Di Dalam Kamar Kecil Terdengar Suara Tangisan Bayi Yang Mengema, Telah Lahir Seorang Putri, Yang Sudah Lama Akmal Dan Ratih Dambakan, "Selamat Yoh, Anaknya Perempuan" Seorang Dukun Bayi Membantu Persalinan Ratih,
Ratih Tersenyum Haru Menatap Ke Arah Sang Bayi, Akmal Juga Bersikap Demikian, "Cantiknya Mirip Kamu" Ujar Akmal, Sembari Mengelus Pucuk Kepala Ratih Yang Baru Saja Melahirkan Buah Cinta Mereka.
Ratih Sangat Bahagia, Berbeda Dengan Akmal Yang Hanya Pura-Pura Tersenyum Bahagia, Karena Selama Lima Tahun Ini Perasaanya Pada Ratih Telah Memudar, Akmal Diam-Diam Menjalin Kasih Dengan Teman Dekat Istrinya Sendiri Yaitu Arimbi. Seorang Janda Muda Beranak Dua, Akmal Sangat Tergoda Dengan Tubuh Seksi Arimbi, Bahkan Saat Ratih Menjalani Hari-Hari Kehamilan nya Dengan Semangat Dan Sangat Bahagia, Akmal Justru Bermain Cinta Dengan Janda Muda Beranak Dua.
"Mas Kamu Ngak Masuk Kerja, Sudah Biar Dedenya Aku Aja Yang Jaga." Setelah Melahirkan, Ratih Masih Sama Melakukan Aktivitas Seperti Biasanya.
"Kamu Ngak Papa Mas Tingal?" Akmal Memang Selalu Halus Tutur Katanya, Sampai Ratih Sendiri Tidak Akan Pernah Bisa Percaya Kalau Suaminya Akan Mendua, Karena Akmal Sangat Pandai Berucap Manis Pada Ratih.
"Ngak Papa Mas, Izinin Aku Belajar Jadi Ibu Dong, Lagian Kan sebentar Lagi Ibu Sama Rena Juga Datang Kok" Ujar Ratih Tersenyum Hangat Ke Arah Akmal.
"Yah Udah Sayang, Mas Kerja Dulu Yah" Seperti Biasa Akmal Akan Mencium Kening Ratih Jika Akan Berangkat Bekerja.
Selepas Akmal Pergi Bekerja, Ratih Beranjak Dari Tempatnya Berbaring, Ratih Perlahan Mulai Memberikan ASI Pertamanya Pada Buah Hati Kecilnya.
Tok... Tok... Tok...
Suara Ketukan Pintu Di Luar Terdengar Mengema, Ratih Berjalan Perlahan Kedepan, Ternyata Di Depan Sudah Ada Ibunya Dan Adiknya Rena.
"Alhamdulilah Aku Jadi Punya Ponakan" Rena Nampak Girang, Langsung Menggambil Alih Bayi Mungil Yang Ada Di Tangan Kakanya.
"Akmal Mana Tih?" Ibunya Bertanya, Melihat Rumah Nampak Sepi.
"Mas Akmal Langsung Berangkat Kerja Bu," Lirih Ratih.
"Lah, Istrinya Baru Lahiran Kok Langsung Berangkat Kerja" Bu Mirah Bergeming.
Ratih Hanya Membalas Dengan Senyuman Hangat, Karena Akmal Sangat Giat Bekerja, Bahkan Saat Ratih Hamil Besar Lebih Sering Tingal Di Rumah Ibunya, Karena Akmal Sering Lembur Pulang Malam.
"Bu Ratih Mau Nyuci Dulu Yah Ke Kali" Baru Beberapa Jam Melahirkan, Ratih Sudah Kembali Melakukan Aktifis Seperti Biasanya.
"Yah Jangan Ratih, Kamu Baru Aja Lahiran Kok, Langsung Mau Nyuci." Ujar Bu Mirah Nampak Tidak Senang.
"Biarin Aja Mba, Nanti Mas Akmal Yang Nyuci Kalu Udah Pulang" Imbuh Rena,
Ratna Terdiam, Mau tidak Mau Ia Harus Menuruti Ucapan Adik Dan Ibunya, Meskipun Ratih Jelas Sekali Tidak Mau Merepotkan Akmal.
Panas Yang Begitu Trik, Sekarang Langit Cerah Itu Mendung, Seperti Akan Turun Hujan, Ratih Menimang Anaknya, "Cantik Sekali Kamu Sayang" Ratih Mencium Kening Bayi Mungil Yang Ada Di Tangan Nya.
Bayi Itu Tiba-Tiba Menangis Dalam Gendongan Ratih, Ratih Langsung Sigap Menyusui Nya. sambil Melihat Ke Arah Jendela, Di Kaca Jendela Terlihat Kilat Menyambar Pertanda Hujan Akan Segera Datang. "Bapak Mu Kok Ngak Balik-Balik Yah Nak?" Ratih Bergeming, Sudah Mulai Turun Hujan Namun Suaminya Nampak Juga Belum Pulang,
Sebenarnya Bukan Cuma Sekali ini Saja Akmal Pulang Telat, Bahkan Sejak Ratih Hamil Sembilan Bulan Akmal Selalu Pulang Malam lembur, Pekerjaanya Setiap Hari Menjadi Kuli, Kuli Cengkeh Dan Juga Coklat.
"Apa Bapak Lembur Lagi Yah Nak?" Ucap Ratih Tersenyum Menatap Anaknya Yang Mulai Kembali Tertidur
Ratih Menaruh Anaknya Di Kasur, Di Sebelahnya Sudah Ada Rena Dan Juga Ibunya Yang nampak Tertidur
Ratih Berniat Menghantarkan Payung Untuk Suaminya, Payung Yang Biasa Akmal Bawa Kini Ketinggalan.
"Bu, Ratih Mau Susul Mas Akmal Dulu Yah Ke kebun, Takutnya Mas Akmal Nungguin Di Sana, Karena Payung yang Biasa dia Bawa Ketingalan "
"Yah sudah Sana Hati-Hati" Bu Mirah Memeluk Cucunya Yang Ada Di Samping nya.
Ratih Berjalan Keluar, Meninggalkan Rumahnya, Demi Menyusul Akmal Ke Ladang, Hujan Deras ia Terjang, Kakinya Tidak Memakai Alas Kaki, Kaki Ratih Nampak Kotor Karena Menginjak Tanah Basah.
Sebelum Berjalan Ke Arah Kebun, Ratih Melewati Rumah Teman Dekatnya Arimbi, Di Luar Rumah Terlihat Rumah Nampak Sepi, Hanya Menyisakan Sebuah Lampu Kecil Temaram, Mata Ratih Terpatri Pada Sepatu Bot Yang Sama Persis Di Gunakan Oleh Suaminya.
"Kok Kaya Sepatu Botnya Mas Akmal," Batin Ratih, Tiba-Tiba Rasa Penasaran Dan Persaan Tidak Enak Dalam Hatinya Muncul.
"Dia Kan Janda Kok Ada Sepatu Laki-Laki Di Luar Rumah nya!," Karena Penasaran Ratih Masuk Ke Halaman Rumah Arimbi.
Ratih Mengendap Menempelkan Telinganya Ke Pagar Kayu Rumah Arimbi, Tidak Ada Suara Aneh Yang Ia Dengar, Hanya Suara Televisi Yang Menyalah Tidak Ada Suara Anak Arimbi Bulan Dan Bintang. Ratih Kembali Menempelkan Telinganya Di Arah Pagar Kamar Arimbi.
"Aahhh... Pelan-Pelan Sayang," Terdengar Suara Desahan Dari Dalam Kamar Arimbi.
Ratih Membungkam Mulutnya, Tidak Menyangka Jika Teman Dekatnya Melakukan Hal Serendah itu.
"Kalau Aku Grebek Aja Gimana Yah?" Gumam Ratih, Lututnya Nampak Gemetar, Di Celah-Celah Pagar Kamar Arimbi, Ratih Diam-Diam Mengintip Karena Rasa penasaran nya Yang Semakin Mengebu, Dan Hanya Memastikan Semata-Mata Benar Atau Tidaknya.
"Hah...Duh Gusti!" Ratih Kaget, Seketika Jantung nya Ingin Copot Dari Tempatnya, Matanya Seketika Memanas Ulung Hatinya Perih, Hatinya Hancur Berkeping-Keping.
Melihat Suaminya Dan Arimbi Sedang Melakukan Hubungan Badan, Tampa Menggunakan Sehelai Kain Apa-pun.
Akmal Terlihat Sangat Bergairah Mengecup Setiap Lekuk Bagian Arimbi, Arimbi Juga Melakukan Hal Yang Sama. Dengan Ganasnya Akmal Memainkan Bagian Sensitif Arimbi. "Sayang Nakal Deh..." Desah Arimbi Manja.
"Aku Belum Puas, Padahal Kita Udah Main Berkali-kali, Tapi Aku Kecanduan Kamu Banget Sayang" Akmal Kembali Melakukan Aktifis nya. Arimbi Mendesah Mengekspresikan Rasa Cintanya.
Di Luar Petir Menyambar, Tubuh Ratih Basah Kuyup, Di Dalam Akmal Malah Sedang Mencari Hangat Bersama Wanita Lain.
"Tega Kamu Mas!" Ratih Mengepalkan Kedua Tangan nya. Tangisanya Tumpah Bersama Dengan Guyuran Air Hujan Yang Semakin Deras.
"Ternyata Selama Ini Kata-Kata Manis Mu Pada Ku Hanya Tipuan Belaka Mas, Selama Lima Tahun Ini Kau Telah Menghianati Ikatan Suci Pernikahan Kita! Semua Janji Manis Mu Dan Kata-Kata Manis Mu Busuk...."
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Buat Kau Sebusuk Mungkin, Sampai Semua Orang Memandang Mu Jiji Dan Kau Yang Paling Hina, Tunggu Saja Pembalasan Ku Mas!" Semakin Kuat Tangan Ratih Mengepal, Semakin Kuat Pula Panas Di Dadanya Membara, Ratih Bersumpah Akan Membalas Dendam Pengkhianatan Suaminya.
Hati Ratih Hancur Berkeping-Keping Tidak Menyangka Suaminya Mencari Kehangatan Pada Wanita Lain, Padahal Selama Lima tahun Menjalani Pernikahan Dengan Akmal, Akmal Selalu Lembut Pada Ratih, Bahkan Ratih Sendiri Sampai Terkecoh Dengan Kebusukan Akmal Yang Ternyata Sangat Bejad.
"Tega Kamu Mas, Tega!!!" Ratih Meremas Kain Yang Ia Kenakan, Baru Saja Melahirkan Putri Pertamanya. Akmal Malah Main Gila Bersama Teman Dekatnya.
Ratih Pulang, Berjalan Di Tengah Hujan Lebat, Hatinya Serasa Di Guncang Badai Yang Berarus Ombak Besar, Ia Menjerit Di Tengah Jalan, Yang Sepi. Ratih Luruh Terduduk Lemas. Pemandangan Yang Baru Saja Ia Lihat Sangat Menjijikan.
Ratih Mencengkeram Tanah Basah, "Lihat Saja Mas, Aku Akan Balas Semuanya." Ratih Pulang Dengan Perasaan Yang Campur Aduk Hancurnya.
"Bu..." Ratih Membuka Pintu Rumahnya, Di Dalam Terlihat Bu Mirah Sedang Memangku Anaknya.
"Ratih Kamu Kok basah Kuyup Gini, Mana Akmal?" Bu Mirah Berjalan Ke Arah Putrinya Yang Nampak Lemas, Dan Juga Wajah nya Sangat Pucat.
"Bu Kita Harus Segera Pergi Bu, Ayo Kita Kerumah Ibu Sekarang" Ratih Langsung Memasukan Bajunya Kedalam Tas.
"Ada Apa Ini? Kamu Kenapa Sebenarnya? Mana Akmal Kenapa Dia Ngak Pulang Bareng Kamu?"
"Dia Ngak Akan Pulang Bu, Ayo Cepat Sekarang Kita Pergi" Ratih Tidak Fikir Panjang, Tampa Menjelaskan Apa-pun pada Ibunya Ia Langsung Meminta Pindah Ke Rumah Ibunya.
Bu Mirah Tidak Banyak Juga Bertanya, Ia Langsung Menggendong Cucu Nya, Dan Juga Membangunkan Rena Yang Sudah tertidur Pulas.
Sementara Dengan Kemarahan Yang Membara Di Dalam Hati Nya. Ratih Memasukan Bajunya Kedalam Kain Buntelan Yang Ia Ikat, Dalam Keputusasaan Yang Dalam Ratih Segera Pergi Meningalkan Rumah Peninggalan Mertuanya Itu.
Hujan Di Luar Nampak Sudah Sangat Reda, Bu Mirah Mendekap Erat Cucunya Dalam Gendongan Nya.
Ratih Terisak Dalam Diam, Kejadian Beberapa Menit Yang Lalu Terus Berkelindan Dalam Benak Nya. ia Mencengkeram Kain Jarik Nya Erat. Bertekat Akan Mengakhiri Pernikahan Nya Dengan Akmal..
.
.
Akmal Beranjak Dari Ranjang Terkutuk Itu Bersama Arimbi. "Aku Harus Pulang Istri Ku Sudah Menunggu ku Di Rumah." Akmal Memungut Bajunya Kembali Setelah Baju Yang Ia Gunakan, Jatuh Berserakan Di Tikar
"Kenapa Cepat Sekali Kang, Baru Juga Jam Delapan." Ujar Arimbi Tak nampak Lelah, Janda Muda Itu Terlihat Bergairah Menghabiskan Malam Bersama Suami Teman Dekat Nya.
"Sudah Malam, Istriku Juga Baru Saja Melahirkan, Tidak Enak Jika Ku Tinggalkan terlalu Lama. Ada Ibu Mertua Ku Juga Di Rumah."
Sambil Melihat Akmal Memakai Pakian Nya, Ari Masih Duduk Dengan Posisi Menggoda, ia Hanya Menggunakan Kain Untuk Menutupi Sebagian Tubuhnya Usai Bercinta Dengan Suami Ratih. "Oh... Jadi Istri Mu Sudah Melahirkan, Baiklah Jika Begitu Kau Harus Menepati Janji Mu Kang Akmal." Arimbi Menatap Akmal Dengan Sorot Mata Tajam.
"Tentu Saja Arimbi..." Akmal Mencium Bibir Arimbi Kembali Sebelum Pergi. Dan Meletakan Beberapa Lembar Uang Hasil Kerja nya Kemarin.
Akmal Pulang Menutup Pintu Rumah Arimbi Pelan, Matanya Melihat Ke Sekeliling Seperti Maling Yang Takut Terpergok.
Keluar Menjauh Dari Rumah Arimbi Dadanya Lega, Karena Sudah Hampir Satu Tahun Akmal Melakukan Hubungan Terlarang Dengan Arimbi, Dan ia Merasa Masih Aman Saja. Tampa Ia Sadari Kehancuran Sudah Mulai Ia Injak Selama Beberapa Langkah Lagi.
Di Depan Rumah Nya. Akmal Berjalan Masuk Pelan. Dari Depan Ia Nampak Merasa Aneh Karena Teras Rumah Nya Nampak Gelap. "Ratih Lupa Menyalahkan Lampu Nya Apa?" Akmal Bergeming Ia Masuk Kedalam Rumah, Di Dalam Nya Juga Nampak Gelap. Saat Akmal Menyalahkan Lampu Tidak Ada Siapa Pun, Bahkan Anak Dan Istrinya Juga Tidak Ada Disana. Akmal Langsung Masuk Kedalam Kamar Nya. Lemari Terbuka, Semua Baju Ratih Hilang Bersama Orang nya.
"Hmmm... Pergi Kemana Dia!" Tangan Akmal Mengepal Kuat Ia Meninju Meja Di Depannya.
Perasaan Nya Campur Aduk, Kesal, Dan Takut Ratih Mengetahui Kebusukan Nya.
.
.
Pagi Mulai Menyingsing Akmal Memakai Sepatu Botnya, Hari Ini Ia Berniat Ke Kampung Sebelah Mengunjungi Rumah Ibu Mertuanya.
Setibanya Di Rumah Bu Mirah, Akmal Mengetuk Pintu Rumah Ibu Mertunya Berkali-kali.
"Bu... Permisi Bu..." Suara Akmal, Di Iringi Suara Ketukan Pintu Yang Nyaring Dari Dalam Rumah.
Ratih Engan Membukakan, Akhirnya Ia Menyuruh Ibunya Yang Membukakan Pintu Itu. "Ada Apa?... Pagi-Pagi Sudah Bertamu?" Suara Bu Mirah Ketus, Matanya Nampak Sengit Melirik Ke Arah Menantunya Yang Sebentar Lagi Akan Menjadi Mantan Menantu.
Akmal Masih Rapat Menutup Kebusukan Nya, Ia Nampak Belum Tahu Kalau Istrinya Mengetahui Hal Piciknya. "Saya Suaminya Bu, Kenapa Semalam Ratih Pergi?" Akmal Masih Memasang Wajah Polosnya.
"Untuk Apa Kau Datang Lagi? Tidak Punya Malu!" Ratih Berjalan Keluar, Matanya Berkaca-kaca. Namun Amarahnya Kembali Meluap.
Bu Mirah Kembali Masuk Kedalam Rumah, Saat Ratih Sudah Menghadapi Akmal Sendiri, Ia Hanya Menguping Lewat Jendela Rumah Nya. "Aku Minta Cerai Mas!... Aku Sudah Tahu Apa Yang Selama Ini Kau Lakukan Bersama Arimbi." Ucap Ratih Tegas, Tidak Ada Air Mata Yang Tumpah, Tidak Ada Gerakan Tubuh Yang Menunjukan Kelemahan, Meskipun Dalam Hati Kecil Ratih Di Penuhi Luka Sayatan Belati Tajam.
Akmal Tergagap... "Ja-di, Kamu Su-Dah-Tahu?" Mata Akmal Terbuka lebar Membulat Dengan Sempurna.
"Maafkanlah Aku Ratih, Aku Khilaf ..." Akmal Kembali Memerankan Kelemahan Nya, Pura-Pura Membujuk Ratih Agar Kembali Luluh.
"Tidak Mas, Kau Bilang Khilaf, Tapi Dosa Itu Terus Kau Lakukan Bersama Perempuan Jalang Itu!..." Ratih Melotot, Hatinya Di Kuasai Amarah Dan Dendam.
"Jadi Kau Siap Hidup Tampa Aku?.. Kau Sudah Siap Hidup Bersam Ibu Janda Mu Itu Hah?" Akmal Mengejek Seoalah Nasib Keluarga Ratih Bergantung Padanya.
Plak....
Satu Tamparan Pedas Menggambar Merah Di Pipi Akmal, "Tutup Mulut Mu Akmal, Kau Pikir Kau Siapa, Dirimu Sama Najisnya Seperti Sekor Hewan." Ratih Menunjuk Wajah Akmal.
"Baik Jika Itu Yang Kau Mau, Ku Kabulkan Permintaan Bodoh Mu itu, Ratih Aku Menceraikan Mu Sekarang." Kata Talak Dari Bibir Akmal Seakan Menghantam Keras Dada Ratih, Tubuhnya Baru Saja Melahirkan, Ototnya Dan Semua Saraf Terasa Patah, Belum Lagi Sekarang Hatinya Terluka Karena Ulah Suaminya Dan Kata Talak Pagi Ini. "Baik... Pergilah Sekarang Aku Bukan Lagi Istri Mu." Dengan Tegas, Ratih Menekan Ucapannya.
Ratih Masuk Kedalam Rumahnya, Saat Akmal Telah Pergi, "Ya Tuhan, Rumah Tanga Yang Ku Bina Selama Lima Tahun Akan Hancur Seperti Ini. Kenapa Baru Sekarang Kau Membuka Mata Ku, Kau Tunjukan Bukti Perselingkuhan Mas Akmal Dengan Arimbi, Setelah Kami Memiliki Seorang Anak." Ratih Luruh Menangis Tersendu, Di Balik Pintu Kayu, Ia Menangkup Kedua Wajahnya Dengan Tangan.
"Sakit Ya Gusti... Sakit... " Ratih Meringis Memegangi Dadanya. Yang Terasa nyeri Saat Akmal Melayangkan, Ucapan Talak Beberapa Menit Yang Lalu.
Akmal Berjalan Kembali Ke Kampung Nya, Setelah Menceraikan Ratih Bukanya Ia Senang Malah Ia Kalap, Sedih Bercampur Marah Menertawakan Kebodohannya.
Di Jalan Terlihat Pintu Rumah Arimbi Terbuka Lebar, Arimbi Adalah Wanita Jalang, Sudah Pasti Ada Tamu Yang Datang Berkeliaran, Mencari Kehangatan Pada Janda Muda Itu.
"Kang..." Saat Melihat Akmal, Arimbi Melambai Menyapanya.
"Ada Apa?..." Akmal Nampak Malas, padahal Setelah Ratih Melahirkan, Akmal Sudah Berjanji Akan Menikahi Arimbi, Dan Janda Itu Terlihat Sangat Mencintai Akmal.
"Kang Darimana? Kenapa Lesu Begitu? Ayo Masuk, Saya Berikan Servis Yang Terbaik Buat Akang." Arimbi Menglayuti Pundak Akmal.
Otak Akmal Yang Pusing Kembali Fres, Ia Menerima Ajakan Janda Muda Yang Selalu Menjadi Candunya.
.
.
Sore Harinya Ratih Duduk Di Tepi Jendela Kamarnya, Pikirannya Kacau Menerawang Jauh Kearah Sana.
Ternyata Benar Setelah Di Ceraikan Oleh Akmal, Ratih Tidak Bisa Berbuat Apa-pun, Karean Awalnya Ia Perempuan Yang Sangat Ketergantungan. "Aku Harus Bekerja, Tapi Bagimana Caranya? Anak Ku Butuh Diriku." Ratih Mulai Dilema, Di Tambah Entah Menggapa Hatinya Ingin Terus Membalas Dendam Pada Akmal, Mantan Suaminya Itu.
Anak Nya Menangis, Ratih Langsung Menghampiri Anak Itu, Tiba-Tiba Hatinya Mulai Membenci Anak Itu. "Biarakan Saja Dia Menangis..." Ratih Membiarkan Bayi Itu Menangis Kejer,
"Mba Kenapa Sih Baby Blues, Anaknya Nangis Kok Malah Di Diemin," Protes Rena, Ia Langsung Menimang Keponakan Nya.
"Bawa Keluar Saja. Mba Cape Mau Istirahat," Keluh Ratih Mengusir Rena Untuk Segera Keluar Dari Kamarnya.
Ratih Menangis Lagi, Sekarang Dirinya Menjadi Ibu Tunggal, Tampa Warisan Dan Tampa Uang Dari Akmal. Di Dalam Rasa Keterpurukan Nya Ratih Masih Menjalin Peran Sebagai Ibu Tunggal Yang Di Paksa Kuat, Ibunya Ratih, Bu Mirah Hanya Berjualan Gorengan Dan Lontong Sayur Keliling, Rena Bekerja Sebagai Penjaga Toko Sembako Dan Mendapatkan Upah Harian.
"Kalau Aku Terus Numpang Disini, Tampa Bekerja, Yang Ada Hanya Merepotkan Ibu Dan Rena Saja." Ratih Memijat Kening Nya Yang Mulai Pusing.
Mau Tidak Mau Ia Harus Keluar Mencari Pekerjaan, Hari Ini Juga. Hari Ini Rena Libur Tidak Menjaga Toko, "Ren, Mba Titip Dede Yah..."
"Mba Mau Kemana?" Rena Mengerutkan Kening Nya. Melihat Kakaknya Nampak Siap.
"Cari Kerja Ren, Barangkali Ada Yang Butuhkan Mba Jadi ART..." Ucap Ratih Pura-Pura Kuat.
Rena Tidak Menahan, Akhirnya Ratih Pergi Sore Ini Juga, Langkah Terus Membawa Ratih Berjalan Di Penghujung Desa, Jalan Bebatuan Yang Memiliki Tiga Arah, Ke Desa Nya, Ke Desa Akmal, Dan Desa Tetangga.
Saat Ratih Memilih Jalan ke Desa Sebelah, Tiba-Tiba Tangan Tegap Menarik Lengan Ratih Dengan Paksa. "Apa-Apan ini Lepaskan..." Ratih Kaget, Seorang Laki-Laki Memakai Penutup Wajah, Menangkap Dirinya.
"Sudah Ku Bilang Kau Tidak Akan Bisa Hidup Tampa Aku." Akmal Membuka Penutup Wajah Nya.
"Mas Akmal." Ratih Kaget, Melihat Wajah Di Balik Topeng Itu. "Lepasin Mas, Mau Apa Kamu, Kita Sudah Bercerai." Ratih Berusaha Memberontak, Melepaskan Tangan Akmal Yang Memegangi Nya Sangat Erat.
"Tidak Akan, Ayo Ikut... " Akmal Menarik Tangan Ratih Dengan Paksa, Di Bawa Ke Perkebunan Cengkeh Yang Sudah Sangat Sepi.
"Lepasin Mas..." Ratih Masih Berusaha Kuat Melepaskan Tangannya.
"Diam... " Dengan Kejam, Akmal Langsung Menampar Pipi Ratih, Ratih Luruh Tersungkur Jatuh Ke Tanah.
Ratih Memegangi Pipinya Yang Panas, Ada Sedikit Darah Yang Keluar Dari Ujung Bibir Ratih. "Mas Apa Salah Ku, Kau Yang Sudah Mengkhianati Pernikahan Kita Bersama Arimbi Kan, Jadi Biarkan Aku Melanjutkan Hidup." Ratih Berusaha Beranjak, Sambil Berpegangan, pohon Cengkeh.
Namun Akmal Kembali Mencengkeram Erat Bahu Ratih, Hinga Ratih Kembali Jatuh, "Tidak Akan Ku Biarakan Kau Hidup Ratih, Lebih Baik Kau Mati!" Akmal Terlihat Sangat Membabi Buta Terus Menerus Menyiksa Ratih, Ratih Di Jambak, Di Injak, Dan Di Pukul Berkali-kali.
Ratih Mengepalkan Tangan Nya Erat, "Kau Yang Akan Mati Lebih Dulu Mas!... Kau Yang Akan Mati.." Mata Ratih Membulat Dengan Sempurna, Saat Akmal Terus Menganiaya Nya.
"Tidak Akan Bisa Ratih, Tidak Akan Bisa..." Satu Tinjauan Dengan Keras Menghantam Kening Ratih, Sampai Ratih Kehilangan Kesadaran.
Akmal Tertawa Sumbang, Senang Melihat Mantan isterinya Menderita, Akmal Fikir Ratih Sudah Tewas, Ia Langsung Melempar Ratih Ke Sebuah Hutan Belantar.
Akmal Pulang Dengan Senyuman Begitu Puas Di Bibirnya. Sementara Nasib Ratih Begitu Malang. Hinga Hari Semakin Larut Keluarga Ratih Mencari Ratih Bahkan Anaknya Terus Menangis.
"Ren... Memangnya Kakak kamu Ngak Bilang Tadi Sore Mau Kemana?" Bu Mirah Menggendong Cucunya Yang Terus Menangis.
"Mba Ratih Ngak Bilang Mau Kemana Bu, Dia Cuma Bilang Mau Kerja, Tapi Ngak Tau Kemana." Rena Sudah Mencari Ratih Ke Rumah Tetangga Namun Mereka Bilang Tidak Melihat Ratih.
.
.
Mata Ratih Terbuka, Masih Menyisakan Luka Di Wajah, Dan Seluruh Badannya. Ia Meringis Kesakitan, Tangannya Babak Belur, Dan Juga Kakinya Tergores Ranting Kering. Wajahnya Sudah Kotor Bahkan Pergelangan Tangan Ratih Luka Parah. "Keparat Kau Akmal, Laki-Laki Bejad. Biadab!" Ratih Bergumam, Air Matanya Jatuh Tak bertepi.
Bahkan Jika Mati Pun, Mungkin Arwahnya Akan Gentayangan Menuntut Dendam. Dalam Keputus Asaan, Hidup Segan Mati pun Tak Mau. Ratih Berusaha Bangkit, Tenaganya Juga Cukup Terkuras Habis.
Pandangan Nya Kembali Gelap. Ratih Kembali Jatuh Pingsan, Di Balik Semak Belukar Terlihat Berjalan Kakek Tua, Berbadan Kurus, Memaki Ikat Kepala, Berpakaian Serba Hitam. Ia Menolong Ratih Dan Membawanya Ke Gubug Tua, Di Tengah Hutan Belantara, Tempat Yang Tidak Bisa Dan tidak Pernah Di Jamah Oleh Manusia.
.
.
Pagi Mulai Menyingsing, Ratih Membuka Matanya, Seluruh Badanya Masih Sakit, Meskipun Kini Nampaknya Tenaganya Sudah Kembali. Ratih Kaget Saat Itu. Ia Melihat Ke Sekeliling "Aku Dimana?" Gumam Nya. Ia Di Dalam Rumah? Tapi Seolah Bukan rumah, Lebih Mirip Dengan Hunian Tempat Para Pemuja Iblis.
"Jangan Takut..." Suara Kakek Tua Itu Nampak Sangat Serak. Namun Masih Terdengar Dengan Jelas Oleh Ratih.
"Siapa Kau?" Ratih Kaget, Namun Posisinya Masih Tetap Berbaring.
"Aku Aki'Jambu Arsa..."
"Ki... Jambu Arsa!" Ratih Kaget, Ki Jambu Arsa, Adalah Dukun Yang Di Kenal Sangat Sakti, Dulu Ia Mendengar Nama Itu Dari Kakek Buyutnya Saat Ratih Masih Kecil.
Ki Jambu Arsa, Di Gambarkan Sebagai Sosok. Dukun Yang Sering Mengunakan Ilmu Hitam Untuk Berbagai Macam Kepentingan Itu.
"Tolong Jangan Apa-Apakan Saya..." Ratih Merintih Ketakutan, Ia Merasa Sial, Sudah Di Pukuli Oleh Akmal Habis-habisan, Sekarang Ia Malah Bertemu Dukun Yang Sangat Kejam Berilmu Hitam.
Dukun Itu Nampak Tersenyum, Bersamaan Dengan Wajahnya Yang Penuh Dengan Kerutan. "Kenapa Kau Bisa Ada Ditengah Hutan Belantara?" Ki Jambu Arsa, Bertanya Pada Ratih, Wajahnya Terlihat Tampa Ekspresi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!