Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, yang masih duduk di bangku SMA. Dirinya ingin menjalani hidup dengan layaknya siswa pada umumnya. Padahal tawaran untuk ikut kelas akselarasi sudah ditawarkan sekolah. Namun, ia menolak. Ia ingin selalu bersama teman-temannya.
Suatu hari temannya, Yuka memberinya sebuah buku novel yang berjudul "Akhir Bahagia Ellie". Sebuah novel dengan cerita klasik dimana protagonis perempuan, Ellianore Quinlan di berikan kasih sayang oleh semua orang. Revanna Whystan, seorang antagonis yang sebenarnya lebih layak disebut protagonis yang sebenarnya bagi Eva.
Dalam cerita, Reva hanyalah gadis biasa yang ingin merasakan cinta tokoh utama laki-laki, Mason Reed. Bahkan, saat kematiannya pun dia dibunuh secara tragis oleh Kieran Vaughn yang terkenal kekejamannya dan menjadi budak cinta Ellie.
"Cih, cerita apa ini. Kenapa bisa begini?" komentar Eva saat melihat tokoh antagonisnya mati begitu saja.
"Dia protagonis rasa antagonis ini mah!" kesal Eva saat melihat tokoh Ellie mendapatkan kebahagiaan saat melihat tokoh Reva mati mengenaskan.
Eva kembali melanjutkan membaca novelnya. Dan bukannya membaik, rasa kesal Eva semakin meningkat karena kebodohan pemeran utama laki-laki kedua. Dimana, ternyata selama ini dia salah menyukai seseorang. Orang yang selama ini ia cari adalah Reva bulan Ellie. Orang yang membantunya saat terluka adalah Reva.
Hal itu menjadi penyesalan Kieran yang akhirnya memilih mengakhiri hidupnya karena merasa bersalah. Sedangkan Mason, hidup bahagia bersama dengan Ellie.
"Wuanjir, Ellie gila emang!" kesal Eva saat selesai membaca novelnya. Dia kesal dan melempar buku itu hingga terbentur pintu kamarnya.
"Eva, tidur! Ini udah malam, nak!" teriak bunda saat mendengar suara dari kamar Eva.
"Iya bunda, ini mau tidur kok Eva," Eva pun memungut kembali novelnya dan meletakkannya di meja. Kemudian kembali ke atas kasur dan bersiap untuk tidur.
"Udahlah, mending gue tidur. Males banget ngurusin cerita nggak jelas itu!"
...****************...
Di sebuah rumah mewah dengan gaya eropa klasik. Terlihat sepasang suami istri yang sedang menantikan kelahiran buah hati mereka. Melihat kamar yang akan di tempati bayi mereka nantinya, mereka merasa puas. Nuansa putih, pink, dan biru menghiasi kamar.
"Bayi perempuan kita pasti senang saat menempati kamar ini kan, sayang!" tanya seorang wanita sambil mengelus perut buncitnya
"Tentu saja, dia akan menjadi bayi perempuan yang paling bahagia saat lahir nanti. Aku jamin!" ujar suaminya sambil merangkul bahu istrinya.
"Papa, Bunda. Aku bunga buat adik, apakah boleh?" tanya seorang anak berusia 8 tahun yang baru saja memasuki kamar bayi, kamar calon adiknya.
"Tentu, sayang. Letakkan di vas kecil itu," tunjuk ayahnya ke arah vas di meja kecil
Eunghhh!
Terdengar lenguhan kesakitan.
"Mas, sepertinya aku akan melahirkan!" ujarnya sambil mencengkram lengan suaminya.
Melihat air ketuban pecah, sang suami buru-buru memanggil para pembantu dan sopir untuk membantu. Sang anak yang melihat ibunya kesakitan ikut mengelus perut ibunya.
"Adik, adik akan keluar hari ini ya. Sebentar ya, tunggu sebentar!" ujar sambil menemani ibunya yang terduduk di sofa karena harus menahan sakit.
"Ayo sayang, kita ke rumah sakit!" ujarnya dengan panik lalu menggendong istrinya ala bridal style.
Rumah Sakit
"Ayo ibu, mengejan ibu. Terus bu!" ujar bidan yang menangani kelahiran
"Eunghhh... hah....eunghhhh!" lenguhan kesakitan yang dirasakan seorang ibu saat melahirkan sangatlah keras.
Sang suami yang menunggu diluar merasa khawatir. Dirinya tak diperbolehkan untuk masuk karena khawatir akan mengganggu. Apalagi saat ini dirinya dalam kondisi panik.
OEEE.... OEEEE!
Dari luar ruang persalinan, terdengar suara tangisan bayi yang baru saja lahir. Suaranya begitu keras. Hal itu membuat calon papa merasa lega.
"Tuan Ronan, putri anda sudah lahir dalam keadaan sehat dan ibunya juga sehat. Saat ini bayi anda akan bersihkan. Selamat tuan!" ujar dokter yang membantu persalinan.
"Terima kasih dokter. Terima kasih!" Ronan menangis saat mendengar bahwa bayinya selamat, begitu juga dengan istrinya.
"Setelah ini, nyonya akan kami pindahkan ke ruang rawat. Anda bisa mengurus administrasinya terlebih dahulu." jelas dokter
"Baik dokter, akan saya lakukan dengan segera!"
"Kalau begitu saya permisi. Sekali lagi selamat atas kelahiran putri anda!"
...****************...
"Lihatlah sayang, putri kita sangat cantik!" ujar Astrid yang melihat bayinya yang berada dipelukannya. Saat ini mereka sedang melakukan skin to skin contact.
"Kau benar, putri kita cantik. Mirip denganmu!" ujar Ronan yang melihat paras putrinya yang sangat mirip dengan istrinya.
Eungh!!
"Lihat, bayi kita bangun!" ujar Astrid yang antusias melihat anaknya bangun.
"Ibu, tolong pindahkan posisinya dan bantu dia menemukan asi ya ibu!" ujar perawat yang membantu proses inisiasi menyusu dini.
"Wah putriku sangat haus ya!" ujar Ronan yang melihat putrinya dengan kuat menyedot asinya.
"Kau sudah menemukan nama yang cocok untuk putri kita?" tanya Astrid
"Tentu, namanya adalah Revanna Whystan. Revanna memiliki arti wanita kuat dan bijak," ujar Ronan memperkenalkan nama putrinya.
"Nama yang cantik. Halo Reva, selamat datang di dunia ya sayang!" sapa Astrid sambil mengelus kepala putrinya.
...****************...
"Ada apa ini? Kenapa sulit sekali untuk bangun!"
Oeee... oeeee...
"Suara bayi? Suara bayi siapa itu?"
"Lihat sayang, bayi kita menangis,"
"Suara siapa itu?"
"Eh, siapa itu?" ujarnya saat pertama kali membuka matanya. Kemudian mengangkat tangannya. Melihat kedua tangan yang berukuran kecil membuatnya bingung.
"Lihat, putri kita lucu banget. Dia mengangkat kedua tangannya!" girangnya saat melihat bayinya mengangkat kedua tangannya
Eva yang saat ini bingung dengan apa yang terjadi hendak bertanya. Namun, suara yang keluar hanyalah suara bayi. Hal itu membuat Eva merasa frustasi.
"Maaf keterlambatan saya, nona!" ujar seseorang
Eva yang tak melihat siapapun merasa was-was.
"Ini, saya nona. Saya adalah sistem Rebirth, anda bisa memanggil saya sistem Re. Disini saya akan membantu anda!"
"Apa maksudnya?"
"Saat ini anda berada di tubuh Revanna Whystan yang baru saja lahir."
"Revanna? Jangan bilang—"
"Benar nona, saat ini anda berada dalam novel "Akhir Bahagia Ellie" dan anda berada di tubuh antagonisnya nona!"
"Oke, jadi gue lahir, lebih tepatnya baru lahir di tubuh antagonis favorit gue, gitu?"
"Benar nona!"
"Lalu tugas gue apa?"
"Nona hanya perlu membuat alur ini sesuai keinginan anda dan merubah takdir Revanna yang sebenarnya!"
"Baguslah, dan lo bakalan nolongin gue kan?"
"Tentu nona, itu adalah tugas saya!"
"Lihatlah sayang, bayi kita mengoceh. Sepertinya dia akan sangat cerewet ya!" ujar Astrid yang melihat anaknya begitu aktif
"Hahaha, tentu. Dan dia akan selalu merengek meminta apapun padaku bahkan ke kedua kakak laki-lakinya," ujarnya sambil mengelus kepala bayinya
"Hangat!" Ya, Eva merasakan kehangatan tangan seorang ayah untuk pertama kalinya. Selama hidup menjadi Eva, Eva tidak pernah mengenal ayahnya sendiri. Ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan bundanya.
Hanya saja, jika dia ada disini, bagaimana dengan tubuhnya.
"Di dunia anda, anda sudah meninggal nona. Ada perampok yang masuk ke rumah anda dan membunuh anda dan ibu anda!" ujar sistem Re memberitahu keadaan tubuh Eva
"Begitu ya!"
"Kenapa dengan bayi kita sayang. Kenapa dia tiba-tiba sedih begitu?" tanya Ronan saat melihat ekspresi bayinya
"Sepertinya dia mengantuk. Bawa sini suami, aku akan menidurkannya,"
Ronan menggendong Reva dan membawanya ke istrinya. Merasa mengantuk, Eva atau sekarang kita panggil Reva itu tertidur dalam ayunan ibunya yang sekarang.
...****************...
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi protagonis, ataukah ia akan tetap sebagai antagonis? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Ruang Rawat Inap
Ruang rawat ini menjadi begitu ramai. Semua sanak saudara berkunjung untuk melihat lahirnya anggota keluarga baru mereka.
"Bunda, adiknya tidur terus!" ujar Kassius yang melihat adik barunya yang tertidur di ranjang bayi
"Bayi memang harus banyak tidur, Kassius!" ujar Tristan, kakak kembar Kassius
"Itu benar sayang, adik sekarang sedang lemah. Dia harus menyesuaikan dulu. Jadi kalian harus jaga adik ya!" ujar Astrid yang memberi pengertian kepada anak kembarnya.
"Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya Willow, ibu mertua Astrid mama dari Ronan.
"Baik ma, hanya nyeri sedikit. Namun semua terbayar saat melihat Reva," ujar Astrid sambil melirik ke arah anaknya yang sedang bermain dengan suami dan kedua anak laki-lakinya.
"Kau hebat sayang!" puji Liana pada putrinya (Ibu kandung Astrid)
"Terima kasih bunda," ujar Astrid sambil menampilkan senyumnya
Para kakek yang ikut penasaran dengan putrinya Astrid. Dia adalah anak yang ditunggu-tunggu kehadirannya.
"Lihat para kakek itu, senang sekali saat melihat cucu perempuan mereka!" Para nenek tertawa saat melihat betapa senangnya para suaminya saat melihat cucu perempuan mereka yang selalu mereka nantikan. Cucu perempuan satu-satunya mereka.
"Lihat dia Liana, dia mirip sekali dengan Astrid waktu kecil!" puji Ethan saat melihat cucunya menggeliat dalam tidurnya.
Eungghhh!!!
Mendengar lenguhan dari si bayi, semua menatapnya dengan intens.
Saat bayi itu membuka matanya. Dapat mereka lihat bahwa matanya sangat mirip dengan ayah si bayi, coklat. Dalam sorot matanya, bayi itu memiliki sorot tajam sang ayah dan lembut dari sang ibu.
Semua terpesona saat melihat bayi itu bangun.
"Lihatlah, dia begitu cantik kan Papa, ayah mertua!" puji Ronan dengan membanggakan anaknya.
"Tentu saja, dia cucuku!" ujar kedua kakek itu secara bersamaan.
"Dan dia adik kami!" ujar si kembar tidak amu kalah.
Semua tertawa melihat tingkah mereka sendiri.
Eva yang melihat betapa ramainya keluarga ini merasa senang. Dulu dirinya hanya hidup berdua bersama bundanya. Tidak memiliki saudara, kakek ataupun nenek.
"Halo adik, aku Kassius. Sedangkan dia Tristan. Kami adalah kakakmu!" ujar Kassius yang memperkenalkan dirinya bersama dengan saudaranya.
"Kembar? Jadi mereka si kembar itu!" ujar Eva saat melihat pesona kakak kembar Reva. Kakak yang bucin adik dan membalaskan dendam adiknya, hanya saja mereka menjadi terbunuh di tangan tokoh utama kedua laki-laki.
"Lihat, adik menatap kita!" seru Kassius saat melihat adiknya menatap dirinya lekat.
"Halo cucuku! Ini Kakek Ethan, sayang. Selamat datang, ya cucuku!" Ethan mengelus jari-jari mungil cucunya
"Halo sayang, ini opa. Opa Gideon!" ujarnya sambil tersenyum
Eva tertawa melihat semuanya. Dia menampilkan senyuman khas bayi. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.
"Uhh, kenapa dia manis sekali!" puji Ethan saat melihat senyum bayi mungil itu.
Eunghhhh!
Eva yang merasa lapar, mencoba mengatakannya. Hanya saja yang keluar adalah suara bayi. Melihat itu Eva merasa frustasi.
"Ayah, sepertinya Reva sedang lapar. Tolong bawakan kemari!" pinta Astrid yang merasa bahwa bayinya sedang lapar. Karena sudah cukup lama Reva tertidur.
Ethan menggendong Reva dengan sangat hati-hati. Semua melihat ke arah Astrid yang ingin menyusui. Ronan dengan sigap membawakan kain penutup saat Astrid ingi. memberikan asi.
"Bunda, kenapa di tutup? Kan kasihan adik, adik tidak bisa bernafas!" ujar Tristan saat melihat adiknya ditutup oleh kain. Kassius mengangguk setuju dengan Tristan.
Kassius ingin membuka penutup kainnya, Ronan mengangkat anaknya itu. Melihat itu, Tristan mengikuti ayahnya dan ingin menyelamatkan adiknya.
"Papa, turunkan Kassius! Nanti dia pusing papa!" teriak Tristan saat melihat papanya mengangkat Kassius tinggi-tinggi
Para orang tua tertawa melihat keharmonisan ini. Terutama orang tua Ronan yang melihat anaknya begitu bahagia sekarang.
Tidak seperti pernikahannya yang pertama, Ronan lebih bahagia saat menikah dengan Astrid. Bagi keluarga Whystan, kehadiran Astrid adalah sebuah berkah bagi mereka. Karena Astrid, si kembar mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan bisa dekat dengan ayah mereka. Si kembar mampu berekspresi dengan baik dan tumbuh menjadi anak yang ceria. Ronan berubah menjadi lelaki yang penuh kasih dan cinta keluarga.
Eva yang penasaran dengan pemandangan di luar. Apalagi mendengar teriakan saudaranya dan tawa keluarganya.
Oeee Oeeee
Terdengar suara bayi yang memenuhi ruangan. Semua langsung melihat ke arah Astrid yang kewalahan menenangkan putrinya.
"Bunda, adik kenapa?" tanya Tristan yang menghampiri bundanya saat mendengar tangisan dari adik perempuannya.
"Sini, biar bunda bantu!" ujar Liana saat melihat putrinya kesulitan
Liana menggendong Reva kecil dengan nyaman. Reva (Eva) yang melihat cahaya merasa senang. Kemudian melihat ke arah kakaknya yang digendong terbalik membuatnya tersenyum.
"Wah, cucu nenek senang ya!" ujar Liana yang melihat senyuman cucunya.
"Wah, cucu oma cantik sekali saat tertawa!" puji Willow
"Oma, apa adik sakit? Karen tadi dia menangis," ujar Kassius yang baru saja turun dari gendongan ayahnya
"Tidak sayang. Adik bayi itu hanya berkomunikasi dengan suara tangisannya. Dia belum bisa memberitahu apa keinginannya, karena itu dia menangis."
"Adik jangan nangis, disini ada Kakak Tristan dan Kakak Kassius yang selalu menemani dan menjaga adik. Adik jangan takut!" ujar Tristan yang mencoba menghibur saudaranya
"Memangnya adik takut apa?"
"Bukankah tadi dia ditutupi kain. Mungkin saja dia takut gelap, karen itu dia menangis!" ujar Tristan
"Benar juga. Pasti itu!" seru Kassius yang seolah menemukan jawaban atas keadaan adiknya.
Semua hanya diam mendengar obrolan si kembar. Meskipun terdengar aneh, mereka hanya memilih diam daripada harus menjelaskan panjang lebar dan merembet kemana-mana nantinya. Apalagi saat ini si kembar dalam fase ingin tau, terutama Kassius.
Kemudian Kassius duduk di samping neneknya begitu juga dengan Tristan seolah menjadi penjaga untuk adiknya.
"Wah, kalian berdua menjadi penjaga adik kalian sekarang. Lalu, bunda?"
Si kembar menatap ke arah bundanya. Kemudian mereka berdua saling pandang.
"Ada papa. Papa yang akan menjaga bunda, kami menjaga adik!" seru mereka seolah itu adalah jawaban yang tepat.
"Papa akan selalu menjaga kalian semua. Begitu juga untuk Tristan, Kassius dan Reva. Dan untuk kalian berdua, sebagai lelaki kita harus menjaga perempuan. Itu juga termasuk bunda, bukan hanya adik. Mengerti?"
"Mengerti papa!" ujar serempak keduanya
"Kami akan jaga adik dan bunda dengan baik!"
"Re, apakah aku bisa menjaga mereka semua?"
Eva sangat ingin menjaga keluarga yang harmonis ini. Dalam cerita, keluarga ini akan berakhir dengan sebuah kehancuran. Melihat perlakuan mereka saat ini, mana mungkin dirinya membuat keluarga ini hancur sesuai dengan cerita aslinya. Dia pernah merasakan hancurnya sebuah keluarga, dirinya tak ingin merasakannya lagi dalam kehidupan ini.
"Tentu nona, saya akan membantu anda nantinya!"
"Terima kasih, Re," ujar Eva dengan tulus
Ruang Rawat Inap
"Sayang, lihatlah putri kita ini. Bukankah setiap hari dia tambah cantik!" ujar Ronan yang melihat bayinya yang tidur di ranjang bayi.
"Tidak bisakah dia diam sebentar. Aku hanya ingin tidur!" batin Reva kesal
[Sistem Re] : "Sabar tuan, memang ayah anda adalah pecinta anak perempuan,"
"Lalu, kenapa dalam novel tidak dijelaskan. Malah tidak terlihat sama sekali!"
"Sayang, lihatlah bayi kita ada kerutan saat dia tertidur!" seru Ronan yang melihat kerutan di dahi putrinya.
Astrid hanya tertawa melihat antusias suaminya. Bahkan suaminya tidak berhenti memfoto bayi kecil mereka.
[Sistem Re] : "Itu karena ada masalah tuan. Nanti jika sudah waktunya saya akan beritahu. Untuk sekarang belum waktunya tuan,"
"Terserahlah. Aku ingin tidur. Tadi malam mereka sangat berisik, aku tidak bisa tidur."
[Sistem Re] : "???"
"Sepertinya, mimpi putri kita sudah lebih indah. Lihat, kerutannya sudah menghilang," ujar lembut Astrid saat melihat bahwa putrinya tampak tenang.
"Kau benar. Semoga mimpi indah anakku tersayang," ujar Ronan yang kemudian mencium kening putrinya dengan sayang.
...****************...
BRAK!!!
Oeee.... Oeeee!
Terdengar suara pintu yang terbuka dengan keras dan suara bayi. Pelaku yang membuka pintu langsung melihat ke arah dedek bayi.
"Mama, kenapa adik menangis?" tanya Kassius yang melihat adiknya menangis
Astrid tersenyum ke arah putranya. Melihat seragam yang masih dipakai oleh kedua anaknya, Astrid tau bahwa kedua putranya langsung datang kemari setelah pulang sekolah.
"Dasar kakak sialan. Kan gue kaget, anjir,"
"Bagaimana adik kalian tidak menangis, dia terkejut karena kakak-kakaknya datang membuka pintu dengan keras," ujar Ronan yang baru saja masuk setelah menjemput kedua putranya.
Si kembar melihat ke arah papanya kemudian melihat arah mamanya yang sibuk menenangkan adik mereka. Kemudian, merasa adik mereka berhenti menangis, si kembar mendekat dan melihat ke arah adik mereka.
"Maaf ya dek, kami mengejutkan adik," ujar si kembar karena merasa bersalah.
"Eitss, kalian harus cuci tangan dan ganti dulu baru bisa deket sama dedek bayi. Jadi, ayo sama papa dulu!" ajak Ronan kepada anak kembarnya
Astrid melihat keluarganya harmonis merasa senang. Di karuniai 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan membuatnya senang. Tak lupa, suaminya yang sangat pengertian.
"Sayang, lihatlah! Semua orang menyayangimu. Jadi kau harus tumbuh dengan baik ya sayang!" ujar Astrid yang melihat ke arah bayinya
Reva yang sedang memandang ibunya pun tersenyum.
"Tentu saja aku akan tumbuh dengan baik dan melindungi kalian!" tekad Reva
"Wah, kau tersenyum. Kau mengerti perkataan mama ya!" seru Astrid saat melihat bayinya tersenyum. Kemudian Astrid meletakkan kembali Reva di ranjang bayinya.
"Mama, lihat kami membawa sesuatu untuk dedek!" ujar Kassius sambil berlari dam diikuti Tristan dan Ronan dari belakang.
"Apa sayang?" ujar Astrid yang melihat kedua anaknya menyembunyikan sesuatu di balik tubuh mereka. Astrid berusaha untuk mengintip barang yang disembunyikan anaknya, namun tidak berhasil.
"Ini!" Kassius memberikan bunga yang terbuat dari kertas. Begitu juga dengan Tristan. Masing-masing membawa 2 bunga kertas.
"Ini untuk adik saja?"
"Tidak, kami masing-masing memberikan satu untuk mama dan satu untuk adik!" ujar Tristan yang memberikan satu bunga ke arah ibunya. Diikuti Kassius yang memberikan satu bunga ke arah ibunya.
"Aw, makasih sayang!" Astrid merasa senang dengan perhatian dari anaknya.
Setelah melihat senyuman dari ibu mereka, Kassius dan Tristan melihat ke arah ranjang adiknya.
"Adik, ini aku bawakan bunga untukmu!" ujar Kassius yang menunjukkan bunga kertas ke arah Reva.
Kassius dan Tristan meletakkan bunga di samping adik mereka. Melihat senyum di wajah adiknya, mereka merasa senang.
"Kau juga tak ingin memberiku dan putriku hadiah?" goda Astrid
"Hadiahmu sudah menunggu di rumah. Begitu juga dengan hadiah anak-anak." ujar Ronan yang kemudian mencium Astrid mulai dari kening, mata, hidung dan pipi. Saat akan mencium bibir, Astrid menghentikannya.
"Kalau yang itu, nanti ya. Tunggu anak-anak pergi, baru boleh!" ujar Astrid yang membuat Ronan lemas seketika.
...****************...
2 Hari Kemudian
Hari ini adalah hari kepulangan Astrid pasca melahirkan sekaligus hari pertama Reva akan pulang ke rumahnya.
"Apakah ini sudah semua sayang?" tanya Ronan yabg melihat barang bawaan milik istri dan anaknya
"Sepertinya sudah," ujar Astrid yang melihat barang yang dibereskan Ronan dengan asistennya.
Melihat putrinya ini tenang dan lebih suka tidur membuatnya cemas. Namun mendengar penjelasan dokter, membuatnya sedikit tenang. Bayi Reva sedikit berbeda dengan kedua kakak kembarnya. Kassius yang rewel dan Tristan yang tenang. Hanya saja Reva lebih tenang dibandingkan sata Tristan dulu.
Rumah Ronan Whystan
Saat ini rumah sudah di dekor sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan anggota baru dalam keluarga mereka.
Willow dan Liana lah yang paling sibuk mendekor ruangan. Para suami hanya diam dan membantu sedikit. Mereka takut jika membuat kesalahan, bisa-bisa mereka akan tidur di luar.
Brrrrmmmm....
"Dengar! Mobil Ronan sudah datang!" seru Ethan yang melihat mobil menantunya memasuki area halaman rumah.
Semua orang bersiap menyambut kedatangan ibu beserta anggota keluarga baru mereka.
"Selamat datang!" ujar semua orang menyambut kedatangan Astrid dan Reva.
Reva yang tidur tidak merasa terganggu dengan kebisingan yang ada.
[Sistem Re] : "Nona, apakah anda tidak ingin bangun?"
"Tidak, aku ingin menikmati tidur selagi bisa. Dulu gue nggak bisa tidur karena sibuk belajar, sekarang biarkan gue tidur," ujar Reva yang melanjutkan tidurnya.
"Dia bayi yang tenang ya Reva itu!" puji Willow yang menggendong Reva yang tidur. Bayi itu hanya menggeliat sebentar, kemudian melanjutkan tidurnya.
"Iya, dan dia sangat manis saat tidur begini!" puji Liana yang melihat Reva mengingatkan Astrid, putrinya saat masih bayi.
[Sistem Re] : "Nona, apakah anda benar tidak ingin menyapa semua orang?"
"Tidak, aku hanya ingin tidur untuk saat ini!"
[Sistem Re] : "..."
Sistem Re hanya terdiam merasa tak habis pikir dengan tuannya. Tuannya hanya ingin tidur sepanjang waktu dan jarang membuka matanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!