Panas matahari siang, melesat dan menembus pori-pori seolah jarak antara dengan bumi hanya satu kilo meter diatas langit Semarang. Suasana tenang dan tegang selama seminggu terakhir menjalani Ujian Akhir Semester Genap kini berubah menjadi ramai.
Suara alunan musik dari atas panggung mendominasi, gelak tawa serta obrolan mahasiswa kini bercampur dengan suara blender, grinder kopi, spatula logam yang membentur wajan. Membuat semarak acara Market day Fakultas Teknologi Industri tahun ini.
Puluhan tenda putih terjejer rapi di sepanjang halaman Fakultas. Kontras dengan aksesoris warna warni yang menghiasi setiap stand tenda. Semua angkatan dari masing-masing jurusan di Fakultas Teknologi Industri berlomba-lomba untuk menjadi stand terbaik dengan hadiah fantastis.
Mahasiswa berlalu lalang, ada yang bertugas di depan tenda menarik pengunjung yang datang ke stand mereka. Terlihat ada banyak stand yang menjual aneka kuliner, asesoris, merchandise, photobooth, Laundry sepatu dan beberapa jasa lainnya.
Amara berlari menuju stand angkatannya yang berada di depan Laboratorium Manufactur. Nafasnya terengah, keringat yang bercucuran di dahinya membuat basah rambut coklat ikal yang sengaja tergerai Panjang.
Cantik, adalah kata yang terucap Ketika melihat Amara dalam satu tatapan. Mata sipit sayu, hidung macung serta bibir pink alami. Meskipun sering di juluki bunga fakultas, nyatanya tidak ada satu pun lelaki dari fakultasnya yang berani mendekat kearahnya karena ia adalah wanita incaran presiden BEM sejak masih menjadi mahasiswa baru.
Seperti hari biasa ia datang ke kampus mengenakan dress selutut ala bohemian dan di padu padankan dengan ankle boots berwarna gelap. Tidak ada yang special darinya, hanya waktu seolah berhenti ketika berpapasan dengannya. Ada rasa aman tapi menusuk hati, hangat, aneh tapi familiar. Seperti aroma lavender bercampur dengan bergamot. Namun setelah itu berubah seperti campuran aroma mawar dan kemenyan lalu di akhiri dengan aroma amber dan cendana.
Langkahnya terhenti ketika ia berada di depan stand Teknik Industri semester dua. Terlihat beberapa teman kelasnya berkumpul. Gwen dan Angkasa sahabatnya pun sedang melayani pembeli. Mereka menjual jewelry accessories aesthetic ala pinterest.
Amara dengan sigap mengambil beberapa brosur diatas meja, dia tersenyum sekilas kepada Gwen dan Angkasa.
“Aku bagiin Brosur di depan yaa” Ucapnya.
“Oke ra, nanti aku susul ke depan” Sahut Angkasa sembari mempacking kalung liontin untuk pasangan yang berdiri di depannya.
Gwen kemudian mendekati Amara dan memberikan satu botol air mineral.
“Nih minum dulu, gilaa panas banget gini pembeli juga pada ogah buat dateng” Ucap Gwen.
“Makasih yaaa” Balas Amara setelah meneguk air mineral dari Gwen.
Amara dan Gwen membagikan brosur untuk menarik pengunjung datang ke standnya. Disusul Angkasa yang seketika break dance di depan stand membuat suasana menjadi riuh tepuk tangan dari beberapa pengunjung.
Stand mereka kembali ramai, banyak pengunjung berdatangan, ada yang beli ada pula yang hanya sekedar ingin menonton Angkasa.
Sementara, suasana memanas terjadi tepat di stand sebelah kanan mereka. Stand kakak Angkatan mereka Teknik Industri semester empat. El dan Gerry sedang beradu argumen. Entah apa yang mereka debatkan. Yang jelas pertengkaran itu berakhir dengan El yang membalikkan meja yang berada di dalam stand mereka.
El yang masih di penuhi amarah berjalan keluar, dengan sengaja dia menyenggol Angkasa dan membuatnya jatuh ketanah seketika. Gwen yang panik pun langsung membantu Angkasa untuk berdiri. Sementara Amara tidak bereaksi apapun, ia masih berdiri dan melirik tajam ke arah El berdiri.
“Lo sengaja mancing emosi guee?” Kata El dengan wajah penuh dengan urat yang mengeras.
“Ada apa yaa kak? Tolong jangan buat keributan disini” Ucap amara tenang.
Semua teman Angkatan Amara yang berada di dalam stand lantas bergerombol berdiri di belakang. Wajah mereka sama paniknya dengan Angkasa dan Gwen.
El mendekatkan diri kearah Amara. Jarak diantara mereka sangat dekat hingga Amara dapat mencium aroma rokok bercampur alkohol dari mulut El.
“Jangan pikir karena lo cantik, lo bisa seenaknya sama gue. Ngga ada takut-takutnya yaa lo sama senior” El hampir melayangkan tamparan kearah Amara sampai Gerry datang dan mencegahnya.
“Plakkk” Tamparan itu mendarat mulus di pipi kanan Gerry. Semua terkejut, ada rasa ngeri. Sementara Amara hanya menutup matanya.
“Lo apaan sih ikut-ikutan dasar cupuu” Teriaknya sembari mencengkram krah kemeja Gerry.
“Eh gendut, bisa diem ga lo. Jangan mentang-mentang senior yaa main licik di lapak orang” Teriak Erica dari barisan belakang.
“Siapa yang ngomong siniii” Teriak El geram. Ia pun lantas melepaskan cengkramannya pada Gerry.
“Udah kak tenang dulu, kita bicarakan baik-baik” Kata Amara.
“Ehh lo manusia sok suci, kecantikan” Bentaknya tepat di depan Amara.
Tidak ada yang berani mendekat, selain karena badannya yang besar, mereka tau El sedang dalam pengaruh alkohol.
“Gue bukan Kevin si presiden BEM yang bodoh pemuja lo yaaa, Lo diem aja gausah banyak petingkah karena gue ngga suka sama cewe modelan kayak lo yang suka pake topeng” Kata El penuh dengan penekanan.
“Plakkk” Tamparan kali ini mulus mendarat di pipi kanan Amara.
Suasana makin menegang ketika segrombolan anak semester dua yang berada di stand mulai maju dan melawan El. Sementara Amara yang masih shock berdiri di topang oleh Gwen.
“Beraninya lo nampar Amara” Angkasa mulai naik pitam.
Situasi semakin chaos, El di kepung oleh anak-anak industri semester dua. Pertempuran itu tak dapat di hindarkan, hingga semenit kemudian Kevin sang Presiden BEM datang dan melerai.
“Jangan kasih ampun kak Kev, dia tadi jelekin nama kakak kita semua saksinya” Ucap Erica memprovokasi.
“Udah stop, saya ngga mau masalah ini semakin besar. Tadi siapa aja yang kena gampar sama El?” Tanya Kevin.
“Angkasa, Amara sama kak Gery kak” Ucap Gwen.
Kevin melirik Amara sekilas, dilihatnya merah di pipi kanan Amara. Sekilas, ada perasaan sesak memenuhi dadanya. Jika dia bukan Presiden BEM, sudah habis babak belur El di tangannya.
“Tolong saling kooperatif yaa, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Apalagi malam ini adalah malem puncak Market Day. Banyak pengunjung dari luar datang, jangan sampai nama fakultas kita tercoreng hanya karena masalah sepele” Pinta Kevin sebelum membawa El meninggalkan kerumunan.
Setelah keadaan mulai mereda, Beberapa Senior wanita dari Angkatan El datang, mereka datang untuk menanyakan keaadan para juniornya yang terluka akibat ulah El. Sementara para anak semester dua sibuk membenahi stand mereka yang hampir rubuh akibat ulah kakak kelas yang membabi buta.
“Amara, kamu gapapa?” Tanya Celline khawatir.
“Iya kak, aku gapapa” Ucap amara sembari tersenyum dan memungut brosur yang terjatuh ke tanah.
“Baskara, David siniiii” Teriak Celline sembari melambaikan tangan ke arah dua lelaki yang berjalan mendekat kearahnya.
“Kamu ngapain disini Ce?” Tanya David mengenyitkan dahinya.
"Kamu tau nggaa, aku takut tau tadi El debat sama Gerry terus tau tau ngamuk ngga jelas disini, Angkasa sama Amara jadi korbannya” Kata Celline yang tiba-tiba menggandeng tangan Baskara yang langsung di tepis detik itu juga.
Dengan posisi jongkok, Amara yang menengadah keatas melihat adegan memalukan seniornya yang baru saja tertolak. Dengan smirk aneh dia kembali menunduk untuk mengambil brosur yang masih berceceran di tanah. Namun terlambat, Baskara melihatnya.
“Sini ra, aku bantuin” Ucap David mengambil posisi jongkok dan memungut brosur.
“Kompres dulu mukamu biar ngga bengkak” Ucap Baskara sembari mengeluarkan botol air mineral beku dari kantong plastik dan menyodorkannya tepat di depan Amara.
“Makasih kak” Amara pun tersenyum kecil sembari meraih botol air mineral beku dari tangan Baskara.
Dari kejauhan terlihat Kevin yang tadi berlari pun kini terhenti. Ia terlambat, sepertinya Air mineral beku di tangannya akan dibiarkan saja mencair. Sementara Celline mulai resah dengan pandangannya ke Amara. David terdiam, ada ngilu yang tiba-tiba menghujam jantungnya, Pelan.
Amara menarik tangan Gwen dan Angkasa mengajak untuk pulang. Karena waktu menunjukan sudah hampir tengah malam, acara pun sudah hampir selesai ketika mereka memutuskan untuk pamit pada teman yang masih tersisa di stand.
Mereka bertiga berjalan beriringan, sembari membicarakan keseruan kegiatan mereka hari itu. Parkiran begitu sepi. Namun masih banyak kendaraan yang terparkir disana, hanya ada suara musik yang terdengar dari arah depan Fakultas.
Gwen melepaskan genggaman tangan Amara ketika mereka sampai di sebuah motor vespa matik warna putih yang terparkir di tepi.
“Aku sama Angkasa duluan yaa ra, kamu hati-hati kabari kalo udah sampai kosan” Ucap Gwen sembari melambaikan tangan ke Amara.
“Iya kalian juga hati-hati yaaaa” Amara tersenyum kecil, ia melambaikan tangan ke arah Gwen dan Angkasa.
Sepasang kekasih yang sangat romantis. Terlihat Angkasa si paling Act of Service yang sibuk menggambil helm dan memasangkannya ke kepala Gwen. Tak mau menjadi obat nyamuk, Amara pun berlalu. Ia berjalan sendirian menuju parkiran mobil.
Namun nasib jelek, ia kembali bertemu dengan El dan Gerry di sela-sela mobil yang terparkir di dekatnya.
Dengan gelagapan, El memasukkan sesuatu di saku jaketnya.
“Lo ngapain disini?” Tanya El dengan terbata.
“Ya mau pulang lah kak, ambil mobil. Kalian berdua yang ngapain disini?” Tanya Amara penuh selidik.
“Ahh kita lagi ngitung uang hasil penjualan angkatan, aisshh kenapa mereka ngasih tugas ngrepotin kek gini ke gue sihh” Kata El sembari menepuk pundak Gerry.
Gerry hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Sementara Amara hanya mengangguk demi kesopanan sembari berlalu meninggalkan mereka berdua.
Amara berhenti di sebuah mobil berwarna abu-abu. Sayup sayup ia mendengar suara El dan Gerry yang sedikit berbisik karena jarak antara mereka hanya berkisar dua mobil.
“Ngga akan ada yang tau kalo lo ngga bocor ke siapa pun” Ucap El dengan nada sedikit mengancam.
Amara terdiam seperkian detik, sampai akhirnya ia menyalakan mesin mobilnya dan berlalu dengan smirk aneh di wajahnya.
***
“Amaraaaa” El berjalan ke arah Amara dan Gwen yang tengah duduk di lobby Fakultasnya.
“Lo kan yang bikin postingan anonim tentang gue di situs kampus?” Bentak El tepat di depan wajah Amara.
“Kamu kenapa sih kak? Dari kemarin nargetin Amara terus? Apaan sih kalo nyari perhatian ngga gini caranya” Ucap Gwen yang seketika berdiri menantang El karena tersulut emosi.
“Postingan? Apa maksudnya kak?” Amara lantas berdiri dan menarik tangan Gwen untuk sedikit mundur kebelakang.
El lantas membuka ponselnya, memperlihatkan kepada mereka berdua dengan seksama. Sebuah postingan di situs kampus dengan pengirim anonim.
“Lo masih mau bilang kalo bukan lo yang ngelaporin gue? Lo bener-bener yaa, semalem yang ngeliat gue debat sama Gerry di parkiran itu cuma lo. Pinter banget yaa acting lo, udah pantes kali buat dapet piala festival film bandung” Ucap El penuh dengan penekanan.
Keributan yang di bikin El cukup untuk membuat beberapa mahasiswa lain datang dan bergerombol untuk melihat.
Amara mengernyitkan dahinya, dan menggelengkan kepalanya pelan. Di lihatnya sekali lagi postingan itu, namun dari ponselnya sendiri.
Terlihat beberapa bukti penggelapan dana yang di lakukan oleh El, termasuk video ketika El marah dan membalikan meja saat berdebat dengan Gerry kemarin siang.
“Gimana kakak bisa menuduhku hanya karena aku ngeliat kakak sama kak Gerry ngitung uang hasil penjualan punya Angkatan kakak?” Ucap Amara datar.
“Kalau bukan lo siapa lagi?” Ucap El menantang, “ Lo punya dendam kan sama gue karena gue kemaren nampar lo?”
Amara menggelengkan kepalanya samar, ia tersenyum. Sangat tipis hingga tidak ada satupun orang yang menyadari, kecuali Baskara yang kini berdiri dari sebelah sisi kiri Amara.
“Pertama, gimana aku bisa punya bukti video yang mengarah ke stand kakak ketika kalian berantem di dalem? Sementara aku lagi bagiin brosur di depan stand aku sendiri barengan sama Gwen dan Angkasa? Kakak ingetkan habis itu ngamuk dan nampar aku di depan stand aku?” Tanya Amara.
Hampir semua orang yang di lobby mengangguk, sepakat dengan statement yang di ucapkan Amara.
“Kedua, kita ketemu di parkiran mobil itu hampir tengah malem kak. Postingan ini udah di share dari jam setengah sepuluh malem. Dan yang terakhir, aku juga ngga kedengeran apa yang kakak bicarain sama kak Gerry yaa, jadi stop nuduh aku yang ngga ngga” Terang Amara.
El hanya terdiam, semua yang di bicarakan Amara terdengar masuk akal. Lalu siapa orang yang menyebarkan percakapannya dengan Gerry dari dalam stand?. Ia termangu, cukup frustasi sampai Baskara menepuk pundaknya.
“Kita bicarain dulu sama anak-anak. Jangan bikin gaduh di lobby. Setahuku semua postingan tentang keributan kemaren udah di take down semua. Dan atas bantuan BEM semua video juga udah di minta untuk di hapus dari Hape semua pengunjung” Kata Baskara.
“Aishhh ini pasti kerjaan si Kevin yang kecintaan sama ini anak” Kata El pasrah.
Para mahasiswa yang bergerombol pun mulai bubar, masing-masing dari mereka kembali ke posisi awal. Gwen yang melihat Angkasa di pintu masuk pun langsung berlari menghampirinya. Lobby mulai lega, hanya menyisakan Amara dan Baskara. El sudah berjalan, naik tangga meninggalkan mereka berdua.
“Jangan di ambil hati yaa” Ucap Baskara meninggalkan Amara.
Tidak ada jawaban, Amara hanya kembali duduk di posisi awalnya. Sementara Baskara berlari mengejar El, dia masih mengamati Amara dengan seksama. Wanita itu, tersenyum dengan smirk aneh di wajahnya. Sedetik, berubah jadi senyum merekah ketika Gwen dan Angkasa berjalan mendekat ke arahnya.
Deg Ada perasan aneh mengalir, cukup untuk membuat bulu kuduk Baskara berdiri. Siapa sebenarnya Amara? Ada bagian dari dirinya yang bergejolak. Amara tidak sepolos yang terlihat. Dia berbeda, dia aneh dan menakutkan.
~Flashback~
Hikari berlari, mendekat ke depan stand Amara. Terlihat Amara meraih botol air mineral beku dari tangan Baskara.
“Amaraaa are you okaayyy” Teriak Hikari dengan nada centilnya.
“Hikaaa” Amara berseru antusias.
“Yaudah kita cabut dulu yaa ra” Kata David seraya memberikan brosur kepada Amara.
“Makasih kak David, Kak Baskara dan Kak Celline” Ucap Amara sembari sedikit mengangguk. Sementara mereka bertiga berlalu begitu saja.
Hikari menyenggol perut Amara dengan sikunya, “Eh siapa itu raa, boleh jugaa”
“Senior aku ka, udahlah jangan di bahas. Aku gamau kamu terlibat dengan mereka” Ucap Amara datar.
“Ohh yaa, sampe lupaaaaa. Baby wajahmu merah woyyyy, sini aku bantu buat kompres” Ucap Hikari meraih botol air mineral beku di tangan Amara.
“Bentar yaa aku pamit dulu ke anak-anak” Pinta Amara.
Setelah pamit untuk rehat sebentar kepada anak-anak yang menjaga stand, Amara pun bergegas pergi bersama Hikari. Mereka berjalan ke arah taman belakang fakultas untuk mencari tempat duduk.
“Seniormu kebangetan deh ra, ada yaa spesies kayak gitu hidup di dunia” Ucap Hikari sebal.
“Udahlah ka, ga baik jelekin orang lain. Lagian cuma memar doang gini, gapapa” Kata Amara lirih.
“Sebenernya ini tuh udah masuk tindak kriminal tau. Penyerangan dan penggelapan dana” Hikari sangat antusias.
Amara sekilas melirik Hikari yang tengah memegangi botol air mineral beku yang di tempelkan ke wajahnya.
“Maksudnya apa ka?” Tanya Amara.
Hikari meraih tangan Amara agar mengompres wajahnya sendiri. Kemudian dia membuka ponselnya dan memutar sebuah video yang berisi pertengkaran El dan Gerry di dalam stand mereka.
“Kamu dapet video ini dari mana Hika?” Tanya Amara.
“Tadi kebetulan aku lagi di salah satu stand anak Teknik Elektro, tepat di depan stand kakak seniormu itu” Terang Hikari.
“Coba liat ini, si yang gendut itu ngambil uang di meja kasir pas lagi sepi. Karena aku curiga jadi aku rekam aja. Ehh tiba-tiba mas kacamata liat terus mereka berantem sampe ngebalik meja lagi. Terus tau tau dia dateng ke arah standmu, aku takut jadi cuma liat aja hehhe maaf yaa”
Amara terdiam cukup lama, “Kirim ke aku videonya ya”.
Sudah satu bulan sejak liburan semester genap berakhir. Para mahasiswa baru pun sudah memulai aktif dalam kegiatan perkuliahan setelah masa orientasi kampus dan pengenalan lingkungan berakhir seminggu yang lalu. Namun, acara OSPEK untuk mahasiswa baru dari jurusan Teknik industri belum berakhir.
Malam itu, halaman fakultas di penuhi oleh mahasiswa dengan dress code serba hitam. Masing-masing dari mereka yang semula berbaris sepuluh orang kebelakang dan memanjang, mulai bergerak dan bergeser membentuk lingkaran besar yang mengelilingi api unggun sesuai dengan arahan dari Kevin yang berada di tengah mereka menggunakan megafon.
“Yok terus beputar, tangan temannya di gandeng dek, biar bisa membentuk lingkaran sempurna. Nanti tepat hitungan ketiga semuanya duduk” Teriak Kevin dengan lantang.
“Satu, dua, tigaaaa”
Terdengar riuh tawa dari wajah-wajah baru tanpa beban, mereka saling bertukar pandang satu sama lain. Tertawa karena tingkah konyol seorang yang terjatuh, ada perasaan hangat yang muncul dengan tiba-tiba di tengah dinginnya malam.
Beberapa panitia duduk berjajar di belakang para Maba. Begitupun dengan Amara, dia dengan setia selalu menjadi obat nyamuk Gwen dan Angkasa. Sementara sebagian panitia lainnya sedang prepare untuk acara barbeque setelah pensi yang di adakan di tengah api unggun.
Baskara membuka gig bag dan mengambil gitar di dalamnya. Malam ini, dia secara khusus di minta untuk tampil sebagai perwakilan dari panitia. Dari kejauhan terlihat Celline yang berdiri, dengan antusias mengambil ancang-ancang untuk merekam penampilan Baskara dengan ponselnya.
“Kak Cece kek kelihatan kecintaan banget sama kak Bas” Ucap Gwen julid.
“Udah si, apaan sih yang, ngga enak kalo sampe kedengeran orang lain. Hak dia juga mau gimana ihh” Sahut Angkasa.
“Tau sendirikan kak Bas itu alergi sama cewe” Tambah Gwen antusias.
“Ih masa sih kak?” Tanya salah seorang Maba yang duduk di depan mereka yang seketika menoleh kebelakang.
“Eh udah ih, udah mau mulai tuh, nanti berisik kita di omelin” Kata Amara.
“Eitsss bentar, jadi gini gaes, menurut kabar yang beredar kak Bas itu ga pernah mau sekelompok atau deket-deket sama cewek dari dia semester satu. Katanya sih dia pernah di selingkuhin gitu sama mantannya yang udah pacaran lima tahun” Gwen menjelaskan dengan seksama.
“Udah? Udah? Stop. Jangan nyari gara-gara sehari ajaaa kenapa sih Gweeeen” Ucap Angkasa penuh penekanan. Sementara Amara mengangguk, teringat kejadian saat market day dan setuju atas statement yang di ucapkan oleh Gwen.
Baskara mulai memetik senar gitarnya, membuat redam riuh obrolan yang terjadi di sekitar. Mereka semua terdiam, sampai Baskara mulai bernyanyi. Semua mengayunkan tangan, ikut menghayati lagu dan mulai ikut bernyanyi.
Lagu di ujung jalan milik Band Samsons membuka acara pensi dengan penuh kepedihan. Beberapa maba terlihat meneteskan air mata, mungkin karena perpisahan dengan seseorang dari sekolah yang baru saja mereka lewati, terpaksa beradaptasi dengan kehidupan kampus, atau Baskara yang ikut larut dalam perasaanya. Menaruh seseorang di dalam sebuah lagu.
Kevin menghampiri Amara ketika lagu yang di nyanyikan Baskara hampir mencapai reff. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas Amara berdiri dan mengikuti Kevin dari belakang. Baskara melirik sekilas, cukup jelas dari posisi duduknya melihat interaksi semua orang dengan sudut seratus delapan puluh derajat. Namun sialnya, mereka berdua berjalan kearah belakang, titik buta Baskara.
Entah sejak kapan Baskara mulai mengawasi gerak gerik Amara. Selalu ada yang janggal tentang Amara di matanya. Apalagi semenjak El di beri surat peringatan oleh kampus karena ulahnya di Market Day. Memang benar El bersalah dan patut menerima hukuman, Namun memviralkan tindakan tidak terpuji dengan sepihak tanpa melapor itu juga tidak di benarkan.
Usai perform, Baskara berjalan ke arah belakang, mencari setiap sudut keberadaan Kevin dan Amara. Nafasnya terengah, jantungnya memburu. Ia berhasil terhenti ketika Celline menepuk pundaknya.
“Baskara kamu mau kemana sihh, dari tadi muter ga jelas” Protes Celline.
Reflek, Baskara memutar badan, “Kamu yang ngapain Ce”.
“Aku ngikutin kamu lahhh, tiba-tiba kabur ngga jelas habis perform” Ucap Celline cemberut.
“Yang lain pada kemana?” Tanya Baskara Datar.
“Pada nyiapin barbeque di halaman depan ruang Himpunan, ayok kita kesanaaa” Rengek Celline.
Mau tidak mau Baskara menurutinya, agar bisa terlepas dari Celline dan mencari keberadaan Amara.
Sial, ada perasaan tidak tenang bergemuruh di dadanya. Bukan Kevin, Langkah Baskara terhenti ketika ia melihat David sedang bercengkrama sembari memanggang Ikan bersama Amara. Kobaran api di atas tungku panggangan arang memantulkan cahaya berkilauan dari mata Amara. Sangat cantik dan terlihat tulus.
“Udah kak jangan di kipas lagi nanti apinya tambah gedeee” Kata Amara penuh dengan penekanan.
David tertawa renyah, semua orang yang ada disana ikut mendekat. Satria yang tidak sabar mengambil paksa kipas yang ada di genggaman David.
“Nanti gosong viddd” Ucap Satria kesal.
“Tapi aku udah mirip Pangeran Zuko kan gaesss” Ucap David cengengesan.
“Udah Vid, gausah cari muka depan Amara, nanti lo kayak gue nih abis abisan sama si Kev, beneran deh suerr” Bisik El sembari merangkul bahu David.
“Apaan sih El ga jelas banget” Balas David sembari melepas tangan El dari bahunya.
“Ini coba bumbu kecapnya udah pas belum rasanya ra?” Satria menengahi. Ia mengambil sendok yang berisi sambal untuk di berikan ke Amara.
Namun sayang, ketika Amara mendekat, Celline menyenggol tangan Satria dan sambal itu jatuh tepat di baju Amara.
“Oopss sorry ga sengaja” Ucap Celline dengan nada centilnya.
Amara merunduk, dengan tenang ia membersihkan kaosnya dengan tisu yang berada di dekat tungku pemanggang. Tapi entah kenapa suasana berubah menjadi dingin yang mencekam meski mereka berada di dekat tungku.
“Aku bawa kaos ganti di mobil kalau kamu mau pake, Cuma mungkin oversize kalo di kamu” Kata Baskara memecah kesunyian yang awkward.
“Gausah kak, nanti ngrepotin” Balas Amara tersenyum sungkan.
“Ganti aja ra, masa kamu mau tidur pakai baju kotor. Nanti di kerumunin semut loh” Sahut David.
Terpaksa, Amara pun mengiyakan dan mengikuti Baskara dari belakang. Sementara Celline di hadang Dyah dan Emily ketika ingin mengekor. Mereka tidak ingin masalah ini membesar dan ada keributan karena ulah Celline.
“Mati ni, habis ini lo yang kena Ce Ce, jangan main main dah sama bunga fakultas” Ucap El yang tak di hiraukan orang sekitar karena terlalu yapping.
Disisi lain, Baskara berjalan beriringan dengan Amara menuju mobil miliknya. Tidak ada perbincangan diantara mereka, sepi dan hanya terdengar sayup sayup keramaian dari depan fakultas.
“Klik klik” Seketika lampu hazard mobil Baskara berkedip dua kali ketika ia memberikan sebuah plastik kresek yang berisikan kaos miliknya kepada Amara.
“Makasih kak, besok aku kembaliin setelah aku cuci bersih yaa” Kata Amara.
“Iyaa kan kamu emang jagonya cuci bersih” Ucap Baskara.
Amara mengernyitkan dahinya, “Maksud kak Bas apa?”.
“Kasus El belum di tutup yaaa, jangan suka sembunyi di balik nama kak Kevin Amara” Ucap Baskara membelai tipis rambut Amara.
Amara mundur satu Langkah menajuh dari Baskara.
“Terserah apa yang kakak fikirin tentang aku, aku tetep maafin kakak jika kakak tau kebenarannya suatu hari nanti. Makasih buat pinjaman kaosnya, tolong jaga pacar kakak baik-baik” Ucap Amara cukup datar, sangat dingin dan tanpa ekspresi. Cukup membuat rasa nylekit di jantung Baskara ketika Amara berlalu dan meninggalkannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!