NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Almira

Melamar Almira

*****

Ketika Almira melangkah masuk ke dalam restoran, cahaya lampu gantung yang mewah menyoroti gaun elegannya yang berkilau, membuat setiap mata tertuju padanya.

Hijab yang dipadukan dengan gaun itu menambah keanggunannya. Almira berjalan dengan langkah lembut, melintasi barisan pelayan yang dengan hormat menundukkan kepala saat dia lewat.

Di ujung ruangan, Galang sudah berdiri dengan postur tegap, mengenakan setelan jas yang serasi dengan gaun Almira.

Senyumnya lebar saat matanya bertemu dengan sosok yang dinantikannya. Almira membalas dengan senyum malu-malu, hatinya berdebar kencang mengetahui malam itu akan menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka berdua.

Galang mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Almira dengan lembut.

“Kamu terlihat sangat cantik malam ini, Almira.” Bisiknya, hampir tak terdengar di antara gemerlap suara perbincangan dan alunan musik yang lembut.

Almira hanya bisa mengangguk, terlalu terharu untuk berkata-kata.

" Kamu juga ganteng kok malam ini. Aku sampai nggak tanda kalau yang berdiri itu kamu. Kirain pangeran tadi." Sahut Almira.

" Pengeran juga boleh. Pangeran nya Almira."

" Tapi aku nggak mau kalau kamu jadi pangeran."

" Kenapa?" Tanya Galang heran.

" Kalau pangeran itu kan, mengawal banyak orang. Tapi kan aku mau nya kamu cuma mengawal hati aku aja." Jawab Almira tersenyum.

" Baik lah tuan putri. Kalau begitu, mulai sekarang Baginda hanya akan akan jadi pengawal pribadi nya adinda saja."

Almira tersenyum malu menatap Galang.

Mereka berdua kemudian berjalan menuju meja yang telah dihiasi dengan lilin dan bunga, siap untuk menikmati malam yang penuh cinta.

" Aku sudah booking tempat ini khusus untuk kita berdua." Kata Galang saat pelayan telah selesai menata makanan di atas meja.

" Kamu sangat romantis, Galang. Aku suka. Aku suka dengan dekorasi nya. Lampu nya, musik nya."

" Dan semua makanan ini, sengaja aku pesan. Semua nya makanan kesukaan kamu. Jadi kamu harus habis kan. Nggak boleh ada sisa."

Almira melotot mendengar Galang meminta nya menghabiskan semua makanan.

" Semua nya?" Tanya Almira menganga.

" Iya. Semua nya sayang. Aku sudah capek - capek loh request semua nya khusus buat kamu. Masak kamu tega sih nggak habis kan makanan nya." Galang menunjukkan wajah cemberut nya pada Almira. Berharap Almira luluh seketika.

Almira menelan Saliva nya yang terasa menyangkut di tenggorokan.

" Tapi semua ini banyak, Galang. Aku mana bisa menghabiskan nya. Yang ada nanti aku makin gendut dong." Rengek Almira.

Galang tertawa kecil. Menggelengkan kepala nya dengan pelan.

" Memang nya kenapa kalau kamu gemuk?"

" Memang nya kamu mau punya pacar yang gendut?"

" Kenapa tidak? Aku sayang sama kamu itu dari sini." Galang meletakkan jari telunjuknya di dada nya. Menunjukkan rasa cinta nya yang tulus berasal dari hati nya.

" Dari hati. Bukan karena penampilan kamu. Jadi bagaimana pun nanti nya penampilan kamu. Mau kamu gemuk, kurus, atau jadi jelek sekalipun. Aku akan tetap sayang dan cinta sama kamu."

" I love you." Kata Almira tersenyum.

" I love you too." Jawab Galang.

" I love you, more."

*

*

*

Malam itu, cahaya lilin berkelip-kelip memantulkan sinar yang hangat di meja makan tempat Galang dan Almira baru saja menyelesaikan makan malam romantis.

Galang mengambil napas dalam-dalam, tangannya gemetar sedikit saat mengeluarkan kotak kecil berlapis beludru dari saku jasnya.

Dia meluncurkan kotak itu ke arah Almira, yang matanya langsung berbinar penuh rasa ingin tahu.

" Apa ini?" Tanya Almira dengan suara bergetar.

" Buka saja sendiri." Jawab Galang yang semakin membuat Almira penasaran.

Dengan tangan yang gemetar karena campuran antara kegembiraan dan kekhawatiran, Almira membuka kotak tersebut.

Cahaya lilin yang temaram membuat kilauan cincin berlian di dalamnya tampak semakin mempesona. Napasnya terhenti sejenak, tak percaya dengan apa yang tersaji di hadapannya.

"Lang..." Ucap Almira tak percaya.

" Aku mau kita bertunangan. Aku sudah memutuskan untuk memiliki kamu seutuh nya. Menjadikan kamu menjadi wanita yang akan menemani aku hingga menutup mata nanti."

Almira menatap Galang, kemudian cincin itu, dan akhirnya kembali ke mata Galang. Sebuah senyum mengembang di bibirnya, ia mengangguk pelan.

"Ya, Galang, saya mau," Ucapnya, suara penuh dengan kebahagiaan yang tidak bisa dia sembunyikan.

Galang menghela napas lega dan tersenyum lebar, merasa seperti pemuda paling beruntung di dunia.

Dengan lembut, Galang mengambil cincin tersebut dan memasukkannya ke jari manis Almira, tanda ikatan mereka kini telah tersegel.

Tak perlu waktu lama untuk Almira Galang dalam hidup nya. Hubungan yang belum genap satu tahun terjalin itu belum seberapa di banding waktu yang mereka habiskan sejak mereka bertemu di bangku SMA.

Setelah tamat sekolah, mereka kembali di pertemukan di bangku kuliah. Bahkan orang tua Galang sudah menganggap Almira yang sudah tidak punya orang tua lagi seperti anak mereka sendiri.

Sampai Almira bisa bekerja di perusahaan nya keluarga Galang. Dan kebersamaan itu pula yang membuat Almira yakin. Jika pilihan nya tidak salah. Dia sudah cukup mengenal sosok Galang.

*

*

*

" Assalamualaikum, ma." Ucap Aksa saat dia masuk ke dalam rumah sambil menyeret koper besar yang dia bawa.

Zora yang tengah duduk di ruang tamu sambil membaca majalah tersentak kaget mendengar suara putra pertama nya.

Dia pun menoleh, lalu bangkit saat melihat Aksa mendekati nya.

" Aksa?"

" Mama... Apa kabar? Aksa kangen sekali sama mama." Ucap Aksa memeluk erat Zora.

" Mama juga kangen sama kamu, Nak. Mama pikir kamu nggak akan pulang."

Pelukan itu terurai. Mereka berdua pun duduk di sofa empuk bercorak cokelat yang menambah kesan mewah di dalam ruangan itu.

" Mana mungkin Aksa nggak pulang, ma. Ini hari pertunangan Galang dengan Almira. Galang juga harus menjadi saksi kebahagiaan mereka kan?"

" Iya, iya. Mama tahu itu."

" Bagaimana pekerjaan kamu disana?" Tanya Zora.

" Alhamdulillah semua nya lancar, ma. Dan Aksa rasa, Aksa nggak perlu lagi berangkat kesana. Aksa sudah putuskan mau di sini saja bantuin papa mengurus perusahaan." Jawab Aksa.

" Bagus itu. Papa kan sudah tua. Kalau bukan kamu dan adik kamu yang menggantikan nya, siapa lagi?"

" Oh ya. Kenapa harus bertunangan dulu, ma? Kenapa tidak langsung menikah saja? Apa mereka masih kurang waktu untuk saling memahami satu sama lain?" Tanya Aksa yang sudah tahu bagaimana kedekatan Almira dengan adik nya itu.

" Tadi nya mama juga mau mereka langsung menikah saja. Tapi Galang bilang, dia masih ada urusan di luar kota salam waktu dekat ini. Makanya mereka bertunangan dulu. Setelah bertunangan, Galang akan pergi menyelesaikan pekerjaan nya. Dan kembali saat acara pernikahan mereka bulan depan." Jawab Zora sesuai rencana yang sudah di atur oleh Galang pada nya.

Aksa mengangguk mengerti dengan ucapan sang mama.

" " Yang mana baik nya saja, ma.  Semoga lancar sampai hari H nya nanti." Ucap Aksa.

*

*

*

Almira duduk di depan meja rias, hatinya berdebar kencang. Tangan-tangan terampil penata rias menyentuh wajahnya dengan lembut, menambahkan sentuhan akhir pada makeup yang sempurna.

Hijab putihnya yang panjang menjuntai sampai ke lantai, menambahkan aura kemegahan pada penampilannya. Setiap detil pada gaun dan hijabnya dirancang untuk membuatnya tampak seperti putri di hari istimewanya ini.

" Kamu cantik sekali sih Almira. Saya belum pernah merias pengantin secantik kamu. Tanpa make up kamu itu juga sudah cantik, apa lagi di make up in. Uh... Lala... Kamu seperti putri dari kerajaan. Putri buat Galang." Puji MUA yang mendandani Almira.

" Terima kasih, mbak. Ini semua berkat mbak juga. Kalau bukan mbak yang dandani, mana mungkin saya bisa cantik seperti put."

" Ah, Almira. Kamu bisa saja."

" Sudah selesai?" Tanya Zora yang masuk ke dalam kamar.

Zora berdiri menatap Almira. Dengan kebaya berwarna dusty yang sangat serasi dengan warna dekorasi hari ini menambah kesan mewah di antar keluarga itu.

" Sebentar lagi, buk." Kata MUA.

" Setelah ini Almira di bantu di bawa ke luar ya. Acara nya akan segera di mulai." Pinta Zora.

" Iya, buk." Jawab MUA.

" Galang sudah datang Tante?" Tanya Almira.

" Masih di jalan, sayang. Sebentar lagi juga pasti sampai. Dari bandara Galang akan langsung kesini." Jawab Zora.

Almira hanya tersenyum pada Zora. Kedua wanita itu sangat bahagia. Kebersamaan nya selama ini dengan Almira akan menjadi kebersamaan untuk selama nya di saat Almira resmi menjadi menantu nya nanti.

" Tante senang sekali. Akhir nya kamu jadi menantu Tante juga. Tante sudah nggak sabar masak sama kamu, ngobrol - ngobrol berdua, jalan - jalan sama kamu." Ujar Zora.

" Sama Tante, Almira juga seneenggg banget. Setelah akad nikah, Almira akan panggil Tante jadi mama."

Di luar kamar, balroom hotel telah berubah menjadi sebuah taman surga, dihiasi dengan ribuan bunga segar berwarna-warni yang menambahkan wangi dan keindahan pada suasana.

Para tamu mulai berdatangan, mengenakan pakaian terbaik mereka, dan berbisik kagum melihat dekorasi yang mewah.

Hari Pernikahan

*****

Di sudut ruangan, Bastian dan Aksa secara bergantian menghubungi Galang. Tapi tidak mendapatkan jawaban apa pun. Bahkan beberapa pesan yang di kirim juga tidak di balas.

" Mungkin Galang masih di pesawat, pa. Nggak bisa angkat telepon." Kata Aksa.

" Anak ini sudah membuat papa khawatir saja. Papa sudah bilang agar dia pulang kemarin. Agar sebelum acara dia sudah berada di Jakarta. Tapi dia malah nggak mau. Kata nya nggak mau meninggalkan pekerjaan nya. Apa pekerjaan nya itu lebih penting dari pernikahan nya?" Kesal Bastian.

" Pa... Sudah. Kita tunggu saja. Galang pasti datang. Mungkin tadi pesawat nya ada kendala saat berangkat. Mungkin sempat delay." Bela Aksa yang masih berpikiran positif pada sang adik.

" Seharus nya dia hubungi kita dulu sebelum berangkat. Bukan nya malah diam saja seperti ini. Lihat, semua tamu sudah datang. Penghulu juga sudah datang."

Tak berapa lama, Almira di bantu seorang MUA keluar dari kamar dan memasuki area pernikahan. Semua mata tertuju pada Almira yang terlihat sangat cantik hari itu.

Dengan hati - hati Almira duduk di depan penghulu. Dia duduk sendiri menunggu calon suami nya datang.

*

*

*

Jauh dari hotel mewah tempat resepsi pernikahan Galang dan Almira, Galang duduk berhadapan dengan seorang perempuan sedang menikmati sarapan mereka.

Dddrrtttt... Dddrrrrtttt....

Ponsel Galang yang berada di atas meja terus berdering sejak pagi.

" Siapa sih? Kenapa nggak di angkat sayang?" Tanya Hilda.

" Dari mama. Nanti saja lah." Jawab Galang lalu membalikkan layar ponsel nya.

" Angkat saja, sayang. Siapa tahu penting. Bilang sama mama kamu kalau kita akan sampai di Jakarta nanti sore."

" Nggak usah. Hari ini pernikahan adik angkat aku, pasti mama hanya mau marah karena aku tidak menghadiri acara itu."

" Adik angkat?" Tanya Hilda.

Wajar saja Hilda sedikit kaget saat Galang menyebut adik angkat di depan nya. Sebab sejak kenal dengan Hilda, Galang tidak pernah bercerita jika dia punya adik angkat selama ini.

" Sebenar nya dia itu teman aku sekolah dulu, teman kuliah bahkan dia juga kerja di kantor papa. Dia sangat dekat dengan keluarga aku. Karena mama tidak punya anak perempuan, mama menganggap dia seperti anak mama sendiri. Jadi anak angkat lah." Jawab Galang menjelaskan.

" Memang nya dia tidak punya orang tua?"

" Orang tua nya meninggal saat dia masih SMP. Dan dia tinggal dengan Tante nya."

" Oh... Beruntung sekali dia di anggap anak oleh mama kamu. Mama pasti ibu yang baik. Aku jadi nggak sabar ketemu dan kenal sama mertua aku." Hilda cengengan seraya kembali mengulang sarapan nya.

" Iya." Jawab Galang mengangguk.

" Terus dia mau menikah dengan siapa? Adik angkat kamu itu." Tanya Hilda lagi.

Galang tak langsung menjawab. Tidak mungkin juga dia menjawab jika hari ini Almira seharus nya menikah dengan nya. Tapi justru dia lah yang akan membuat semua nya menjadi tidak pasti.

Hari pernikahan yang seharus nya menjadi hari yang bahagia buat Almira terancam batal karena Galang tidak datang di hari pernikahan nya.

" Dengan...."

Belum sempat Galang menjawab, seorang pelayan restoran datang menghampiri mereka membawa kan buah pencuci mulut.

" Ini buah nya pak, buk." Ujar Pelayan.

" Oke. Terima kasih, mas." Ucap Hilda.

Setelah meletakkan buah di atas meja, pelayan kemudian pergi meninggalkan mereka.

" Sayang, aku ke toilet dulu ya." Pamit Hilda.

Galang hanya mengangguk pelan.

Setelah merasa Hilda sudah jauh, Galang mengambil ponsel nya dan melihat banyak nya panggilan masuk dari keluarga nya yang terus menghubungi nya.

" Maaf kan aku, Almira. Aku sudah mengkhianati janji kita." Gumam Galang.

Galang pun mengetikkan sesuatu di dalam ponsel nya. Sebuah pesan yang akan dia kirim sebelum dia menonaktifkan ponsel nya.

*

*

*

Setengah jam sudah Almira duduk di depan penghulu. Bahkan penghulu sudah berulang kali melirik jam di pergelangan tangan nya.

" Dimana pengantin pria nya? Akad nya harus segera di mulai?" Tanya penghulu pada Almira.

" Tunggu sebentar lagi ya, pak. Calon suami saya pasti masih di jalan." Jawab Almira terbata.

" Tapi saya tidak bisa lama - lama. Saya masih ada janji dengan calon pengantin yang lain."

" Iya, pak. Sebentar lagi pa. Tunggu ya pak." Bujuk Almira.

Almira tersentak diam. Masalah nya sudah hampir setengah jam dia duduk di sana sendiri. Namun Galang belum juga terlihat.

Almira menoleh ke kiri. Dia menatap wanita yang akan jadi mertua nya yang duduk tak jauh dari nya. Zora, mama dari Galang tersenyum getir lalu mengangguk. Meminta Almira menunggu sebentar lagi.

Lalu Zora bangkit dan mencoba menghubungi Galang. Tapi nomor Galang tidak bisa di hubungi.

" Dimana kamu, Galang? Kenapa belum datang juga? Seharus nya kamu sudah sampai jika naik pesawat pagi." Gumam Zora mondar mandir sendiri di sana.

Langkah Zora terhenti, jantungnya berdebar tak karuan saat notifikasi pesan memecah kesunyian ponselnya.

Dengan tangan yang gemetar, ia membuka pesan itu dan membaca setiap kata yang seolah menusuk relung hatinya yang paling dalam, membuat napasnya tercekat.

" Bagaimana, ma? Galang sudah dimana?" Tanya Bastian, papa dari Galang.

Bukan nya menjawab, Zora malah menatap Bastian dengan mata yang berkaca - kaca.

" Ada apa, ma? Kenapa kamu menangis?" Tanya Bastian bingung.

Zora pun menyerahkan ponsel nya pada Bastian dan menunjukkan pesan yang di kirim Galang untuk nya.

' maaf, ma. Galang tidak bisa datang. Galang sudah putuskan. Galang tidak akan menikah dengan Almira. Galang harus pergi. Jangan tunggu Galang, ma.'

Mata Bastian melotot membaca pesan masuk dari putra kedua nya itu.

" Galang..." Pekik Bastian frustasi.

" Bagaimana ini pa? Bagaimana sekarang? Kenapa Galang melakukan ini pa?"

" Ada apa, ma?" Tanya Aksa yang sudah berada di antara mereka.

" Lihat ini, lihat perbuatan adik kamu ini." Bastian memberikan ponsel Zora agar Aksa bisa membaca pesan nya.

" Apa - apa an ini? Apa sebenar nya yang ada di pikiran Galang sekarang?" Tanya Aksa tak percaya.

" Galang tidak akan datang?" Gumam Bastian.

" Apa?" Tanya Almira terkaget.

Almira terkaget menutup mulut nya mendengar pembicaraan calon mertua nya di sudut ruangan.

" Galang tidak kan datang? Apa maksud nya Tante?" Tanya Almira lagi.

" Almira... " Kata Zora.

" Bagaimana ini? Kita bisa malu jika Galang tidak jadi menikah dengan Almira. Semua tamu akan menertawakan kehancuran keluarga kita. Mau di taruh dimana muka saya di depan relasi kerja saya, ma." Bastian semakin panik

Almira terduduk di kursi dengan air mata yang terus menetes.

" Kalian hanya memikirkan harga diri keluarga kalian saja? Begitu?" Bentak Marina, Tante nya Almira.

" Kalian tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan keponakan saya? Seharus nya saya sudah paham jika Galang tidak siap menikah dengan Almira saat dia pergi keluar kota? Jadi seperti ini kan sekarang? Keponakan saya akan malu jika dia tidak jadi menikah hari ini. Apa kata orang - orang nanti nya. " Protes Marina.

Air mata Almira mulai jatuh membasahi pipinya. Di sebelah nya, Marina hanya bisa mengusap punggung Almira. Memberikan sedikit kekuatan untuk Almira bisa menerima kenyataan ini.

" Maaf kan Galang, Marina. Saya juga tidak tahu akan seperti ini jadi nya. Galang tidak pernah mengatakan apa pun pada kamu sebelum dia pergi." Bela Zora.

" Nggak mungkin, Mbak. Nggak mungkin Galang tidak bicara apa pun pada kalian." Bantah Marina.

" Benar Marina."

" Hari ini kalian sudah mempermalukan keponakan saya? Kalian anggap apa keponakan saya ini? Dia juga punya perasaan. Tapi seenak nya saja Galang mempermainkan nya." Ucap Marina kesal.

Di dalam sunyi kapel yang seharusnya dipenuhi dengan desau bahagia para tamu, Almira duduk termangu, kebingungan menggelayuti pikirannya.

Kenapa Galang tidak muncul di hari yang paling penting dalam hidup mereka? Semua terasa begitu sempurna hingga kemarin, dan tiba-tiba, keheningan menggantikan kegembiraan yang seharusnya ada.

Hanya air mata yang terus mengalir, mencerminkan kerinduan dan ketidakpastian yang kini menjerat jiwanya. Hatinya terasa remuk, bagai cermin yang pecah berkeping-keping, saat dia terduduk di kursi dingin itu.

" Aksa akan menikahi Almira, ma. Aksa akan menyelamatkan harga diri keluarga kita, juga harga diri Almira hari ini. Acara ini akan tetap berlangsung tanpa Galang." Sahut Aksa memecah kesunyian di sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ya ampun Aksa... Kamu memang sebagai penyelamat bagi keluarga kamu. Tapi gimana nih dengan Almira? Kira2 dia mau nggak ya nikah sama Aksa??

Sah

*****

Semua mata menatap ke arah Aksa. Merasa tak percaya dengan ucapan Aksa barusan.

" Jangan bercanda Aksa. Ini bukan hanya soal harga diri. Tapi juga soal hubungan kamu dengan Almira nanti nya. Masa depan kalian, Nak." Sahut Zora mendekati putra nya itu.

Mata Almira masih menatap Aksa. Tak percaya mendengar keputusan Aksa barusan. Aksa yang selama ini dia kenal dengan sosok yang sangat dingin. Bahkan Aksa tidak pernah bicara dengan nya. Di tambah lagi Aksa yang memilih menjalan kan perusahaan keluarga nya yang di luar kota. Membuat Almira menebak - nebak maksud dan tujuan Aksa mau menggantikan posisi sang adik menikahi Almira.

" Mungkin itu adalah jalan keluar yang terbaik Aksa. Papa setuju. Dengan begitu, acara ini akan tetap berlangsung walau tanpa Galang." Sahut Bastian setuju.

" Setuju kamu bilang? Kalian hanya memikirkan harga diri kalian saja tanpa kalian bertanya bagaimana pendapat Almira soal ini. Yang akan menjalani nya nanti itu Almira, bukan kalian." Protes Marina.

" Saya tidak setuju Almira menikah dengan Aksa. Bukan Aksa yang seharus nya bertanggung jawab atas pergi nya Galang dari acara pernikahan nya. Dan saya tidak mau, masa depan Almira menjadi tidak bahagia karena kalian yang hanya memikirkan harga diri kalian saja." Ucap Marina lagi.

" Marina... tenang kan diri kamu dulu. Saya juga tidak setuju dengan ini." Kata Zora.

" Pa, Aksa tidak bisa menggantikan Galang. Semua ini tidak semudah yang kita pikirkan. Tolong pikir kan bagaimana perasaan Almira saat ini." Ucap Zora mengharap pada Bastian agar memikirkan cara yang lain.

" Aksa... mama tahu kamu mau menyelamatkan nama baik keluarga kita. Tapi mama tidak setuju kalau kamu sampai mengorbankan perasaan kamu juga Almira karena keegoisan Galang." Tambah Zora pada Aksa.

" Tapi ma..." Sanggah Aksa.

" Cukup Aksa." Potong Marina.

Kini Zora berpindah tempat ke dekat Almira. Di tatap nya lama - lama wajah gadis yang wajah nya sudah basah karena air mata.

" Tidak, Nak. Mungkin Galang bukan jodoh yang baik untuk Almira. Tapi mama tidak mau, kalau Almira menikah dengan laki - laki yang tidak dia cintai. Acara ini lebih baik di batalkan saja." Ucap nya menatap mata sendu Almira. Betapa dia bisa melihat kehancuran di mata gadis yang sudah dua puluh lima tahun bersama nya.

" Zora. Apa yang kamu katakan? Apa kamu mau orang - orang membicarakan hal ini di luar sana? Mereka semua mempermalukan kita karena Galang? Papa tidak setuju." Bantah Bastian setengah berteriak.

" Cukup, pa. Cukup. Cukup memikirkan tentang pendapat orang lain. Berhenti memikirkan pendapat orang lain pada keluarga kita. Sekarang... seharusnya kita memikirkan perasaan Almira. Gadis yang seharus nya mendapatkan kebahagiaan nya hari ini... harus terluka karena anak kita." Bentak Zora.

Zora ikut menangis tersedu di depan Almira. Bahkan tubuh Zora hampir roboh ke lantai jika tangan Almira tidak menopang kedua bahu nya.

" Jangan katakan itu tante. Bukan hanya Almira yang terluka karena Galang, tapi tante dan keluarga juga terluka karena Galang. Dan Almira juga nggak bisa terima jika orang - orang di luar sana membicarakan hal buruk tentang keluarga ini, tante. Almira sudah menganggap keluarga ini seperti keluarga Almira sendiri. Dan Almira akan melakukan hal yang sama dengan mas Aksa. Demi nama baik dan harga diri keluarga Rahardian." Ucap Almira dengan nada yang sedikit lebih tenang sekarang. Walau pum masih terdengar isak tangis di sana.

" Tante tahu kamu akan melakukan yang terbaik untuk keluarga ini, Almira. Tapi tidak mengorbankan masa depan kamu. Tante tidak setuju kalau kamu menikah dengan Aksa. Pernikahan ini di batalkan saja. Kita pulang dan kembali menjalani kehidupan kita seperti sebelum nya. Dan untuk Galang, kamu harus lupakan dia. Anggap saja kamu tidak pernah kenal dengan Galang... Juga dengan keluarga ini. Keluarga yang hanya mementingkan harga diri mereka dari pada harga diri kamu." Protes Marina lagi.

Marina benar - benar tidak bisa menerima jika Almira harus melanjutkan pernikahan nya tapi dengan Aksa. Sebagai rasa bertanggung jawab atas perbuatan adik nya demi Almira juga demi keluarga nya.

" Saya membangun perusahaan serta nama baik Rahardian dari nol. Sekarang saya tidak ingin segala nya berakhir sia - sia hanya karena seorang anak yang tidak bertanggung jawab seperti Galang. Pesta pernikahan ini harus tetap di lanjutkan meski bukan lagi Galang yang akan menjadi pengantin pria nya." Kata Bastian.

" Apa maksud papa?" Tanya Zora.

" Almira... Mau kah kamu menikah dengan Aksa demi kami, Nak?" Tanya Bastian menatap Almira.

Mata nya menunjukkan raut pengharapan dia sana. Dengan mata yang juga menahan amarah juga sejuta kesedihan di sana memohon kepada calon menantu nya itu.

" Bastian... Apa kamu sudah gila? Almira tidak akan menikah dengan Aksa." Teriak Marina tidak setuju.

" Pernikahan bukan lah sebuah permainan, Bastian. Ini adalah sebuah ikatan dan tanggung jawab yang besar. Tidak cukup jika hanya beralasan untuk harga diri dan nama baik keluarga saja." Ucap Marina mulai merendahkan suara nya.

Bastian tak lagi mampu memungkiri setiap ucapan yang di lontar kan Marina. Dia pun mendekati kursi dan terduduk di sana.

" Tante Marina... Kita anggap saja pernikahan ini memang di dasari dengan keterpaksaan untuk menyelamatkan nama baik keluarga saya. Tapi di sini, kita juga memikirkan nama baik Almira juga. Apa kata orang di luar sana jika Almira tidak jadi menikah? Galang tidak datang di hari pernikahan mereka? Tidak menutup kemungkinan kan jika orang - orang mengira Almira melakukan satu kesalahan sampai Galang tidak hadir di hari pernikahan nya? Ini hanya jalan saja... Karena sebenar nya pernikahan itu adalah rencana Allah untuk masa depan kami." Sahut Aksa.

Almira menatap Aksa dalam diam nya. Lama tidak mendengar suara Aksa, kini Aksa berbicara layak nya seorang penyelamat dalam hidup Almira yang menyakitkan ini. Perkataan Aksa yang sangat lembut mampu memporak porandakan hati Almira di tengah perdebatan sengit itu.

" Aksa akan tetap menikahi Almira hari ini." Ucap Aksa lagi dengan tegas.

Tubuh Almira tiba - tiba saja membeku. Aliran darah nya seolah berhenti menitik. Dia membisu dan melemas acara bersamaan. Semua mata kini memandang ke arah gadis yang hanya di besar kan sendiri oleh Tante nya itu.

" Bagaimana dengan kamu, Almira?" Tanya Marina dengan lembut.

" Almira sayang." Panggil Marina.

Almira menatap Marina ragu. Hatinya bergetar. Keringat dingin terus bercucuran. Dia pandangi wajah Tante nya, lalu beralih menatap Zora dan terakhir menatap Aksa yang tak menatap nya sama sekali.

Mata Aksa bergerak menatap Almira. Mereka saling bertatapan. Dan untuk pertama kalinya hati kedua nya berdebar. Bukan sebagai orang lain. Melainkan sebagai calon pengantin.

Ada masalah yang harus di selesaikan. Ada luka yang masih tersembunyi. Ada hati yang harus dia jaga. Serta balas Budi yang harus di tuntas kan.

" Jika mas Aksa bersedia, Almira juga bersedia, Tante." Jawab Almira pasrah.

" Benar kah Almira?" Tanya Bastian dengan mata berbinar.

Almira hanya mengangguk dan Zora langsung memeluk calon menantu nya itu.

" Terima kasih, Nak. Kami berhutang Budi padamu. Tante tidak akan pernah menyia - nyiakan kamu." Ucap Zora mengecup kening Almira. Air mata nya mengalir deras.

Bastian tak mampu menyembunyikan rasa haru nya. Pemilik Hotel bertaraf internasional itu begitu takjub dengan keputusan Aksa dan Almira. Dia pun memeluk Aksa dengan erat.

" Terima kasih, Aksa." Ucap Bastian.

Aksa hanya mengangguk seraya tersenyum kecut menatap Almira yang masih berada dalam pelukan sang mama.

*

*

*

" Saya terima nikah dan kawin nya Almira Wardani dengan mas kawin seberat seratus gram di bayar tunai."

" Bagaimana saksi? Sah?"

" Sah."

" Alhamdulillah."

Usai ijab Qabul, Aksa memberikan punggung tangan nya dan Almira segera mengecup takdzim. Setelah itu Aksa mengecup mesra pucuk kepala Almira. Almira seketika menitikkan air mata.

Dia sangat bahagia bisa menikah. Tapi bukan pernikahan seperti ini yang dia harapkan. Menikah dengan Aksa tidak ada tertulis dalam catatan kehidupan nya selama ini.

" Kamu dimana sebenar nya, Lang? Kenapa kamu melakukan hal ini kepada ku? Apa kesalahan ku kepada kamu Galang sampai kamu tega tidak datang di hari pernikahan kita. Pernikahan yang sudah kita rencana kan sejak lama." Bathin Almira menangis.

***

Akhirnya sah juga kan mas Aksa dan Almira... Tapi bagaimana nih dengan hati Almira??? Yang mungkin masih berharap pada Galang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!