NovelToon NovelToon

The Chicken Mafia

Ptok! Ptok! Pekerjaan Dimulai

Aku Renardo, seorang pria berumur 27 tahun. Ya... Seperti laki-laki seumuranku, umur segini seharusnya sudah bekerja.

Aku malah kena PHK dari perusahaanku sebelumnya, karena perusahaannya bangkrut. Padahal aku baru mau mulai bisnis ternak.

Baru ada tiga ayam, mana mungkin aku bisa dihidupi oleh tiga ayam saja kan? Itu tidak mungkin.

Kemarin, aku baru saja dapat kabar dari temanku kalau ada perusahaan yang buka lowongan kerja. Tapi perusahaannya malah... Perusahaan mafia, entah dari mana dia dapatnya informasi itu.

Akhirnya aku terima saja. Mau tidak mau, lagian juga aku ngak punya info loker lain. Selagi kurasa aku bisa, aku akan jalani saja.

Setelah bicara dengan menejernya. Aku diterima, entahlah aku harus bersyukur atau tidak dapat pekerjaan seperti ini.

Tapi yang anehnya, kalian tau apa? Aku bukannya disuruh bawa perlengkapan khusus, senjata atau apalah untuk besok. Aku malah disuruh bawa ayam, iya, ayam.

Di pagi hari yang cerah ini, pakaianku sudah rapi dengan kemeja putih, jas dan celana hitam. Sepatu hitam, dan rambut juga disisir rapi.

Aku malah duduk termenung ke arah kandang ayamku. Aku masih tinggal dengan orang tuaku, jadi kandangnya kubuat bersebelahan dulu.

Dipikiranku mencoba menebak apa gunanya aku membawa ayam ke kantor. Malahan bisa berisik dan mengganggu.

Tapi aku belum berani bertanya, jadi aku pagi ini memilih ayam yang akan dibawa dulu.

Akhirnya aku memilih Kibo. Seekor ayam jago, sejauh ini dia yang paling jinak denganku jika dibandingkan dengan teman-temannya yang lain.

Benar saja saat aku mau menangkapnya dia tidak banyak melawan. Jadi membawanya lebih mudah.

Aku memilih berjalan, orang yang akan membimbingku ke kantornya tidak jauh. Aku memilih jalan yang sedikit sepi agar tidak dilihat banyak orang.

Siapa juga yang mau dilihat ketika sudah pakai setelan kantoran tapi malah bawa ayam? Itu konyol dan memalukan.

Akhirnya aku sampai ke dekat pria yang akan mengantarku. Dia botak, dengan kacamata hitam dan setelan pakaian yang sama denganku, ada seekor ayam juga yang berdiri di sampingnya, itu ayam Bangkok.

Anehnya, ayam itu juga pakai kacamata hitam yang sama, melengkung disisi bawahnya. Dia juga tidak bergerak pergi atau sebagainya, sepertinya sudah terlatih.

"kau Renardo?" pria botak itu bertanya.

"iya." aku mengangguk.

"ikuti aku." pria itu berkata, balik kiri, mulai berjalan.

Ayam Bangkoknya mengikutinya di samping, bisa-bisanya ada ayam sejinak itu.

Aku berjalan mengikutinya. Kedua tanganku masih memegang Kibo, kalau Kibo jelas dia akan langsung jalan-jalan cari makanan kalau aku lepaskan.

Sampai akhirnya di pinggir jalanan hutan, pria botak itu berjalan masuk ke dalam hutan. Aku mengikutinya.

Semoga saja aku tidak mengikuti orang yang salah. Jalanan hutan ini menyebalkan sekali, beberapa tanaman menghalangi, ada yang berduri untuk dihindari.

Untungnya tempat yang kami tuju tidak jauh. Disini ada pintu kayu menghadap kebawah dengan besi mengitarinya. Ada gembok juga disana, pria botak tadi membuka gemboknya dengan kunci yang ia bawa.

Pintunya dibuka, di dalamnya ada tangga ke bawah, sepertinya ada ruangan bawah tanah.

"ayo masuk." dia berkata.

Aku mengangguk, ikut turun dengan Kibo di tangga ini. Kali ini pria botak itu yang dibelakang, menutup pintunya kembali.

Tangga ini jadi gelap, hanya ujungnya saja yang terlihat mempunyai cahaya samar.

Saat aku sudah sampai di dalam. Baru ada ruangan, tidak terlalu besar, dengan dinding yang dicat abu-abu gelap.

Tapi ruangan ini jelas lebih bagus daripada pintu sebelumnya, lampu berbentuk lingkaran bercahaya di langit-langit ruangan.

Disini ada seorang pria lain menungguku di samping sebuah lorong ruangan yang lokasinya berseberangan dengan tangga masuk, dengan setelan sama, pakai kacamata hitam juga. Disebelahnya ada ayam jago yang jelas terlihat lebih gagah daripada Kibo, ayam itu juga pakai kacamata yang sama dengan ayam bangkok punya pria botak tadi.

"kamu sudah bisa pergi Garnel." pria yang ada di ruangan ini berkata.

Pria botak yang dipanggil Garnel dibelakangku mengangguk. Dia pergi masuk ke lorong ruangan bersama ayam bangkoknya.

"seperti yang kamu tau namaku Jerk, menejer yang bicara denganmu kemarin. Disini aku yang akan memandumu mengerti tempat ini, ayo ikuti aku." Jerk berkata, pria yang menyuruh Garnel tadi pergi.

Jerk balik kanan tanpa menunggu jawabanku dia langsung masuk ke lorong, ayam jagonya mengikutinya.

Aku juga mengikuti di belakangnya, Kibo masih kugendong, dia sama sekali tidak masalah dengan tempat baru ini.

Sampai akhirnya tiba di ujung lorong, ada tangga untuk turun ke bawah lagi. Jadi kami menuruni tangga, untungnya tangga dan lorong tadi tidak gelap, ada lampu-lampu kecil yang menempel di langit-langitnya.

Saat di anak tangga terakhir. Kali ini aku baru tertegun, sepertinya Kibo juga punya reaksi yang sama.

Ruangan di depan kami sangat besar ada banyak orang lain juga dengan seragam kantoran dan ayam masing-masing di dekatnya.

Sepertinya ini ruangan utama, disini ada peta kota yang menyala di tengahnya dengan hologram 3d. Tapi di luar hal itu, ruangan ini cukup kosong, orang-orang berdatangan kesini untuk mengobrol rungan.

Jerk masuk ke pintu sebelah kiri, aku mengikutinya. Ayam jagonya juga masih di sebelahnya.

Ruangan selanjutnya sedikit lebih kecil, sepertinya ini tempat pelatihan... Ayam? Ada beberapa armor untuk ayan disini. Ada juga senjata kecil, treadmil untuk ayam, dan sebagainya.

Ini hari teraneh yang pernah kutemui, sejak kapan ayam dilatih seniat ini?

Jerk maju menuju pintu selanjutnya diseberang ruangan, aku mengikutinya. Ruangan selanjutnya sedikit lebih kecil lagi, disini sepi.

Ini jauh berbeda dari ruangan lainnya, ini malah tidak terlihat seperti area bawah tanah. Bagian permukaan ruangan adalah tanah yang ditumbuhi rumput, dindingnya berwarna biru muda dengan lampu bundar di langit-langit ruangan yang juga berwarna biru muda.

Jerk kembali menghadap ke arahku setelah menutup pintu ruangan.

"ayammu masih seperti ayam ternak biasanya ya?" tanya Jerk.

Aku mengangguk, Kibo juga mulanya hanya untuk ternak kecil-kecilanku. Tidak ada rencana mau dibawa ke tempat ini.

"oke, kalau begitu, kamu bisa turunkan ayammu disini. Kamu bisa latih ayammu agar bisa hal-hal sederhana, mengikutimu, lompat jika disuruh, berdiam, atau sebagainya." Jerk berkata.

Aku mengangguk lagi, sedikit ragu menurunkan Kibo. Kibo langsung mulai jalan-jalan, seakan ini halaman biasa.

"siapa namanya?" Jerk bertanya, melirik Kibo.

"Kibo." jawabku.

"oke. Pekerjaan mafia disini melibatkan rekan ayam pada setiap pekerja, ayam tentunya harus dilatih dulu. Jika Kibo sudah nurut baru nanti dia dan kamu bisa diberikan pekerjaan, jadi untuk sekarang, pekerjaanmu adalah melatih Kibo. Aku akan menemanimu karena aku juga sedang luang." Jerk berkata.

Aku mengangguk.

Pelatihan Pertama Kibo

"bagaimana cara agar Kibo bisa sampai mengikutiku? Aku bahkan tidak pernah melihat ada ayam mengikuti orang langsung selain dari orang-orang di perusahaan ini." tanyaku kepada Jerk.

"ya... Memang cukup sulit sebenarnya, jadi itu juga bertahap, ngak bisa langsung sehari bisa. Kalau begitu mungkin kalau hari ini kamu bisa mencoba tambah akrab dengan Kibo, berinya makan, dan temani dia lebih sering dulu. Baru mulai besok kamu bisa mulai coba pekerjaan ringan dulu." Jerk menjelaskan.

Aku mengangguk, mengerti.

Jadi selama seharian ini, kupikir aku akan dilatih berbagai hal tentang kriminal. Malah disuruh melatih ayam ternakku ini, tapi tidak masalah, ini jelas lebih baik dibanding aku langsung harus bertindak kriminal.

Aku beri Kibo makanan yang tersedia disini. Mencoba melatih dia melompat antar batu, tapi jelas kalau lompat Kibo belum bisa, dia malah hanya turun naik dari batu-batu disini.

Kadang aku juga melatihnya agar mengikutiku dengan memanggilnya dengan panggilan krruuut... Krrruuut... Seperti panggilan biasanya. Awalnya dia tidak merespon, tapi lama-lama akhirnya dia mulai mendekat.

Di tengah hari Jerk menyuruhku mengambil makanan di bagian ruang makan tempat ini. Sementara Kibo dibiarkan dengan ayam jago milik Jerk.

Sampai akhirnya waktu tidak terasa, sudah mulai sore hari. Jelas aku tidak tau karena sedang berada di ruang bawah tanah, aku hanya tau saat aku melihat jam di ponsel.

"kamu bisa pulang dulu untuk sekarang Ren." Jerk berkata.

Aku mengangguk, menggendong kembali Kibo. Diperjalanan pulang aku tidak bisa berharap Kibo akan langsung mengikutiku, jadi tetap kugendong.

...(Di Esok Pagi)...

Aku tetap membawa Kibo dengan kedua tanganku saat pergi bekerja. Aku tau ini aneh, tapi mau tidak mau harus begini, kalau dia jalan sendiri aku takutnya dia malah melintasi jalan

Iya kalau selamat, kalau membuat kecelakaan? Aku tidak hanya akan kehilangan ayam terjinakku, tapi juga bisa-bisa disuruh ganti rugi.

Kali ini aku dibukakan pintu ke ruang bawah tanah saat aku menelponnya. Jerk yang membukakan pintunya.

"hari ini kalian berdua punya tugas, ayo masuk, kita lewat lorong bawah tanah agar tidak terlalu terdeteksi." Jerk berkata.

Aku mengangguk, belum selesai anggukanku, Jerk sudah balik kanan. Ada ayam jagonya juga mengikutinya.

Aku yang masih membawa Kibo ikut turun dari tanah. Kami ke ruang bawah tanah lagi, kali ini aku yang menutup pintu, menurunkan Kibo sebentar.

Pintunya bisa dikunci dari dalam, setelah itu baru aku mengangkat Kibo kembali, menangkapnya sudah lebih mudah.

Kami mengikuti langkah Jerk. Aku tidak tau lagi seberapa luas sebenarnya bangunan bawah tanah ini. Kemarin saat mencari ruang makan saja aku sudah sedikit pusing karena jalurnya.

Sekarang juga sama, aku juga jadi sedikit pusing karena jalurnya. Malahan jalur kali ini lebih panjang, ada turun naik tangga, lewat lorong, pindah ruangan, pindah tingkat.

Untungnya Kibo tidak bisa mual, jadi dia tidak apa-apa. Sampai akhirnya kami naik ke permukaan lagi dengan tangga, pintunya dikunci dari dalam lagi.

Kami semua keluar ketika pintunya dibuka. Muka pintu kali ini tidak bertekstur kayu, tapi dilapisi tanah dengan rerumputan tipis.

Jadi sesuai dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan dataran rerumputan, tempat yang cukup luas. Jerk menutup pintunya kembali saat kami sudah berada di luar.

"oh ya, aku hampir lupa satu hal, pakai ini, ini unyuk penyamaran kita, kamu coba pakaikan juga pada Kibo, siapa tau dia mau." Jerk berkata, memberi dua kacamata hitam dengan desain yang sama dengan yang dipakainya dan ayam jagonya.

Aku mengangguk, melepaskan Kibo dulu. Aku menerima kacamatanya, lalu memakainya. Baru aku pakaikan kepada Kibo.

Kepala Kibo bergerak-gerak terus, sampai kacamatanya jatuh dua kali. Untung kacanya tidak mudah pecah.

Dan saat percobaan ketiganya, baru Kibo mulai betah, gerakan kepalanya sudah tidak terlalu keras.

"oh ya, ngomong-ngomong, kenapa kita kesini?" aku bertanya, sudah bangkit lagi dari posisi jongkokku setelah memakaikan Kibo kacamata.

Aku menatap padang rumput yang cukup luas ini sejauh mata memandang, kami sepertinya cukup jauh dari banyak hal. Siluet perumahan saja terlihat kecil, hanya pegunungan yang masih kelihatan besar.

"kita akan menawarkan perlindungan." Jerk menjawab santai, mulai berjalan ke arah pemukiman bersama ayam jagonya.

"perlindungan?" tanyaku lagi.

Aku mulai berjalan, tapi baru sadar Kibo belum kubawa, aku melirik ke belakang, Kibo masih jalan-jalan belum jauh.

"krrruuuut... Krrruuut..." aku memanggil Kibo.

Kali ini Kibo sudah mulai mengerti, dia langsung mendekat. Sesekali kacamatanya jadi miring karena guncangannya saat berjalan, tapi terperbaiki sendiri lagi oleh guncangan lain.

"nanti kamu lihat saja." Jerk berkata, menjawab pertanyaanku.

Kami lanjut berjalan, kali ini aku bisa sedikit lega karena perjalanannya tanah mendatar dengan angin segar yang bertiup.

Kali ini juga Kibo sudah tidak perlu kugendong, dia mulai bisa jalan sendiri, walau kadang tertinggal dan harus kupanggil lagi.

Sampai akhirnya kami tiba di peternakan seorang peternak ayam.

"sekarang kamu tinggal bilang, bayar kami atau peternakanmu tidak akan dilindungi." Jerk berkata saat pemilik peternakan mendekat kepada kami.

"maksudnya?" tanyaku.

"udah, lakuin aja dulu." Jerk berkata.

"ada apa kalian kesini?" peternak itu bertanya.

"bayar kami atau ternakmu tidak akan dilindungi..." aku berkata, sedikit patah-patah sambil mengajukan telapak tanganku.

"baiklah... Ini bayaran kalian." peternak itu berkata, memberikan uang selembar seratus ribu padaku.

Lalu dia balik kanan, pergi kembali mengurus ternaknya. Aku melirik Jerk.

"serius begini saja? Aku malah keliatan kaya ngemis." aku bertanya ke Jerk.

"tenanglah, kita bukan mengemis. Kamu akan mengerti sendiri nanti kalau ada peternak yang ngak bayar. Udah, ayo pulang ke markas." Jerk berkata, seperti biasa dia tidak mau menjawab langsung.

Aku hendak protes, tapi jelas aku tidak bisa apa-apa. Aku dan Kibo mengikuti langkah Jerk dan ayam jagonya kembali ke padang rumput.

Pikiranku sudah mulai mengeluh lagi, karena kami akan lewat jalur yang rumit lagi.

Jerk membuka pintunya saat kamu sudah sampai di pintunya. Entah bagaimana dia bisa tau dimana posisi pintu padahal menyatu sekali dengan padang rumput. Sepertinya dia sudah terbiasa lewat sini.

Saat kami masuk, Jerk yang terakhir menutup dan mengunci pintunya kembali.

Lalu seperti yang sudah kuduga, kami melewati jalur rumit lagi. Tapi kali ini pikiranku sudah lebih siap, aku fokus mengikuti Jerk saja, tidak mencoba memahami jalurnya langsung.

Hari ini juga belum berakhir, karena ini masih pagi hari. Aku tidak tau akan sepanjang apalagi hari ini. Entah aku akan ketemu hal baru lagi, atau aku kembali mencoba melatih Kibo lagi.

Selesainya Pemanduan Awal

Kami sampai ke ruangan utama yang ada peta kota hologram biru transparan di tengahnya. Aku tidak tau ini ruang utama atau bukan karena ada beberapa ruangan yang kulalui lebih besar daripada yang ini.

"baiklah, bimbingan dariku selesai sampai sini." Jerk berkata.

"eh, selesai?" tanyaku, jelas masih banyak hal yang aku belum ketahui dari tempat ini.

"iya, selesai. Ini untukmu." Jerk memberikanku sebuah jam tangan hitam.

Aku tau itu bukan jam tangan biasa, layar digitalnya tidak hanya sekedar bisa untuk melihat jam.

"tapi kalau dapat tugas lagi gimana kalau aku kesasar di bangunan ini? Aku juga belum tau cara ngerjain semua tugasnya. Lagipula Kibo sendiri juga masih belum terlatih." aku berkata, sambil memasang jang tangan itu di pergelangan tangan kiriku.

"nanti kamu akan tau secara bertahap, karena kalau aku menjelaskannya juga akan panjang. Aku juga punya pekerjaan lain, jika ada yang tidak kamu ketahui coba cari informasinya di jammu atau tanya saja teman kerjamu. Di jam itu juga nanti akan ada diberitahu misi yang akan diberikan kepadamu, jadi jangan sampai hilang atau rusak." Jerk berkata.

"oh ya, ini juga kunci ke pintu kayu di tengah hutan tempat pertama kali kamu masuk kesini. Itu jalan paling singkat dari rumahmu, jaga juga kuncinya." Jerk melanjutkan perkataannya, memberikanku sebuah kunci.

Aku menerima kuncinya, akhirnya mengangguk pelan.

"bagus, aku pergi dulu, karena sudah punya tugas lain." Jerk berkata, balik kanan pergi ke bagain lain tempat ini.

"oke Kibo, sekarang, apa yang mau kita lakukan?" aku bertanya ke Kibo.

Kibo sejak tadi kulepas agar aku bisa memasang jam dan menerima kunci dari Jerk. Untungnya sekarang dia jalannya tidak terlalu jauh karena tempat ini masih sedikit asing baginya.

Jelas saja Kibo tidak menjawab, dia ayam. Aku melihat jam di pergelangan tangan kiriku. Baru jam 11 siang, makan siangnya saat jam 12 tengah hari.

"oke kalau begitu Kibo, ayo kita latihan dulu di ruang pelatihan ayam awal." aku berkata, berjalan.

Saat aku melirik kebelakang, Kibo masih jalan-jalan.

"krrruuut...." aku memanggilnya.

Akhirnya dia mendekat, aku memutuskan mengangkatnya saja dulu agar lebih cepat. Kami pergi ke ruangan pelatihan ayam awal, ruangan yang permukaannya tanah dan rerumputan.

Aku menurunkan Kibo, lalu menutup pintu ruangan ini. Kibo mulai keliling.

Kali ini aku menemaninya bermain-main disini. Tidak seketat seperti saat latihan kemarin karena sekarang sudah tidak ada Jerk yang mengawasi.

Sampai akhirnya dia jadi lompat di antara satu batu ruangan ke batu yang lain di permukaannya. Kali ini malah tidak kusuruh.

"hebat Kibo!" aku memujinya.

Dia hanya melirikku sebagai balasannya. Tidak apalah walau jaraknya juga masih kecil, setidaknya dia sudah pandai lompat seperti itu.

Sampai akhirnya mulai jam makan siang. Aku membawa Kibo ke ruang makannya, untungnya aku ingat jalurnya.

Di ruangan itu ada khusus untuk kandang ayam, tertanam di pinggir dinding, jadi aku menaruh Kibo disana dengan wadah makanannya.

Baru giliran aku yang makannya. Ada diberikan kotak makanan pada masing-masing pekerja, jika makanannya sudah habis baru di kembalikan kotak makanannya.

Ada juga disediakan segelas air putih tiap satu kali sarapan, bisa isi ulang sepuasnya karena ada tempat isi ulangnya di pojok ruangan.

"hai teman baru!"

Suara itu lebih dulu mengagetkanku sebelum aku membuka kotak makanannya. Ada seorang pria lain, sepertinya teman kerjaku, pakaiannya sama, tangan kirinya merangkul leherku, dia ada di samping kananku.

Belum cukup rupanya ada temannya juga di sebelah kiriku, tubuhnya sama, pria tinggi. Di depanku juga mendekat ke meja seorang pria bertubuh besar, dia juga teman kedua pria sebelumnya. Ada juga seorang perempuan dengan rambut yang dikuncir dua ikut mendekat.

"jadi ini ya si anak baru kemarin?" perempuan itu berkata, dia juga ada di depanku, tepat di seberang meja.

"siapa namamu?" pria yang bertubuh besar itu bertanya.

"hei-hei jangan sekaligus teman-teman, nanti dia pusing sendiri mendengarkan ocehan kita." kata pria lain disebelah kiriku.

"oke-oke ngak masalah, namaku Renardo. Sekarang, boleh aku tau nama kalian?" tanyaku.

"tentu, namaku Vin Gallus, kamu bisa panggil aku Vin." jawab pria di sebelah kananku.

"aku Van Gallus, kembaran Vin, kamu juga bisa panggil aku Van." pria di samping kiriku berkata.

"namaku Bruno Cakarino, kamu bisa panggil aku Bruno." pria besar di seberang mejaku berkata.

"dan aku Lola Spurina, kamu bisa panggil aku Lola." perempuan kuncir dua di seberang mejaku juga berkata.

Aku mengangguk untuk menjawab mereka semua, baru juga hari kedua bekerja udah dapat teman begini.

"boleh kami duduk disini?" Van bertanya.

"silahkan." jawabku.

Mereka berempat duduk di meja bundar ini. Jadi total ada lima orang duduk di satu meja dengan kotak makanan masing-masing.

"kenapa kamu mau bekerja di pekerjaan ini? Jarang-jarang ada orang yang mau bekerja di pekerjaan yang dianggap keji begini. Apalagi yang punya lowongannya juga hanya orang-orang tertentu." tanya Bruno.

"mulanya aku kena PHK, perusahaan tempat aku bekerja bangkrut. Aku butuh pekerjaan baru, sebenarnya aku ngak buru-buru, tapi malah yang ditawari pertama kali pekerjaan ini oleh temanku. Jadi aku iseng coba, dan keterima." jawabku.

Vin dan Van tertawa mendengarkan jawabanku.

"wah-wah-wah... Jadi sekali coba aja? Kayaknya kamu memang punya bakat deh." Vin berkata.

aku tersenyum, mengangguk. Kalau dipikir-pikir langka juga diterima satu kali coba begini.

"oh ya, kalian tau ngak, kenapa perusahaan ini mafianya... Disuruh punya rekan ayam? Bukannya itu ngak ada kaitannya dengan mafia?" aku akhirnya yang memutuskan bertanya.

"kamu harus tau, ayam itu di pakai banyak dalam perusahaan ini, merampok, mengundi, pemerasan, jual beli ilegal, dan sebagainya. Ayam-ayam disini juga tidak sekedar bisa dilatih dan dipakein senjata. Ada juga berbagai obat-obatan kimia untuk memperkuat ayam dengan kemampuan tertentu dalam waktu tertentu juga." jawab Lola.

"oh... Begitu..." aku mengangguk.

"Renardo, kalau kamu juga ngak terlalu ada kerjaan di rumahmu kamu bisa menginap disini. Soalnya misinya bisa ada kapanpun selagi kamu belum punya keluarga sendiri." Vin berkata, aku mengangguk.

"oke, nanti kuberi tau orang tuaku." jawabku

"apa kalian juga punya saran apa yang harus kulakukan diawal jika belum ada misi?" tanyaku.

"jelas aja, kamu latih kemampuanmu dan ayammu, jadi kalau ada misi sudah lebih siap. Di jam tanganmu ada peta bangunan ini, kamu bisa cari lokasi ruangan tertentu dan cara kesana, nanti ada garis di peta yang akan memandumu kesana." Bruno menjawab.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!