NovelToon NovelToon

My Sunset Love

pertemuan absurd

Suatu hari yang cerah, seorang wanita cantik terbangun dari tidurnya. ia berjalan gontai menuju kaca rias yang berada di dalam kamarnya.

"Huuft! Kenapa aku semakin terlihat menyedihkan?"

ia kemudian melanjutkan jalannya untuk menuju kamar mandi.

Tok tok tok!

"Kiyara!! Kiyara!!"

Ya nama wanita cantik itu adalah Kiyara. seorang wanita yang hidup sebatang kara. Ia hidup di dalam kesederhanaan. Kedua orang tuanya tak meninggalkan sedikitpun warisan untuknya.

"Kiyara!! Kiyara!!!"

Kiyara mendengar suara teriakan sahabatnya Renata. Ia pun segera menyelesaikan aktivitasnya di dalam kamar mandi.

kiyara pun berlari kecil untuk membukakan pintu kamar kosnya yang sedari di bunyikan oleh Renata.

"Eh! Bisa nggak kalau langsung dibuka gitu? Bikin khawatir tau nggak!" bentak Renata.

"Ya maaf lah! Kan lagi mandi. Lagian pagi banget sih kamu."

"Iishh! Datang cepet salah! Datang telat salah!"

"Iya iya. maaf deh. Bentar kalau gitu!."

Kiyara kemudian melanjutkan aktivitasnya untuk bersiap. Kiyara dan Renata adalah mahasiswi di universitas Dirgantara di kota Graha. Setiap hari Renata datang menjemput kiyara karena kos mereka berdekatan.

"Eh Kii, kamu tau nggak? si Fera kemarin putus sama Axel loh!" celetuk Renata.

"Kasihan banget tau!" imbuhnya.

Kiyara tak menjawab ucapan Renata.

"Tuh tuh, lihat! Status media sosialnya langsung berubah jadi lajang." celetuk Renata dengan memperlihatkan ponselnya kepada Kiyara.

Kiyara sama sekali tak tertarik dengan berita yang diberikan oleh Renata hingga membuat Renata sedikit kesal.

"Iiih! Kok cuma diam sih?" tanya Renata heran.

"Terus harus ngapain?"

"Ya beri tanggapan gitu. contohnya kayak syukurin! mampus kan lu! Atau apa gitu."

"Nah itu udah kamu wakilkan."

"Kiyara!!" teriak Renata.

Kiyara pun tertawa terbahak bahak. Ia kemudian berjalan mendekati Renata kemudian mengajaknya untuk berangkat kuliah.

"Nggak mau ah! Nggak mood!" ucap Renata yang masih kesal.

"Ishh! Alay! yasudah kalau nggak mau berangkat biar aku berangkat sendiri aja." ucap Kiyara yang kemudian berjalan menjauhi Renata.

Renata kemudian berdiri dan berjalan dengan langkah kesal menuju Kiyara.

"Udah jangan cemberut mulu. Ayo ke soto pak Kardi! Aku yang traktir!" ucap Kiyara membujuk sahabatnya untuk tak marah lagi dengannya.

bujukan andalan dari Kiyara mampu meresahkan emosi Renata. Apalagi jika mendengar kata traktir. Sudah pasti semua akan senang jika di traktir bukan? Dalam sekejap, Renata memberikan senyum yang sangat lebar untuk Kiyara. Mereka berdua berjalan menuju soto pak Kardi.

Dengan langkah yang bahagia. Kedua sahabat itu masuk kedalam warung sempit milik pak Kardi.

" 2 pak!" ucap kiyara.

"baik neng." balas pak Kardi.

Kiyara dan Renata kemudian duduk sambil menunggu soto disajikan. tak berapa lama, pak Kardi menghampiri Kiyara dan Renata.

"Maaf neng, soto nya tinggal satu porsi." ucap pak Kardi.

Mendengar itu, kiyara sedikit kecewa.

"Gimana sih pak?" tanya Renata dengan kesal.

"Mafkan saya neng. tadi istri saya tidak sengaja menjual ke pemuda itu."

Reflek Kiyara dan Renata menoleh ke orang yang dimaksud pak Kardi. seorang laki laki yang berpakaian rapi sedang duduk menikmati semangkuk soto.

Renata kemudian menghampiri pemuda itu.

"Eh mas! itu soto kami. Kembalikan!"

Pemuda itu tampak tak menghiraukan ucapan Renata. Ia tetap menunduk menikmati semangkok soto pak Kardi.

"Mas!" bentak Renata.

melihat sahabatnya marah, Kiyara berusaha menarik sahabatnya untuk tak membuat keributan. Pak Kardi yang melihatnya pun juga turut menenangkan Renata.

"Nggak bisa Ki! Itu kan soto kamu?' ucap Renata.

"Udah nggak papa re! Kamu makan soto itu dulu. Aku juga masih kenyang." balas kiyara yang berusaha menenangkan Renata.

Pemuda itu tampak acuh tak acuh dengan Kiyara dan juga Renata. Renata pun pasrah dengan Kiyara.

"Neng, untuk mengganti kesalahan istri saya, saya berikan bonus jeroan dan neng tidak perlu membayarnya." ucap pak Kardi.

"Tidak perlu pak. Tidak apa. Biarkan saya bayar. Saya minta satu sendok lagi saja." balas kiyara.

Pak Kardi dengan cepat mengambil sendok untuk kiyara. Kiyara dan Renata akhirnya makan soto semangkuk berdua. Rasa kesal Renata masih tak bisa hilang. Apalagi melihat pemuda itu berjalan melewatinya. Ingin sekali Renata memberi pelajaran kepada orang yang sombong itu. Kiyara hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu.

Setelah menyantap Soto, mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju kampus untuk berkuliah.

Saat memasuki ruang kelas, Renata merasa aneh dengan suasana kelasnya.

"Kii.. Ngerasa nggak sih kalau suasana kelas ini berbeda." ucap Renata.

"Enggak ah. sama aja deh." balas kiyara.

Renata merasa semua mahasiswa yang hadir sedang membicarakan sesuatu.

"Eh Rina, kalian bicarain apa sih?" tanya Renata kepada salah satu temannya.

"Kamu nggak tau? Ada dua anak baru yang bakalan masuk ke universitas ini. Dan kabarnya sih bakalan sekelas sama kita." jawab Rina.

"Kok aku nggak denger sih? Emangnya siapa?" tanya Renata.

"Katanya sih pewaris tunggal grup dirgantara. Kayaknya sih denger denger sama pengawalnya." jawab Rina.

"Hah? Serius? Gila banget!"

"Iyalah. apalagi dia tampan. Kaya lagi. Grup Dirgantara kan tajir banget! hartanya nggak bakalan habis 20 kali turunan."

"Oke makasih ya infonya." ucap Renata kemudian meninggalkan Rina.

"Eh Kii . bentar lagi ada dua mahasiswa baru. Kata Rina sih pewaris tunggal dirgantara grup sama pengawalnya. Aku jadi penasaran banget deh sama tampangnya."

Kiyara hanya menatap Renata dengan datar. Seperti tidak ingin merespon ucapan Renata.

"Iya iya. Aku tau kamu tidak tertarik dengan hal hal kayak gini." ucap Renata.

Sebuah bel masuk berbunyi. di jam mata kuliah pertama adalah matematika. Dosen yang mengajar tak pernah telat untuk masuk. Namun anehnya hari ini dosen mata kuliah itu tak kunjung datang.

"Apa iya Bu Nurma nggak masuk?" tanya Renata.

"Kayaknya iya sih. Nggak biasanya orang itu telat kayak gini. kalau nggak masuk pun biasnya ngasih info nggak sih?" balas kiyara.

Pucuk dicinta, ulam tiba. Bu Nurma datang dengan dua pria tampan.

"Shiit!! Itukan pria tadi Kii yang memakan soto kita!" celetuk Renata.

Kiyara pun akhirnya memandangi pria yang ada di hadapannya. Pria tampan yang memakai masker hitam.

"Sepertinya aku mengenalnya. Dia seperti kak Adrian." batin kiyara.

Bu Nurma menyuruh kedua pria itu untuk memperkenalkan diri. Namun yang terdengar hanya satu pria saja yang bersuara. Bahkan pria itu membantu mengenalkan nama temannya sendiri.

"Tuhkan dia kak Adrian. Semoga dia tak mengenaliku." batin kiyara yang kemudian menutupi wajahnya dengan buku.

"Kenapa kamu yang berbicara Renald?" celetuk Bu Nurma.

"Sama saja bu. yang penting saya sudah mengenalkannya kepada semua orang." ucap Renald.

"Yasudah. Kalian duduk di sebelah situ." ucap Bu nurma sambil menunjuk ke arah kiyara dan Renata

"Gila gila gila! Mereka duduk samping kita Kii.. Bisa bisa aku jadi gilaa!!" bisik Renata.

Kiyara tetap sibuk menyembunyikan wajahnya. tak menghiraukan Renata yang sedari tadi heboh sendiri.

jam mata kuliah pun di mulai. kiyara tak bisa berkonsentrasi dengan mata kuliahnya karena ia takut Adrian mengenalinya.

Bu Yulia membawa petaka

Setelah 2 jam berlalu, mata kuliah Bu Nurma pun selesai. Adrian dengan cepat meninggalkan kelas dengan di susul Renald.

"Tuan, jangan cepat cepat." ucap Renald dengan membawa beberapa buku ditangannya.

Adrian pun tampak tak merespon Renald. Ia terus berjalan meninggalkan ruang kelas. Kiyara yang melihatnya pun kesal.

"Dasar sombong!" gerutu Kiyara.

"Hah? Siapa yang sombong Kii?" celetuk Renata.

"Bukan siapa siapa Re." jawab Kiyara.

Kiyara dan Renata keluar dari ruang kelas. Mereka memutuskan pergi ke taman kampus untuk bersantai sembari menunggu mata kuliah selanjutnya.

"Permisi.."

Seorang pemuda tampan tiba tiba datang lalu menyapa Kiyara dan Renata yang sedang sibuk ber-selfie.

"Iya?" balas Kiyara yang menoleh kearah pemuda tampan itu.

"Saya mau tanya. Ruangan pak rektor dimana ya?" tanya pemuda itu.

"Oh oh oh! biar aku saja yang nunjukin." celetuk Renata.

Melihat respon sahabatnya itu, Kiyara hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Dari sini kamu lurus saja, nanti ada laboratorium penelitian. Disampingnya ada lorong. Kamu masuk saja. Ada tulisannya kok." Tutur Renata dengan bersemangat.

"Oh oke. makasih ya." ucap pemuda itu.

"Oh ya, aku Varrel."

Renata dengan grecep mengulurkan tangannya.

"Aku Renata. Dia temanku. Kiyara." ucap Renata.

Varrel hanya tersenyum melihat tingkah Renata.

"Yasudah aku kesana dulu ya." ucap Varrel.

Renata pun mengangguk sambil melambaikan tangannya.

Setelah Varrel menjauh, Renata tiba tiba tertawa sendiri.

"Tuh mulai lagi kan!"

"Eh Kii? emang kamu nggak sadar ya? Hari ini kita di pertemukan dengan orang orang tampan. Ya nggak sih? Kalau aku disuruh milih antara Adrian, Renald dan Varrel pasti aku bingung. pilih semuanya boleh kan ya??uuuhh.." ucap Renata heboh.

Kiyara hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Ia tau bahwa sahabatnya itu memang suka gesrek ketika bertemu pria tampan.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Renata. Sebuah pengumuman di grup chat bahwa mata kuliah akan dimajukan dari jadwal sebelumnya.

"Kii, kata Rina jam matkul Bu Yulia akan dimajukan jadi 10 menit dari sekarang."

"Yasudah ayo kita ke kelas saja." balas Kiyara.

Renata dan Kiyara pun pergi menuju kelas. hampir semua mahasiswa sudah berada dalam kelas termasuk Adrian dan Renald.

Kiyara pun memilih menundukkan kepalanya dan sedikit menutupi wajahnya dengan rambutnya yang terurai.

Duukkk!!

"Aaww!!"

Kaki Kiyara menabrak sebuah meja. sontak semua mahasiswa menoleh kearahnya.

"Iishh kiyara!!" teriak Renata.

Renata dengan cepat menarik tangan Kiyara lalu membantunya untuk duduk di tempatnya. Panggilan Renata sontak membuat Adrian menoleh kearahnya. Namun karena Kiyara masih menunduk dan menyembunyikan wajahnya, Adrian tak melihat dengan jelas wajah Kiyara.

"Gimana sih kamu Kii.. Kamu sakit?" tanya Renata sedikit heran.

"Aku tidak melihat ada meja disitu re!" jawab bisik Kiyara.

"Untung aja dia nggak ngapa2in kamu."

"Hah? Memangnya meja siapa yang aku tabrak?" tanya Kiyara.

"Meja Adrian Kiyara." jawab Renata

mendengar jawaban Renata, Kiyara mengerucutkan keningnya.

"Aduh! Mati aku! Apa dia mengenaliku? Apa aku sudah menutupi wajahku dengan baik? aduh! Bodoh sekali kamu Kiyara!" batin Kiyara.

Kiyara kembali menutupi wajahnya dengan sebuah buku. tak lama terdengar suara ketukan pintu berbunyi.

"Permisi Bu.." ucap seorang pemuda.

Melihat kedatangan pemuda asing yang pernah ia lihat sebelumnya, Renata kembali menunjukkan kehebohannya.

"Kii.. Kita dapat rezeki apa ya? dikelilingi cogan cogan gini." bisik Renata.

Kiyara tak merespon bisikan Renata. Ia terus fokus menutupi wajahnya dengan buku.

"Kamu kenapa sih Kii? Dari mata kuliah Bu Nurma nutupin wajah pakai buku?" tanya Renata heran.

"Udah. Urusin aja cogan cogan itu. Biarkan aku begini." jawab Kiyara.

Kiyara tak menyadari bahwa Varrel ternyata duduk disampingnya.

"Kiyara! Kenapa kamu menutupi wajahmu dengan buku?" celetuk Bu Yulia.

"Aduh! Bu Yulia! Kenapa sih pakai negor segala!" batin Kiyara.

"Kiyara!! Kamu tidak menghiraukan saya?"

Kiyara akhirnya melipat bukunya. Namun wajahnya tetap ia tutupi dengan rambutnya.

"Kenapa kamu Kiyara? Ada apa denganmu? Apa kamu sakit?" tanya Bu Yulia lagi.

"Ti..tidak Bu." jawab Kiyara.

"Tegakkan kepalamu itu. Saya tidak suka melihat salah satu murid saya seperti itu." Tutur Bu Yulia.

Kiyara dengan rasa takutnya akhirnya menegakkan wajahnya. Hal itu membuat Adrian yang sedari tadi penasaran untuk segera melihatnya. Adrian begitu kaget bahwa gadis yang saat ini dia lihat adalah adik kelasnya dulu yang telah lama mengejarnya.

"Tuan, bukankah dia.." ucap Renald yang ternyata ikut memperhatikan Kiyara.

"Diamlah." balas Adrian.

"Ternyata selama ini kamu menyembunyikan wajahmu karena aku ya? Hahaha lucu sekali." batin Adrian dengan menahan senyumnya.

Mata kuliah kembali di mulai. Kiyara merasa tak nyaman. Ia takut bahwa Adrian melihat wajahnya. pelan pelan ia menoleh ke arah Adrian. Ternyata Adrian tak sedikitpun melihatnya.

"Apa? Dia benar benar tak melihatku? Apa jangan jangan dia tak mengenaliku? Syukurlah. Kalau begini aku jadi sedikit percaya diri." batin Kiyara.

Setelah itu Kiyara duduk dengan penuh percaya diri. Karena menganggap Adrian tak mengenalinya.

"Baiklah. saya akan memberi tugas kepada kalian. Ini tugas berkelompok ya. Silahkan kalian menentukan sendiri kelompok kalian." ucap Bu Yulia.

Semua mahasiswa menjadi sedikit ribut. Hal itu membuat Bu Yulia menjadi sedikit marah.

"Diam! kenapa pada ribut sih?" gertak Bu Yulia.

Sontak suasana kelas pun menjadi diam.

"Biar saya saja yang memutuskan." ucap Bu Yulia.

Bu Yulia mulai menunjuk beberapa orang untuk menjadi satu kelompok.

"Renata dan Kiyara, kalian satu kelompok dengan Varrel dan Renald." ucap Bu Yulia.

Mendengar itu Renald pun shock karena ia dipisahkan dari tuan muda nya. Renald akhirnya mendekati Bu Yulia.

"Bu, maaf. Tapi saya harus berkelompok dengan tuan muda." bisik Renald.

"Tuan muda siapa yang kamu maksud?" tanya Bu Yulia bingung.

"Tuan Adrian Bu Yulia." jawab Renald.

Bu Yulia pun kaget. Pasalnya ia melupakan bahwa di kelasnya hari ini, ia akan mengajar anak dari grup Dirgantara.

"Maafkan saya. Oke baiklah. Saya akan meralatnya." ucap Bu Yulia.

Renald kembali ke tempat duduknya mendampingi Adrian.

"Maafkan saya. Ada kesalahan teknis dalam pembagian kelompok. Untuk Adrian, kamu satu kelompok dengan Renald, Renata , Varrel dan Kiyara ya." Tutur Bu Yulia.

Mendengar itu, Kiyara membulatkan matanya. Rasa takut ketahuan itu telah muncul kembali.

"Kii.. Kiii.. Kiii.. Tolong! Semalam mimpi apa ya aku?? Tuhan baik banget!! Rezeki nomplok nih!" ucap heboh Renata.

Kiyara tetap pada ekspresinya. Ia masih tak menyangka dengan aturan Bu Yulia. ingin sekali Kiyara protes namun itu tidak mungkin karena Bu Yulia adalah salah satu dosen killer di kampusnya.

"Saya beri waktu kalian selama dua Minggu untuk mengerjakan tugas dari saya. Jika ada salah satu dari anggota kalian yang tidak berkontribusi, silahkan kalian laporkan kepada saya." Tutur Bu Yulia .

Bu Yulia pun pergi meninggalkan kelas. Renata merasa sangat bersemangat dengan keputusan Bu Yulia. namun berbeda dengan Kiyara yang dilanda ketakutan luar biasa.

"Jadi kita kapan akan bekerja kelompok?" celetuk Varrel.

"Oohh.. Iya. Kapan ya?" balas Renata.

Adrian tiba tiba meninggalkan kelas tanpa sepatah katapun hingga membuat Renald kebingungan. Renald merasa tak enak dengan anggota kelompoknya yang lain.

"Aduh. Maaf maaf. Siapa namamu?" tanya Renald yang terlihat bingung.

"Aku Renata." jawab Renata.

"Oke baiklah. Akan kuhubungi nanti." balas Renald yang kemudian berlari mengejar Adrian.

"Lah gimana caranya dia menghubungiku? Kan dia tidak tau nomer ponselku? Aneh." ujar Renata.

"Hei, kenapa kamu diam saja?" tanya Varrel.

"Eehh.. Iya iya. Terserah saja." jawab kiyara.

"Aku boleh mintak nomer kamu nggak?" tanya Varrel.

"Maksud aku buat ini kerja kelompok kita." imbuhnya.

"Kiyara mah tidak punya ponsel." celetuk Renata.

"Oohh jadi begitu." jawab Varrel.

"Nomerku saja gimana?" tanya Renata.

"Yasudah boleh." jawab Varrel.

Renata memberikan barcode yang mengarah ke nomer ponselnya.

"Coba sapa aku." ucap Renata.

Tak lama, sebuah pesan teks masuk kedalam ponselnya.

"Yasudah, aku keluar dulu. Kabari ya kalau butuh sesuatu tentang tugasnya." ucap Varrel yang kemudian pergi meninggalkan kelas.

Jika sudah berhubungan dengan pria tampan, sahabat sendiri pun dilupa. Renata sibuk dengan ponselnya sedangkan Kiyara sibuk dengan ketakutannya.

jangan membuatku takut dong!

Di dalam kamarnya, Kiyara mencoba memahami tugas yang diberikan Bu Yulia. jika mengingat dia sekelompok dengan Adrian, rasanya kepalanya mau pecah.

"Ini seharusnya aku bisa ngerjakan sendiri bersama Renata. Apa aku coba ajukan saja ke Bu Yulia besok?"

Kiyara ingin berkonsultasi dengan Renata tentang rencananya. Tapi di balik itu ia yakin sekali bahwa Renata akan menolak rencana Kiyara.

Tok tok tok!

Suara pintu berbunyi.

"Masuk saja Ree! Nggak dikunci kok!" teriak Kiyara.

Ceklek.

Betapa kagetnya Kiyara melihat Renald dan disusul dengan Adrian masuk kedalam kamar kosnya. Kiyara yang saat itu memakai baju santai sedikit terbuka pun berteriak.

"Aaaaaaaaaa"

Renald dengan cepat menutup pintu kamar kosnya. Lalu memberi isyarat kepada Kiyara untuk diam. Sementara Adrian mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh Kiyara.

Sebuah selimut yang sedikit kumel di lempar oleh Adrian ke wajah Kiyara. Dengan cepat Kiyara menutupi tubuhnya itu.

"Ka..kalian aa..ada aapaa ke..kemari?"

"Maaf nona Kiyara. Kami datang untuk menanyakan tugas dari Bu Yulia." ucap Renald.

"Tapi apa nggak bisa di kampus saja!" bentak kiyara.

"Emm.. Tidak bisa. Harus sekarang nona." balas Renald.

"Nggak bisa! Aku tidak mau!" ucap Kiyara menolak dengan tegas.

"Tuanku akan membayar mu nona. Anda tidak perlu khawatir." pungkas Renald.

"Jangan mentang mentang anda kaya, anda bisa membeli saya. Pergi dari sini atau saya akan teriak!"

Mendengar itu, Adrian menatap sengit Kiyara.

"Keluarlah." ucap Adrian dengan melirik ke arah Renald.

Renald pun dengan cepat keluar dari kamar kos Kiyara. sementara Adrian perlahan mendekati Kiyara.

"Mau apa kamu? Berhenti!" ucap Kiyara yang merasa takut.

"Jangan bergerak. Aku akan benar benar teriak." ucap Kiyara.

"Teriaklah. sekarang akulah pemilik kos ini." ucap Adrian.

mendengar penuturan Adrian, Kiyara pun kaget bukan kepalang. Pikirannya tiba tiba kacau.

"Berikan nomer ponselmu!" ucap Adrian dengan menyodorkan ponselnya.

"A..aku tidak..tidak punya ponsel." jawab Kiyara gugup.

"Sudah kuduga." balas Adrian.

Adrian merogoh saku jasnya dan memberi sebuah kotak kepada Kiyara.

"Ambil ini. Gunakan itu untuk menghubungiku." ucap Adrian.

Adrian kemudian pergi meninggalkan Kiyara yang masih ketakutan. Saat Adrian pergi, Kiyara benar benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan Adrian.

"Iiiisssyiiibaalll.." umpatan Kiyara dengan nada yang keras hingga terdengar oleh Adrian.

Adrian pun tersenyum puas mendengar umpatan Kiyara.

Keesokan harinya, seperti biasa Renata selalu menjemput Kiyara di kamar kosnya. Kiyara sengaja menyembunyikan ponsel yang diberi oleh Adrian semalam.

"Eh Kii, enaknya kita kapan ya ngerjain tugasnya?" celetuk Renata.

"Ee.. terserah saja deh. Aku ngikut aja." ucap Kiyara.

"Gimana kalau entar kita ngobrolin ini dengan Adrian, Varrel dan Renald?"

"Kamu saja deh. aku ngikut aja." jawab Kiyara.

Renata terdengar mendengus kesal. Renata memang merasa senang dengan anggota kelompoknya, namun ia juga tak tau harus memulai dari mana jika Kiyara tak mendukungnya.

Setelah bersiap, mereka berdua pun berjalan kaki menuju kampus. Di tengah perjalanan,mereka bertemu dengan Varrel yang sedang menggunakan skateboard.

"Hai!" sapa Varrel.

"Oh hallo Varrel?" balas Renata.

Kiyara hanya tersenyum kepada Varrel.

"Boleh aku gabung?" tanya Varrel.

"Boleh dong rel." jawab Renata.

Kiyara, Renata dan Varrel pun berjalan bertiga menuju kampus. Renata dan Varrel pun saling ngobrol satu sama lain. Saling bertanya mengenai tempat tinggal, rencana kuliah dan sebagainya. Sementara Kiyara ia tetap diam. Karena semua pertanyaan Varrel dijawab oleh Renata. Sesekali Kiyara terlihat senyum menanggapi ucapan Renata dan Varrel.

Tiiin..tiinn..

Suara klakson mobil berbunyi hingga membuat Kiyara kaget dan reflek melompat ke samping hingga terjatuh.

"Awww!!"

Renata dan Varrel pun reflek menolong Kiyara kemudian tak lupa Renata menggerutu kepada mobil yang telah membuat sahabatnya itu terjatuh.

"Kamu nggak papa Kiyara?" tanya Varrel.

"Nggak papa kok." ucap Kiyara.

Untung saja tidak ada luka berat. Hanya ada goresan kecil yang ada di kaki Kiyara. Namun itu tak membuatnya menjadi sulit untuk berjalan. Renata tak henti hentinya memakai pemilik mobil itu yang belum ia ketahui.

"Sudah Re.. Tidak apa. Mungkin aku tadi berjalan terlalu ke tengah. Jadi mobil itu pasti ngeklakson kan." Tutur Kiyara.

"Iya sih. Tapi kan nggak pakai ngebut juga." timpal Renata.

Kiyara tak menjawab ucapan Renata. Renata pun faham bahwa sahabatnya itu tak ingin meneruskan perdebatan keduanya.

Sesampainya di kelas, Adrian dan Renald sudah duduk diatas bangkunya. Kiyara pun tak berani melihat mereka berdua. Ia memilih untuk memasukkan kepalanya.

"Kenapa belum menghubungiku?" tanya Adrian yang ternyata sudah berdiri di depan bangku Kiyara.

Kiyara pun perlahan mendongakkan kepalanya keatas. Sementara Renata, ia membulatkan bibirnya karena kaget mendengar penuturan Adrian.

Kiyara pun menghela nafas panjang. Sejujurnya saat itu dia benar benar mati rasa. Ia benar benar merasa kesulitan..

"Jika kamu tak menghubungiku hari ini, tinggalkan kontrakan saja." ucap Adrian tegas. kemudian kembali menuju bangkunya.

Jiwa penasaran Renata sudah berada di ujung tanduk. Ia dengan cepat mengintrogasi Kiyara tentang sebenarnya apa yang terjadi. tak ada pilihan lain selain Kiyara menceritakan semua yang terjadi tadi malam.

Renata lagi lagi membulatkan bibirnya. Ia benar benar kaget bahwa ternyata Kiyara pernah menyukai Adrian.

"Jadi kalian berdua saling kenal?" hanya Renata.

Kiyara hanya menganggukkan kepalanya saja.

Regina kembali heboh melihat anggukan kepala Kiyara.

"Wow! Kenapa kalian seperti tak saling menyapa?" tanya Renata.

"Entah." jawab kiyara singkat

Tak lama, seorang dosen laki laki memasuki ruangan untuk memulai pembelajaran mertua kuliah. rasa penasaran Renata harus ia pendam minimal hingga pak Yoyok sudah selesai mengajar.

Setelah kurang lebih satu jam berlalu, pak Yoyok pun sudah memberi materi untuk mata kuliahnya Renata kembali mengintrogasi Kiyara.

Adrian dan Renald kemudian keluar dari kelas. Hal itu membuat Renata reflek memanggil Renald.

"Kalian mau kemana?" tanya Renata.

"Aku ingin kita membahas kerja kelompok kita." ucap Renata.

Mendengar ucapan Renata, Adrian pun tak jadi keluar kelas dan memilih berdiri di samping Kiyara.

"Cepat katakan sekarang. Apa tugasku?" celetuk Adrian.

"Sabar dong. Ini juga lagi mau di bahas" ucap Renata.

"Oke temen temen. Kapan enaknya kita ngerjakan tugas Bu Yulia?" tanya Renata

"Aku sih kapan saja bisa.' celetuk Varrel.

"Oke, kalau gitu aku tentukan. saja ya." ucap Renata.

"Varrel sama aku dan Kiyara deal untuk berkerja sama." ucap Renata..

Satu menit..

Dua menit ...

Tiga menit..

"Tidak aku tidak setuju dengan pembagian tugasnya." ucap Adrian.

Renata dan Kiyara pun kaget.

"Ayolah adrian" bujuk Renata.

"Nggak bisa." jawab Adrian.

"Lalu mau kamu apa?" tanya Renata sedikit kesal.

"Aku mau satu kelompok bersamanya." Tutur Adrian.

Renata yang mengetahui jalan cerita Kiyara dan Adrian pun dengan cepat menyetujuinya. sementara Kiyara ia merasa gemas dengan pilihan renata. Apalagi sebagian kelompoknya menyetujui bahwa Adrian akan membantu Kiyara mengumpulkan informasi. Sementara Renald bersama Varrel.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!