"Astaga gue terlambat lagi, gimana ini?" suara itu berasal dari siswi yang bernama Haura, dia sedang kebingungan.
"Oy.. hau, ngapain lo diluar?" ucap Vio
"Iya, mending masuk." timpal Devi
"Kepala lo masuk, kita telat lagi njirr. Lo gak liat? Gerbang sekolah sudah di tutup" ucap Haura
"Hah! Serius? Gue gak mau kenah hukum lagi Aaaa!" pekik Devi membuat kedua sahabatnya refleks menutup telinga
"Kebiasaan banget lo teriak-teriak, dev." kesal Haura sementara sang empuh hanya menyengir
"Oh iya, Mala mana?" tanya Vio sembari mengedarkan pandangan
Devi serta Haura ikut mengedarkan pandangan, mencari keberadaan salah satu sahabat mereka yang bernama Mala.
"Iya, Mala mana ya? Apa mungkin udah masuk ke kelas ya, ya?" celetuh Haura
"Eh, gak mungkin Mala udah datang 'kan lo pada tau kalo dia itu selalu terlambat." timpal Devi
Haura serta Vio mengangguk anggukan kepala, yang di katakan Devi benar adanya. Mala memang datang kesekolah selalu terlambat, tidak ada hari tanpa terlambat.
"Itu di sebrang sana kayaknya motor Mala deh, berarti Mala udah datang guys. kita langsung kebelakang sekolah aja mungkin Mala mau loncat dari tembok belakang lagi." ujar Haura yang langsung di beri anggukan oleh yang lainnya.
Ketiga gadis itu 'pun pergi ke belakang sekolah, dan benar saja sudah ada Mala di belakang sekolah yang kini tenga memanjat tembok belakang sekolah.
"Woy ngapain lo di sana? Cepet turun!" suara Devi di berat-beratkannya agar mirip suara laki-laki. "Turun sekarang juga!"
"Ampun pak, Mala cuma mau periksa tempat ini aja, siapa tau banyak yang terlambat. Tapi Mala enggak terlambat, pak." ucap Mala tanpa menoleh pada lawan bicaranya, suaranya sedikit bergetar.
Ucapan yang Mala ucapkan barusan berhasil membuat Devi, Haura serta Vio tertawa seketika.
"HAHAHA!" mendengar suara tawa bak kuntil anak itu membuat Mala menoleh kebelakang, bola matanya membelalak kala melihat ketiga sahabatnya di bawa sana mengingat saat ini ia sudah berada di atas tembok pembatas.
"Eh! kalian buat gue hampir mati ketakutan aja." gerutuk Mala
"Hehe sorry, la. Itu si Devi bukan gue atau Vio." Haura takut Mala akan membalas karena itu ia menjelaskannya terlebih dahulu.
Mala memutar bola matanya Malas. "Buruan kalian naik, mau ditangkap satpam sama Osis lo pada?"
"Iya enggak mau lah, gue sih mau naik. Tapi dua bocah nih." Haura menunjuk Vio serta Devi secara bergantian. "Mereka 'kan gak bisa manjat." lanjutnya
"Iya, la. gimana nih gue takut kenah hukuman lagi, apa lagi kemaren ketos-nya bilang kalo kita berdua terlambat lagi hukumannya bakalan lebih parah aaaa gak mau.." Devi berteriak membuat ketiga sahabatnya melebarkan mata
"Devi jangan teri—" ucapan Mala terhenti kala mendengar suara bariton seseorang
"WOY SIAPA DI SANA?!"
"Ah, suara lo dev kek toa, gimana nih? Itu pasti suara anggota Osis, gue gak mau di hukum." ucap Haura sembari memulai manjat tembok.
"Kita duluan," ucap Mala serta Haura secara bersamaan, meninggalkan Devi serta Vio yang masih berusaha manjat.
"Eh, guys! Tungguin kita njirr.."
"Mala, Haura, tunggu!"
Devi serta Vio terus berusaha manjat tembok namun sia-sia, mereka tak bisa.
"Woy! Mau kemana kalian?" salah satu anggota Osis menghampiri mereka berdua, Afan namanya.
"Hehe ada kakak-kakak ganteng, kita mau masuk sekolah lah kak. Yakali mau nyeblak." ucap Devi dengan menampilkan sederet gigi rapinya
"Kalo mau masuk sekolah lewat pagar depan, kenapa kalian malah lewat belakang? Kalian berdua ini terlambat terus, harus dihukum gimana lagi biar kalian jerah?" sang ketua Osis angkat suara dengan raut wajah datarnya, Rakha namanya.
"Eh, kha. Tadi gue lihat ada dua anak yang manjat dari sini." ucap Zayyan yang merupakan anggota Osis juga
"Afan, lo sama Eby urus dua anak ini, gue sama Zayyan mau kejar yang lari tadi." ucap Rakha sebelum berlalu
"Ayo, kalian berdua ikut kita." ucap Eby
Di lain sisi, Mala dan Haura telah berhasil manjat dan masuk ke kekelas mereka masing-masing. Namun insiden tak terduga terjadi.
Bruk!
"Aduhh, La tolongin gue." suara itu berasal dari Haura yang terjatuh karena tersandung
Mala yang mendengar suara rintihan kesakitan Haura langsung menoleh kebelakang, ia di buat terkejut kala melihat Haura jatuh terduduk di tanah.
"Haura! Lo kenapa?"
"K-kaki gue sakit La.." rengek Haura
"Astaga, hau, kaki loh merah banget. Pasti keseleo."
"Lo lari aja, La. Gue gak papa sesekali di hukum, lo lari aja gue tau lo paling anti terkenah hukuman."
"Iya gak bisa gitu hau, gue gak mungkin tinggalin lo. Ayo lo ikut gue, gue tau kita harus bersembunyi dimana."
"WOY! MAU PERGI KEMANA KALIAN?!"
"Gimana nih Kha, kita kehilangan jejak mereka." ucap Zayyan
"Pasti mereka masih ada di sekitar sini, zay, tadi gue liat salah satu dari mereka ada yang terluka."
"Apa mungkin mereka ke UKS, Kha?"
Mala dan Haura berhasil masuk ke kelas masing-masing, tadi mereka bersembunyi di perpustakaan dengan alibih meminjam buku paket.
Disini, di bawah cahaya sinar matahari yang terik dengan posisi berdiri tegap menghadap tiang bendera merah putih Vio dan Devi berada. Selama dua jam Devi serta Vio berdiri tegap dengan keringat bercucuran.
"Hukuman selesai, kalian boleh kembali kekelas." ucap Eby
"Sering-sering terlambat, ya?" timpal Afan dengan menaik turunkan alisnya
Mendengar perkataan Afan membuat Devi mendelik. "Lo aja yang terlambat, gue sih ogah. Lo enak cuma mantau aja, lah gue kepanasan."
"Makanya kalo gak mau dihukum jangan TERLAMBAT!" ucap Eby dengan menekan 'kan kata akhir pad kalimatnya
"Eh, biasa aja kali, kek gak pernah terlambat aja." sewot Vio yang tak terima
"Kenapa kalian gak terima hah?" tamba Eby lagi
"STOP!" suara itu berasal dari Rakha dan Zayyan yg baru datang
Hening, tak ada yang berani bersuara lagi.
"Gimana kha, ketemu?" tanya Afan memecahkan keheningan
Zayyan serta Rakha kompak menggelengkan kepala. "Mereka berhasil lolos" jawab zayyan
Rakha menatap kedua gadis yang masih berdiri di bawah teriknya matahari. "Kalian tau 'kan dua cewek tadi siapa? Pasti teman kalian berdua kan? Siapa nama mereka dan kelas berapa?" ucapnya
"Eh, eng—enggak, kita gak tau." Devi menyenggol lengan Vio yang hanya berdiam diri. "Bener 'kan vio?"
"I—iya kita gak kenal, kalo kenal pasti mereka tungguin kita lah." Vio berusaha keras agar tidak terlihat gugup
"Kalian boleh masuk ke kelas masing-masing, tapi besok tidak boleh terlambat lagi. Kalo terlambat lagi orang tua kalian yang akan di panggil ke sekolah." ancam Rakha dengan raut wajah datarnya serta tatapan matanya yang tajam bak ingin meneguk Devi serta Vio secara hidup-hidup
...****...
Di kelas X mipa.2 tepatnya kelas Mala, sekarang pelajaran bahasa inggris. Pelajaran yang sangat di sukai Mala
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi, buk, maaf Devi terlambat lagi hehe." cicit Devi dengan cengiran tanpa dosa
"Kebiasaan kamu, Devi, selalu terlambat." ucap bu Emi. "Ngapain aja kamu sampai bangun kesiangan terus?"
"Hehe ibu ini kayak gak pernah muda aja, ya saya telponan sama ayang beb saya dong bu."
Bu Emi menghela napas berat. "Silakan duduk,"
Dengan senang hati Devi pergi duduk di kursinya, kakinya terasa patah setelah beberapa jam berdiri tegap.
"Ehmm, enak banget manis di kelas. Sedangkan gue sama Vio tersiksa di bawa terik matahari." bibir Devi mengerucut setelah mengatakan itu
Mala menyengir, tak enak hati setelah meninggalkan sahabatnya itu. "Hehe maaf, dev. Ya, habisnya kalian berdua lemot banget disuruh manjat malah banyak ngobrolnya aja. Ini juga gara-gara dev."
"Kok jadi salah gue?"
"Iya salah lo, coba aja lo gak pake teriak-teriak pasti Osis itu gak tau keberadaan kita. Gue sama Haura hampir ketangkap sama ketos itu, untung gue punya tempat persembunyian jadi masih bisa lolos deh."
Sementara di kelas X mipa.1 tepatnya kelasnya Haura dan Vio, sekarang lagi jam kosong membuat semua bebas melakukan apapun tanpa sepengetahuan sang guru
"Haduh.. Capek banget njirr, gue sama Devi di jemur selama 2 jam sama Osis sialan itu." Vio menghentakkan kakinya kala merasa kesal dengan anggota Osis yang telah menghukumnya, tanpa sengaja kakinya menginjak kaki Haura hingga sang empuh berteriak histeris
"AGHH! Sakit anjing, kaki gue sakit!" pekik Haura membuat semua mata menatapnya
"Aduh sorry, hau. Memangnya kaki lo kenapa? Kok merah-merah gitu?" tanya Vio dengan raut wajah terlihat sangat cemas
"Aduhh sakit banget njirr.." Haura masih saja merintih ke sakitan. "Pas lompat tadi terkilir.." jelasnya
"Haha kualat ninggalin gue sama Devi.." Vio tertawa terbahak-bahak kala itu juga membuat Vio merasa sangat kesal
Bugh
...****...
"Assalamualaikum bunda, Rakha pulang." Rakha mengedarkan pandangan, mencari sosok wanita paru baya yang sangat ia sayangi
"Waalaikumsalam, udah pulang sayang?"
"Iya bund," Rakha mencium punggung tangan bunda-nya. "Rakha mau ke kamar, ganti baju."
Wanita paru baya itu mengangguk. "Iya, setelah selesai ganti baju langsung turun ya. Ada hal penting yang mau bunda obrolin sama kamu."
"Iya, bunda." ucap Rakha sebelum berlalu
Di rumah Afan, saat ini pemuda itu di buat terkejut dengan permintaan mamanya yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
"Enggak, ma, Afan gak mau!"
"Ini demi kebaikan kamu, nak."
"Kebaikan? Mana ada kebaikan kayak gitu, pokoknya Afan gak mau titik."
____
"Mami yang bener dong, ini udah gak jaman main jodoh-jodohan. Eby udah gede, udah bisa pilih sendiri."
"Gak ada penolakan, intinya harus mau."
____
"Haha mama bercanda 'kan? Pasti mama lagi nge-prank Zayyan 'kan?" ucap Zayyan yang masih tak percaya dengan apa yang di katakan mamanya barusan. "Zayyan gak lagi ulang tahun, ma, udah jangan prank Zayyan lagi."
"Mama gak lagi nge-prank, Zayyan. Kamu mama jodohkan dengan anak temannya mama."
"What?" bola mata Zayyan melebar dengan mulut terbuka lebar kala itu juga
Grub cowok coll😎
Afan: Woy.. masa iya gue dijodohin sih🙉
Eby: @Afan serius lo di jodohin juga, fan?
Zayyan: @Eby hah? di jodohin juga, berarti lo juga di jodohin jug dong, by?
Eby: iya🙂, gue kira mami bercanda ternyata gue beneran di jodohin.
Afan: Gue udah tolak perjodohan itu tapi kalian tau sendiri mama gue kayak gimana orangnya, gak lucu banget tiba-tiba di jodoh-jodohin kayak gini.
Rakha: What? kalian bertiga dijodohin? Ini kalian lagi gak nge-prank gue 'kan?
Eby: serius kha, memangnya lo enggak di jodohin?
Afan: @Rakha iya kha, lo enggak di jodohin juga sama nyokap lo?
Zayyan: Tapi kata mama tadi, kita beempat di jodohin semua sama anak temen lama mereka
Rakha: hah? Tapi bunda gak ada bilang apa-apa sama gue, eh tapi tadi bunda bilang mau ngobrol serius apa jangan-jangan...
Rakha langsung mematikan hanphone-nya, segera ia pergi menemui bundanya di ruang keluarga.
Di ruang keluarga bunda-nya Rakha sudah menunggu kedatangannya, wanita baya itu duduk sembari bertukar pesan pada teman-temannya.
"Bunda mau ngomongin soal apa?"
Anggun menoleh kala mendengar suara putranya yang ternyata sudah duduk di sampingnya.
"Bunda mau ngajak kamu ketemu sama temen lama bunda, mau bahas perjodohan kalian."
Mendengar penuturan bunda-nya membuat Rakha seketika bangkit dari duduknya. "Perjodohan? Bunda bercanda 'kan? Rakha masih muda loh bund, masih sekolah juga. Rakha bisa cari pasangan hidup sendiri kalo sudah waktunya."
Anggun menarik lengan putranya agar kembali duduk di sampingnya. "Bunda gak pernah minta apa-apa loh sama kamu, dan ini permintaan pertama bunda. Tapi kamu enggak mau mengabulinnya, bunda kecewa." ucap Anggun dengan menitikan air matanya
Melihat air mata bunda-nya yang menitik membuat Rakha merasa bersalah, tapi ia juga tidak mau di jodohkan. Rakha menarik napas dalam-dalam sebelum kembali bersuara.
"Rakha bakal ngabulin permintaan bunda, tapi jagan hal kek gini bunda. Rakha gak mau di jodoh-jodohin." ucap Rakha pelan, ia berusaha menahan diri agar tidak meninggikan suara yang mungkin akan membuat bunda-nya sakit hati
"Ya sudah bunda gak bisa maksa kamu, tinggalin bunda di sini sendiri." ucap bunda Anggun yang kembali menitikan air mata. "Hiks.. Padahal anak-anak temannya bunda udah setuju semua, cuma kamu yang gak mau."
"Huft.." Rakha menghela napas berat. "Oke, Rakha mau di jodohin. Tapi bunda jangan nangis lagi." Rakha mengapus air mata bunda-nya dan setelah itu langsung memeluknya.
Malam ini, Mala di paksa mamanya untuk ikut bertemu dengan teman-teman lama mama-nya. Ia benar-benar bosan ikut perkumpulan para ibu-ibu membuatnya merasa mengantuk, tak hanya Mala tapi ketiga sahabatnya 'pun di ajak ibu mereka.
"Ma, kita nungguin apasih? Lama banget, udah satu jam loh kita duduk-duduk aja disini." ucap Mala yang kini merasa bosan
Mala bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan meja makan begitu saja. "Mala, kamu mau kemana? Sebentar lagi teman-teman mama datang lho.." ucap Lina, mamanya Mala.
Devi, Vio dan Haura saling menatap, mereka sudah mengetahui bahwa mereka akan dijodohkan. Karena itu mereka hanya diam saja, ketiganya terpaksa menerima perjodohan ini karena ancaman dari mama mereka. Tapi mereka bertiga yakin jika Mala tidak tinggal diam, gadis itu pasti akan memberontak.
"Nah, itu mereka sudah sampai." ucap mama-nya Vio
Ibu-ibu mereka beranjak, langsung berpelukan pada teman-teman lama mereka.
"Maaf ya jeng nunggu lama, soalnya bujuk anak bujang nih susah hehe" ucap Gita, mami-nya Eby
Para ibu-ibu rempong itu kembali duduk, mengisi kursi-kursi kosong.
"Ya sudah, langsung aja kita mulai. Putriku sudah mulai berontak, penampilannya sudah kayak gembel." ucap Lina sembari menunjuk ke arah Mala yang sibuk bermain handphone
"LOH?" ucap Devi, Vio, Rakha, Afan, Eby dan Zayyan secara bersamaan, keenam remaja itu tampak kaget.
Mala masih sibuk bermain handphone, tidak perduli dengan sekelilingnya. Sementara Haura hanya menyimak.
"Jadi kalian semua sudah saling mengenal?" ucap Salma, mamanya Afan.
"Iya ma, nih dua bocah sangat bandel. Selalu terlambat datang kesekolahnya, sampe kita-kita hapal banget muka jelek mereka ini." ucap Afan membuat bola mata Vio serta Devi melebar
"Sembarangan, muka secantik ini di bilang jelek. Mata lo minus, huh?" Devi
"Iya bagus, berarti nanti kamu didik calon istrimu ini supaya jadi anak yang disiplin." tutur Salma dengan menatap Afan dan Devi secara bergantian
"What? calon istri?" ucap keduanya secara bersamaan
"Iya, kalian berdua udah kami jodohkan sedari kecil."
"Enggak!" Devi dan Afan kembali mengucapkan kata yang sama
"Wah.. Beneran Jodoh nih, dari tadi ngomongnya samaan gitu." ucap Zayyan dengan mengulum senyum
"Kamu juga udah di jodohkan Zayyan," ucap Mamanya Zayyan. "Haura jodohmu."
"APA?" Haura yang tadinya hanya diam seketika berteriak kaget
"Vio sama Eby juga, kalian berdua telah dijodohkan."
"Ta—" Baru saja Eby hendak membantah namun maminya lebih dulu mensela
"Gak ada penolakan, harus mau SEMUA."
"Naaa kalian sudah tau 'kan sisa siapa? Dan mereka akan dijodohkan juga." ucap Salma
'Jadi gue di jodoh sama dia?' batin Rakha dengan menatap Mala yang masih saja sibuk pada handphone-nya
"Ehh kha, kok lo bengong aja gak ada kata-kata gitu?" bisik Afan
"Mala!" Haura menyenggol lengan Mala namun masih tak mendapatkan respon
"MALA!" pekik Devi dengan suara cemprengnya
"Fan, calon istri lo tu mulutnya kek toa.." bisik Eby pada Afan. "Bayangin lo lagi tidur enak-enak terus dia teriak bangunin lo."
"Apa? Kenapa teriak-teriak di pikir budek apa." gerutuk Mala, ia menoleh pada lawan bicara
Kening Mala mengerut kala melihat tatapan semua orang mengarah padanya. "Kenapa pada liatin gue anjirr?"
Lina memijat pelipisnya, putrinya itu memang suka sekali berbicara kasar bisa-bisa perjodohan putrinya di batalkan.
"LO DIJODOHIN SAMA KETOS SMA KITA!"
Deg
Mendengar ucapan ketiga sahabatnya membuat Mala terdiam, namun sedetik kemudian gadis itu malah tertawa.
"Haha lo pada bercanda 'kan? Mana mungkin gue di jodohin gue ini masih Sekolah" Mala mengedarkan pandangannya, menatap mamanya. "Ma, ini gak ben—"
"Yang dibilang temen-temanmu itu benar, la. Mama udah jodohin kamu sama anaknya tante Anggun."
Deg
Kepala Mala menggeleng dengan tawa kecil muncul di bilah bibirnya. "Mama jangan bercanda ih, gak lucu tau."
"Mama gak bercanda, kamu di jodohkan dengan Rakha."
"Mala gak mau, ma!" Mala bangkit dari duduknya kala itu juga
"Kenapa kamu gak mau? temen-temanmu semua mau, mau gak maunya kamu tetap di jodohkan."
"Mala sudah punya pacar, Ma."
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya Mala, suaranya keras mengisi keheningan resto. Untungnya restoran saat ini hanya di isi oleh mereka karena bunda-nya Rakha membooking restonya.
"Mama sama papa gak pernah izinin kamu pacaran, Mala. Dan kamu juga berjanji tidak mau pacaran, kamu mau papa sama mama diakhirat tersiksa hah?"
Hening, begitu lah keadaan caffe saat ini, kepala Mala tertunduk kala melihat wajah Lina, mamanya. Tangannya masih memegangi pipinya yang terasa peri karena tamparan mamanya.
Ketiga sahabat Mala ingin membantu Mala, tapi mereka juga takut akan bernasib seperti Mala karena mereka sudah mengalami hal yang sama pada saat di rumah.
"Sudah, lin, jangan emosi. Kita bicarakan baik-baik." ucap Anggun
"Gak bisa, gun. Anak ini gak bisa di omongin secara baik-baik." tunjuk Lina pada Mala yang sudah banjir air mata
Mala menyerka air matanya yang mengalir tanpa seizinnya, setelah itu ia langsung pergi meninggalkan semua yang ada di resto.
"MALA! Mau kemana kam—" belum sempat wanita paru baya itu menyelesaikan ucapannya, namun tubuhnya ambruk.
"LINA!" semua yang duduk di kursi seketika bangkit dan menghampiri Lina yang jatuh pingsan.
"Kalian bertiga kejar Mala." perinta itu berasal dari mama Devi
"Iya, ma."
"Iya tante!"
Di jalan yang sunyi, dengan rembulan malam dan lampu jalanan sebagai penerang, Mala berjalan tanpa tujuan yang jelas. Air mata mengalir deras dari pelupuk matanya, membasahi wajah cantiknya. Ia masih terkejut dan terluka oleh kejadian yang baru saja terjadi, mamanya menamparnya di depan umum.
Mala terus berjalan, membiarkan air mata membasai pipinya. Tanpa sadar sebuah mobil melaju kencang ke arahnya.
"AGHH!"
Bruk!
Mata Mala mengerjap beberapa kali saat melihat seseorang berada di atas tubuhnya, tangan laki-laki itu menahan kepala Mala agar tak membentur aspal yang keras.
Keduanya bersitatap cukup lama, hingga bola mata Mala melebar kala merasakan sesuatu. Bibir mereka bertemu, ciuman yang tak terduga.
"Aaahhh!" Mala langsung mendorong laki-laki. "Anjing lo ya!" umpat Mala sembari mengusap bibirnya
Rakha meringis kesakitan, dorongan Mala sangat keras membuatnya terduduk.
"Lo ngapain cium gue hah? Kita memang di jodohkan tapi lo gak boleh seenaknya sama gue!" sentak Mala
"Ditolongin bukannya terima kasih malah ngomel-ngomel, lo tadi hampir di tabrak mobil dan untungnya gue datang tepat waktu."
"Lebih baik gue ketabrak mobil dari pada di cium sama lo anj.."
Rakha menghela napas, berdebat dengan Mala tak akan ada ujungnya. "Ikut gue,"
"Ogah!"
Mala kembali melangkah meninggalkan Rakha di belakang sana, namun langkahnya seketika terhenti saat mendengar penuturan laki-laki itu.
"Mama lo terkenah serangan jantung,"
Deg.
Langkah Mala terhenti, tubuhnya terdiam di tempat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!