NovelToon NovelToon

Gulungan Ombak Cinta

Bab 1

[Awal Masalah Di Hari Pertama]

 

Musim panas telah tiba, tempat yang paling indah untuk destinasi liburan adalah pergi ke pantai. Sebuah resort di pulau pribadi telah membuka bisnis perhotelan mewah untuk wisata ombak panas. Biasanya yang datang kemari hanya orang kaya seperti artis, para pengusaha, direktur dan sebagainya.

Tempat ini sangat populer dikarenakan pada cuaca panas membuat para nelayan diuntungkan dengan hasil penjemuran ikan asin, kemudian mereka akan mengadakan festival musim panas tahunan sebagai tanda mensyukuri nikmat yang berlimpah dari alam.

Masyarakat di desa akan berpesta bahkan makan-makan bersama, bahkan pengunjung wisata juga turut diundang untuk bergabung dan bersenang-senang. Tidak peduli apakah mereka orang kaya atau orang biasa semuanya tidak memandang status.

Sementara itu, mendengar festival yang akan diadakan di kampung halamannya pada Minggu depan. Seorang wanita muda memutuskan untuk meluangkan waktu sebulan penuh dari pekerjaan dan pergi berlibur bersama sahabatnya. Mereka pun berangkat pagi-pagi dari kota menuju pulau.

Setelah menempuh perjalanan panjang seharian penuh, akhirnya mereka pun tiba di parkiran yang penuh dengan mobil mewah. Dari dalam mobil tampak kaki indah nan cantik melangkah keluar.

Wanita muda ini bernama Elissa Rostova atau dengan nama samaran Chai Tea, dia sudah sukses diusianya yang ke 22 tahun. Dirinya merupakan pemilik dari perusahaan perhiasan yang cukup besar di kotanya, semua itu modal dari sang kakak.

Sedangkan temannya bernama Cherry Gracia yang lebih tua satu tahun, ia lebih suka membuat konten mukbang di media sosial dan hidup sederhana. Soal makanan ia paling nomer satu, namun badannya tidak gendut, dia lumayan langsing.

"Aku sangat lelah, bagaimana denganmu?" Sapa Chai Tea pada Cherry yang juga baru saja keluar dari mobil.

"Buka matamu lebar-lebar! Apa aku terlihat lelah? Jangan samakan aku dengan dirimu, perjalanan ini tidak ada apa apanya bagiku." jawab Cherry, sedikit kencang, sambil juga mengeluarkan koper dari dalam bagasi mobil.

Dikarenakan Chai Tea kelelahan, keduanya sepakat untuk untuk beristirahat dahulu di kamar hotel sampai sekiranya badan kembali bugar, lalu mencari restoran makan, sebab perjalanan panjang melewati hutan dan laut luas.

Mereka mulai berjalan bersama menuju hotel sambil menarik koper milik masing-masing. Terlihat pulau yang dulunya dikelilingi hutan dan dijuluki sebagai tempat indah dengan seribu pohon kelapa, kini sudah lebih maju dan berkembang pesat di manapun terdapat gedung-gedung mewah menjulang tinggi.

Chai Tea begitu senang setelah lama tak mudik ke kampung halamannya, dan sekarang ia pulang sambil membawa Cherry.

Temannya tak suka berpergian jauh karena itulah Chai Tea kesulitan untuk mengajaknya pergi kemanapun bahkan baru-baru ini dirinya memutuskan berlibur ke Australia, tapi rencana itu pupus ditolak mentah oleh Cherry.

Padahal Chai Tea bisa pergi sendiri berkeliling dunia jika dia mau, namun ia tak bisa pergi sendirian karena hanya Cherry yang paling dekat dengannya.

Sifat Chai Tea yang sangat tengil dan tukang ceroboh selalu saja bertindak gegabah tanpa pikir panjang, sehingga menyebabkan masalah untuk dirinya sendiri maupun orang lain, membuat Cherry selalu merasa khawatir jika melepaskan pandangan darinya meskipun satu detik saja.

"Chai, aku ingat kamu pernah mengatakan kalau kakakmu pernah bekerja sebagai resepsionis di salah satu hotel di pulau ini, kan?" Tanya Cherry seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Benar, tapi itu beberapa tahun yang lalu, sekarang Zee sibuk bekerja diluar negeri hingga jarang pulang ke rumah untuk menemui adiknya sendiri." Balas Chai Tea, sedikit sedih karena sudah enam bulan lebih tak bertemu dengan kakaknya.

"Sudahlah! Berhenti memikirkan dia! Nikmati saja uang bulananmu sepuasnya." Bujuk Cherry sambil tertawa ringan.

Tibalah keduanya pada bagian kolam renang besar di taman hotel yang dipenuhi oleh orang-orang tengah berpesta. Dalam kericuhan itu tiba-tiba saja sesuatu menarik perhatian Chai Tea setelah memperhatikan dari kejauhan, Chai Tea dapat mengenali pria berjas hitam berada di pinggir kolam renang.

Dari belakang, terlihat bahu yang lebar dengan rambut berwarna merah marun, tak salah lagi dia adalah Zee. Chai Tea antusias berlari menuju sang kakak tetapi segera dihentikan oleh Cherry yang tiba-tiba saja menarik bajunya.

"Cher! Apa-apaan kamu? Lepaskan!" Chai Tea berontak kecil karena kebingungan.

"Chai, jangan gegabah dulu! Kamu tidak lihat dia sedang mengobrol dengan seorang wanita? Siapa wanita berkenakan bikini merat tua itu apakah kamu mengenalnya?"

"Apa? Jangan-jangan dia... Tidak mungkin wanita itu pacarnya kak Zee." Chai Tea menepis pikirannya sendiri.

Ia merasa tak percaya jika sang kakak menjalin hubungan tanpa memberitahunya apalagi wanita itu terlihat tua, tapi semakin dipergoki wanita itu tampak menggoda dengan berpenampilan seksinya, memperlihatkan lekuk tubuh yang begitu sempurna.

Jika dia adalah wanita memiliki rasa hormat, tak mungkin mau berpenampilan seperti itu untuk menarik perhatian publik. Sudah jelas bila dia penikmat brondong.

"Aku rasa dia kekasih gelap Zee. Sepertinya kakakmu sedang menjalin hubungan romantis bersama istri orang lain." Bisik Cherry, sedikit curiga.

Chai Tea terdiam, tapi ia tak akan diam saja dan menunggu karena itu bukalah dirinya. ia menyeringai disertai tawa jahat. Cherry langsung memprediksi apa yang akan dilakukan oleh temannya, tapi ia tak menghalau, membiarkan Chai Tea berlari menuju mereka berdua.

"Ayang Zee, aku merindukanmu!" Chai Tea berteriak lalu memeluk erat Zee.

"Hah? Chai, kenapa kamu kemari?" Zee kebingungan dengan keberadaan sang adik, apalagi tingkahnya bikin malu.

"Ayang, mengapa kamu tidak pulang ke rumah, aku sangat merindukanmu!" Dengan nada yang manja, Chai Tea tak mau lepaskan pelukan meski Zee mendorongnya.

"Ya ampun! Aku tidak percaya kalau kamu berkencan dengan gadis muda? Tapi kalian cukup serasi." Ucap si wanita sambil tersenyum kepada Zee yang begitu lengket dengan pacarnya.

"Siapa kamu?" Tanya singkat Chai Tea menatap si wanita, tapi bukannya membuat kesan baik ia malah menunjukkan ketidaksukaan dengan si wanita.

"Chai, kau ini tidak sopan! Ini Nona Sella orang terkaya di Eropa yang sangat berpengaruh. Kamu tidak boleh bertingkah seenaknya seperti itu!" Tegur Zee, lalu menjewer telinganya.

"Maaf Nona, ini adikku Chai Tea. Dia memang anak yang nakal." Ucap, Zee, menunduk tak enak pada Sella.

"Tidak apa-apa, Zee." Sahut Sella, tertawa santai.

"Halo Chai Tea, aku baru ingat Zee pernah bercerita sedikit tentang dirimu." Sapa sella kepada gadis itu.

Meski mendapatkan tingkah tak mengenakkan, Sella masih menyapanya secara ramah, lalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tetapi lagi dan lagi Chai Tea yang datar dan acuh membuat ia merasa canggung lalu menarik kembali tangannya.

bab 2

[Tingkah Yang Akan Menghancurkan mu]

Sella berusaha ramah walaupun hatinya gersang, ingin meledak saat itu juga di hadapan gadis tak tahu adab itu, tapi ia menahan diri, menekan gejolak amarahnya dan menganggap jika hal itu hanyalah kenakalan bocah remaja.

"Nama yang bagus, kamu mengingatkanku pada minuman chai manis yang sering aku minum di sore hari. Apakah kamu datang kemari untuk berlibur bersama temanmu?" Sekali lagi Sella mencoba mengobrol dengan Chai Tea tapi, gadis itu malah mengabaikannya.

"Kak, bisakah kamu jangan berhubungan dengan wanita seperti ini karena dia adalah iblis yang kejam." Bisik pedas Chai Tea ke telinga Zee.

"Chai! Jaga bicaramu!" Tegas Zee, suaranya pelan tapi tajam.

Tapi pembicaraan itu terdengar jelas oleh Sella, seketika ia langsung tersinggung dan murka disebabkan dirinya digosipkan seperti itu. Ia bersabar setelah mendapatkan ketidaksopanan berkali-kali dari bocah itu sampai hatinya mengkal hati dan tertantang. Tak ada senyuman lagi terlihat, hanya kerutan dahi terpampang jelas di wajahnya.

Tak ingin membuang waktu, Chai Tea menarik tangan Zee dan membawanya kabur menjauh dari Sella. Zee yang tak diberikan kesempatan untuk bereaksi, ia pun ikut berlari dengan keadaan bingung. Mereka pergi meninggalkan Sella tanpa sepatah kata.

"Chai! Apa-apaan kamu? Lepaskan!" Tegas Zee, berusaha menghentikan langkah.

"Diamlah! Nanti dia mengikuti kita." Sahut Chai Tea, menarik paksa.

Dalam keadaan naik radang, Sella tak mengerti mengapa dia dimusuhi tanpa kejelasan. Tapi kemudian ia mengingat bahwa ada seorang gadis yang juga tak punya sopan santun terhadapnya tak lama ini, Sella semakin yakin mengingat jelas bila keduanya adalah orang yang sama.

Dengan rasa kesal Sella mengepalkan tangan sambil menggertak kuat giginya, dalam benak yang dipenuhi akan amarah yang meledak-ledak bak gunung berapi. Baru kali ini ada orang yang berani dan tidak sopan terhadap dirinya, ia benar-benar tak terima.

Samar-samar terdengar mulutnya dipenuhi oleh kata kata yang mengutuk bagai seorang penyihir. Selama ini ia selalu dihormati dan dijunjung tinggi karena kekuasaannya sebagai Ratu Ombra Noir, semua orang takut dan tunduk tak ada yang berani menatap langsung matanya dan begitu taat mengikuti semua perintah darinya.

Tetapi sekarang dihadapannya telah lahir seorang bocah yang masih mengkal pikiran tapi sudah berani memperlakukan dirinya bagai jalang yang hina. Ia tak akan segan-segan membalas perlakuan itu dengan pelajaran yang tak akan pernah bisa dilupakan oleh Chai Tea di semur hidupnya.

"Chai, liburanmu akan berubah menjadi neraka yang mengerikan, tunggu saja!" Gumam pedas sella.

Tatapan tajam tersorot ke arah mereka yang sudah pergi jauh membuat kemarahan hati yang meluap-luap.

Sementara itu, Cherry masih berdiri diam di sana memperhatikan gerak-gerik wanita itu dengan gelagat aneh, ia merasa ada yang tak beres dengan tingkah Sella yang terus-terusan komat-kamit dan bergumam tak jelas sendiri bak seorang dukun yang sedang membaca mantra, menyantet target dengan lirikan membunuhnya.

Hingga Sella pun akhirnya sadar bila dirinya sedang diperhatikan oleh seseorang. Ia mengerling keras pada Cherry, membalas lirikan gadis muda itu dengan tatapan geli, memandang sekejap penampilannya yang hanya mengenakan kaos hitam pendek seperti seorang cowok.

Sella mengerutkan keningnya, memandang remeh, seperti melihat sesuatu yang menjijikan.

"Apa-apaan penampilanmu itu, aneh sekali." Sindir Sella secara terang-terangan.

"Anak muda jaman sekarang memang begini semua."

Sella menargetkan gadis muda itu sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kekesalan dan rasa malu setelah ditinggalkan pergi. Tapi tak pernah duga jika Cherry bukanlah gadis lemah ataupun manja seperti Chai Tea yang bisa diolok-olok.

"Apa maksud ucapanmu, nenek tua? Daripada mengurusi penampilanku lebih baik sadari dirimu dahulu yang terlihat seperti wanita simpanan!"

"Dasar jalang kunti merah, jangan sampai aku melihatmu lagi!" Balas sinis Cherry, memicingkan mata pada dadanya yang hampir keluar dari bra merah tua.

"Apa?" Sella terkejut, tak bisa berkata lagi.

Daripada berdebat tak jelas seperti orang gila, Cherry memilih meninggalkan pergi wanita itu sambil menarik koper milik Chai Tea bersamanya. Lagi-lagi terdengar samar-samar suara dari Sella yang terus-menerus mengomel tidak jelas dari belakang.

"Apa-apaan dia? Awas saja aku juga akan memasukkan mu ke dalam daftar hitamku!" Ancam Sella sambil berkacak pinggang.

Sebaliknya, Cherry sama sekali tidak memperdulikan ucapan Sella sebab dirinya saat ini sedang liburan bukan untuk mencari masalah dengan orang tak sehat. Lagipula ia tidak terlalu mengerti pemikiran orang kaya yang hanya memikirkan tentang kehormatan.

Saat dilihat dari tingkah Sella yang mencurigakan, Cherry yang berpengetahuan luas di dunia kriminal dengan mudahnya menyimpulkan bahwa Sella bukanlah golongan orang kaya biasa pada umumnya, kemungkinan besar dia merupakan kelompok penjahat internasional.

Jika tebakannya benar, berarti akan sangat berbahaya untuk Chai Tea. Cherry menjadi sedikit cemas sebab temannya yang tengil itu telah membangunkan kemarahan si kunti merah seperti bara api.

 -----

Setelahnya, di ruang tunggu lobby hotel tampak resepsionis sedang mengurus perpesanan kamar untuk tamu. Sementara itu Chai Tea terlihat gelisah saat duduk bersebelahan dengan sang kakak, berkali-kali ia memalingkan pandangan sebab tak berani melihat ke samping.

"Aduh... Kakak kalau lagi marah seram banget."

"Uang jajanku dipotong tidak ya?" Decak Chai kamu, dalam benak.

Di sebelahnya, Zee masih memendam kekesalan akan tingkah adiknya. Terus-terusan memelototi tanpa henti, ia ingin agar Chai Tea melihat kemarahannya yang telah menumpuk bagai lava di dalam gunung berapi.

"Apakah kamu tidak takut matamu akan copot?" Ucap Chai Tea, sedikit bercanda untuk mencairkan suasana.

"Kelakuanmu tadi sangat keterlaluan seperti orang yang tidak berpendidikan, aku tidak pernah mengajarkanmu perilaku seperti itu."

"Setelah ini aku akan meminta maaf pada Nona Sella atas tingkahmu yang kurang mengenakkan itu." Omel Zee, menahan geram.

"Kenapa kamu yang meminta maaf? Lagipula dia bukanlah atasanmu, jadi tak sepantasnya berhubungan jika tidak penting."

"Terlebih lagi wanita itu yang memulainya lebih dulu, hingga aku terpaksa ikut campur." Jelas Chai Tea, memonyongkan bibirnya, menukik alis.

"Apa maksudmu? Pernah ada konflik diantara kalian berdua?"

"Oke, aku akan menjelaskan semuanya, tentang bagaimana bisa aku dan si nenek itu bermusuhan."

"Tapi kakak harus janji agar tidak dekat-dekat lagi dengan dia." Pinta Chai Tea, memandang yakin.

________

Kejadian ini bermula tiga hari yang lalu ketika Chai Tea dan Cherry baru saja memasuki area perkampungan di pinggiran kota yang akan melewati perbatasan kabupaten, sekitar jam sebelah dini hari.

Chai Tea sempat mendapatkan sebuah undangan beberapa hari lalu dari komunitas mobil balap liar yang akan diadakan secara ilegal di daerah kawasan pegunungan.

Tamu penting yang diundang secara khusus ialah dirinya sebab Chai Tea merupakan seorang rider yang sudah terkenal dikalangan dunia balap. Kendati terkesan mengada-ada sebab dilaksanakan secara terbuka, tetapi Chai Tea tetap kekeuh ingin bertanding.

"Chai! Aku serius, kamu ini bisa saja diincar."

Bab 3

[Perasaannya Telah mati Rasa]

"Aku diincar? Heh itu sudah pasti." Jawab Chai Tea sambil bercanda.

"Ya ampun... Aku serius! Kita batalkan saja!" Ucap Cherry lalu memutar kemudi.

"Jangan! Sudahlah, Cher! Jangan mengada-ada, lagipula aku ini pionir bagi bos besar."

"Kenapa sih kamu? Apa yang salah dengan pertandingan ini?"

Biasanya balapan liar beroperasi sangat rapi dalam bayangan sehingga tak bisa tercium oleh hukum. Sehingga Chai Tea berpikiran mungkin saja bos besar sang penyelenggara ingin mengganti suasana arena dengan pemandangan alam yang memukau.

"Jangan menghalangiku, kamu sendiri juga pembalap motor, kan?" Ucap Chai Tea, mengeling mata pada temannya yang sedang mengemudi.

Mobil Ferrari berwarna silver begitu mengkilap terkena cahaya lampu jalanan, kilapan cantiknya begitu menyilaukan mata di malam yang gelap. Melaju disepanjang jalan yang lewati perumahan komplek bersubsidi sejauh mata memandang.

Di keadaan sunyi itu terpecah saat suara ricuh terdengar tidak jauh dari sana. Keduanya memicingkan mata pada segerombolan para warga yang berkumpul di samping jalan, memperhatikan dengan seksama keributan di salah satu rumah.

Dikarenakan sedikit tertarik, mobil pun berhenti disamping jalan mencoba untuk melihatnya lebih dekat. Tampak seorang wanita kaya yang merupakan Sella sedang memaki-maki serta mendorong kasar seseorang hingga terjatuh.

Tak hanya itu dari dalam rumah ia juga melemparkan banyak baju ke tanah. Disela-sela keributan terdengar suara tangisan histeris dari anak-anak yang begitu ketakutan dengan kenyaringan mulut pedas Sella bagai sambaran petir.

Tanpa henti-hentinya melontarkan perkataan kasar dan pedas pada pada wanita itu seolah dia telah melakukan kesalahan fatal. Orang-orang di sekitar hanya menatap iba tak berani ikut campur, tidak ada yang mau membelanya meski telah lama bertetangga.

Chai Tea tak bisa diam saja melihat dari balik jendela mobil, ia tidak tahan lalu keluar untuk mendatangi keributan yang sedang terjadi di sana.

"Chai, tolong jangan ikut campur dan membuat kekacauan menjadi lebih buruk!" Ucap Cherry yang berusaha mengingatkan temannya agak gak gegabah.

"Aku tidak yakin, kamu selalu saja membuat masalah, Chai."

"Tenang saja aku hanya ingin menenangkan anak-anak itu." Balas Chai Tea lalu keluar dari mobil.

"Nona, kata-katamu terlalu kasar, Anda membuat anak-anak ketakutan." tegur sopan Chai Tea, sambil menenangkan seorang gadis kecil yang menangis sambil cegukan akibat ketakutan.

"Siapa kamu? Tolong jangan ikut campur dengan urusanku! Aku hanya perlu mengambil apa yang menjadi hakku." Tegas Sella pada Chai Tea yang bertindak sebagai pahlawan tanpa tahu apa masalahnya.

"Nona, tolong beri kami waktu sebentar lagi. Saya janji akan berkemas bila sudah menemukan tempat tinggal baru." Ucap si perawat, memohon sambil terisak-isak.

Ia bahkan bersujud berusaha mendapatkan setitik rasa empati wanita itu. Disebabkan anak-anak masih sangat kecil, ia tidak ingin mereka terpontang panting di jalanan. Namun ia masih saja mendapatkan tekanan dari Sella yang muak pada alasannya.

"Cukup sudah! Rumah yang sudah lama tertunggak ini telah digadaikan oleh pemerintah kepadaku sebagai jaminan."

"Bukankah aku telah memperingatkan beberapa waktu yang lalu agar kalian segera pergi?" Bentak Sella lebih keras sambil menghentakkan kaki.

"Kau itu miskin seharusnya sadar diri. Kalau tidak sanggup menafkahi anak-anak ini, kembalikan saja mereka ke panti asuhan!"

Disela-sela makiannya, Sella mendapatkan panggilan mendadak. Dan sebelum pergi Sella yang sudah tertutup mata hati tanpa perasaan menggembok pintu rumah supaya mereka tidak membandel, masuk ke dalam tanpa sepengetahuannya.

Setelahnya, barulah Sella merasa puas hati. Ia berjalan pergi berlenggak-lenggok masuk ke dalam mobil mewahnya lalu menancap gas, meninggalkan kekacauan yang telah diperbuatnya kepada orang lain.

"Mamah, jangan buang aku ke pantai asuhan!" Ucap gadis kecil yang didekap oleh Chai Tea.

"Kami juga." Ucap serentak saudara lainnya.

"Tidak! Mamah tidak akan membuang kalian, kita akan terus bersama."

Melihat akan hal yang begitu nyata di depan matanya, Chai Tea pun terdiam diri tanpa bisa berkutik, ia tak habis pikir kepada Sella yang begitu keras hati. Bukannya memberikan solusi atau sedikit membantu kepada orang yang kesusahan dia bahkan tak mau rugi sepersen pun dari hartanya yang berkelimpahan.

Anak-anak malang itu yang masih saja menangis, takut kehilangan satu sama lain. Perawat itu juga frustasi terduduk di tanah, memikirkan nasib mereka selanjutnya dikarenakan harta yang memiliki hanyalah rumah itu sebagai satu-satunya tempat tinggal.

Secara perlahan matanya mulai memerah sebab hampir saja meneteskan air mata, tetapi Chai Tea terus menahannya agar tidak menangis. Di sisi lain dirinya harus pergi untuk aksi tanding malam ini, tetapi ia juga tak bisa meninggalkan mereka semua yang masih dalam keadaan terpuruk.

Kemudian, Chai Tea memandang temannya dari kejauhan dengan tatapan penuh tanda tanya. lalu Cherry mengeluarkan tangannya dari jendela mobil dan memberi isyarat yang mengatakan bahwa Chai Tea harus mengikuti kata hatinya sendiri.

______

Setelah peristiwa malam itu, hingga saat ini pun Chai Tea masih merasa kesal berkepanjangan kepada Sella, saking bencinya ia hampir saja kehilangan kesabaran dan menjambak rambut wanita itu sampai botak.

Sambil mengepalkan tangan, ia geram pada sella yang kembali muncul dan menggangu kakaknya.

Zee hanya diam tak berkomentar apapun setelah mengetahui kejadian sebenarnya, tetapi hanya menganggap hal itu terlalu lumrah sebab ia sudah mengenal sifat asli Sella sejak dahulu. Karena itulah Zee sangat marah kepada Chai Tea yang malah membuat masalah dengan orang seperti Sella.

Ia hanya khawatir dikarenakan Sella bukanlah tipikal orang yang mau mengalah, ia tak akan pernah membiarkan orang yang telah berurusan dengannya lepas begitu saja. Dan dengan kekuasaan, ia dapat semena-mena mencelakakan seseorang sampai hatinya merasa puas.

Keluarga Besar Ombra Noir adalah organisasi kriminal tingkah dunia yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun di dalam bayangan malam. Keluarganya ini dipimpin oleh nyonya besar, sang kepala yang memperkerjakan Zee sebagai wakil pendamping.

Dalam keresahan hati yang menggangu, Zee merasa cemas sebab besok pagi ia akan kembali dikirim ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan dan meninggalkan Chai Tea tanpa pengawasan. Takutnya Sella akan melakukan sesuatu untuk membahayakan saudari satu-satunya.

"Chai! Dengarkan aku! Kamu harus pergi dari pulau ini!" Pinta Zee, memandang serius pada manik mata polos adiknya.

"Kenapa begitu? Aku bahkan baru saja berlibur. Lihatlah aku juga sedang memesan kamar hotel!"

"Kamu sendiri yang membuat liburanmu berakhir, Chai. Bawa kembali kopermu!"

Zee bangkit dari kursi sambil koper merah muda milik Chai Tea, ia juga menyeret tangan adiknya untuk ikut secara paksa keluar dari hotel. Sementara Chai Tea kebingungan seraya memberikan sedikit perlawanan.

"Kak! Jangan mengusirku!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!