Seorang wanita 48 tahun dan gadis 18 tahun itu masuk ke dalam rumah yang sangat besar dan mewah, dan beberapa koper mereka dibawa masuk oleh supir.
Gadis itu terlihat kagum dengan kemewahan rumah ini.
"Ma, apa kita akan tinggal di sini?" Gadis itu. Dia adalah Viola Seraphina.
"Tentu saja," Jawab wanita itu dia adalah mama dari Viola dia bernama Vivin Rosa biasanya dipanggil Rosa.
"Selamat datang," Sambut seorang pria 56 tahun dia Andre Dominik. Pemilik rumah ini dan dia papa baru Viola, mereka berdua menikah kemarin. Viola dan mamanya baru bisa pindah kesini karena mereka masih mengurus barang-barang mereka di rumah lama.
Rosa dan Andre berpelukan. Viola senang akhirnya melihat mamanya bahagia, mamanya tidak menikah lagi setelah papanya meninggal dan dia bahagia akhirnya mamanya bisa memiliki pasangan yang bisa membuatnya bahagia lagi.
"Selamat datang maMa dan Viola." Sapa seorang pria 28 tahun dia adalah Arka Dominik, pria gagah dan tampan itu seorang dokter gigi sedangkan papanya ceo perusahaan batu bara, dia anak sulung dia tidak mau mengikuti jejak papanya dia ingin memilih jalan kehidupannya sendiri.
Arka pria yang baik dan hangat, dia selalu mendukung apapun yang papanya putuskan karena dia juga ingin papanya bahagia.
Viola tersenyum saat disapa oleh Arka.
"Ah maaf anakku yang kedua belum pulang," Andre.
"Bukannya belum pulang tapi tidak pernah pulang," Jelas Arka.
Memang sejak pernikahan mereka dan bahkan sebelum mereka menikah anak bungsu Andre tidak muncul, karena kesibukan juga dan memang anak bungsunya itu tidak tinggal serumah dengannya.
Rosa bisa memaklumi hal itu. Setelah itu mereka ke kamar masing-masing, Arka menunjukkan kamar untuk adik barunya itu.
"Masuklah," Arka.
Viola masuk dan dia terkejut melihat kamarnya seperti kamar seorang putri kerajaan, dikamar itu banyak sekali buku-buku yang tertata rapi di rak yang besar itu, di sana ada sofa juga, tv, dan bahkan di dekat jendela ada sofa juga , Viola masih tidak percaya jika ini miliknya.
Arka tersenyum melihat Viola.
"Maaf Viola kalau desain kakak jelek, kakak tidak tahu apa seleramu jadi kakak buat saja seperti ini." Arka.
"Ah enggak, ini bagus kok kak, aku suka terimakasih banyak," Ucap Viola dengan sopan.
Arka tersenyum.
"Kalau begitu istirahatlah."
Viola mengangguk tersenyum, lalu Arka keluar agar Viola bisa menikmati waktunya.
Viola masih kagum dengan kamarnya ini.
"Wahhh aku tidak pernah bermimpi punya kamar sebesar ini," Gumam Viola.
"Bahkan punya rak buku serta isinya itu," Gumam Viola.
.
Keluarga baru itu sedang menikmati makan malam pertama mereka sebagai keluarga.
"Bagaimana Viola? kamu suka kamarnya?" Andre.
Viola mengangguk tersenyum. Lalu mereka ikut tersenyum senang.
"Itu semua kakak mu yang merancang, papa sama sekali tidak ikut campur loh," Andre.
"Arka seleranya bagus juga soal interior rumah," Puji Rosa.
Arka tersenyum malu.
"Nggak ma, sebenarnya hanya terlintas dipikiran saja,"
"Enggak mama yakin kamu punya bakat tentang itu," Rosa.
"Aku juga yakin." Andre.
Arka tersenyum malu karena mereka banyak memujinya, mereka sudah terlihat dekat satu dengan yang lain.
.
Keesokan harinya, meskipun sekarang Viola sudah menjadi anak sultan tapi dia tidak mau jika sekolah harus antar jemput sopir, dia lebih suka naik transportasi umum atau jalan kaki.
Viola sekolah di SMA NURI, Viola sekarang sudah kelas 12, dia berada di kelas urutan paling bawah karena dia tidak pandai tapi meskipun begitu dia enjoy dan mamanya juga. Mereka tidak terlalu memusingkan soal nilai dan peringkat yang penting lulus dan bisa mencari uang itu motto mereka.
Sebelum menikah dengan Andre, Rosa seorang karyawan di kantor biasa. Rosa mengenal Andre saat Andre berkunjung di kantor tempat dia kerja, karena perusahaan Andre akan bekerja sama dengan perusahaan tempat Rosa kerja.
Viola berjalan menuju kelasnya, dia berjalan sambil mengaca dirinya dia membawa kaca kecil, Viola menata poni tengahnya itu agar rapi.
"Kenapa aku cantik sekali," Gumam Viola dengan heran.
"Violaaaaa...." Teriak Giaine. dia teman sekelas Viola, kapasitas otak mereka sama, sama-sama kecil!
Gia memeluk Viola dari belakang.
"Ihh apaan sih," Viola mendorong Gia, Gia memanyunkan bibirnya dengan kesal.
"Kau tahu aku bawa berita apa?" Gia.
"Ya enggak lah mana aku tahu," Viola dengan kesal.
"Sekolah kita mau ngadain study tourrrrrr!!!!" Gia dengan heboh.
Viola menoleh ke Gia dengan terkejut.
"Benarkah?"
Gia mengangguk tersenyum.
"KYAAAA AKHIRNYAAAA!!" Teriak Viola dengan heboh, dan Gia juga ikut heboh dan mereka melompat-lompat kegirangan mendengar berita indah itu.
TAPI....
"Ayo cepat bersihkan sampai jam istirahat!" Ucap Guru pria itu lalu dia pergi kembali ke kelas dan mengajar sedangkan itu Gia dan Viola dihukum menyapu lapangan yang amat luas itu.
"Kan sudah aku bilang tugas itu belum kenapa nggak kau kerjakan saja sih," Gia dengan kesal.
"Kau tahu sendiri kan kalau kemarin aku sibuk pindah-pindah." Sahut Viola dengan kesal, lalu dia menghela nafas.
"Lagian aku juga tidak paham sama soal-soalnya," Viola sambil menoleh ke Gia dengan tatapan kosong.
Gia menghela nafas lalu dia memeluk Viola.
"Aku juga kawan." Jawab Gia.
"Mari kita hadapi cobaan kita ini!" Viola.
"Iya. Sebentar lagi kita juga bakalan out dari dunia sekolah sialan ini." Gia.
Viola mengangguk setuju.
Lalu mereka melepaskan pelukan mereka.
"Tapi habis ini ada pelajaran bahasa inggris kan?" Viola.
"Ah iya. Eh bukannya kita nanti presentasi?" Gia.
Viola mengangguk.
"Ah aku belum menyiapkan apapun."
"Aku juga, bagaimana ini," Gumam Gia dengan cemas.
Viola menoleh ke kanan dan ke kiri dan sepi tidak ada siapapun.
"Heh kita kabur," Bisik Viola.
"Apa? ini masih pagi tauk, kita kan biasanya kabur jam istirahat." Jawab Gia.
"Kau tahu sendirikan kalau guru bahasa inggris itu guru killer bahkan dia lebih kejam dari psikopat, kau mau ha dihukum dan disuruh ini itu lagi?" Viola.
"Ya enggak sih," Gia sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Makanya ayo kabur!" Ajak Viola.
Seorang guru olahraga itu melihat mereka berdua, jujur dia eneg melihat 2 gadis itu terus yang selalu kena hukuman.
"Pak Alca nggak ada jam mengajar ya?" Tanya seorang guru pria yang lewat itu.
"Ada tapi saya hanya memberi materi di kelas." Jawab Alca.
Guru pria itu mengangguk mengerti.
"Kalau begitu saya permisi."
Alca tersenyum ,lalu dia juga pergi.
Dan mereka berdua memulai aksi mereka, mereka ke belakang sekolah dan mereka sedang menata batu-batu itu agar bisa dijadikan pajakan agar mereka bisa naik ke gerbang.
"Viola kurang. Kenapa batunya berkurang sih padahal dulu banyak.." Gia dengan kesal.
"Iya juga ya, " Viola juga baru menyadari itu.
"Tapi masih bisa kok, aku duluan ya naiknya." Gia.
Viola mengangguk.
"Hati-hati oke,"
Lalu Gia naik ke gerbang itu dan baru sampai tengah Gia menoleh ke Viola
"Ayo naiklah,"
Viola mengangguk lalu dia mau naik tapi...
"Aaaaa.." Teriak Viola dengan terkejut karena seseorang menarik bajunya ke belakang.
Gia membelakan matanya dengan terkejut melihat orang itu.
Lalu Viola menoleh ke belakang dan dia terkejut melihat orang itu.
" Pa.pa.pak Alca," Sapa Viola sambil tersenyum.
"Ikut saya!" Alca dengan dingin.
"Ahh kenapa harus berhadapan dengan guru itu," Gumam Gia dengan kesal.
Lalu mereka dengan terpaksa ikut Alca, dan mereka masuk ke ruang BK, mereka memohon-mohon agar orang tua mereka tidak dipanggil tapi guru BK sudah habis kesabarannya karena mereka berdua langganan datang kesini dan akhirnya orang tua mereka akan dipanggil besok.
Setelah dari ruang BK mereka berdua melanjutkan hukuman mereka, wajah mereka sedih, letih, dan lesu.
"Maaf kawan harusnya aku tidak mengajakmu kabur," Viola dengan merasa bersalah.
Gia menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok ini sudah takdir kita."
Viola mengangguk sedih.
"Viola bagaimana keluarga barumu?" Gia.
"Mereka ramah, baik, ah aku suka deh pokoknya." Viola sambil tersenyum senang.
Gia ikut tersenyum senang.
"Lalu kau sudah ketemu sama anak bungsunya?"
Viola menggelengkan kepalanya.
"Aku heran kenapa dia tidak muncul, apa dia marah karena papanya menikah lagi?"
"Emm mungkin saja deh." Gia.
Lalu Viola melihat Alca yang sedang lewat itu, dia sangat kesal padanya.
"Liat tuh si guru muka jutek, andai saja dia tidak ada tadi mungkin rencana kita sudah berhasil."
Gia menoleh ke Alca.
"Kau tahu disekolah ini cuma Pak Alca yang tampan, bahkan anak-anak kelas favorit pun sok-sokan deketin Pak Alca apalagi noh si Angel." Gia dengan kesal.
"Ah si kembaran ular sanca itu? cih tu anak sok-sokan polos tapi dia tuh centil banget." Viola.
"Iya.. iya aku setuju, risih banget sih sama orang kayak gitu," Gia.
"Aku juga! aku juga!" Viola.
.
Sepulang sekolah. Viola berjalan menuju keluar sekolahan, dan dia melihat Alca dan Angel yang sedang berduaan di perpustakaan.
"Oh my good mereka berdua ngapain.." Gumam Viola dengan heran lalu dia memotret mereka lalu dia segera pergi setelah itu.
.
Malam harinya. Keluarga Viola sedang makan bersama dan Andre sudah ditelpon pihak sekolah tentang Viola tadi tapi dia tidak memarahi justri ia..
"Wah akhirnya papa dipanggil juga karena hal seperti ini," Andre dengan senang.
"A.aku kira aku mau dimarahi," Viola sambil tersenyum malu.
"Enggak Lah, apa mama sering marahin kamu kalau seperti ini?" Andre.
"Tentu saja iya, aku tidak memberinya uang saku selama seminggu." Rosa sambil menatap Viola dengan tajam, Viola memalingkan wajahnya.
Arka terkekeh melihat mereka.
"Kali ini masalah apa lagi?" Rosa.
Viola enggan ingin menceritakan itu.
"Apa Viola?" Rosa.
"Udahlah anak sekolah mah biasa begitu," Andre.
Viola mengangguk setuju.
Arka terkekeh melihat tingkah Viola itu.
"Besok papa akan datang oke," Andre sambil mengacungkan jempolnya ke anak gadisnya itu dan Viola juga mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
Rosa menghela nafas.
.
Keesokan harinya. Karena ada meeting mendadak Andre tidak bisa datang ke sekolahan dia merasa bersalah ke putrinya itu, dan Arka menawarkan diri untuk datang dan akhirnya Arkalah yang datang.
Setelah pertemuan lama, akhirnya mereka keluar.
"Maaf kak," Viola.
Arka tersenyum.
"Tidak apa-apa, nakal di usia muda itu hal wajar."
Viola mengangguk setuju.
Lalu Alca datang.
"Oh Alca," Sapa Arka.
Viola heran bagaimana bisa Arka kenal dengan guru juteknya itu.
Alca mengabaikan Arka lalu dia menatap Viola dengan tatapan tajam.
"Ke..ke. kenapa Pak?" Viola dengan gugup.
"Aduhh Viola kenapa disitu sih," Gumam Gia dengan kesal lalu dia melihat ponselnya. Gia yakin Viola tidak sengaja membagikan foto Alca dan Angel yang berduaan itu di grub chat sekolah, semua anak-anak heboh sejak kemarin malam tapi Viola tidak tahu.
"Kau.. " Alca mendekat ke Viola, dan Viola mundur-mundur terus sampai dia menabrak dinding dan Alca mendekatkan wajahnya dan menatap Viola dengan tatapan tajam.
"Apa maksudmu? membagikan foto ini?" Alca sambil memperlihatkan foto itu
Viola membelakan matanya dengan terkejut.
"I.i. itu.. ke. ke.. kenapa.. " Viola menunjuk foto itu dengan gugup.
"Alca ada apa sih?" Arka.
"Kakak diam saja." Alca.
Viola menoleh ke Arka.
"Kakak?'" Viola.
"Iya Viola dia kakak bungsumu." Arka sambil tersenyum.
"APAAAAAAA?" Teriak Viola dengan terkejut.
"Ada apa sebenarnya Alca?" Arka dengan heran.
Viola menatap Alca dengan gugup dan takut , dia takut karena melakukan kesalahan itu
"Alca dia adik barumu," Arka memperkenalkan Viola ke Alca. Alca mengerutkan keningnya dengan heran, dia juga terkejut karena siswa yang terkenal buruk ini adalah adiknya. Dia tidak terima dan masih syok mendengar fakta itu.
“Kaka bercanda?” tanya Alca dengan heran.
Arka tersenyum mendengar ucapan adiknya itu, "Pulanglah dan sapa mereka hm!" Arka sambil tersenyum.
Alca menatap Viola dengan tatapan kesalnya, lalu dia pergi meninggalkan mereka karena dia sudah malas dengan gadis di depannya itu.
Viola bernafas dengan lega.
"Wahh gila jantungku maraton," Gumam Viola sambil memegang dadanya itu.
"Apa kamu melakukan kesalahan dengannya?" Arka.
Viola menghela nafas dengan kesal, dan dia memukul pelan kepalanya, dia merasa sangat frustasi sekarang.
"Ahh aku tidak ingat," gumam Viola, lalu Viola mencoba mengingatnya, kemarin saat dia mau tidur dia iseng mau mengirim foto itu di grup chat sekolah tapi itu hanya iseng dan dia tidak sengaja kepencet kirim padahal niatnya mau kembali mematikan hpnya.
"Ahh kenapa aku bodoh jadi orang," gumam Viola dengan kesal.
Arka terkekeh melihat tingkah adik bungsunya itu.
"Dia itu sebenarnya baik hati nanti kalau udah akrab sama dia kamu pasti bisa merasakannya." Arka.
"Ah aku tidak yakin bisa akrab," gumam Viola sambil tersenyum kecil.
.
Sepulang sekolah Viola dan Gia ke cafe, Viola menceritakan kesusahan hatinya dan jiwanya sekarang, dan Gia sangat ikut berduka cita akan hal itu.
"Ahh tapi untungnya dia tidak pernah pulang ke rumah jadi aku aman," Viola dengan senang.
"Iya bayangkan kalau tiba-tiba dia datang dan menerkammu wahhh aku tidak habis pikir," Gia.
Viola mengangguk.
"Iya , ahhh aku bingung sekarang hidupku harus bagaimana.." Viola dengan bingung.
"Kau sih kenapa kirim fotonya sih," Omel Gia dengan kesal.
"Itu kepencet." Viola dengan sedih.
Gia menghela nafas, dia sudah lelah dengan setiap tingkah sahabatnya itu.
"Apa Angel baik-baik saja?" Viola dengan cemas.
Gia menghela nafas dengan kesal.
"Yayalah dia seneng banget malah, kau tahu orang-orang banyak membicarakan mu, mereka kesal denganmu tapi tidak dengan Angel."
"Ha? kenapa bisa begitu?" Viola dengan heran.
"Kau tahu sendiri kan Angel itu murid kesayangan guru, dia anak yang punya sekolah itu tauk jadi guru atau murid mana yang bisa menyentuhnya." jawab Gia dengan kesal, dan dia menyeruput jusnya dengan kesal.
"Cih! mentang-mentang anak yang punya sekolah, seenaknya banget." Viola dengan kesal.
"Jadi kekhawatiran ku percuma dong aku pikir dia sedih karena dibully ahh~ aku membuang-buang waktu cuma buat mikirin itu" gumam Viola dengan kesal.
.
Setelah pulang dari sekolah Alca mampir untuk belanja sayuran, saat dia mendorong troli nya dan memilih-milih sayuran para cewek-cewek dan ibu-ibu melihat Alca dengan kagum karena seorang pria tampan yang sedang berbelanja, dia terlihat seperti suami idaman.
“Coba aja suamiku kayak gitu.”
“Iya mana ganteng banget lagi.”
“Beruntung ya ceweknya.”
Alca tidak menghirau orang-orang yang membicarakannya itu, dia hanya fokus belanja.
Setelah selesai belanja Alca pulang ke apartemennya, sampai sana dia langsung masak dan memakannya sendiri.
Saat sedang makan Angel menelfonnya, Alca mengangkatnya.
Angel bapak hari ini sibuk, besok saja ya! - Alca.
Lalu dia mematikan teleponnya, dan setelah makan Alca bersih-bersih rumahnya dan setelah itu dia mandi.
Alca melihat ada gelasnya yang tidak ada satu, dia punya 6 gelas kesayangannya tapi yang satu tidak ada.
Alca mencari-cari gelasnya itu di seluruh rumahnya tapi tidak ada.
"Dimana gelasnya," gumam Alca dengan heran
"Di mana gelasku.. " gumam Alca dengan heran.
.
Viola masuk ke dalam rumahnya, dan semua orang tidak ada dirumah, mamanya ada acara penting dengan rekan kerjanya dulu. Dan dia merasa bebas karena tidak ada siapapun di rumah ini. Lalu Viola duduk di sofa dan melepas sepatunya, karena dia masih merasa lapar Viola langsung menuju ke dapur dan pembantunya sudah membuatkan makan siang.
Viola mengambil 1 ayamnya dan memakannya sambil duduk.
"Bawa sepatumu atau aku buang ke sampah!" Alca.
Viola sontak terkejut, dia menoleh ke arah tangga dan melihat Alca yang berdiri dengan melipat kedua tangannya lalu menatap Viola dengan tajam.
"Uhuukkk...uhukkk.. uhukkk.." Viola batuk-batuk tersedak karena melihat Alca.
Viola meraba-raba mencari air minum tapi tidak ada, dan Viola memegang dadanya yang sesak itu. Alca langsung lari ke arah Viola dan dia mengambilkan dia minum dan Viola meminumnya.
Saat Viola minum dia menoleh ke Alca yang sedang menatapnya itu dan dia langsung menyemburkan airnya ke wajah Alca karena Alca menatapnya dengan tatapan tajam yang siap membunuh.
"Maaf maaf Pak," Viola dengan heboh, dia panik dan cemas sendiri karena perbuatannya itu.
Alca hanya menutup mata dan berusaha untuk menahan emosinya, dia menghela nafas untuk membuang segala emosi yang ia tahan sekarang.
Viola bingung mau membersihkan wajah Alca pakai apa, lalu dia melihat ada tisu di tengah meja makan itu dan saat Viola mau mengambil tisu itu, lengannya tidak sengaja menyenggol mangkuk sayur di sampingnya dan sayurnya tumpah.
"Oh my good...." Gumam Viola dengan terkejut.
Alca menoleh ke meja makan itu dan dia menghela nafas, dia benar-benar hampir tidak bisa menahan emosinya itu.
Viola menundukkan kepalanya dengan takut karena dia sangat merasa bersalah setelah membuat banyak masalah hari ini.
Lalu Alca pergi masuk ke kamarnya yang berada di lantai atas di samping kamar Viola. Dia mengabaikan Viola dan ingin membersihkan dirinya yang sudah disembur Viola itu, Viola menatapnya dengan sedih karena dia sangat merasa bersalah kepada Alca.
"Nona masuk saja nanti bibik yang bersihin ya," ucap pembantu itu.
"Maaf bik," ucap Viola dengan sedih.
Pembantu itu tersenyum.
.
Viola mengintip Alca dari pintu kamarnya karena kamar mereka sebelahan, sudah berjam-jam Viola mengintip tapi Alca tidak keluar kamar sejak tadi.
"Apa dia bersemedi di kamar…kenapa dia tidak keluar dari tadi? apa dia merencanakan sesuatu yang buruk untukku???" gumam Viola dengan heran.
Lalu Viola menutup kamarnya dan dia menghela nafas.
"Kenapa kakakku dia sih HAH..." keluh Viola dengan kesal dia menendangi dinding dengan kesal tapi pada akhirnya kakinya kesakitan juga.
"Hah sudahlah serah.." gumam Viola dengan kesal lalu dia berbaring di ranjangnya.
.
Malam Harinya, mereka sedang malam bersama dan Alca juga ikut, dia sudah memperkenalkan diri ke Rosa.
"Wah tidak disangka kan ternyata kakak mu itu guru di sekolahmu," ucap Andre dengan tertawa.
Sedangkan Viola tersenyum dengan penuh tekanan. Dia harus terlihat biasa saja di tengah situasi yang mencengkam baginya.
"Jika tahu aku lebih baik kabur dari sini." gumam Viola dengan kesal
"Viola kalau ada cowok yang kurang ajar bilang saja ke Alca oke," ucap Arka.
Alca hanya diam dan fokus makan, dia tidak tertarik dengan pembicaraan mereka yang membosankan itu baginya.
Viola tersenyum kecil.
Mending aku di ganggu cowok lain daripada harus berhadapan dengan manusia menyebalkan ini. (Batin Viola).
“Alca sejak kapan jadi guru olahraga disana? sebelumnya mama tidak pernah melihatmu" tanya Rosa sambil tersenyum manis.
"Baru beberapa bulan yang lalu," jawab Alca dengan ramah.
Kenapa dia langsung berubah saat mama yang bicara? wah manusia ini benar-benar psikopat ternyata…wah tak kusangka aku serumah dengan psikopat.
-Batin Viola dengan heran-
Rosa mengangguk mengerti.
"Sebelumnya dia itu atlet renang tapi dia berhenti dan ingin jadi guru olahraga," timpal Andre.
"Ah begitu," Rosa sambil tersenyum.
Viola menoleh ke Alca, dia heran kenapa Alca berhenti jadi atlet renang, Alca menoleh ke Viola dengan tatapan mautnya dan Viola langsung memalingkan wajahnya dan makan dengan lahab agar bisa segera pergi dari sini.
"Oh ya Arka kapan Naura kesini? sepertinya mama harus kenalan sama Naura," Andre.
"Iya mama penasaran bagaimana kekasihmu itu," Rosa sambil tersenyum.
"Wah kakak sudah punya pacar ya," Viola.
Arka mengangguk tersenyum.
"Mungkin besok atau lusa, dia akhir-akhir ini sibuk ma.. pa.. "
"Lalu kapan tunangan kalian? kalian sudah berapa kali mengundur terus," Andre.
Alca hanya diam dan makan, dia tetap tidak tertarik dengan obrolan mereka, dia ingin segera selesai makan dan bisa pergi setelah urusannya selesai.
"Nanti kalau waktunya pas Arka beritahu papa." jawab Arka sambil tersenyum.
Viola ikut senang karena kakaknya mau tunangan dengan kekasihnya tapi respon Viola beda dari Alca, dia diam terus dan hanya makan.
Setelah selesai makan Alca menghampiri Andre yang duduk sambil menonton tv itu.
"Mana gelasku!" ucap Alca dengan nada dinginnya itu.
"Kamu tahu papa yang ambil," Andre.
Alca diam.
"Kalau tidak dipancing kamu juga tidak akan ke sini kan? " Andre.
"Aku sibuk, mana gelasku!" tegas Alca.
Andre menghela nafas.
"Alca sudahlah.. berhenti dan pulang di sini."
Alca diam.
"Apa kamu tidak lelah seperti ini terus?" Andre.
"Itu urusanku." Alca.
" Sampai kapan seperti ini terus? kamu mau melihat papa mati dan baru mau ke sini." Omel Andre dengan kesal.
Viola melihat mereka dari dapur , baru kali ini dia melihat Andre marah.
"Bukankah sudah aku bilang, jika aku tidak mau menjadi anggota keluarga ini lagi!" Alca.
PLAKKKK!
Viola langsung terkejut karena Andre menampar Alca dengan keras.
Alca berdecak tersenyum.
"KAPAN KAMU MAU BERUBAH?" Bentak Andre dengan kesal.
"Bukankah itu pertanyaan ku untuk papa?" Alca sambil tersenyum kesal.
"Apa?" Andre dengan kesal.
"Sebenarnya ada apa dengan mereka itu?" Gumam Viola dengan heran.
Setelah Alca mengambil gelasnya dia langsung pergi dari rumah, dan Arka sedang menenangkan Andre dan Rosa juga sedangkan Viola melihat Alca dari kaca jendela kamarnya , dia sangat penasaran kenapa Alca keluar dari rumah ini dan ingin keluar dari keluarga ini.
"Kenapa setiap keluarga kaya selalu ada masalah seperti itu, keuangan mereka lancar tapi hubungan keluarga mereka tidak lancar.." gumam Viola dengan heran.
.
Alca masih di dalam mobilnya padahal dia sudah berada di parkiran, dia mengelamun dan wajahnya terlihat sedih karena perlakuan papanya ke dirinya yang tidak pernah berubah itu. lalu hp Alca berdering dan dia mengangkatnya.
Iya Rahel? - Alca.
Bisa ketemu sebentar?- Rahel.
.
Lalu Alca menuju ke tempat yang sudah dikirimkan alamatnya oleh Rahel, mereka ketemuan di cafe. Alca masuk ke dalam cafe itu, dia melihat seorang wanita berambut panjang yang berparas cantik itu sedang melambaikan tangan ke dirinya, dan dia berjalan ke arah wanita itu.
"Ada apa?" tanya Alca dengan ketus. Lalu ia duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu.
Wanita itu yang menelpon Alca tadi, dia bernama Rahel.
Rahel menatap Alca dengan sedih, Alca melihat perut Viola yang membesar itu.
"3 bulan?" tanya Alca.
Rahel meneteskan air matanya, dia sangat teramat merasa bersalah dengan Alca karena perbuatannya itu.
Alca tersenyum kecil.
"Kenapa kau menangis? bukankah besok hari pernikahanmu?"
"Alca.." lirih Rahel dengan sedih.
"Maaf aku besok sibuk jadi aku tidak bisa datang ke pernikahan kalian," ucap Alca.
“Ada apa? kenapa mengajakku bertemu?” tanya Alca dengan heran.
Rahel semakin sedih mendengar ucapan Alca, dan Rahel tiba-tiba memeluk Alca dengan erat sambil menangis
"Alca..." lirih Rahel dengan sedih dan rasa penuh dengan penyesalan.
Alca hanya diam, tangannya ingin mengusap punggung wanita ini tapi dia mengurungkan niatnya setelah dia ingat betapa sakitnya dia saat wanita ini mengkhianati dirinya.
Dan Alca melepaskan pelukan Rahel dengan pelan agar menjauh darinya.
"Pulanglah ini sudah malam." Ucap Alca lalu dia pergi meninggalkan Rahel. Sedangkan Rahel menatap Alca dengan sedih.
“Alca…maafkan aku…” lirihnya.
.
Keesokan harinya, Viola berangkat pagi buta ke sekolah agar tidak bertemu dengan Alca, sampai sekolah Viola sendirian di kelas karena dia terlalu pagi.
"Ah datang pagi nggak enak banget," keluh Viola dengan kesal.
“Ihh…jam segini aku baru bangun biasanya..aaaahhhhh!! menyebalkan…” teriak Viola sambil meremas kepalanya dengan kesal.
"Ahhh~~ kenapa sih kakakku tu diaaaaa," teriak Viola dengan kesal.
"Berisik! Diamlah." ucap Alca yang tiba-tiba didepan pintu.
Viola sontak terkejut, lalu Alca pergi begitu saja.
"Di.di.dia kenapa dimana-mana ada," gumam Viola dengan ketakutan.
"Apa dia sepagi ini berangkatnya? ahhhh kenapa juga aku berangkat pagi tadiiiiii," Viola dengan kesal dia menendangi kursi di depannya.
.
Viola berjalan di koridor sekolahan, dia menunggu temannya datang. Viola melihat Alca yang sedang melatih beberapa anak di lapangan.
"Apa mereka yang mau ikut lomba," gumam Viola dengan heran.
"Viola," Gia.
Viola tersenyum menjawab sapaan sahabatnya itu.
"Liat apa? wahh Pak Alca ganteng banget," ucap Gia sambil tersenyum.
Viola mengangguk setuju, fakta itu yang tidak bisa dibantah, fakta jika Alca memanglah sangat tampan meskipun dia menyebalkan dan menakutkan baginya.
"Bagaimana?" tanya Gia dengan heran.
"Apanya?" Viola.
"Nasibmu?" Gia.
"Semakin buruk." Jawab Viola dengan kesal.
"Kenapa? ada apa?" tanya Gia dengan antusias.
"Ah~ aku males cerita," jawab Viola dengan kesal.
"Cerita.. cerita.. cerita..."
.
Alca dan anak-anak itu beristirahat setelah lama latihan, lalu beberapa cewek-cewek itu memberikan Alca minuman, Alca menerimanya saja dan dia memberikan ke anak-anak itu.
"Enak ya jadi Pak Alca disukai banyak cewek " ucap murid cowok itu.
Alca tersenyum.
"Mereka hanya kasihan karena bapak tidak bisa beli minum."
"Eihhh bapak jangan bercanda, bapak kan kaya."
"Bapak kaya? enggak juga." Alca.
"Apa bapak punya pacar? enggak mungkin dong enggak."
Alca tersenyum.
"Bapak terlalu fokus sama kalian jadi tidak punya waktu untuk itu." canda Alca sambil tersenyum.
"Bapak ada-ada aja,"
Alca tersenyum.
.
Saat jam istirahat Viola dan Gia makan di kantin, dan mereka membahas tentang study tour.
"Gila ya mendadak banget, besok loh." Gia sambil makan.
"Bukan mendadak tapi emang ya besok, kau sih nggak cari tahu informasi yang benar." Omel Viola dengan kesal.
"Kan aku sibuk." Jawab Gia sambil mengunyah.
"Sibuk apa????” sahut Viola dengan kesal.
"Sibuk ngunyah." Jawab Gia sambil tersenyum.
Viola menghela nafas dengan kesal melihat sahabatnya itu.
"Hm... bawa apa ya besok, kita nginep sehari kan, kita kemana aja ya besok, terus kita ngapain aja ya besok.." Viola sambil berpikir.
Gia memberikan suapannya ke Viola.
"Diam dan makan saja, besok kita cuma senang-senang." jawab Gia.
Viola mengangguk mengerti.
"Yang banyak dong ngasihnya." Viola sambil tersenyum.
Gia melirik Viola dengan tatapan sinis.
.
Sepulang sekolah, Viola langsung membereskan barang-barang yang akan dibawa besok dan mamanya membantunya
"Mama aku cuma sehari kenapa dibawain banyak banget kaos sih." omel Viola dengan kesal.
"Nanti kalau bajumu kotor kan bisa ganti pakai ini," Rosa.
Viola menghela nafas lalu dia mengeluarkan semua kaos-kaos di koper dan hanya menyisakan 1.
"Udah ini aja, mama ribet banget deh," Omel Viola dengan kesal.
"Yauda terserah kamu ya, tapi kalau di sana dingin bagaimana? setidaknya bawalah baju tebal atau jaket gitu." ucap Rosa dengan cemas.
“Aku itu di tempat lain bukan mau di hutan, udah deh mama jangan terlalu cemas begitu.” jawab Viola dengan kesal.
.
Keesokan harinya, setelah sampai tujuan mereka berdua terkejut sangat terkejut sampai mereka tidak bisa berkata-kata lagi karena mereka berada di tengah hutan.
"Gia kenapa kita ditengah hutan sih?" tanya Viola dengan kesal.
"Entahlah... ahhhhh bodoh kenapa kita tidak baca surat pengumumannya sih..." ucap Gia dengan kesal.
"Tapi untung aku dibawakan baju banyak sama mama." ucap Gia dengan tenang.
"Aahhh apa ini karma anak durhaka?? mama maafkan aku harusnya aku nurut sama mama…” gumam Viola dengan sedih, dia tidak membawa pakaian tebal, dia hanya bawa 1 kaos saja. Dan dia sangat merasa menyesal sekarang.
Dan mereka sudah dibagi kelompoknya, setelah itu Gia dan Viola membuat api unggun kecil di depan tenda mereka, Viola sangat kedinginan karena hanya memakai sweater tipis.
"Ini pakai jaketku," ucap Gia sambil memberikan jaketnya.
"Enggak, nanti kau kedinginan lagi." Viola.
"Yaudah aku lepas biar kita sama-sama kedinginan." Gia sambil tersenyum.
Viola berdecak tersenyum.
"Kenapa kita camping segala sihhh ahh malas.." keluh Viola.
"Sudah terlambat, mau tidak mau ya kita harus ikut." jawab Gia.
Viola menghela nafas.
"Aku mau ambil air dulu."
Gia mengangguk.
Lalu Viola mengambil air minum, Viola melihat ada jam tangan yang jatuh di bawahnya.
"Punya siapa ini,” gumam Viola dengan heran.
"INI PUNYA SIAPAAA??" teriak Viola sambil mengangkat jam tangan itu. Viola menghela nafas karena masih tidak ada yang mendengar teriakannya itu.
“INI PUNYA SIAPA WOYYY!!!!!!” teriaknya dengan sekuat tenaga.
tapi...
Mereka semua masih tidak peduli karena mereka sibuk sendiri-sendiri.
"Ini punya ku," ucap seorang cowok tampan yang baru datang itu dia adalah Valdo, dia berada di kelas favorit seperti Angel.
"Ini," Viola memberikan jamnya.
"Makasih." ucap Valdo sambil tersenyum.
Viola menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
"Kau tidak pakai jaket? tidak dingin apa?" tanya Valdo dengan heran.
"Ah enggak kok darahku itu panas jadi nggak kenal kata dingin," jawab Viola sambil tersenyum.
Valdo terkekeh.
"Oh ya siapa namamu?"
"Aku Viola, anak kelas paaaaaling bawah," Viola dengan penuh percaya diri.
Valdo terkekeh.
"Aku Valdo."
"Aku tahu."
"Bagaimana bisa kau tahu?" tanya Valdo dengan heran.
"Yaa anak mana sih yang nggak kenal Valdo, kau sering menang ini itu kan guru guru yang datang ke kelas kami selaluuuuu membandingkan kami dengan Valdo Valdo! Valdo! Valdo!" Viola dengan kesal.
Valdo tersenyum.
"Apa kau barusan mengeluarkan emosi mu?"
"Aku? e.. enggak kok," Viola dengan malu.
Valdo tersenyum.
"Tapi aku tidak pernah menang di luar sekolah, karena Angel yang mewakili," ucap Valdo.
"Iya sih tapi guru-guru tidak pernah membanggakan Angel di kelas kita loh," ucap Viola dengan heran karena dia baru sadar juga tentang hal itu.
"Benarkah?"
Viola mengangguk, dan Valdo hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar fakta itu.
"Kalau begitu aku duluan ya Viola, makasih." ucap Valdo sambil tersenyum.
"Oh iya sama-sama," Viola sambil tersenyum.
Lalu Valdo pergi.
"Wah mimpi apa aku barusan hah? aku bicara sama Valdo empat mata woi." gumam Viola dengan senang.
"Kyaaaaaa..." teriaknya dengan heboh.
.
Dan malam harinya, mereka semua sedang bernyanyi sambil duduk melingkari api unggun, Viola sangat bosan dengan kegiatan seperti ini dia ingin cepat-cepat pulang tapi dia saja tidak tahu ini dihutan mana.
"Ah andai aku tidak tidur di bus," gumam Viola dengan kesal.
"Kenapa kau mau kabur dari sini?" tanya Gia dengan heran.
Viola mengangguk dengan wajah cemberut.
Gia tahu, Gia sangat paham dengan temannya itu kalau dia cepat bosan.
"Masuk dan tidurlah di tenda." Gia.
"Siyapp," Viola langsung lari ke tendanya.
Gia menghela nafas, lalu Gia ikut nyanyi dengan mereka.
.
Viola sangat ingin pipis tapi dia takut karena kamar mandinya jauh dari tenda.
"Ih!!!!! kenapa jauh banget sih kamar mandinya," gumam Viola dengan kesal.
"Aduhh nggak bisa ditahan lagi," Viola sambil meremas bajunya.
"Ah bodo amat kalau ada hantu merem aja lah," gumam Viola lalu dia langsung lari ke kamar mandi.
Dan akhirnya urusan Viola dengan kamar mandi sudah selesai Viola keluar dengan wajah riang tapi sekitarnya sangat gelap.
“Nggak ada yang mau donasi lampu apa ya di hutan?” gumam Viola dengan heran.
Viola mau melangkahkan kaki untuk pergi tapi..
DOK!
DOK!
DOK!
Viola sontak terkejut karena pintu kamar mandi sebelahnya digedor orang.
"Siapapun bantu aku keluarrrrr..." teriak orang di dalamnya.
Viola merasa takut, dia takut jika hantu ngeprank dirinya.
"Bantu akuuuuuuu tolong..." teriak orang itu.
"Ka.ka.kau hantu apa orang?" tanya Viola dengan gugup dan ketakutan.
"Aku orang, aku Angel tolong aku." Jawab orang itu, dia adalah Angel , pintunya tidak bisa dibuka.
"Beneran orang kan?" tanya Viola lagi untuk memastikan jika itu beneran manusia.
"Iyaaa aku orang!!!!!" Jawab Angel dengan kesal.
Viola ragu mau membantu Angel dia takut jika dia bukan Angel tapi hantu.
"Kalau kau beneran Angel nama sekolah kita apa?" tanya Viola dengan ketakutan.
"SMA nuri itu sekolah keluargaku, ihh!!! cepet tolongin dong!!!!!!" ucap Angel dengan kesal.
"Dia beneran orang," gumam Viola dengan lega.
"Menjauhlah aku mau dobrak." Viola. Lalu Viola mendobrak pintu itu tapi gagal dan percobaan kedua dia berhasil.
Angel begitu kagum dengan kekuatan Viola itu, sampai bisa mendobrak pintu ini sendirian.
"Makasih." ucap Angel.
Viola menganggukkan kepalanya.
Lalu Angel melihat tangannya tapi gelangnya hilang.
"Dimana ya," gumam Angel lalu dia mencari-carinya.
"Kau cari apa?" tanya Viola dengan heran.
"Gelangku.. gelangku hilang," rengek Angel.
Lalu Viola membantu Angel mencarinya.
"Ah disitu," Angel melihat gelangnya yang di pinggir jurang.
"Hati-hati," ucap Viola dengan cemas karena jurang itu tampak dalam dan sangat gelap.
"Pegang tanganku!" pinta Angel.
Viola memegang tangan Angel dan Angel mengambil gelangnya lalu...
"AAAAAAAA" teriak Angel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!