liona menutup pintu kamar serta menguncinya. Mendorong sofa agar menahan pintu, supaya Jedan tidak bisa masuk ke dalam lagi.

Liona berjalan dengan langkah gontai ke kamar mandi, membersihkan dirinya dari sentuhan liar yang dilayangkan oleh Jedan tadi padanya.

Air mata Liona menyatu dengan air shower yang membasahi tubuhnya kini.

“Aku mau pergi, tapi ke mana? Aku tidak mau meninggalkan Mama dengan keluarga ini, aku harus apa?” tangisnya dengan isakan kecil yang lolos begitu saja.

Selesai mandi, Liona rebahan di atas kasurnya dan tertidur. Sebelum itu, dia sudah mengganti seprai dan juga bedcover yang tadi sudah berantakan akibat ulah bejat Jedan.

Menjadi anak tiri bukan hal yang mudah bagi Liona. Samaira menikah dengan Jedan lima tahun yang lalu dan sejak saat itu, Liona selalu menjadi sasaran empuk pelampiasan nafsu birahi Jedan.

Tidak ada tempat untuk Liona mengadu, karena semua saudara tirinya yang laki-laki benar-benar membencinya. Hanya Aster yang tidak tapi gadis itu cukup cuek untuk menanggapi semua permasalahan rumah.

Sementara Samaira sudah berkali-kali diberitahu oleh Liona, dia seakan tutup kuping dan tak menanggapi aduan Liona mengenai Jedan.

...***...

Hari istimewa bagi dua keluarga besar akhirnya datang. Keluarga besar Ganendra datang membawa beberapa seserahan dan juga hadiah untuk Aster.

“Senang akhirnya kita bisa memperkuat hubungan ini dengan ikatan pernikahan. Saya berharap, kita bisa menjadi besan yang baik dan solid,” ujar Jedan penuh wibawa pada Gibran Ganendra.

“Saya juga berharap demikian.”

Galen, Tristan, dan Zion yang kini duduk berdekatan dengan Leander mulai buka suara.

“Aku pikir, kau tidak akan pernah menikah. Mengingat bagaimana kau menentang perjodohan ini, Lean.” Galen berbisik yang membuat Leander semakin kesal.

“Sampai kapan aku akan menolak? Seharusnya perjodohan ini untukmu, sialan,” balas Leander yang membuat Galen terkekeh.

“Aku sudah menikah, hanya saja kami sedang hubungan jarak jauh.” Leander tersenyum sengit pada kakaknya itu.

“Hubungan jarak jauh? Bukannya kau tidak direstui oleh orang tua kita?” ledek Leander.

“Daripada aku harus menikah dengan pilihan orang lain. Lebih baik aku menikah tanpa restu,” balas Galen.

Aster turun bersama dengan Liona menggunakan dress putih yang terlihat begitu pas di tubuhnya. Arsen dan Fabrizio menyambut tangan adiknya dan membawa Aster untuk duduk di tengah mereka.

Perbincangan dua keluarga mengenai pernikahan ini sangat membosankan bagi Aster, pasalnya, dia sendiri tidak mau dijodohkan begini.

Aster yang merupakan seorang model, masih ingin meniti karirnya dan belum siap untuk menjadi seorang istri. Sedangkan Leander juga memiliki prinsip yang sama, dia ingin mengembangkan bisnis sendiri tanpa ada wanita yang mengganggu hidupnya.

Saat penentuan tanggal pernikahan, Aster berdiri dari duduknya dan berkata dengan tegas, “Saya menolak perjodohan ini, maaf karena harus menyampaikan hal ini. Saya belum siap untuk menikah dan perjodohan ini sangat membuat saya tertekan sekaligus semakin membenci pernikahan. Saya mohon maaf sekali lagi, saya tidak ingin melanjutkan pernikahan ini.”

Semua orang yang ada di sana terkejut dan juga terhina. Karena Aster meninggalkan ruang keluarga setelah menyatakan penolakannya.

Leander tersenyum di balik semua kecemasan itu. Ini yang dia harapkan, pembatalan dari pihak wanita dan keluarganya tidak akan menekan lagi untuk pernikahan ini.

“Maaf, sekali lagi saya mohon maaf. Saya akan bicarakan lagi dengan Aster semua ini,” ucap Jedan yang kini tengah menahan malu.

Jedan, Arsen, dan Fabrizio menuju ke kamar Aster untuk membujuk gadis itu. Namun Aster masih bersikeras untuk tidak mau menikah dengan Leander sekarang.

“Keluarga Ganendra akan sangat terhina jika pernikahan ini batal. Ini tidak bisa terjadi,” kata Jedan panik.

“Bagaimana kalau Liona saja yang kita suruh menggantikan Aster? Mereka hanya ingin terikat pernikahan dengan keluarga kita dan status Liona tidak ada yang mengetahui selain kita, Papa.” Arsen memberikan ide pada ayahnya dan tentu saja disetujui oleh Liona.

Gadis 20 tahun itu dipanggil ke kamar Aster.

“Aku tidak mau menikah secepat ini, aku bukan keturunan dari Altair.” Liona menolak namun tangan Arsen sudah berada di rambutnya, menarik rambut itu dengan kuat hingga kepala Liona mendongak.

“Identitasmu sudah dilindungi oleh kami semua. Kau lupa huh? Papa sudah memberikan klarifikasi yang menyatakan bahwa kau adalah anak kandung dari Jedan Altair dari hasil pernikahan siri dengan ibumu. Jadi, dunia menganggap kau adalah anak dari Jedan Altair. Tidak ada salahnya jika kau menggantikan Aster dalam pernikahan ini.” Liona meringis ketika genggaman Arsen semakin kuat di rambutnya.

“Bagaimana kalau akhirnya aku ketahuan?”

“Itu resikomu, mau kau disiksa oleh mereka atau dibunuh. Kami tidak peduli.” Arsen mendorong kuat tubuh Liona hingga terjerembab ke lantai.

Setelah perdebatan panjang, akhirnya mereka semua kembali turun ke bawah tanpa Aster.

“Saya sebagai anak bungsu dari Jedan Altair bersedia menggantikan Aster dalam pernikahan ini. Saya menyerahkan hidup sepenuhnya pada Leander sebagai seorang istri,” ungkap Liona dengan lantang.

Kedua belah pihak akhirnya setuju dan pernikahan akan tetap berlangsung dihari yang telah ditentukan.

Leander langsung mendengus kesal. Kali ini calon istrinya cukup terpaut usia yang jauh dengan dirinya.

...🥀...

Bab 2 : Perjanjian Tak Tertulis

“Pertunangan akan dilangsungkan dua minggu lagi. Saya harap tidak ada lagi perubahan dan halangan sampai hari pernikahan tiba,” kata Gibran memperingati Jedan.

Semua keluarga setuju, Samaira menatap putrinya yang saat ini menunduk dengan tatapan sendu. Liona sendiri memiliki seorang kekasih di kampusnya dan hubungan mereka bisa dibilang sangat baik.

Sesekali Liona menghapus air matanya yang jatuh, tanpa disadari oleh siapa pun kecuali Leander.

“Saya ingin bicara berdua dengan Liona,” ujar Leander sambil mematikan cerutunya.

“Silakan, pergilah Liona.” Jedan berkata begitu lembut pada putri bungsunya itu.

Liona berdiri dan mengikuti langkah Leander dari belakang. Pria itu menuju ke halaman belakang dan berhenti di taman lalu mereka duduk berdampingan.

“Saya tau, ini bukan kemauan kamu. Kenapa kamu tiba-tiba mengajukan diri seperti tadi?” tanya Leander tanpa menatap Liona sama sekali, pandangannya lurus ke depan.

“Saya hanya ingin menjaga nama baik keluarga, apa yang dilakukan oleh Aster tadi adalah suatu penghinaan bagi keluarga anda.”

“Bagus juga pemikiranmu. Tapi sayangnya, saya bahagia dengan penolakan itu dan dengan kamu mengajukan diri sebagai pengganti, itu semakin membuat saya tertekan, Liona.” Leander menekankan perkataannya yang membuat Liona sedikit tersentak.

“Maaf. Tapi ... saya hanya melakukan apa yang menurut saya benar.”

“Benar? Hal itu atas kemauan kamu atau keluargamu?”

Mati. Liona tidak bisa lagi mengelak, cara Leander berkata pun sangat tenang dan tegas. Sulit baginya berbohong, apalagi Liona bukan gadis yang suka berbohong seperti itu.

“Kemauanku,” jawabnya singkat tanpa berani menatap Leander.

Leander tersenyum simpul lalu membakar kembali cerutunya, menghembuskan asap ke udara dan menoleh pada Liona.

“Kalau atas kemauanmu, kamu tidak akan menangis Nona Altair. Tidak perlu berbohong, katakan mengenai kehidupanmu dan aku akan mengatakan kehidupanku. Agar kita bisa saling terbuka dan pernikahan ini tidak menekan kita berdua.” Liona menoleh pada Leander dan menarik napas pelan.

“M-maksudnya?” tanya Liona gugup sambil memainkan jari-jari lentiknya itu.

“Aku yang mulai. Aku menerima perjodohan ini hanya untuk nama baik keluarga kita berdua. Dengan persatuan ikatan pernikahan, keluarga kita akan semakin kuat dalam hal bisnis dan lainnya. Aku tidak mencintaimu dan tidak memiliki orang spesial yang aku cintai saat ini. Bagiku, pernikahan ini hanyalah status dan aku harap, kamu tidak menaruh perasaan dalam ikatan kita,” tutur Leander yang mempersempit ruang gerak Liona.

“Bagaimana dengan rumah tangga kita?” tanya Liona akhirnya.

“Di depan banyak orang, kita suami istri dan di belakang semuanya. Kita masing-masing.” Liona mengangguk setuju, toh dia sendiri tidak bisa memaksa seseorang untuk bersama dengannya terus.

“Baiklah.”

“Ceritakan mengenai dirimu.” Liona kembali menunduk dan buka suara.

“Sama sepertimu, aku juga tidak mencintai kamu tapi aku memiliki kekasih. Namanya Narel dan kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Pernikahan ini atas kemauan papa dan saudaraku, aku hanya menuruti mereka karena tidak memiliki pilihan.” Leander menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi taman.

“Mari kita buat perjanjian menguntungkan untuk kita berdua.” Liona melirik Leander dan mengangguk.

“Setuju.”

“Setelah menikah, aku tidak akan membatasi hubunganmu dengan siapa pun. Kamu masih bisa berhubungan dengan Narel dan aku juga bebas. Aku tidak akan menekanmu sebagai seorang istri tapi kita bisa menjadi sahabat? Bagaimana?” Liona tersenyum lalu mengangguk cepat.

“Lalu bagaimana hubungan pernikahan? Tidak mungkin kita akan terjebak selamanya.” Leander memutar tubuhnya menghadap Liona.

“Pernikahan kita hanya akan berjalan selama lima tahun ke depan. Setelah itu, kamu bisa melayangkan gugatan cerai padaku dengan alasan aku sering melakukan kekerasan padamu. Itu jauh lebih masuk akal untuk seorang istri menggugat suaminya,” jelas Leander, hal ini sedikit terganggu bagi Liona.

“Tapi ... itu akan membuat namamu buruk,” balas Liona sungkan.

“Persetan dengan nama buruk, aku hanya ingin bahagia dengan hidupku, begitu juga dengan kamu. Apa pentingnya perkataan orang lain. Deal?” Leander mengulurkan tangan lebih dulu dan disambut hangat oleh Liona.

Mereka berdua saling tertawa setelah membuat perjanjian bodoh tersebut.

...🥀...

Liona dengan bahagia menyambut hari pertunangan dia dan Leander dua minggu lagi. Sore ini dia menemui Narel di kantor, untuk menyampaikan pertunangan dirinya dengan Leander.

“Narel sudah pulang dari tadi, Liona. Mungkin sudah di apartemen,” kata salah seorang teman kantor Narel.

“Terima kasih.”

Liona dengan hati sedikit gugup untuk menemui Narel. Dia sudah menyusun pembicaraan dengan Narel nantinya, dia akan menjelaskan semua secara terperinci mengenai hubungan dengan Leander nanti.

Liona sudah menghubungi Narel dari tadi namun tidak dijawab. Ia sampai di depan unit Narel dan menekan bel. Untuk beberapa saat tidak ada yang membuka pintu, Liona terus menekan bel sampai Narel membukanya.

Terdengar suara langkah dari dalam dan pintu perlahan dibuka. Liona membulatkan matanya saat melihat Aster berdiri di ambang pintu apartemen kekasihnya.

Aster juga sama kagetnya dengan Liona, dia tidak menyangka kalau Liona akan sampai di apartemen tersebut.

“Aster,” gumam Liona pelan.

“Kamu, ngapain ke sini?” tanya Aster yang terdengar bodoh di telinga Liona.

“Ini apartemen Narel, aku mau bertemu dia dan kamu?” Liona menatap penampilan Aster dari ujung rambut hingga ujung kaki, gadis itu hanya mengenakan bathrobe dengan rambut yang masih basah.

“Oh aku ke sini ada sesi pemotretan, kami butuh ruang privat untuk pengambilan gambar,” alasan Aster yang masih bisa diterima oleh Liona karena Narel sendiri seorang fotografer.

“Sayang, kenapa lama sekali? Siapa yang datang?” seru Narel dari dalam sana dan ia muncul dengan hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian penting saja.

Narel terkejut melihat Liona, gadis itu menahan laju air matanya.

“Sesi pemotretan apa sampai kalian mandi bersama begini? Aku bukan orang bodoh,” protes Liona lalu meninggalkan apartemen Narel.

Narel bergegas mengenakan pakaiannya dan mengejar Liona, menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dengan Aster.

Aster sendiri yang awalnya merasa kaget, kini terlihat santai seolah perasaan Liona tidak ada harga baginya.

Liona menangis di dalam mobil, kembali terbayang olehnya panggilan ‘sayang’ dari Narel pada Aster tadi.

Saat akan melajukan mobil, Narel datang dan mengetuk kaca mobil Liona, gadis itu menghapus air matanya lebih dulu dan membukakan pintu mobil. Narel masuk dan mengusap lembut pipi Liona, namun ditepis kasar oleh Liona.

“Kamu salah paham, Lio.”

“Salah paham? Aku rasa tidak. Jujur saja Narel, aku bukan gadis bodoh dan Aster kakakku.”

“Oke. Aku dan Aster memang berhubungan selama dua bulan ini, kami sudah tidur bersama tapi kami komitmen tidak saling mencintai,” jelas Narel yang membuat Liona tertawa.

“Komitmen apa begitu? Baiklah, aku datang awalnya memang untuk menjelaskan hubungan kita. Ini undangan untukmu.” Liona menyodorkan undangan pertunangan antara dirinya dengan Leander dua minggu lagi.

Narel merobek undangan tersebut. “Apa-apaan ini Liona? Lalu hubungan kita bagaimana?” bentak Narel.

Liona hanya tersenyum sinis dan keluar dari mobil, lalu membuka pintu mobil bagian Narel.

“Keluar, karena aku tidak mau seorang bajingan masuk dalam kehidupanku. Aku sudah menemukan pria terbaik yang jauh lebihnya dari kamu, Narel.” Liona melipat kedua tangan di dada dan menatap Narel dengan remeh.

Narel keluar dengan emosi. “Aku pikir aku yang bersalah, ternyata kau jauh lebih dulu mengkhianati aku, tidak masalah. Mari kita akhiri.”

“Oke. Kita berakhir Narel.” Liona mengitari mobilnya dan masuk tanpa menoleh lagi pada Narel.

Pria itu mengepalkan kedua tangannya karena merasa amat bodoh di depan Liona tadi.

...----------------...

...🪞LEANDER ARSALAN GANENDRA🪞...

...----------------...

...🪞LIONA BELROSE ALTAIR🪞...

Bab 3 : Pertunangan

...🥀...

...🎶Tere Vaaste X Sanam Re🎶...

...🦋 Jangan lupa baca sambil dengerin lagu India, biar samaan kita 🦋...

...🪞Rabu, 13 Agustus 2025🪞...

...🥀...

Malam ini terasa sangat tegang antara Liona dan Aster. Liona sendiri tidak ingin membahas apa pun mengenai Aster dan Narel tadi.

Liona memasuki kamarnya lebih dulu, seluruh keluarganya memutuskan untuk makan malam bersama sementara Liona memilih untuk sendiri di rumah.

Liona berjalan mendekati cermin, membuka baju yang dia kenakan lalu menatap tubuhnya yang dipenuhi oleh luka cambukan dan pukulan. Semua dia dapat dari Jedan, Arsen, dan Fabrizio.

Kesalahan sedikit saja bisa membuat dia dipukuli. Selama lima tahun ini Liona sudah terbiasa dengan sikap mereka. Bahkan dia selalu bersiap untuk disiksa jika merasa melakukan kesalahan kecil.

Kali ini tak ada lagi air mata yang ia keluarkan, yang ada hanyalah senyum pertanda sudah penuh dalam dirinya semua kemuakan hidup ini.

“Mungkin ini cara Tuhan menjauhkan aku dari semua yang menyiksa. Di saat semua orang hanya bisa menekan dan menyiksaku, Leander datang memberikan tangannya agar bisa aku pegang sebagai seorang sahabat. Bahkan kekasih yang aku cintai sampai hati mengkhianatiku.” Liona terkekeh kecil yang mana jelas di matanya ribuan rasa sakit.

“Liona. Selamat datang di kehidupan barumu, kamu bisa menjalani semuanya tanpa harus disiksa lagi.” Liona tersenyum lalu mengusap cermin yang memantulkan bayangannya lalu mengenakan pakaiannya kembali dengan baik.

Liona meraih ponselnya dan menghubungi Leander, ada hal yang ingin dia sampaikan pada calon suaminya itu.

Liona : [Aku minta waktumu sebentar besok, apa boleh? Ada hal yang ingin aku bicarakan.]

Leander : [Sekarang saja, saya akan jemput kamu]

Liona : [Baik]

Liona bersiap dengan pakaian terbaiknya untuk menemui Leander. Pria yang tidak dia cintai sama sekali namun mampu meluluhkan hatinya karena sebuah persahabatan yang ditawarkan.

Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Leander datang dengan pakaian formal, yang terlihat pria itu belum pulang ke rumahnya.

Liona menunggu di depan gerbang dan tersenyum saat memasuki mobil Leander.

“Baru pulang bekerja?” tanya Liona basa-basi.

“Ya begitulah, besok jadwal saya sangat padat dan kemungkinan tidak bisa menemuimu.” Liona mengangguk pelan.

“Kita bicara di sini saja,” ujar Liona.

“Saya lapar, makan dulu.” Liona kembali mengangguk dan mereka pergi menuju ke kafe langganan Leander.

Mereka memilih makan di rooftop agar lebih santai lagi untuk bicara.

Sembari menunggu makanan datang, Liona mengungkapkan apa yang ingin dia sampaikan pada Leander.

“Saya ingin menyerahkan diri sepenuhnya padamu, tanpa mematuhi perjanjian yang pernah kita buat beberapa hari yang lalu.” Leander mengerutkan keningnya dan menatap Liona tanpa menyela sama sekali.

“Kamu membebaskan saya dengan hidup saya, saya juga begitu. Pernikahan kita tidak akan mengikat sama sekali, tapi izinkan saya untuk melayani kamu sebagai seorang istri sampai kamu yang memutuskan untuk perceraian kita.” Leander memegang gelas di depannya dan memutar air yang ada di dalam dengan menggoyangkan gelas kecil itu.

“Apa yang kamu inginkan dariku?” tanya Leander secara langsung.

“Aku hanya ingin hidup tenang, nyaman, dan aman. Tolong penuhi semua itu dan sebagai gantinya, aku akan mengabdikan diriku padamu seutuhnya tanpa ada pria lain di hatiku.” Leander tersenyum lalu meneguk minumannya.

“Bagaimana dengan kekasihmu?”

“Aku rasa perkataanku sudah menjelaskan hubunganku dengan dia.” Leander mengangguk-anggukkan kepala dan melipat tangan di atas meja sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Liona.

“Seorang putri Altair meminta ketenangan, keamanan, dan kenyamanan padaku? Aku mengerti kemana arah pembicaraanmu itu. Aku setuju,” balas Leander yang membuat senyum di wajah Liona terukir indah.

Makanan yang dinanti akhirnya datang, angin berhembus cukup kuat hingga rambut Liona menyingkap bagian bahunya. Leander bisa memar di bahu itu, dengan refleks ia menyentuh bahu itu.

“Jatuh?” tanya Leander yang dibalas anggukan oleh Liona.

“Aku sangat ceroboh, ini hal biasa.”

...🥀...

Acara pertunangan sampai, secara resmi Gibran dan Jedan mengumumkan ikatan keluarga mereka. Tak ada yang bisa menyangkal kekuatan bisnis mereka saat ini.

Semua ucapan selamat dilayangkan pada Leander dan Liona. Hanya saja kebahagiaan itu tidak dirasakan oleh Arsen dan Fabrizio sama sekali. Mereka sangat ingin kalau Aster yang menjadi bagian dari Ganendra, tapi apa daya? Aster terlalu keras kepala untuk menerima semua ini.

Liona sendiri disambut dengan baik oleh keluarga besar Leander. Jelas terpancar di wajah Liona kebahagiaan saat ini, ber, beda ketika dia ada di tengah keluarganya sendiri.

Selesai acara, Liona diantar oleh Leander pulang ke rumah.

“Selamat malam calon istri, kalau perlu teman bicara lagi silakan hubungi aku.” Liona terkekeh dengan perkataan Leander.

Pria yang sangat dingin dan pendiam itu bisa dia jadikan teman bahkan sahabat.

“Selamat malam calon suami. Terima kasih atas semuanya,” ucap Liona yang dibalas anggukan oleh Leander.

Liona memasuki rumah, saat di pintu, dia kembali menoleh pada mobil Leander yang mulai menjauh dari rumahnya. Leander bisa melihat Liona dari kaca spion dan tatapan calon istrinya itu berubah menjadi sendu setelah kepergiannya.

“Kenapa dia seperti bukan bagian dari Altair? Sikapnya, wajahnya, hingga cara dia bersama Altair jelas menunjukkan bahwa dia tersisih sendiri,” gumam Leander sambil terus mengemudi.

Liona memasuki kamarnya sendiri, semua orang tampak sudah di dalam kamar masing-masing. Baru saja memasuki kamar, di sana sudah duduk Jedan dengan santai di atas tempat tidurnya.

Liona yang baru memasuki kamar langsung bergerak cepat menjauhi Jedan, tapi sayangnya, Jedan lebih cepat ketimbang Liona.

Gadis itu berhasil dia raih dan lempar ke atas ranjang hingga Liona terbaring. Jedan mengunci pintu kamar dan mematikan lampu, yang tersisa hanya cahaya dari lampu tidur.

Liona meraih ponsel yang terlempar tak jauh darinya dan membuat panggilan ke Leander.

Jedan dengan senyum iblis langsung mengungkung tubuh Liona.

“Kau akan menikah, aku hanya ingin menjadi orang pertama yang menikmatimu.” Dengan tidak tahu malunya Jedan berkata seperti itu sambil mencumbu Liona.

“Lepas, kau bajingan sialan.” Liona terus mendorong tubuh Jedan hingga dia bisa memukul kepala Jedan menggunakan jam beker di atas nakas.

Jedan memegangi kepalanya yang terasa sakit. Liona menggunakan kesempatan itu untuk kabur dan berlari keluar dari rumahnya sendiri.

Mau minta tolong juga percuma, tidak akan ada yang mempercayai dirinya saat ini.

Baru di pintu utama, Liona tidak sengaja menabrak tubuh Arsen hingga Liona oleng dan jatuh ke lantai.

“Aduh,” ringisnya pelan.

“Kau tidak punya mata hah?” bentak Arsen lalu menginjak kaki Liona.

“Sakit, Arsen. Lepas.” Arsen semakin menginjak kaki itu.

“Dia mau kabur dari pernikahan ini, bawa dia ke dalam kamar dan ikat.” Liona membulatkan matanya saat Jedan berkata seperti itu.

“Tidak, aku tidak mau kabur dari pernikahan ini. Aku hampir diperkosa olehnya, makanya aku lari.” Arsen yang pada dasarnya sangat membenci Liona tidak percaya dengan ucapan adik tirinya itu.

Dia menyeret Liona kembali ke dalam kamar, rambut Liona terasa hampir tercabut karena kuatnya tarikan dari Arsen.

Liona diikat di atas ranjang dan dicambuk berkali-kali hingga tak berdaya. Samaira yang menyaksikan hal itu hanya bisa diam tanpa berbuat apa pun. Liona menatap ke arah ibunya dengan penuh harapan agar sang ibu menolongnya.

Pintu kamar dikunci dan mereka membiarkan Liona berada di kamar dalam keadaan terikat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!