NovelToon NovelToon

Sang Bos Dan Sekretaris Tersembunyi.

SBDST 1.

Bugh!

"Aaa, maaf...maaf, aku tidak sengaja," ucapnya merasa bersalah, tapi ia masih melanjutkan larinya.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Maaf...maaf, semuanya..." Lagi-lagi dia berucap setiap kali menabrak orang-orang yang memadati tempat wisata ini. Sesekali ia menoleh ke belakang dengan langkahnya yang tetap terus berlari memecah kerumunan.

Sena terus menyalip, membawa tubuh rampingnya itu melewati kepadatan, dan tak jarang dirinya memang menabrak para pengunjung lainnya.

"Hati-hati, Cantik!"

"Kenapa kau terburu-buru? Apa ada yang mengganggumu, biar aku yang lindungi!"

"Hey! Kau sudah menabrakku! Tinggalkan nomor ponselmu!"

Sena tersenyum mendengar ucapan-ucapan para pria yang ia lewati itu, ia hanya membalas dengan lambaian tangan seraya terus berlalu dan semakin berlari demi menghindari orang-orang yang mengejarnya.

Sena lekas melepaskan jaket kulit berwarna hitam yang ia kenakan dan membuangnya ke dalam tong sampah yang ia lalui, menyisakan kaos press body berwarna putih bertuliskan brand ternama dunia tepat di depan dadanya. Ia juga melepaskan ikat rambutnya, hingga surai hitam panjang sedikit bergelombang itu seketika tergerai, bagaikan sebuah tirai yang berkibas indah seiring gerakan Sena yang secepat kilat masuk ke dalam salah satu cafe.

"Huft," helaan napas berat terdengar. Sena memeriksa kondisi di luar cafe melalui jendela kaca, dan saat menyadari jika orang-orang yang mengejarnya sudah tidak terlihat lagi, ia pun tersenyum puas, ia kembali berhasil melarikan diri.

Sena merasa lega, ia mulai melangkah, mencari tempat duduk yang tersembunyi di sudut cafe—sebisa mungkin Sena mencari posisi yang tidak mencuri perhatian. Tanpa menyadari jika hampir seluruh mata pria yang berada di dalam cafe saat ini sudah terpaku dan tengah memperhatikan dirinya sedari awal kemunculan wanita cantik itu.

Kaos putih sederhana yang melekat pada tubuh rampingnya, mengenakan celana jeans panjang, serta surai hitam bergelombang yang tergerai indah di punggungnya, membuat Sena terlihat seperti wanita high class yang memiliki signature style sendiri. Kecantikan alaminya begitu terpancar, membuat pria-pria di sekitarnya tidak bisa untuk tidak memandang Sena dengan kagum.

Sena memilih tempat duduk di sudut cafe, ia memesan minuman untuk ia nikmati. Sena akan berada di sana sampai situasi di luar cafe ia anggap benar-benar aman, dan barulah setelahnya ia pulang ke apartemen, mengakhiri hari liburnya yang telah ia anggap gagal ini.

Bersamaan dengan itu, di lokasi yang sama. Namun, dengan tempat duduk yang berbeda serta berjarak cukup jauh dari Sena. Dua pria tengah berbicara serius akan suatu hal.

Sang asisten pribadi-Tracker menyampaikan sesuatu pada tuannya.

"Akan ada pertemuan besar para pemimpin dalam pesta topeng nanti, Tuan. Tapi..."

Itu adalah ucapan Tracker beberapa menit yang lalu. Dan setelah itu suara Tracker lenyap, tidak lagi terdengar untuk melanjutkan kalimatnya.

"Tapi apa?" Sang Bos akhirnya bertanya setelah merasakan Tracker terlalu lama untuk melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa, Tracker?"

Suaranya berubah dingin dan berat, bersamaan dengan wajah pemiliknya yang juga terangkat untuk menatap Tracker.

Gleg!

Tracker menelan ludahnya.

"Apa?"

"I-tu Tuan, Nona Sena ada di sana." Tracker menunjuk posisi Sena yang tengah duduk sendiri di sudut cafe. Ternyata Tracker menghentikan ucapannya tadi karena juga memperhatikan kedatangan Sena.

Sang Bos berdecak, ia meletakkan ponsel yang sedari tadi ia mainkan di atas meja dengan kasar.

"Yang aku tanya; Tapi apa? Kau menggantung ucapanmu!"

Ehh!

Tracker sedikit menggerakkan kepala, mengingat apakah tadi ia benar-benar belum selesai dengan kalimatnya, rasanya sudah, batin Tracker.

"Pertemuan besar para pemimpin mafia dalam pesta topeng nanti mengharuskan Anda datang dengan pasangan Anda, Tuan." Tracker memilih mengulang kalimatnya dari pada harus mendapatkan tatapan dingin yang dinginnya mengalahkan kutub utara.

"Aku tidak akan datang."

Sudah Tracker duga.

Seperti biasa, bosnya itu pasti tidak akan pernah mau datang. Pemimpin dari perkumpulan besar tengkorak hitam atau yang orang-orang dunia gelap sering menyebut mereka sebagai Black Skull itu sama sekali tidak pernah memperlihatkan siapa jati dirinya. Hingga tak jarang, membuat para pemimpin mafia lain cukup penasaran akan sosoknya.

Karena Black Skull menguasai hampir setengah pasar dalam penjualan berbagai minuman, persenjataan juga bisnis berlian serta perhiasan yang bernilai triliunan. Kelompok ini, sudah lama melepas pasar mereka di bidang obat-obatan.

"Tapi Anda tidak bisa untuk tidak datang kali ini, Tuan. Akan ada pembicaraan penting tentang wilayah kekuasaan, dan juga kawasan pasar dagang," ucap Tracker serius, meski bosnya itu terlihat acuh dan hanya fokus pada ponsel yang selalu ia mainkan.

"Ini tidak bisa diwakilkan, Tuan," tambah Tracker lagi. Dan mau sampai kapan juga Anda terus diwakilkan, lanjut Tracker hanya berani di dalam hati.

"Zion yang akan pergi. Cari wanita yang kompeten untuk mendampinginya," kekeh sang bos tak ingin pergi.

Tracker menghela napas. Biasanya jika ada pekerjaan seperti ini, maka Zion lah yang mewakili pemimpin Black Skull itu untuk hadir. Zion sudah seperti kaki tangan bosnya dalam bisnis gelap ini. Meski kedudukannya tak lebih tinggi dari Tracker yang merupakan asisten pribadi yang sudah bagaikan mata, telinga juga mulut dari bos mereka.

"Tidak bisa! Tetap Anda yang harus pergi, Tuan Elvano Abraham!" ucap Tracker kali ini berani memaksa bosnya itu. "Para pemimpin mafia terlebih dahulu harus memperlihatkan ukiran kelompoknya untuk bisa memberikan suara."

"Ck! Kau berubah jadi cerewet, Tracker." Elvano berdecak kesal.

Setiap pemimpin memang memiliki lukisan gambar dari simbol masing-masing perkumpulan pada tubuh mereka, ini akan digunakan sebagai stempel atau segel resmi mereka dalam menggunakan hak suara. Dan Zion tidak memiliki itu. Jadi artinya, kehadiran sang bos sungguh tidak bisa diwakilkan kali ini.

"Anda mau ke mana, Tuan?"

Tracker buru-buru berdiri saat melihat Elvano sudah beranjak dan pergi meninggalkan meja yang mereka tempati. Mungkinkah bosnya itu marah karena Tracker telah menyinggung Elvano dengan sikap beraninya tadi?

Namun, Tracker semakin mempercepat langkahnya saat melihat sang bos ternyata menghampiri meja yang ditempati oleh Sena.

"Minggu depan tidak ada libur. Akan ada perjalanan bisnis keluar."

Sena yang tengah fokus menikmati minumannya itu langsung tersedak, menyemburkan kopi saat Elvano muncul dengan tiba-tiba di hadapannya beserta sebuah perintah yang ia tahu sudah pasti tak dapat dibantah.

"Ck!" Elvano melepaskan jasnya. "Bersihkan itu!" Ia melempar begitu saja jasnya yang dengan sigap Sena sambut.

Setelahnya Elvano berlalu pergi meninggalkan cafe, meninggalkan Sena yang terlihat sangat terkejut. Apa yang terjadi? tanya Sena pada dirinya sendiri, sambil memandang bingung jas yang masih hangat dari tangan Elvano. Jas yang sama sekali tidak lah kotor, semburan kopinya tidak sampai mengenai jas atasannya itu, malah muncrat dan mengotori kaos putih Sena sendiri.

"Tuan Tracker, apa maksud Tuan Elvano tadi?" tanya Sena bingung akan perintah bosnya, sehingga bertanya dan mencegah kepergian Tracker.

"Hanya tentang pekerjaan kantor, Nona. Jangan dipikirkan!" jawab Tracker. Setelahnya ia juga beranjak pergi, bergegas mengejar sang bos yang sudah menjauh keluar dari cafe.

Sena mengangguk, tapi jawaban Tracker dengan nada yang tidak jelas itu malah semakin membuat Sena bingung.

Perjalanan bisnis? Jika Elvano memiliki perjalanan bisnis kenapa juga mesti memberi tahunya? Yeah, meski ia bekerja sebagai bagian dari team sekertaris Elvano di perusahaan NAV Crop, tapi yang biasa mendampingi sang bos itu jika tengah wara wiri prihal bisnis adalah; Bianca, sang sekertaris utama. Bukan Sena, sang sekertaris cadangan, ketiga.

SBDST 2.

"Tuan, sepertinya kurang tepat jika memilih Nona Sena untuk mendampingi Anda..."

Tracker yang biasanya tegas dan keras itu kini terpaksa bicara dengan mencicit karena Elvano sudah memindai dirinya dengan tatapan elang melalui kaca spion mobil yang terpasang.

"Nona Sena terlalu mencuri perhatian, Tuan. Kehadirannya di acara itu hanya akan mengundang banyak rasa penasaran," jelas Tracker tanpa Elvano perlu bertanya. Tracker begitu mengerti dengan semua jenis tatapan yang Elvano punya.

Kehadiran Sena sudah pasti akan mengundang banyak pasang mata dari para pria yang bukan lagi spesies buaya, melainkan tempat berkumpulnya para singa-singa jantan yang begitu buas. Terlebih Sena tak hanya cantik, ia juga memiliki sisi misterius yang bisa membuat siapa saja yang memperhatikannya menjadi penasaran. Dengan kecantikan dan sisi misterius itu, Tracker khawatir rekan bosnya akan mengincar keberadaan Sena.

"Saya akan mencari pasangan yang mempuni untuk mendampingi Anda, Tuan."

Setidaknya harus mampu menggunakan senjata api, itulah menurut Tracker. Karena dunia gelap mereka terlalu ramah untuk wanita seperti Sena.

Mendengar itu, Elvano hanya menyunggingkan senyum kecil, kepalanya menggeleng lalu berdecak saat melemparkan tatapannya keluar jendela.

"Sudah kuduga."

Tracker menundukkan pandangan demi bisa memperhatikan sang bos yang duduk di kursi penumpang bagian belakang dari kaca spion saat kini sudah membuka suaranya.

"Kau menyukainya, Tracker."

Ehh!

"Maaf, Tuan?"

"Aku pikir kau menerimanya bekerja karena kemampuannya yang mempuni, tapi ternyata kau memiliki alasan lain."

Sampai di sini Tracker masih harus memaksa otaknya untuk berpikir keras menguraikan semua ucapan sang bos.

"Ternyata kau sudah tertarik padanya dari awal. Sampai kau menempatkannya di posisi yang strategis seperti team sekretaris." Elvano berucap panjang lebar seraya mencibir sikap Tracker yang terlihat mirip anak remaja yang sedang jatuh cinta.

Pantas saja asisten pribadinya itu menerima Sena bekerja di perusahaan karena Tracker menaruh rasa pada wanita itu. Aighhh, entah mengapa Elvano kesal mengetahuinya.

Padahal Tracker menerima Sena karena memang wanita itu begitu kompeten di bidangnya.

"Saya rasa, seluruh karyawan pria di perusahaan, juga menyukai Nona Sena, Tuan."

Elvano mendelik tajam pada Tracker yang kini memasang wajah begitu menyebalkan, asistennya itu malah tersenyum manis dan tidak membantah akan penilaiannya barusan.

"Kecuali, Anda tentunya," tambah Tracker lagi dengan sedikit menunduk mencari aman. Entah tengah menunjukkan rasa hormatnya atau malah menikmati wajah sang bos yang terlihat begitu kesal padanya.

"Dia akan tetap menjadi pasanganku dalam pesta topeng itu!"

"Tapi, Tuan..."

"Gantilah, dan minta Zion saja yang hadir."

Tracker langsung terdiam setelah Elvano berkata seperti itu. Ia memperhatikan raut wajah bosnya yang kini sudah mendingin dengan membuang pandangan keluar jendela.

Sesaat Tracker memutuskan untuk diam. Sampai mobil mereka tiba di perusahaan NAV Corp. Perusahaan besar yang seluruh kepemimpinannya berada di bawah kekuasan seorang pria bernama; Elvano Abraham.

Elvano menyatukan seluruh bisnis resmi dari kedua daddynya, Ivan dan Nathan. Elvano tumbuh menjadi pria yang gila kerja dengan segudang urusan bisnis. Karena sebagai putra satu-satunya, Elvano memiliki kewajiban untuk memastikan semuanya berjalan dengan semestinya.

Tidak ada permasalahan wanita di dalam hidup Elvano, ia hanya terus fokus bekerja dan acap kali tidak pernah peduli akan kehadiran para wanita di sekelilingnya. Namun, kini ia harus menghadiri sebuah pesta dengan membawa pasangan. Dan Elvano dengan implusif memilih Sena yang saat itu tengah berada di sebuah cafe yang sama dengannya.

"Tuan, jika saya boleh tahu; apa Anda memiliki alasan khusus memilih Nona Sena?"

Tracker ternyata masih berusaha merubah rencana sang bos. Atau lebih tepatnya ia ingin memastikan semua pekerjaan berjalan tanpa hambatan. Termasuk dengan keputusan memilih Sena sebagai pendamping Elvano.

Tracker juga sebenarnya menangkap sesuatu yang lain dari bosnya itu. Tracker yakin, Elvano memiliki alasan tersendiri akan keputusannya. Karena Tracker tahu; Elvano tidak pernah bertindak ceroboh. Ia selalu ingin semua pekerjaan terhandel dengan cepat dan tepat. Pria itu memiliki insting yang tajam sekaligus kuat.

"Penarik sekaligus pengalih perhatian."

Tracker langsung mengangkat wajah, memperhatikan bosnya yang tetap sibuk bekerja itu.

"Tuan, Anda ingin menggunakan Nona Sena..."

"Hm. Aku tidak ingin kehadiranku menjadi pusat perhatian. Jadi biarkan perhatian itu terfokus padanya."

Tracker cukup terkejut atas alasan Elvano. Bosnya itu ternyata akan menggunakan Sena sebagai pengalih perhatian terhadap kehadirannya dalam pesta para ketua mafia. Semacam perisai.

"Tuan, ini akan sangat berbahaya bagi Nona Sena."

Elvano menghentikan pekerjaannya saat mendengar nada ketidak setujuan dari Tracker.

"Kau bisa melin..." Elvano menghentikan ucapannya, ia mengernyit saat mendengar suara seseorang berada di luar ruang kerjanya.

"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?"

Bianca yang muncul secara tiba-tiba itu berhasil mengejutkan ia yang tengah berusaha menguping percakapan sang atasan.

"Bukannya kau sedang libur hari ini." Bianca menatap tajam Sena yang tersenyum kaku padanya.

Sena baru saja datang ke perusahaan NAV Corp. Dirinya ingin mencari keberadaan Tuan Tracker demi menanyakan prihal pekerjaan dari Tuan Elvano yang belum ia pahami. Rasanya terlalu lama jika harus menunggu esok hari saat ia masuk bekerja.

Akan tetapi, Sena malah tertahan di depan pintu ruang kerja sang atasan setelah sempat mendengar namanya disebut oleh Tuan Tracker. Sena menguping, penasaran dengan apa yang tengah dibicarakan hingga akhirnya aktivitasnya itu terganggu dengan kedatangan Bianca yang mengejutkan dirinya.

"Jas siapa itu?!" tanya Bianca lagi tak ada manis-manisnya pada Sena. Ia memperhatikan dengan seksama jas itu dan langsung membelalak saat menyadari milik siapa jas yang tengah Sena pegang.

"Itu jas Tuan..." Bianca tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karena kini pintu ruang kerja sang atasan terbuka dan muncullah Tuan Tracker di sana.

"Nona Sena, Tuan Elvano sudah menunggu Anda di dalam," kata Tracker meminta Sena untuk segera masuk.

Sena yang memang tak ingin berlama-lama menerima pelototan Bianca itupun memilih segera masuk ke dalam ruang kerja bos mereka.

Meninggalkan Bianca yang terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di antara bos mereka dan Sena. Kenapa jas Tuan Elvano bisa ada pada Sena yang hari ini sedang libur bekerja?

"Apa tadi Tuan Elvano keluar untuk menemui sekretaris sialan itu?" gumam Bianca dengan perasaan cemas. Tangannya mengepal, perasaan tak sukanya pada Sena semakin bertambah.

SBDST 3.

Sudah seperempat jam Sena berdiri mematung seraya menunduk, menunggu sang bos yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Sena melirik Tracker melalui ekor mata, asisten pribadi sang bos itu hanya diam membisu, membuat Sena tak berani bertanya apalagi memulai untuk membuka suara.

Tapi, mau sampai kapan mereka berdiri seperti ini. Kaki Sena mulai merasa kesemutan. Sena ingin memberikan kode pada Tuan Tracker agar pria itu bersuara. Karena Elvano terlihat seperti tak menyadari keberadaan mereka, atau lebih tepatnya tak menganggap mereka ada. Elvano hanya terus fokus pada gawai yang sedari tadi ia utak atik. Entah apa yang dilakukan pria tampan itu, mungkinkah membalas ribuan chat wanita yang masuk ke dalam ponselnya.

"Tuan, Nona Sena ada di sini."

Akhirnya kau membuka suaramu juga, Tuan Tracker. Sena merasa lega dan reflek mengangkat wajahnya.

Elvano yang mendengar suara Tracker itu juga mengangkat wajahnya, hingga tatapan elangnya beradu dengan netra indah milik Sena.

Sena pun memberikan senyuman.

"Keluarlah!" ucap Elvano memberi perintah yang seketika melenyapkan senyuman di wajah Sena. Ia diusir? Astaga! Lalu kenapa tadi dia diminta masuk?

Tanpa berpikir dua kali, dan dengan rasa kesal, Sena langsung berbalik, melangkah menuju pintu untuk keluar, lalu pulang.

"Kau mau ke mana?" Suara berat, terdengar begitu khas itu menghentikan langkah Sena.

Menekan ego, Sena pun memutar tubuhnya kembali dan tersenyum manis pada Elvano, tak lupa ia juga menunduk kecil, menunjukkan rasa hormat. "Bukankah tadi, Tuan yang meminta saya untuk keluar? Jadi saya akan segera keluar."

"Ck! Ternyata kau juga bodoh!"

What? Sena melotot. Elvano mengatainya!

"Yang aku minta keluar itu, Tracker. Kau tidak melihatnya?" Elvano menggerakkan kepala agar Sena memeriksa sekilingnya—apakah masih ada Tracker di ruang kerjanya itu?

Ke mana hilangnya Tuan Tracker? batin Sena ketika menyadari ketiadaan Tracker. Kapan asisten pribadi itu pergi? Bukankah beberapa saat yang lalu masih berdiri diam di sisinya?

Sena lekas mengesampingkan pertanyaan itu saat melihat Elvano bangkit dari tempat duduknya. Pria tampan itu melangkah dengan penuh percaya diri, mengitari meja dan berhenti tepat berhadapan dengannya.

Elvano melipat tangan di dada, posturnya yang tinggi dan tegap membuatnya terlihat begitu dominan. Dengan gerakan yang santai, ia mendudukan sedikit dirinya di sisi meja, menyilangkan kaki panjangnya ke depan, dan menatap Sena.

"Kau bisa bela diri? tanya Elvano.

Sena terperangah, tidak hanya karena pertanyaan itu, tapi juga pada setiap gerakan yang Elvano lakukan, pria itu tidak pernah gagal menghipnotisnya.

Lagi, Sena jatuh lebih dalam pada pesona seorang Elvano Abraham; pria gagah berperawakan menarik, dengan tipikal wajah di atas rata-rata sekaligus berkharisma. Tipe wajah yang mendefinisikan bahwa; tak semua orang bisa memiliki dan menyentuhnya.

Sena menarik napas, berusaha mengendalikan diri. Ia harus profesional saat bekerja, meski alasannya terdampar di perusahaan NAV Corp adalah karena memang ingin mendekati Elvano.

"Bisa, Tuan."

Elvano mengangguk saat mendengar jawaban Sena. Ia menegakkan tubuh dan membawa langkah panjangnya.

Tanpa diduga, Elvano bergerak cepat, menarik pergelangan Sena, memutarnya dan ingin menjatuhkan wanita itu. Namun, saat Sena hampir jatuh, ia berhasil mencengkram lengan Elvano, membuat Elvano menunduk hingga tubuh Sena pun tertahan dan tatapan mata mereka bertabrakan, nyaris tanpa jarak, membuat keduanya terpaku dalam keheningan.

Sena merasakan degub jantungnya semakin kencang, sementara Elvano menatap Sena dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sena meremat pelan lengan Elvano saat merasakan pegangannya tak mampu lagi tuk bertahan. Tangannya terlepas dan tubuh Sena mulai jatuh. Namun, Elvano lebih cepat; ia meraih pinggang wanita itu dan membawa Sena masuk ke dalam pelukan.

"Kau ternyata lebih berbahaya daripada yang kukira," ucap Elvano berbisik di telinga Sena.

Elvano menarik Sena untuk berdiri sempurna. Wajahnya tak menggambarkan ekspresi apapun, berbanding terbalik dengan Sena yang sudah memerah karena tersipu sekaligus merasa malu.

Mereka tak pernah berdekatan sebelumnya, Sena tak pernah berhubungan langsung dengan sang atasan mengenai pekerjaan karena posisinya yang bukanlah sekertaris utama. Tapi, kondisi ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantung Sena. Ia hanya terus menunduk, merasakan degup jantungnya yang masih berdetak kencang.

"Keluarlah. Latih tinjumu dengan samsak selama seminggu ini. Akan ada perjalanan bisnis di akhir pekan," perintah Elvano dengan penjelasan mengenai pekerjaan yang sama sekali tidak Sena pahami.

Elvano berbalik, kembali ke kursi kerjanya, membuat Sena yang sudah mengangkat wajah tak dapat melihat ekspresi pria itu. Sena menunduk sekali lagi, dan setelahnya segera keluar dari ruangan sang atasan.

Mengerti atau tidak tentang pekerjaan, itu urusan nanti, yang terpenting saat ini adalah mencari pasokan udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi ruang paru-parunya yang terasa sesak, serta menetralisir degub jantung yang tidak bisa diam.

"Hahhh!" Elvano melonggarkan dasinya yang terasa mulai mencekik. Ruang kerjanya juga tiba-tiba terasa panas. "Seni bela diri apa itu tadi?" tanya Elvano heran. Wajahnya yang memerah terlihat mengerut dalam, memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan Sena.

Sebenarnya Elvano berniat ingin menguji pertahanan Sena, tapi gerakannya sendiri ternyata membuatnya terjebak dalam perasaan aneh yang tidak ia mengerti. Elvano jatuh, tanpa tahu alasan mengapa ia bisa jatuh.

"Keputusanku pasti sudah tepat."

Pria yang biasanya memiliki keyakinan tak tergoyahkan itu kini tampak ragu. Tapi ia lekas menepisnya, Elvano berulang kali meyakinkan diri jika keputusannya untuk memilih Sena sebagai pendampingnya sudah tepat.

Tanpa menyadari bahwa keputusan ini bisa saja menjadi blunder terbesar dalam hidupnya, sebuah langkah yang bisa mengubah jalan hidup seorang Elvano Abraham untuk selamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!