NovelToon NovelToon

Bride Of The Fate

Bab 1. Kesalahan

   Hari menjelang sore. Nampak seorang gadis begitu sibuk menyiapkan keperluan untuk ibunya di rumah sakit. Namanya Anya Safira, usianya baru 20 tahun. Setelah lulus SMA ia langsung mencari pekerjaan untuk membiayai ibunya yang sakit dan adiknya yang masih sekolah SMP. Ayahnya sudah meninggal sejak satu tahun yang lalu, dan ia kini menjadi tulang punggung keluarga.

    Sudah dua minggu ibunya dirawat karena gagal ginjal. Sayangnya, penyakit ibunya sudah sangat parah dan jalan satu-satunya untuk bertahan dengan melakukan cuci darah secara rutin satu minggu dua kali. Dan untuk itu Anya butuh uang yang sangat banyak. Jadi, ia harus bekerja keras.

  "Bu? Hari ini Anya tugas sif malam. Jadi, malam ini Syella yang akan menemani Ibu, " ucap Anya sembari mengupas kulit jeruk.

    Syella adalah nama adiknya.

  "Iyah. Maafin Ibu yah, kamu harus bekerja keras seperti ini, " sahut Ranti, nama ibunya.

   "Jangan bilang begitu, selama ini ibu sudah bekerja keras untuk Anya dan Syella. Sekarang, Ibu fokus saja pada kesehatan Ibu," balas Anya dengan mengukir senyum di wajahnya.

    Tiba-tiba saja air mata jatuh di kedua ujung mata Ranti. Ia merasa sangat sedih melihat putrinya harus merelakan pendidikannya dan bekerja keras seperti ini. Ranti merasa sangat menyesal karena tidak bisa menjaga kesehatannya selama ini.

  "Bu? Kenapa Ibu menangis? Anya jadi ikut sedih kalau Ibu kayak gini, " ujar Anya seraya menaruh jeruk yang telah ia kupas di atas piring kecil.

   Lalu kemudian, Anya mendekat pada Ranti dan mengusap lembut kedua pipi Ranti yang sudah basah dengan air mata.

  "Kalau saja Ibu tidak sakit. Mungkin saat ini, kamu sudah menjadi seorang mahasiswi, bermain dengan teman-temanmu. Memikirkan hal itu saja, hati Ibu sangat sakit. Dan kamu harus menanggung beban seberat ini, " lirih Ranti tidak bisa membendung air matanya lagi.

   Anya refleks memeluk erat Ranti. Ia pun tidak bisa menahan air matanya lagi dan ikut menangis bersama Ranti.

  "Anya sama sekali tidak menyesal. Anya hanya ingin merawat Ibu dan berada di samping Ibu seperti ini. Anya tidak pernah merasa terbebani. Dan Anya senang bisa berbakti sama Ibu, " balas Anya dengan suara berat.

   Ranti membelai lembut rambut panjang Anya. "Terima kasih, sayang. Ibu bangga sama kamu, Nak, " sahut Ranti lagi.

   Tok... Tok... Tok...

    "Wah, ada apa ini? Kenapa kalian berpelukan tanpa mengajak ku?" ucap Syella iri. Ia baru saja datang.

   Ranti dan Anya melepaskan pelukan mereka. Dan segera menyeka air mata masing-masing.

    "Kok, kamu belum ganti baju?" tanya Anya kepada Syella yang masih memakai baju seragamnya.

   "Aku tidak pulang dulu. Kakak, aku lapar. Ada makanan gak?" tanya Syella sambil mengusap perut keroncongannya.

   "Ya ampun! Ini, tadi Kakak udah beliin nasi padang. "

   "Asiiiik! Enak tuh! Aku makan dulu, yah!" seru Syella dengan penuh semangat mengambil nasi padang yang disodorkan Anya.

   "Ibu udah makan?" tanya Syella seraya mengambil suapan pertamanya.

  "Sudah. Pelan-pelan makannya. Nanti kamu tersedak, " jawab Ranti.

   Anya hanya menggeleng pelan kepalanya.

  "Yaudah, Kakaknya mau pulang. Siap-siap berangkat kerja. Kamu tolong jagain Ibu yah? Kalau ada apa-apa segera telepon Kakak, " ujar Anya.

   "Oke! " Balas Syella sambil mengacungkan jempolnya.

   "Bu? Anya pergi dulu, yah?"

    "Iyah, sayang. Hati-hati di jalan! "

    "Iyah, Bu."

                                 ****

      Malam pun tiba. Anya bekerja menjadi petugas kebersihan di sebuah hotel. Walaupun hanya jadi tukang bersih-bersih, ia bekerja dengan sangat giat.

      "Anya, jika sudah selesai disini. Tolong kamu bersihkan kamar 206, yah?" ujar kepala kebersihan.

    "Baik, Pak, " balas Anya segera pergi dengan peralatan kebersihannya ke lantai empat.

   Anya pun tiba di kamar 206. Tidak heran, memang terkadang banyak sekali tamu yang tidak bertanggung jawab. Kamarnya begitu berantakan, sampah di mana-mana, tempat tidur acak-acakan bahkan sprei kasurnya sampai terlepas.

   Anya hanya bisa menghela nafas berat. Ia tidak boleh mengeluh. Anya pun segera membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Lalu, melepas sprei kasur kemudian menggantinya.

    Ketika Anya sedang sibuk memasang sarung bantal yang baru. Seorang pria tiba-tiba masuk ke kamar dengan mabuk berat. Ia menutup pintu kamar dan menguncinya. Anya kaget ketika mendengar suara pintu yang terkunci. Ia berbalik badan dan membulatkan matanya melihat pria itu datang menghampirinya.

    "Maaf, Bapak ini siapa?" tanya Anya masih terdiam di tempatnya.

    Pria itu tidak langsung menggubris pertanyaan Anya. Ia hanya menatap wajah cantik Anya dengan penuh nafsu. Tatapan pria itu turun dari wajah ke dada sampai ke kaki Anya.

     "Sepertinya hari ini aku beruntung, " ujar pria tersebut sambil berjalan menghampiri Anya.

    "Bapak mau apa?" Anya refleks melangkah mundur tapi langkahnya terhenti karena mentok ke ranjang.

    Sementara langkah pria itu semakin dekat. Anya sangat takut sekali.

     "Jangan mendekat! Atau saya akan berteriak, " ancam Anya.

   Tetapi, pria itu malah mempercepat langkahnya. Anya hendak ingin lari, tetapi tangan pria itu dengan cepat menangkap tubuhnya dan mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Disusul oleh pria itu naik ke atasnya sambil membuka kancing bajunya.

     "Tolong...! To.... Mph!"

Anya ingin berteriak meminta tolong, tapi mulutnya dibekap langsung oleh tangan besar pria tersebut. Anya mencoba melawan tetapi kekuatannya sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan pria tersebut.

   "Jangan teriak! Aku akan kasih kamu uang satu miliar jika kamu mau layani aku, " bisik pria tersebut.

   Mendengar nominal uang yang ditawarkan oleh pria itu, Anya sejenak terdiam. Tentu saja satu miliar itu uang yang sangat banyak. Dengan uang sebanyak itu, mungkin ia tidak perlu bekerja terlalu keras dan bisa merawat ibunya dengan baik serta ia bisa menyekolahkan adiknya hingga lulus kuliah. Anya tidak bisa berpikir jernih saat itu.

   Namun, tiba-tiba setelah melihat Anya tenang. Pria itu turun dari atas tubuh Anya. Dan ia pun berbaring disamping Anya.

   "Itu pun jika kau mau. Ahhh, aku sepertinya sudah gila. Bagaimana?" ucapnya sambil setengah sadar.

    Tanpa pikir panjang, Anya refleks mengangguk meng 'iyah' kan. Spontan senyuman kecil terukir di wajah tampan pria tersebut.

    [Ibu, maafkan Anya. Anya harus melakukan nya] bathin Anya.

    Anya tidak tahu keputusannya saat ini, akan mengubah nasib dan takdir dalam hidupnya.

   Pria itu pun menarik lengan Anya hingga tubuhnya menempel dengan tubuh pria tersebut. Wajahnya saling berdekatan. Anya sekilas menatap wajah tampan pria tersebut. Tanpa ragu pria itu langsung saja mencium bibir Anya dengan penuh hasrat dan semangat. Dan begitulah mereka melakukannya.

    Setelah selesai dan memakai bajunya kembali. Anya menagih apa yang dijanjikan oleh pria tersebut. Uang satu miliar yang ditawarkannya itu.

    "Kalau begitu, berikan apa yang sudah kamu tawarkan kepada saya, " ucap Anya.

  "Hah~ Baiklah. Akan kuberikan seperti yang ku janjikan, " balasnya sembari mengambil dompet dan memberikan kartu ATM yang di dalamnya berisi lima miliar.

   "Ambillah. PIN nya 280222," lanjut pria tersebut.

   Anya pun segera mengambil ATM tersebut dan pergi meninggalkan pria itu.

   Melihat kepergian Anya yang seperti itu, pria tersebut sedikit merasa kecewa.

  "Semua wanita sama saja, " ucapnya. Lalu ia pun terlelap tidur.

Bab 2. Tidak Ingat

    Ketika pagi datang, pria yang mabuk semalam itu terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat. Ia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam. Saat dirinya sudah sadar sepenuhnya, ia menyelidiki sekelilingnya. Ia merasa ada yang berbeda dari kamar yang ia pesan sebelumnya.

   "Sepertinya aku terlalu mabuk semalam. Kepalaku sakit sekali, " gumamnya.

   Pria itu beranjak bangun dari tempat tidur. Ia belum sadar kalau dirinya masih telanjang bulat. Dan ketika ia melihat bajunya berserakan di mana-mana, ia pun seketika membulatkan kedua matanya.

    "Apa ini? Kenapa aku tidak pakai baju?"

   Segera Pria itu mengambil bajunya dan memakainya dengan buru-buru sambil mengingat-ingat apa yang sudah terjadi semalam. Dan seketika beberapa ingatan muncul.

   Ia hanya ingat saat ia mencium seorang wanita. Dan pelan-pelan ingatan itu mulai muncul tidak beraturan.

   "Ah, sepertinya aku memang sudah gila! Siapa wanita itu?" sesalnya lagi sambil meraih sabuk yang ada di tengah ranjang.

   Pandangannya pun teralihkan ketika ia melihat ada noda darah di sprei kasur. Jelas-jelas itu adalah noda darah. Seketika pria itu langsung sadar.

   "Apa? Dia masih perawan?"

    Namun, sekuat apapun ia mencoba mengingat wajah wanita itu, ia sama sekali tidak bisa mengingatnya. Ia hanya ingat, kalau wanita itu, memakai seragam petugas kebersihan.

   Pria itu pun merasa sangat bersalah ketika tahu bahwa wanita masih perawan. Namun, pria itu juga ingat kalau ia memberinya uang yang sangat banyak. Jadi, ia pun tidak mau terlalu memikirkannya. Lagi pula apa yang dia dapat sudah setimpal dengan apa yang dia kasih kepada wanita itu. Pikirnya.

    Drrttt... Drrrttt...

  Pria itu merogoh saku celananya dan mengambil ponsel yang berdering.

   "Hallo? Ada apa?"

  ["Selamat pagi, Pak Elvaro? Bapak di mana? Klien kita sebentar lagi sampai di tujuan."]

   "Iyah, saya segera kesana. "

   ["Baik, Pak. "]

         Tut...

   Pria itu bernama Elvaro Sugito. Seorang presdir perusahaan YS. Usianya kini menginjak 45 tahun. Dan ia adalah seorang duda kaya raya dengan dua anak lelaki.

   Dan yang menelponnya tadi adalah sekretarisnya bernama Amira. Usianya baru 37 tahun dan belum menikah. Ia bekerja menjadi sekretaris Elvaro sudah lima tahun.

   Elvaro pun bergegas pergi. Namun sebelum itu, ia membersihkan dirinya terlebih dahulu di kamar yang ia pesan sebelumnya.

         ***

   Untungnya pertemuannya dengan klien bisnis berjalan dengan lancar dan baik.

   "Terima kasih, Pak Elvaro! Senang bisa bekerja sama dengan anda. Semoga bisnis kita lancar tidak ada kendala. "

   "Sama-sama, Pak Wiro. Untuk seterusnya anda bisa menghubungi sekretaris saya Amira. "

   "Baiklah, kalau begitu. Saya masih ada urusan. Jadi, tidak bisa lama-lama. Jika ada waktu, lain kali mari kita berbincang santai sambil makan siang. "

    "Tentu saja."

    "Kalau begitu. Kami permisi."

    Elvaro dan Wiro saling berjabat tangan sebelum mereka akhirnya berpisah. Setelah Wiro pergi, Elvaro kembali duduk sambil memijit keningnya dengan jari jempol dan jari telunjuk.

    "Pak El? Apa anda baik-baik saja?" tanya Amira.

   "Iyah. Saya tidak papah, " jawabnya singkat.

   "Semalam Bapak terlihat sangat mabuk. Saya cuma penasaran, apa yang membuat Bapak bisa mabuk seperti semalam. Padahal tujuan awal kita datang ke Kota ini hanya untuk bisnis. Ini pertama kalinya Bapak bersikap seperti itu, " ungkap Amira.

    Elvaro sejenak terdiam mengingat kembali kejadian semalam. Entah kenapa semalam ia tiba-tiba teringat akan mantan isterinya sampai ia tidak sadar mabuk hingga tidak sadarkan diri.

    "Tidak papah. Hanya saja, semalam saya sedang banyak pikiran saja. Jadi, urusan kita disini sudah selesai, kan? Mari kita pulang sekarang, " balas Elvaro seraya bangun dari duduknya dan pergi.

    Amira pun hanya mengikuti langkah bosnya dari belakang. Sebenarnya Amira hanya khawatir pada Elvaro. Karena sejak ia bekerja dengan Elvaro, lama kelamaan mulai tumbuh rasa cinta dihati Amira untuk Elvaro.

         Tiba-tiba langkah Elvaro pun terhenti membuat Amira menabrak punggung Elvaro.

   "Oh yah! Sebelum pulang. Saya ingin kamu mencari tahu tentang seseorang. Tolong kamu cari tahu, petugas kebersihan wanita yang membersihkan kamar 206 malam tadi. Setelah kamu dapat informasi tentang dia, baru kita kembali ke Kota B, " pinta Elvaro masih penasaran.

    "Petugas kebersihan? Memangnya ada urusan apa Bapak dengannya?" jawab Amira bertanya-tanya.

     " Saya kehilangan sesuatu. Malam tadi saya salah masuk kamar. Dan saat bangun saya sadar ada sesuatu yang hilang. Saya ingat, saat saya masuk ke kamar ada seorang petugas kebersihan sedang membersihkan kamar tersebut. Mungkin, dia yang telah mengambil barang itu, " jelasnya beralasan.

     "Baiklah, Pak. Akan saya cari tahu, " balas Amira.

      Amira pun melakukan tugas yang diberikan oleh Elvaro. Ia bertanya pada karyawan hotel. Dan akhirnya ia berhasil menemukannya. Sebelum melapor ke Elvaro, Amira menyelidiki lebih dalam tentang Anya. Dan setelah ia tahu semua, ia pun datang kepada Elvaro untuk melapor.

    "Selamat siang, Pak!"

   Amira menghampiri Elvaro yang baru saja selesai berenang.

   "Kamu sudah temukan siapa orangnya?" tanya Elvaro.

   "Sudah, Pak. Petugas kebersihan yang membersihkan kamar 206 itu namanya Anya Safira. Usianya 20 tahun. Dia punya adik perempuan bernama Syella, dan Ibunya sedang dirawat di rumah sakit karena gagal ginjal. Saya juga, memiliki potonya. Ini dia potonya, Pak! "

     Amira memberikan poto Anya kepada Elvaro.

     Elvaro sekarang ingat dan memang benar itu dia. Ia menatap poto itu sangat lama. Ternyata benar kalau dia masih gadis. Dan usianya juga masih muda. Tidak disangka ia akan melakukan hal itu kepada seorang gadis muda. Dan Elvaro kini berasumsi, mungkinkah ia menerima tawaran itu memang karena perlu uang? Pikir Elvaro.

     Entah kenapa Elvaro malah semakin menyesal setelah mengetahui semua itu.

  "Pak El? " panggil Amira Membuyarkan lamunan Elvaro.

   "Kamu tahu, dimana dia sekarang?"

   "Mungkin sekarang dia ada di rumah sakit menemani ibunya. "

   "Baiklah, antarkan saya ke sana sekarang juga. "

   "Sekarang?"

   "Iyah, sekarang. Saya harus mengambil apa yang sudah dia ambil. "

   "Baiklah, Pak. Saya akan siapkan mobil sekarang juga. "

  Amira pun segera pergi untuk mengambil mobil di parkiran. Dan menunggu Alvaro di depan pintu masuk hotel. Sementara Elvaro sudah siap dan berpakaian rapih seperti biasanya.

  Mereka pun berangkat menuju rumah sakit dimana Ranti di rawat. Setelah perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di tujuan. Mereka langsung mendatangi kamar rawat inap Ranti.

     Tok... Tok... Tok...

  Anya segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Alangkah terkejutnya ia saat melihat Elvaro mendatanginya.

   ["Pria ini? Bagaimana dia bisa tahu aku disini? Kenapa dia datang? Apa yang dia inginkan sebenarnya?"] Batin Anya.

   ["Ternyata memang benar. Mungkinkah kejadian semalam tejadi karena dia mirip dengan mantan istriku waktu masih muda?"] Bathin Elvaro.

Bab 3. Kedatangan Elvaro

  Anya sangat gugup dan takut. Anya pikir kedatangan Elvaro ini karena ATM yang ia berikan kepada Anya salah. Sebab, yang ia tawarkan malam itu bukan lima miliar, melainkan hanya satu miliar. Jika yah, habislah Anya, karena sebagian uang itu sudah ia tarik untuk membayar biaya rumah sakit dan uang sekolah Syella. Karena biaya sekolah Syella yang menunggak, jadi ia menarik begitu banyak. Dan sebagian lagi, dengan uang itu ia membayar lunas hutangnya.

   "Ada apa anda datang kemari?"

Anya bertanya dengan suara yang gemetar dan gelagapan.

  ["Gadis ini, padahal ia terlihat sangat polos."] Bathin Elvaro.

   Elvaro tidak menggubris pertanyaan Anya dan masuk begitu saja menemui Ranti untuk menyapa.

  "Eh?"

Anya segera menyusul langkah Elvaro.

  "Selamat siang, Bu? Maaf, kami datang dengan tidak sopan."

Elvaro tersenyum ramah dengan lembut dan sopan.

"Amira? Tunggulah diluar. Saya ingin bicara dengan beliau sebentar, " lanjutnya.

  Amira tidak tahu apa yang sebenarnya Elvaro lakukan sekarang. Ia juga sebenarnya merasa keberatan dengan permintaan Elvaro. Memangnya hal penting apa yang ingin dibicarakannya sehingga Amira tidak boleh mendengar atau mengetahuinya. Dan itu membuat Amira sedikit kecewa.

  "Baik Pak. "

Amira pun hanya bisa menurut dan bergegas pergi keluar.

"Kenapa Anda ingin bicara dengan Ibu saya? Bukankah anda datang kesini untuk bicara dengan saya?"

Anya menyela dengan suara tegas.

  Elvaro menoleh ke Anya dengan tatapan intens. Kemudian, ia tersenyum kecil dan mendekat dua langkah pada Anya. Kakinya Anya refleks melangkah mundur sedikit menghindarinya dengan kepala menunduk. Ia sama sekali tidak berani menatap wajah Elvaro. Sementara itu, Elvaro membungkuk kan sedikit badannya untuk mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan ditelinga Anya.

 "Semalam, itu bukan sesuatu yang harus ditinggalkan begitu saja, bukan? Masalah ini, harus diselesaikan."

DEG~

Anya semakin panik setelah mendengar perkataan Elvaro. Bagaimana jika Elvaro berniat mengatakan kejadian semalam kepada ibunya.

 "Bukankah, masalahnya sudah selesai. Kamu mendapatkan apa yang kamu mau dan aku mendapatkan apa yang ku mau, " balas Anya dengan pelan dan tegas.

  Elvaro pun menegakkan punggung dan bahunya. Ia tersenyum kecil pada Anya.

"Tidak. Ini belum selesai. Jadi, bisakah kamu keluar dan memberi kami ruang untuk bicara? Sebentar saja, hanya lima menit, " balas Elvaro.

  "Tapi.... "

  "Anya, ada apa ini sebenarnya?" Ranti menyela.

"Tolong kamu hormati orang tua. Jika kamu mengenalnya. Maka biarkan dia bicara sama Ibu. Mungkin ada hal penting yang ingin dia bicarakan, " lanjutnya.

  "Baik, Bu. Anya mengerti."

  Anya tidak punya pilihan selain pergi keluar dan membiarkan Elvaro bicara dengan Ibunya. Walaupun sebenarnya ia sangat khawatir Elvaro akan membicarakan tentang semalam kepada Ranti. Ia takut Ranti akan kecewa kepadanya.

  Setelah Anya pergi, Elvaro pun duduk di kursi yang ada disamping ranjang Ranti.

  "Sepertinya anda datang karena suatu hal? Jadi apa yang ingin anda bicarakan dengan saya? Ada keperluan apa?"

Ranti menanyakan tujuan Elvaro mendatanginya.

 "Baiklah.Saya tidak akan basa-basi lagi. Saya akan langsung saja pada intinya. Tujuan saya datang kemari dan ingin bicara dengan anda adalah karena, saya ingin menikahi anak anda, Anya Safira. "

Ranti membulatkan kedua bola matanya mendengar jawaban dan tujuan Elvaro. Kedua pupil matanya membesar saking terkejutnya.

"Maksud anda apa, yah? Menikahi Anya?"

Ranti tertawa tidak percaya. "Mohon maaf sebelumnya. Tapi apakah anda tahu? Usia Anya baru 20 tahun. Tidak mungkin saya setuju menikahkan anak saya dengan anda. Usia kalian jauh berbeda. "

Elvaro menyungging senyum kecil dan mengangkat kakinya menyilang duduk dengan santai.

 "Saya tahu anda akan menolak. Tapi sebelum itu saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Elvaro Sugito seorang presdir perusahaan YS. Anda pasti pernah mendengarnya, kan? Tapi saya tidak bermaksud untuk pamer soal status saya. Saya hanya ingin meyakinkan anda. Bahwa jika Anya menikah dengan saya. Saya akan menjamin hidupnya akan lebih bahagia dari sekarang. Dia tidak perlu bekerja keras, dihina, dimaki dan ditunjuk orang lain. Dia akan hidup tanpa harus khawatir soal uang. Bukan karena kasihan kepadanya. Tapi, sesuatu telah terjadi dan Anya telah membuat saya menginginkannya. Bagaimana? Bukankah itu hal bagus untuknya?" rayu Elvaro.

 Ranti terdiam sejenak untuk mencerna semua perkataan Elvaro. Memang Ranti pernah mendengar namanya dan perusahaan yang disebutkan. Perusahaan itu adalah salah satu perusahaan terbesar yang ada di Kota B. Ranti berpikir keras, jika memang benar. Mungkinkah hidup Anya akan berubah. Tapi, Ranti pun tidak tega jika harus menikahkan Anya dengan pria tua yang bahkan umurnya sangat jauh berbeda.

  Ranti tenggelam dalam pilihan yang sulit. Sementara, hidupnya tidak akan lama lagi. Jika Anya menikah dengan Elvaro, kemungkinan hidupnya terjamin dan tidak akan susah seperti sekarang. Dan pendidikan Syella pun akan terjamin.

 "Tidak perlu terburu-buru. Pikirkanlah dengan baik. Ini kartu nama saya. Hubungi saya jika anda setuju untuk menikahkan Anya dengan saya, " ucap Elvaro.

   Elvaro beranjak bangun dari duduknya untuk pergi.

"Kalau begitu saya permisi. "

"Saya akan mencobanya. Tapi beri saya waktu. Namun, jika Anya tidak mau saya tidak bisa memaksanya. Saya akan kabari anda nanti," jawab Ranti.

Elvaro hanya tersenyum kemudian pergi dan keluar dari ruangan.

Anya yang sedari tadi mondar mandir karena khawatir. Ia melihat Elvaro keluar, sejenak ia menatapnya dengan tajam. Lalu, kemudian segera pergi menemui Ibunya tanpa mengatakan apapun pada Elvaro. Tawa kecil keluar dari mulut Elvaro.

 "Urusan saya sudah selesai. Mari kita kembali sekarang, " ucapnya kepada Amira sambil pergi disusul oleh Amira.

 Anya melihat Ibunya yang terdiam menatap kosong ke depan. Anya merasa tidak enak hati melihat reaksi Ranti setelah berbicara dengan Elvaro. Perlahan ia mendekat menghampiri Ranti yang masih terdiam dan tidak menoleh.

 "Ibu? Apa Ibu baik-baik saja?" tanya Anya yang membuat lamunan Ranti buyar.

  Ranti segera menyembunyikan kartu nama yang diberikan Elvaro kepadanya. "Hah? I-iyah, Ibu baik-baik saja. "

 Anya meraih Tangan Ranti dan menggenggamnya dengan erat.

 "Bu? Maafkan Anya. Anya hanya ingin Ibu sehat. Anya.... "

 "Kenapa kamu minta maaf? Justru Ibu yang harusnya minta maaf sama kamu, " sahut Ranti menyela.

 "Maksud Ibu? Memangnya pria tadi, membicarakan hal apa dengan Ibu?" Anya pun mulai bertanya-tanya.

 "Tidak ada apa-apa. Hanya perbincangan biasa, " balas Ranti.

   Anya mengernyit heran. Anya penasaran apa sebenarnya yang Elvaro bicarakan dengan Ibunya. Anya bahkan belum tahu nama Elvaro dan siapa dia sebenarnya. Dan melihat reaksi Ranti Anya semakin merasa khawatir dan ingin tahu apa yang mereka bicarakan tadi.

                      ****

  Sepanjang perjalanan kembali menuju Kota B. Elvaro tidak berhenti menatap poto Anya. Ia terus memandanginya dengan tatapan yang begitu dalam. Membuat Amira yang sedari tadi memperhatikannya merasa khawatir dan cemburu. Amira penasaran mengapa Elvaro bersikap seperti itu? Padahal kan ia baru mengenal gadis itu.

  ["Anya Safira? Dia mirip sekali denganmu Aira. Seakan kamu terlahir kembali dalam wujud yang masih muda. Entah kenapa waktu pertama kali melihat Anya dalam keadaan sadar. Membuat rasa rinduku padamu terobati. Mungkinkah dia itu memang dirimu? Kamu kembali padaku dalam wujud yang masih muda? Apakah aku terlalu serakah, jika sekarang aku menginginkannya?"] Bathin Elvaro.

  Yah, Aira adalah mantan istri Elvaro yang sudah lama meninggal. Dan Akhir-akhir ini dia sering merindukan kehadirannya. Saking rindunya terkadang ia merasa sangat tersiksa. Mungkinkah pertemuan Anya dengan Elvaro itu bukanlah suatu kebetulan melainkan sebuah takdir yang sudah dituliskan?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!