NovelToon NovelToon

Transmigrasi Menjadi Ibu Muda Yang Tangguh

Kecelakaan

Isabelle Madelein baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh tujuh tahun bersama kekasih dan teman-temannya. Usia yang sangat bersinar menurutnya.

Sebab setelah ini akan banyak kerjasama yang akan ia dapatkan sebagai seorang model.

Ia tersenyum sepanjang perjalanan. Hidupnya saat ini sudah sangat sempurna. Mempunyai kekasih tampan, kaya raya dan selalu mendukung nya. Ia juga punya karir yang cemerlang, nama baik dan kekayaan. Apalagi yang kurang dalam hidupnya.

Ia melihat jam di ponselnya. Sudah hampir pukul dua dini hari. Ia tidak mabuk, meskipun tadi sempat menenggak sedikit wine tapi ia masih benar-benar sadar.

Ia teringat ucapan David, kekasihnya sebelum mereka berpisah tadi.

'Besok aku akan pergi keluar kota. Saat kembali aku ingin mengajakmu makan diluar. Ada sesuatu yang ingin aku katakan '

Sebenarnya David ingin mengantar nya pulang. Tapi Isabelle menolak. Ia tidak mau membuat David kelelahan sebab pria itu harus berangkat ke luar kota pagi-pagi sekali.

Saat asik berkhayal, Isabelle dikejutkan dengan sorot lampu yang sangat terang di depannya. Ia ingin menginjak rem untuk mengurangi kecepatan dan menghindari mobil yang tidak berada di jalurnya. Tapi ia sangat terkejut, rem itu sama sekali tidak berfungsi.

Berkali-kali ia menginjak tapi tidak ada hasilnya. Mobil itu melaju dengan cepat mendekati mobil yang ugal-ugalan.

Lalu tidak sempat ia membuka pintu, sebuah tabrakan keras terjadi.

Braakkk

..

David terbangun karena mendengar suara dering ponselnya yang tidak berhenti. Padahal matanya benar-benar lengket. Baru beberapa saat yang lalu ia bisa memejamkan mata.

"Halo, siapa ini ? Aku masih mengantuk". Katanya berteriak pada si penelpon. Matanya bahkan masih terpejam.

📞"Tuan, ini saya Leo. Tuan, mobil Nona Isabelle mengalami kecelakaan di dekat Apartemen nya. Saya baru saja dapat berita". Kata Leo, sang Asisten David.

"Apa ?" Seketika David membuka matanya. Rasa kantuknya tiba-tiba saja lenyap.

📞"Apa saya perlu menjemput Tuan ?"

"Tidak. Aku berangkat sendiri. Kau pergi lah lebih dulu". Kata David dengan panik.

📞 " Baik, Tuan".

"Tunggu, Kau tau bagaimana keadaan Isabelle ?" Tanya David dengan suara bergetar. Ia tidak mau berfikiran buruk.

📞"Maaf, Tuan. Saya belum tau". Sesal Leo.

"Yasudah, ayo kita berangkat ". David segera memutus telfon dan berlari ke kamar mandi. Ia mencuci wajahnya kemudian mengambil mantelnya.

Ia keluar dengan terburu-buru hanya dengan memakai piyama nya dan mantel yang membungkus tubuhnya.

Hari masih gelap. Masih puku tiga dini hari. Security yang menjaga di depan gerbang menghampirinya saat David memasuki mobil.

"Anda akan keluar, Tuan ?"

"Iya. Cepat buka pintunya ?"

"Apa Tuan besar dan Nyonya tau anda pergi ? Maaf saya bertanya. Takutnya nanti beliau bertanya pada saya". Ucap penjaga itu sambil sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Mereka belum bangun. Isabelle kecelakaan. Aku harus melihat keadaannya". Kata David. Kemudian ia menghidupkan mobilnya meninggalkan penjaga yang masih terdiam mencerna ucapan David yang sangat cepat.

Penjaga yang lain segera membukakan gerbang saat mobil David mendekat. David segera melajukan mobilnya membelah jalanan yang sepi menuju Apartemen Isabelle. Ia tidak tau pasti dimana Isabelle kecelakaan, tapi tadi Leo mengatakan di dekat Apartemen nya.

Perjalanan hanya memakan waktu dua puluh menit. Sebuah perjalanan yang amat singkat untuk nya.

Dari kejauhan ia melihat kerumunan, ada juga mobil polisi yang menyala lampunya.

Jantung David berdegup kencang. Tangannya sudah gemetar. Ia tetap berpikir positif. Tidak mau memikirkan hal buruk terjadi pada kekasihnya.

Semakin dekat jaraknya dengan keramaian itu, semakin keras juga debaran jantungnya.

David membuka pintu kemudian berlari menghampiri polisi. "Siapa yang kecelakaan ? Aku ingin melihat nya"

"Seorang pria dan juga model terkenal bernama Isabelle". Kata polisi.

Detik itu juga David merasa tubuhnya lemas seperti tak bertulang. Yang ia takutkan benar.

"Dimana ? Dimana dia ?" Teriaknya sebab ia tidak melihat adanya seseorang yang terbaring. Hanya ada dua mobil yang saling bertabrakan dengan mobil Isabelle yang ringsek parah.

"Mereka sudah dibawa ke Rumah Sakit, tuan. Yang wanita sudah tidak bernapas tadi, sedang yang pria masih bernapas meskipun lemah. Jika anda ingin melihat nya silahkan ke Rumah Sakit". Kata Polisi yang masih sibuk memasang police line.

"Tuan, tuan anda tidak apa-apa ?" Leo datang dan terkejut melihat David bersimpuh di jalan. Ia membantu David untuk berdiri.

"Isabelle". Kata David dengan linangan air mata.

"Tuan, kuatkan diri anda. Ayo kita Rumah Sakit. Barang kali polisi salah menduga". Kata Leo. Ia masih menopang tubuh David yang lemah.

"Butuh bantuan ?" Seorang Polisi yang tidak mengenakan seragam mendekati keduanya.

"Ronald, tolong bantu aku membawa Tuan David. Ia sepertinya sangat syok". Kata Leo. Ronald adalah teman Leo. Ronald lah yang tadi memberi kabar tentang kecelakaan yang melibatkan Isabelle. Sebab ia tau jika atasan Leo memiliki hubungan dengan model papan atas itu.

Kemudian Ronald dan Leo membawa David ke Rumah Sakit.

"Biar aku yang menyetir. Kau temani Bos mu saja". Kata Ronald. Mereka mengendarai mobil David sedang mobil Leo nantinya akan diurus orang lain.

Diperjalanan David hanya terdiam. Tidak bisa diajak bicara. Beruntung Leo tiba tepat waktu.

"Apa kecelakaan nya parah Ron ?" Tanya Leo.

"Iya. Keduanya bertabrakan dengan sangat keras. Si pengendara pria sepertinya dalam kondisi mabuk. Tim kepolisian sedang mencari tau lewat cctv jalan". Jawab Ronald. Sesekali ia menoleh kebelakang untuk melihat keadaan David.

Sedangkan Leo, ia bingung haruskah dirinya menghubungi Tuan Besar dan Nyonya nya.

David masih saja diam bersandar. Tidak terdengar sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Matanya tampak kosong.

Leo mengeluarkan ponselnya. Mengetik pesan yang ditujukan pada Tuan Antonio. Kemudian setelah pesan terkirim diam-diam ia menelfon nya. Sampai dua kali panggilan barulah telfon diangkat. Dan Leo segera mematikan nya.

Ia tidak mau bicara di depan David. Biarlah Tuan Antonio membaca pesannya disana. Leo rasa Tuan Antonio akan mengerti.

Leo memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Mereka telah tiba di Rumah Sakit.

"Aku akan mengantar kalian menemui Dokter. Aku sudah dari sini tadi". Kata Ronald menuntun jalan. Leo masih memapah David. Mereka memasuki kamar jenazah.

...

Di sisi lain, Tuan Antonio yang sedang terbuai oleh mimpi tiba-tiba terbangun. Ia merasa kesal mendengar bunyi ponselnya yang berisik.

Lalu saat ia menekan tombol hijau, tiba-tiba sambungan nya mati. Ingin rasanya ia mengumpat. Sudah membangun kan orang di pagi buta begini, tapi malah mematikan seenaknya sendiri.

Ia membuka pesan saat melihat ada tanda pesan belum terbaca di bagian atas.

'Tuan, datanglah ke Rumah Sakit Great Family. Nona Isabelle mengalami kecelakaan. Saat ini Tuan muda membutuhkan anda dan Nyonya' Begitulah isi pesan yang dibaca Tuan Antonio.

Reinkarnasi

Tuan Antonio begitu terkejut. Ia segera membangunkan istrinya.

"Sayang, bangunlah". Tuan Antonio mengguncang tubuh Nyonya Elle dengan keras.

"Apasih kau ini. Mengganggu saja. Biasanya jika ingin langsung saja eksekusi tidak pakai acara membangunkan ku". Kata Nyonya Elle sangat kesal. Ia masih menutup matanya bahkan berubah posisi membelakangi Tuan Antonio.

"Aku sedang tidak ingin. Ini masalah gawat. Bangunlah. Isabelle mengalami kecelakaan dan sekarang ada di Rumah Sakit. Kita harus kesana, mungkin David membutuhkan kita". Tuan Antonio berkata lagi.

Nyonya Elle segera bangun dengan mata terbuka lebar. Tanpa banyak bicara ia segera ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Apalagi yang kau tunggu. Cepat ganti baju. Aku harus tau bagaimana keadaan calon menantu ku". Bahkan Nyonya Elle masih sempat mengomel saat melihat Tuan Antonio masih diam diatas ranjang.

"Iya iya. Baiklah".

...

Keduanya sudah sampai di Rumah Sakit. Tuan Antonio tidak berkendara sendiri. Ia meminta salah satu penjaga untuk menyetir.

Leo mengatakan bahwa mereka berada di depan kamar mayat. Tidak sempat menjelaskan lagi terdengar suara teriakan David dan sambungan telfon mati.

"Leo mengatakan mereka ada di depan kamar mayat". Kata Tuan Antonio.

Nyonya Elle membelalakkan mata dan menutup mulutnya. Ia menggelengkan kepala, matanya sudah berkaca-kaca.

"Itu tidak mungkin kan, sayang ?" Tanya nya. Berharap ucapan Tuan Antonio mengatakan tidak.

"Entahlah, sayang. Ayo kita kesana. Aku tadi mendengar teriakan putra kita". Tuan Antonio berkata dengan pelan. Ia seakan mengerti makna dari teriakan yang ia dengar tadi.

Mereka berjalan dengan tergesa-gesa. Beberapa kali Nyonya Elle hampir terjatuh. Ingin rasanya ia segera sampai ke tempat dimana David berada.

Suasana Rumah Sakit nampak sepi. Hanya beberapa perawat yang berlalu lalang. Sebab ini masih dini hari.

"Leo". Panggil Tuan Antonio. Terlihat Leo sedang berusaha membujuk atau entahlah apa. Ia berjongkok di depan David yang terlihat menyedihkan. Matanya sudah memerah, air mata berlinang.

Ia juga menjambak rambutnya sendiri. Merasa dunia yang menerangi nya sudah hancur.

Setelah ini, ia tidak lagi bisa melihat wajah cantik pujaan hatinya. Tidak ada suara manja yang menggoda pendengarannya.

Entah apa ia sanggup atau tidak untuk melewati hari esok. Terbersit rasa bersalah yang mendalam sebab ia tidak mengantar Isabelle pulang.

"Sayang". Panggil Nyonya Elle memeluk David.

"Mom". David mendongak. Terlihat Mommy dan Daddy nya berada disana. Menatapnya dengan pandangan tak terbaca.

"Apa yang terjadi, Leo ?" Tuan Antonio bertanya pada Leo yang sudah berdiri. Ia melepaskan David sebab Nyonya Elle sudah menggantikan nya memeluk Tuannya itu.

"Nona Isabelle sudah tiada, Tuan". Ucap Leo lirih.

Kalimat itu, sekali lagi menghantam hati David yang mendengarnya. Jadi, ini semua nyata dan bukan mimpi ? Batinnya sekali lagi menjerit.

Ia tergugu, terisak dalam pelukan Nyonya Elle. Begitu juga Nyonya Elle tak kuasa menahan tangisnya. Ia juga sama kehilangan nya seperti David.

Ia sudah menyayangi Isabelle seperti putrinya sendiri. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk belanja maupun ke salon bersama.

Terkadang mereka juga memasak di mansion. Mencoba membuat resep baru yang terlihat menarik dan mudah. Karena sebenarnya dua-duanya tidak ada yang bisa memasak.

Semua kenangan itu berputar di kepala Nyonya Elle. Tapi yang lebih membuat nya sedih adalah bagaimana dengan David ? Putra bungsunya itu sangat mencintai Isabelle. Ia yang jadi saksi bahwa David berubah lebih baik setelah menjalin hubungan dengan Isabelle.

Tidak ada lagi David yang hobi balapan mobil untuk mempertaruhkan nyawanya. Tidak ada lagi David yang setiap malam clubbing bersama teman-teman tidak jelasnya. Yang ada adalah David yang rajin dan pekerja keras.

"Isabelle Mom". Tangis David.

"Iya Sayang". Tidak ada lagi kata yang bisa ia ucapkan untuk menghibur para David. Ia hanya berharap jika David menumpahkan segala duka nya malam ini dan besok ia siap menatap hari yang baru.

Tuan Antonio tidak banyak bicara. Matanya mengembung tidak berhenti. Berkali-kali ia hapus air matanya, berkali-kali pula selalu keluar lagi.

"Selidiki kecelakaan itu, Leo. Apa murni kecelakaan atau ada yang sengaja mencelakai nya". Titah Tuan Antonio.

"Baik, Tuan". Jawab Leo sambil berlalu. Ia menghubungi Ronald untuk menanyakan kemajuan penyelidikan polisi. Leo juga mengatakan agar informasi apapun yang di dapat jangan sampai bocor pada orang lain.

Keesokan harinya saat hari sudah terang, Tuan Antonio dan Nyonya Elle memutuskan untuk mengurus pemakaman Isabelle meskipun David melarangnya. Ia masih belum rela jika harus berpisah dengan Isabelle.

Bahkan David mengamuk dan menjerit. Membanting semua benda untuk melampiaskan kekecewaan nya.

Tidak ada cara lain. Akhirnya Tuan Antonio meminta seorang Dokter untuk memberikan suntikan penenang. Dan saat itulah Isabelle dimakamkan tanpa kehadiran David.

..

Di waktu yang sama setelah kecelakaan, seorang wanita membuka matanya. Merasakan rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya.

"Sakit sekali tubuhku. Aku kira aku akan mati haha". Ia tertawa sebab merasa baru saja lolos dari maut. Dan pasti saat ini ia berada di Rumah Sakit. Ia berencana memberikan banyak uang untuk orang yang menolongnya.

Tapi saat membuka mata, ia menyadari tempat ini bukanlah Rumah Sakit. Tidak ada bau obat yang ada hanya bau apek memenuhi indra penciumannya.

Ia coba memfokuskan pandangannya yang masih kabur. Pelan-pelan ia dengan jelas dapat melihat. Ia berada diatas ranjang yang lumayan besar, namun apa ini ? Sprei nya sangat buruk. Bahkan aroma tidak sedap yang ia cium pasti berasal dari sini.

Isabelle segera melompat dari ranjang yang ia duduki. Memeriksa setiap inci tubuhnya seolah baru saja menyentuh sesuatu yang menjijikkan.

"Sial, dimana ini ? Bau sekali ruangan ini". Katanya sambil menutup hidungnya.

"Apa yang punya rumah tidak bisa membeli pengharum ruangan walaupun yang murah". Gerutunya lagi sambil menelusuri setiap sudut.

Saat melewati sebuah lemari dengan cermin di depannya ia segera menghentikan langkahnya. Matanya melotot hampir keluar sangking terkejut nya.

"Siapa itu ? Bukan aku ?" Ucapnya pelan. Meraba setiap inci wajahnya, lalu beralih pada tubuhnya.

"Apa yang terjadi ? Bukankah aku Isabelle ? Atau sebenarnya siapa aku ?" Teriaknya frustasi masih belum juga menemukan jawaban.

Kemudian sebuah ingatan tiba-tiba melintas di kepalanya. Semua orang memanggil nya dengan nama Adelle. Ia memiliki dua orang anak. Suaminya ? Suaminya tidak memperhatikan nya dan anak-anaknya, juga mertuanya yang selalu merendahkan.

"Apa itu tadi ?" Gumam nya dengan nafas memburu. Sesuatu seperti potongan film terus berputar di kepalanya. Bergantian dari satu kejadian menuju kejadian lainnya.

"Reinkarnasi ?" Sebuah kata yang terlintas dalam benaknya. Ia menyadari ia adalah Isabelle. Ia juga ingat beberapa jam yang lalu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh tujuh tahun.

Ia tertawa hambar. Kenapa bereinkarnasi menjadi orang yang menyedihkan seperti ini. Saat bayangan Adelle di caci maki oleh mertuanya, saat Adelle mengemis uang pada suaminya dan saat melihat kedua anaknya merintih menahan lapar.

Isabelle menangis. Merasakan luka yang luar biasa di dalam hatinya. Benarkah ini hatinya atau hati Adelle ?

"Lihatlah, bahkan baju ini tidak layak pakai". Tangisnya melihat banyak sekali lubang kecil di ujung lengan bajunya.

Kelaparan

Dalam tangisannya ia mulai membuka lemari. Apa benar bayangan dalam kepalanya jika pemilik tubuh ini sangat miskin.

"Ini bukan baju". Ucapnya masih menangis. Semua yang ia keluarkan dari lemari tidak layak di sebut pakaian. Semuanya sudah jelek, berlubang dan warnanya pudar. Jiwa modelnya meronta-ronta melihat itu semua. Tangannya sangat gatal ingin cepat-cepat membakar kain yang lebih pantas disebut lap itu.

Kemudian Isabelle memegangi perutnya. Rasanya melilit sedari dari. Tidak tau ini rasa mulas atau lapar.

Ia bangkit lagi, berdiri di depan cermin. Ia buka semua bajunya. Hatinya terasa teriris. Tulang yang begitu menonjol. Ini seperti bukan tubuh, ini hanya tulang terbalut kulit.

Dulu saat menjadi Isabelle ia akui tubuhnya ramping tapi berisi. Bukannya kurang gizi seperti ini.

"Apa suaminya memang pria brengsek ?"

Isabelle merebahkan tubuhnya di lantai. Tidak sengaja menatap jam digital yang terpasang di dinding. Pukul 03.01.

"Sudah sekitar saju jam dari terakhir aku melihat waktu. Apa aku sudah mati ?" Tanya nya lagi. Berharap ada seseorang yang bisa menjelaskan, tapi sedari tadi ucapannya hanya omong kosong.

"Baiklah jika ini takdir ku. Mungkin Tuhan ingin aku hidup lebih baik dari masa lalu ku. Dan mengubah masa depan wanita ini menjadi lebih baik lagi. Mari Adelle kira bekerja untuk masa depan cerah". Katanya bertekad dalam hati untuk memperbaiki kehidupan Adelle.

"Aku seperti pernah bertemu pemilik tubuh ini. Tapi kapan ya".

"Aku lapar sekali. Ayo kita lihat ada makanan apa di dapur ?" Ia keluar dari kamar setelah mengenakan pakaiannya lagi.

Rumah ini lumayan besar. Banyak sekali perabotan mahal yang terpajang di ruang tamu dan ruang keluarga ini. Setiap ruangan tidak luput dari pemeriksaan Adelle. Ada juga lantai dua tapi ia tidak berniat kesana.

Lalu di salah satu ruangan yang ia yakini adalah kamar ia mendengar ada yang bicara.

"Ayo tidurlah lagi, Kakak akan mengelus perutmu". Kata seorang anak perempuan. Adelle tidak terlalu jelas melihat wajahnya sebab hanya lampu tidur yang menyala meskipun pintunya terbuka.

"Eloise". Gumam Adelle.

"Tapi aku lapar, Kakak. Aku sudah tidur dari sore. Aku tidak mengantuk lagi". Kata seorang anak laki-laki.

"Darrel". Gumam Adelle lagi. Ia seakan sudah mengenal kedua anak itu. Tentu saja, karena kedua anak itu adalah anak-anak Adelle. Mungkin secara perlahan jiwa Isabelle dan Adelle sudah menjadi satu.

Adelle masih berdiri di depan pintu. Ia masih mendengar Eloise membujuk Darrel agar tidur lagi. Eloise bahkan memberikan air putih untuk Darrel agar adiknya tidak merasa lapar lagi.

Adelle menangis mendengar percakapan kedua anaknya. Bagaimana bisa mereka tidur dalam keadaan perut kosong.

Ia pergi dari sama dan mencari dimana letak dapur. Saat melihat ruangan yang ada meja makannya, ia mulai memeriksa semua rak dan lemari disana. Berharap ia bisa menemukan makanan atau bahan mentah pun tak apa. Ia akan memasakkan untuk kedua bocah itu.

"Apa ini ? Bahkan sepotong roti pun tidak ada di rumah ini". Katanya sambil berkacak pinggang. Kakinya seketika menendang kursi sebagai pelampiasan kekesalan nya.

Mungkin jika rasa lapar yang ia rasakan bisa ia tahan sendiri. Tapi untuk anak-anaknya ? Ia tidak bisa.

"Apa setiap hari mereka menahan lapar ?" Tubuh Adelle merosot kelantai bersandar di pintu kulkas.

Bahkan kulkas pun tidak ada isinya meskipun hanya air putih.

"Ya Tuhan, aku dulu sering sekali menyia-nyiakan makanan. Begini rasanya kelaparan". Tangisnya tersedu-sedu.

"Ada di mana aku ini ?" Lalu ia bangkit menyusuri ruangan yang tadi ia lewati. Mencari petunjuk dimana ia berada kini.

Saat sampai di ruang tamu, ia melihat banyak sekali foto berjejer di depan pintu masuk. Ia perhatikan satu persatu foto itu.

"Bangsawan Perancis. Jadi aku masih berada di Perancis ? Bagus, aku bisa cari tau tentang diriku sendiri".

"Lalu sekarang harus ku beri makan apa anak-anak itu ?"

Tidak terasa ia berputar-putar selama dua jam. Sebentar lagi hari akan pagi. Tadi ia melihat anak-anaknya lagi tapi rupanya mereka tertidur lagi. Mungkin saking laparnya.

Adelle membuka pintu, matahari belum bersinar. Tapi semburat kuning nya mulai nampak sedikit. Ia perhatikan halaman rumah ini. Sangat luas. Banyak sekali bunga-bunga mahal yang terawat.

Di samping kiri rumah juga terdapat kolam ikan. Ikan itu adalah ikan-ikan mahal. Begitu juga dengan makanan nya, bukan makanan sembarang.

"Membeli ikan dan bunga sanggup. Tapi di dapur bahkan tidak ada roti ataupun sesendok tepung".

Lalu ia melihat ada pohon ceri yang berbuah lebat. Tidak terlalu tinggi. Matanya berbinar saat menemukan sesuatu yang bisa dimakan.

Ia mencoba meraihnya dengan tangan tapi rupanya tidak sampai. Jadi ia memutuskan untuk memanjat saja.

"Tubuh ini sangat lemah. Setelah ini aku akan memberinya makan yang banyak". Kata Adelle sebal karena tubuh ini sangat tidak sehat.

Saat diatas pohon ia makan buah itu sepuasnya sambil duduk diatas ranting. Walaupun dulunya Isabelle adalah model yang anggun, tapi sejatinya dia adalah wanita yang tangguh. Jago bela diri, berkali-kali menang lomba lari, bahkan sering memanjat genting. Jadi memanjat pohon yang hanya segini tidaklah berarti apa-apa.

Setelah puas makan sampai bersendawa. Adelle melepaskan bajunya, hanya menyisakan tank top yang membalut tubuh atasnya.

Ia akan mengambil buah ceri yang banyak untuk anak-anaknya.

"Ini seperti sudah matang beberapa hari. Tapi kenapa tidak pernah diambil. Apa karena pemilik tubuh ini tidak bisa memanjat ? Tapi tenang, untung ada aku. Aku bisa membantu menghabiskan nya". Katanya sendirian sambil cekikikan.

Ia bisa bayangkan betapa senangnya nanti anak-anaknya saat bangun bisa memakan buah ceri ini.

Lalu ia turun dan masuk ke dalam rumah. Ia menuju kamar anak-anaknya yang masih belum bangun.

Rumah ini sangat bersih dan tertata rapi. Pintar juga Adelle mengurus rumah. Hanya saja baju dan sprei nya yang tidak layak masih di pakai juga. Membuat ia kesal sendiri.

Adelle meletakkan buat ceri diatas meja. Kemudian mengambil dua botol yang sudah kosong dan ia berencana mengisinya di dapur. Sekalian mengambil mangkuk untuk tempat ceri.

Sudah pukul tujuh, matahari sudah bersinar. Adelle bahkan tertidur di samping Darrel. Tapi kedua anaknya belum juga bangun.

"Apa karena ini hari sabtu, jadi mereka berencana tidur sepanjang hari ?" Gumam nya.

Tapi perkiraan nya salah. Tidak lama kemudian ada pergerakan kecil dari Darrel. Kemudian mata bocah kecil itu terbuka. Yang pertama kali dilihat nya adalah wajah tersenyum Mommy nya. Jadi ia ikut tersenyum.

"Selamat pagi, Mommy". Kata Darrel bangun dan mencium pipi Adelle.

"Selamat pagi juga anak Mommy. Tidur mu nyenyak, sayang ?" Adelle ganti berganti mencium pipi dan kening Darrel.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!