NovelToon NovelToon

Istri Lemah Kesayangan Presdir

ILKP Bab 1 - Apa Kamu Mencurinya?

"Nona, Anda tidak bisa terus kabur dari tanggung jawab. Bagaimana pun Anda harus segera memimpin perusahaan itu secara langsung."

"Ta-tapi Aku tidak tahu apapun tentang perusahaan, aku justru hanya akan mengacaukannya saja."

"Anda jangan khawatir, saya akan membantu Anda."

"Kenapa tidak kamu saja yang menjalankannya, seperti selama ini."

"Tidak bisa Nona, Anda harus turun tangan langsung."

Anne meremat kedua tangannya sendiri, sangat tak berdaya dihadapkan pada situasi ini. Bagaimana mungkin dia yang tidak berpendidikan apapun tiba-tiba harus memimpin sebuah perusahaan besar.

Anne adalah gadis yang malang namun bergelimang harta. Di masa lalu kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan ketika dia masih kecil. Anne diasuh oleh sang paman tapi tidak pernah mendapatkan keadilan.

Anne justru hanya diperlakukan seperti seorang pelayan, bahkan setelah seluruh harta warisannya direnggut Anne dijual oleh sang paman.

Tapi keberuntungan seolah selalu berpihak padanya, saat sang paman jatuh sakit seluruh harta warisannya kembali ke tangan Anne. Uang tunai, banyak aset dan bahkan sebuah perusahaan besar.

Tapi sungguh Anne sedikitpun Tidak memiliki kemampuan untuk mengelola perusahaan tersebut karena itulah selama ini asisten pribadinya yang menangani, Deon.

Tapi ternyata cara kerja seperti ini tidak bisa berlangsung lama, bagaimana pun Anne harus muncul sebagai pemilik perusahaan yang resmi.

"Saya masih memungkinkan untuk mengganti Anda selama satu tahun ini, tapi setelahnya Anda harus muncul," putus Deon.

"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Belajar."

"Apa yang harus aku pelajari?"

"Tentu saja tentang management, saya akan langsung mengatur kelas untuk anda."

"Tidak tidak, jangan seperti itu. Aku susah memahami jika belajar, maafkan aku Deon."

"Tidak perlu meminta maaf Nona, anda tidak salah dan saya hanya bekerja untuk Anda."

"Lalu bagaimana sekarang?"

"Bagaimana jika anda langsung bekerja di perusahaan, jadi karyawan biasa lebih dulu."

Anne memasang wajah penuh rasa bersalah, karena sungguh dia tidak paham apapun tentang pekerjaan yang ada di perusahaan. Entah itu sebagai karyawan biasa apalagi sampai menjadi pimpinan utama.

Yang mungkin bisa dia pahami adalah pekerjaan menjadi seorang office girl. Tapi apakah hal itu bisa diterima oleh Deon.

"Bagaimana, apa anda bersedia?"

Anne menggelengkan kepalanya kecil, "Maafkan aku Deon, tapi bagaimana jika aku jadi OG dulu?"

"Tidak masalah, pertama anda akan jadi OG lebih dulu untuk memahami Bagaimana cara bekerja di perusahaan. Berikutnya setelah anda mulai terbiasa dengan lingkungan kantor Anda bisa langsung naik jadi karyawan," jelas Deon yang sangat mengayomi.

Ucapannya selalu mampu membuat Anne tenang, sampai akhirnya Anne menganggukkan kepalanya setuju.

"Tapi ..." ucap Anne ragu-ragu, jika diizinkan dia juga tidak ingin langsung bekerja di perusahaannya sendiri. Lingkungan di sana pasti akan membuatnya kikuk, jika boleh dia ingin Deon mempekerjakannya di perusahaan yang lain.

"Tapi apa Nona? Ucapkanlah."

"Apa bisa ... kamu mencarikan pekerjaan ku di perusahaan lain saja, jangan di perusahaan ku."

"Baik, akan saya atur semuanya untuk anda," balas Deon.

Setelahnya dia berdiri lebih dulu, menundukkan kepala sebagai bentuk hormat dan meninggalkan warung kecil itu lebih dulu. Sementara Anne menghela nafasnya dengan kasar.

Kedua tangannya masih terasa dingin, masih belum mampu membayangkan jika akhirnya dia akan kembali ke kehidupannya yang sesungguhnya. Setelah selama ini Anne selalu hidup sebagai orang biasa.

Rumah kecil, kehidupan sederhana dan jauh dari hiruk pikuk kota.

Tapi ucapkan Deon pun selalu terngiang di benaknya, bahwa Anne tidak boleh meninggalkan perusahaan begitu saja karena bagaimanapun perusahaan itu adalah peninggalan mendiang kedua orang tuanya yang harus Anne pertahankan, bahkan perjuangkan.

Setelah cukup tenang akhirnya Anne kembali ke rumahnya sendiri, rumah kecil yang untuk menjangkaunya harus melewati sebuah gang.

Dua hari setelah pertemuan itu Deon akhirnya menghubungi Anne. Bahwa jam tujuh pagi ini Anne harus mendatangi perusahaan Wu Corporation untuk mulai bekerja di sana sebagai Office Girl.

Jantung Anne berdegup, namun dia tetap mempersiapkan diri. "Aku tidak boleh takut, aku tidak boleh ragu. Aku harus menjalani ini semua dengan baik. Ingat Anne, kamu tidak sedang hidup di hutan jadi biasakan dirimu untuk bertemu dengan banyak orang dan jangan kecewakan Deon," ucap Anne, bicara pada dirinya sendiri yang ada di pantulan cermin.

Selama ini Deon telah sangat banyak membantunya.

Sebelum waktu benar-benar menunjukkan pukul tujuh pagi, Anne sudah berdiri di depan perusahaan yang bertuliskan Wu Corporation.

Membaca namanya saja sudah membuat Anne merinding, tapi dengan semua keberanian yang dia punya akhirnya Anne memasuki perusahaan tersebut.

"Jadi namamu Anne, hari ini sangat sibuk. jadi tidak perlu perkenalan resmi, langsung saja bekerja bersama tim yang lain," ucap sang supervisor.

"Baik Pak," jawab Anne dengan kepala yang menunduk dalam.

Berada di tempat ini Anne seperti anak ayam yang kehilangan induknya, dia tak tahu harus mengerjakan apa dulu.

"Maaf permisi, saya OG baru di sini," ucap Anne coba memperkenalkan dirinya pada sekelompok office girl yang sedang berkumpul. Tapi kedatangan tak begitu di sambut baik.

Beberapa orang bahkan langsung saling pandang seolah kompak berencana untuk mengerjai anak baru tersebut.

"Siapa namamu?" tanya salah satu.

"Anne."

"Hari ini akan sangat sibuk karena malam nanti tuan Jackson mengadakan pertunangan. Kamu stay saja di lantai atas membantu orang-orang yang bekerja di sana."

Anne hanya mampu mengangguk patuh, meskipun dia belum tau pasti apa yang akan dikerjakannnya.

"Pergilah," titahnya lagi dan Anne pun keluar dari ruangan tersebut.

Selepas kepergiannya beberapa orang di sana langsung tertawa. Menjelang hari penting seperti ini, diantara mereka semua tidak ada yang mau bekerja di lantai atas. Karena para manager dan direktur pasti sibuk sebelum meninggalkan kantor lebih awal.

Dan benar saja, di hari pertamanya bekerja Anne sudah diperintah untuk melakukan banyak hal. Mulai dari menyediakan makanan dan minuman, membersihkan meja sampai mengantar dokumen. Terlebih dia belum tahu apa-apa tentang perusahaan ini dan hal itu membuatnya kesulitan.

Menjelang sore suasana kantor mulai longgar, beberapa ada yang pulang sampai akhirnya menyisahkan Anne seorang diri di sana.

"Ingat, sebelum pergi bereskan semuanya. Termasuk ruangan Presdir. Besok pagi semuanya harus sudah rapi."

"Baik, Bu," balas Anne patuh. Dia menghela nafasnya perlahan membuang lelah yang mulai menguasai.

Sejak tadi hanya dia seorang yang berkerja di lantai atas, tak ada satupun rekan yang membantu.

Sampai waktu menunjukkan pukul 7 malam barulah Anne menyelesaikan semua tugasnya. Dia mulai mematikan lampu satu per satu. Hingga terakhir dia hendak mematikan lampu di ruangan sang Presdir.

Namun setelah masuk ke dalam ruangan itu alangkah terkejutnya Anne ketika melihat seorang pria berdiri dan menatap ke arahnya lurus.

Deg!

"Maaf Tuan, saya tidak bermaksud lancang dan masuk tanpa mengetuk pintu. Saya hanya ingin mematikan lampu ruangan ini," ucap Anne dengan kepala yang sudah menunduk dalam. Meski belum tahu siapa pria di hadapannya tapi Anne yakin pria itu adalah pemilik ruangan ini, Jackson Wu sang Presdir.

"Saya akan pergi sekarang."

"Tunggu," cegah Jackson dengan suara baritonnya. Dia menatap wanita itu dengan lekat, melihat jelas tubuhnya yang gemetar ketakutan.

"Kamu yang membersihkan ruangan ini?"

"Benar, Tuan," jawab Anne cepat.

"Dimana cincin yang ku letakkan di atas meja, apa kamu mencurinya?"

ILKP Bab 2 - Wanita Pilihanku

"Tidak, Tuan!" balas Anne dan langsung bersimpuh di lantai. "Saya berani bersumpah saya tidak mengambilnya, saya tidak mencurinya!" tubuh Anne makin gemetar ketakutan setelah mendengar tuduhan tak berdasar tersebut.

Dia berani bersumpah tidak mengambil cincin itu, bahkan sejak tadi Anne tidak pernah melihat cincin di manapun termasuk di atas meja sang Presdir.

Sementara Jackson mulai bergerak mengambil posisi duduk di kursi kebesarannya. Menatap salah satu pekerjanya yang ketakutan seperti itu Jackson justru merasa menemukan jalan keluar atas masalah hidupnya sendiri.

Pertunangan yang diadakan malam ini bukanlah keinginan Jackson, semua hanya pengaturan sang ibu tiri.

Tapi wanita tua itu kukuh sekali, segala upaya dilakukannya untuk bisa mengendalikan Jackson. Wanita pilihan wanita tua itu tak ada bedanya dengan mata-mata.

Sementara pesta telah digelar, hanya tinggal menunggu menit kedatangan Jackson untuk meresmikan semuanya.

Dan menatap wanita asing itu, otak Jackson berputar cepat. Coba menggunakannya untuk menjadi wanita pilihan.

"Apa kamu tahu? harga cincin itu bahkan bisa membeli hidupmu," balas Jackson dengan suaranya yang terdengar dingin.

Anne makin bersimpuh dalam ketakutan. "Maafkan Saya, Tuan. Saya mohon jangan pecat Saya. Saya mohon maaf," pintanya nyaris putus asa.

"Apa? Maaf?" balas Jackson, cincin yang dia maksud kini ada di dalam saku jasnya. Namun dia menggunakan ketakutan wanita itu untuk memperdaya.

"Aku akan memasukkanmu ke penjara," putus Jackson kemudian.

"Tidak! Saya mohon maafkan saya Tuan, mungkin saja cincin itu terselip di ruangan ini beri saya waktu untuk mencarinya. Saya mohon Tuan," pinta Anne dengan cemas. Ketakutan kembali menyelimuti dirinya.

Sebelum Jackson sempat menjawab Anne bahkan langsung bergerak untuk mencari cincin tersebut di manapun, merangkak di tiap sudut untuk menjangkau tiap sisinya.

Sementara Jackson hanya duduk dan memperhatikan.

Sepuluh menit berlalu dan Anne tidak menemukan apapun, sementara peluh mulai membasahi kening. Dinginnya AC sudah tak mampu mendinginkan dirinya, ketakutan itu membuatnya tak berdaya.

"Cukup, aku akan melaporkanmu ke polisi sekarang juga," putus Jackson.

"Tidak Tuan, saya mohon jangan lakukan hal itu. Saya akan ganti rugi!"

Jackson terdiam sejenak mendengar lelucon tersebut, bagaimana bisa seorang office girl coba mengganti rugi cincin miliknya. Sebuah benda yang jelas memiliki harga fantastis.

Tapi sekarang permasalahannya bukan tentang uang, melainkan tanggung jawab yang Jackson paksakan untuk ada.

Tujuannya kini hanya satu, mendapatkan wanita itu untuk jadi istri palsunya. Pernikahan tapi tanpa cinta, sebuah kesepakatan yang akan menguntungkan untuk hidupnya.

Terlebih Jackson sangat yakin, wanita di hadapannya tersebut pasti tak memiliki ikatan apapun dengan ibu tirinya.

"Ini bukan tentang uang, tapi tanggung jawabmu."

"Tuan, saya mohon jangan penjarakan saya. Beri saya kesempatan untuk menebusnya dengan cara yang lain," mohon Anne, dia seperti sudah tak ada harga dirinya lagi. Bersimpuh di hadapan Jackson yang menatapnya dengan dingin.

Meski sedikit pun tak tahu apa-apa tentang cincin yang dimaksud, tapi Anne sudah merasa terpojok. Kedatangannya berkerja di sini hanya untuk menuntut ilmu, tapi ternyata kini justru jeruji besi yang akan menunggunya.

Tidak, Anne tak ingin hal itu sampai terjadi. Bukan hanya Deon yang akan kecewa, tapi mendiang kedua orang tuanya pun pasti akan bersedih melihatnya.

"Benarkah, kamu akan menebusnya dengan cara apapun yang aku mau?" tanya Jackson setelahnya, inilah yang dia tunggu-tunggu.

"Benar Tuan, saya akan melakukan apapun. Bekerja tanpa digaji, lembur sampai anda puas. Saya akan melakukan semuanya, tapi saya mohon jangan penjarakan saya." Anne sudah menangis dengan kepala yang menunduk.

"Tidak, bukan hal seperti itu yang aku inginkan," ucap Jackson. "Aku ingin kamu menjadi istriku selama satu tahun."

Deg!

Anne sontak mengangkat wajahnya dan menatap dengan sorot mata tak percaya. Sedangkan air matanya masih mengalir begitu saja.

Bagaimana bisa hanya karena sebuah cincin yang tak pernah dia lihat keberadaannya, kini Anne akan berakhir menjadi istri pria asing tersebut.

Anne menggelengkan kepalanya kecil, "Ti-tidak Tuan, saya mohon jangan lakukan itu."

"Hanya pernikahan kontrak, aku tidak akan menyentuh mu, tidak akan membatasi hidupmu. Yang perlu kamu lakukan hanya satu, patuh padaku."

Anne makin menggeleng, pikirannya mendadak buntu tapi dia sadar betul harus menolak pernikahan tersebut.

Di masa lalu Anne bahkan pernah dinikahi hanya untuk meneruskan keturunan, susah payah Anne berusaha keluar dari pernikahan tersebut hingga kini hidupnya mulai baik-baik saja.

Tapi kemudian tawaran pernikahan kontrak justru datang dari arah lain.

"Kamu menolak? Kita pergi ke kantor polisi sekarang," tegas Jackson yang tak punya banyak waktu untuk negosiasi.

Jackson bahkan langsung bangkit dari duduknya dan membuat Anne semakin gelagapan, sebab dia tak punya kesempatan untuk berpikir.

"Tuan!" cegah Anne, tubuhnya bergerak maju sedikit.

"Aku tidak punya banyak waktu, tentukan sekarang juga," putus Jackson.

Anne terdiam dengan pikiran yang campur aduk, bagaimana pertanggung jawabannya dengan Dean dan perusahaan keluarga?

Pernikahan selama satu tahun? Tidak ada sentuhan, tidak ada pembatasan hidup dan Anne hanya diizinkan patuh pada Jackson.

"Satu," ucap Jackson mulai menghitung dan membuat Anne makin tak berdaya. Suara itu seperti pengingat terakhir dari neraka.

"Dua."

"Tuan ..." ucap Anne, namun setelahnya dia tetap tak mampu berkata-kata. Seolah keputusan manapun yang dia ambil akan salah pada akhirnya.

Yang ada Anne makin menangis pilu, menangisi ketidakberdayaannya.

Sementara Jackson justru sedikit tercubit hatinya melihat air mata itu. Harusnya wanita itu merasa senang menikah dengannya, meskipun hanya menikah kontrak. Sebab diluaran sana para wanita selalu menggilainya.

Tapi kenapa gadis itu malah menangis pilu?

"Berdiri," titah Jackson kemudian dan dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya Anne mulai berdiri.

"Kita menikah atau pergi ke kantor polisi?" tanya Jackson.

Dengan suara bergetar akhirnya Anne menjawab, mempertaruhkan hidupnya sendiri. "Me-menikah," jawabnya lirih. "Ta-tapi, bisakah pernikahan ini di rahasiakan?" pintanya dengan takut-takut.

Untuk beberapa saat Jackson tak menjawab pertanyaan tersebut, ini juga keinginannya untuk merahasiakan pernikahan mereka. Yang perlu tahu pernikahan ini hanya cukup keluarganya saja, tidak lebih.

Jackson hanya tak menyangka wanita itu yang lebih dulu mengucapkannya. Tapi di detik kemudian Jackson baru menyadari jika mungkin saja wanita tersebut telah memiliki kekasih. Tapi sungguh, Jackson tak peduli apapun pada kehidupan wanita tersebut.

Apa yang harus dilakukannya sekarang adalah terbebas dari semua rencana sang ibu tiri.

"Ikut denganku sekarang juga," ucap Jackson.

Dia memimpin langkah untuk keluar dari ruangan tersebut dan Anne mengikuti di belakang dengan ketidakberdayaannya. Sesekali Anne bahkan menangis dan menghapus air matanya sendiri.

Di Five Season Hotel acara pertunangan Jackson dan Deinara di gelar dengan mewah. Kini semua orang hanya tinggal menunggu kedatangan Jackson untuk memulai acara.

Tapi sampai jam berlalu namun Jackson tetap tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Tak ada yang tahu bahwa kini Jackson justru menikahi gadis lain.

Jam sepuluh malam akhirnya para tamu undangan mulai pulang, namun Deinara masih bertahan menunggu di sana.

Menjelang tengah malam barulah Deinara dan seluruh keluarga Wu pulang ke rumah.

Dan alangkah terkejutnya mereka saat melihat Jackson justru ada di sana menggandeng seorang wanita dengan gaun pengantin.

"Aku tidak bisa bertunangan dengan Deinara, karena aku sudah menikahi wanita pilihanku, Anne."

ILKP Bab 3 - Cukup Dengarkan Aku Saja

Beberapa waktu lalu Anne gemetar sekali saat Jackson membawanya ke sebuah tempat ibadah di pusat kota, ada dua orang entah siapa yang pria itu gunakan sebagai saksi pernikahan mereka.

Di depan altar keduanya saling mengucapkan janji suci, Jackson yang berucap dengan yakin dan Anne yang terus merasa gemetar.

'Ya Tuhan, apa yang aku lakukan sekarang,' batin Anne selalu diselimuti ketakutan. Meski berdiri tapi dia terus meremat kedua tangannya sendiri.

Anne menikah dengan seorang pria yang bahkan namanya saja baru diketahuinya beberapa menit lalu.

Bahkan ada kabar yang menyebutkan bahwa tuan Jackson malam ini mengadakan pesta pertunangan, namun berujung justru menikah dengannya.

'Ya Tuhan,' batin Anne, sungguh tak kuasa dengan takdir hidup yang dijalaninya sekarang. Seperti roller coaster yang tak mampu dia hentikan.

"Aku akan melupakan tentang cincin yang hilang, aku tidak akan menuntut mu apa-apa," ucap Jackson, kini mereka berdua telah berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju rumah utama keluarga Wu. Rumah yang menjadi tempat tinggal Jackson selama ini.

Anne menunduk tidak tahu harus menanggapi apa. Di benaknya bahkan masih terus mempertanyakan dimana cincin itu berada? Dimana hilangnya?

Tapi apa yang bisa dia perbuat sekarang, pernikahan telah terjadi dan Anne bahkan telah menandatangani kontrak perjanjian pranikah. Pernikahan yang kata Jackson tak akan mengekangnya, bahwa setelah satu tahun berlalu mereka akan berpisah dengan baik-baik.

"Tidak perlu ada yang ditutup-tutupi ketika keluargaku bertanya, katakan saja sesuka hatimu."

Anne masih tak menjawab apa-apa, juga terus menunduk tidak berani menunjukkan wajah.

"Jika ada yang bertanya dimana kita bertemu, katakan saja di kantor. Jika ada yang bertanya apa pekerjaan mu, jawab saja OG. Jadilah dirimu sendiri di pernikahan ini," jelas Jackson lagi, dia tak ingin menuntut banyak hal. Hanya ingin Anne berada di sampingnya sebagai istri selama satu tahun kedepan.

Karena dengan begitu ibu tirinya tak akan mampu berkutik untuk mengatur hidupnya.

"Orang-orang pasti akan menyalahkanmu setelah ini, tapi jangan takut. Aku akan selalu melindungimu," ucap Jackson lagi dan lagi.

Sementara Anne masih betah menunduk dan terus meremat kedua tangannya sendiri di atas pangkuan.

Gaun pengantin berwarna putih itu sedikit pun tidak membuat Anne merasa bahagia, justru merasa gaun tersebut telah mengikat kedua kakinya dengan kuat.

"Apa kamu mendengar ku?"

"I-iya, Tuan."

"Jika tidak merasa nyaman, tetap berdiri di sampingku," kata Jackson saat mobil yang mereka naiki akhirnya tiba di tempat tujuan. Menatap rumah megah itu Anne merasa ketakutan.

Jackson melangkah lebih dulu dan Anne terus mengikutinya di belakang.

Tak lama setelah kedatangan mereka di rumah tersebut, seluruh keluarga Wu akhirnya pulang dari acara pertunangan yang batal.

Jackson lantas mengambil tangan Anne dan digenggaman erat. "Aku tidak bisa bertunangan dengan Deinara, karena aku sudah menikahi wanita pilihanku, Anne."

Kedua orang tua Jackson, Deinara dan satu adik perempuan Jackson sampai ternganga mendengar pengakuan tersebut. Di hadapan mereka Jackson menggandeng seorang wanita yang menggunakan gaun pengantin.

"Apa-apaan ini Jack? Mana bisa kamu menikahi wanita tanpa persetujuan kami," ucap Yessa, ibu tiri Jackson.

"Jangan main-main dengan pernikahan Jack, siapa wanita itu?" tanya Sebastian Wu, sang ayah yang ikut buka suara pula.

Sementara sang adik Estella Wu dan Deinara sudah tak mampu berkata-kata.

"Sejak awal sudah kukatakan, aku tidak akan menikah dengan wanita manapun pilihan Yessa. Aku akan menikahi wanita pilihanku sendiri," balas Jackson dengan tenang.

Dia tidak pernah menyebut Yessa sebagai mama ataupun ibu, sejak wanita itu masuk ke dalam rumah ini dia terus menyebutnya dengan nama, Yessa.

"Kamu benar-benar keras kepala Jack, pilihan mamamu pasti jauh lebih baik daripada wanita itu," balas Sebastian, dia menahan geram dan menunjuk-nunjuk Anne yang sedang menunduk. Bersembunyi di balik tubuh Jackson untuk mencari perlindungan.

Awalnya genggaman tangan mereka terasa ringkih sekali, seolah begitu gampang untuk dilepas. Tapi sekarang Anne bahkan menggenggamnya dengan sangat erat, sampai tak ada ruang sedikitpun.

"Jangan menghina Anne, dia sekarang adalah istriku. Jika kalian ingin meremehkannya, maka hadapilah aku lebih dulu," jelas Jackson. Dia bahkan menarik Anne agar keluar dari tempat persembunyiannya, dengan ketakutan Anne pun sedikit bergerak hingga kini berada di samping Jackson.

"Angkat wajahmu," pinta Jackson dengan suaranya yang terdengar lembut, bahkan setelahnya Jackson memeluk pundak Anne untuk menenangkan.

Dalam surat perjanjian mereka tertulis jelas bahwa Anne harus mematuhi Jackson selama satu tahun ini. Dengan begitu Jackson pun akan memperlakukan Anne dengan baik.

Sejak tadi Jackson memang terus memberinya pengertian bahwa pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak, hanyalah sementara dan tak akan menganggu kehidupannya.

Jackson pun terus bicara dengan lembut tak ingin membuatnya takut.

Meski tak tahu apa tujuan sebenarnya Jackson memilih pernikahan ini daripada pertunangan itu, tapi pada akhirnya Anne berusaha untuk benar-benar patuh.

Secara perlahan dia mengangkat kepalanya yang menunduk, menunjukkan wajah yang dihias make up tipis.

Tapi seperti itu saja Anne terlihat sangat cantik, tak bisa dipungkiri bahwa dia memang berasal dari keluarga berada meski selama ini selalu hidup sengsara.

Tanpa sengaja tatapan Anne tertuju pada seorang wanita di depan sana, seseorang yang mungkin bernama Deinara, calon tunangan Jackson yang gagal.

Deg! Seketika itu juga Anne kembali menunduk takut.

"Mulai sekarang Anne akan tinggal di sini, perlakukan dia dengan baik atau jika tidak ... Aku tak akan segan membuat perhitungan," putus Jackson.

Deinara menangis mendengar kata-kata itu. Selama ini dialah yang selalu digadang-gadang menjadi istri Jackson, dialah yang selalu mendampingi selama satu tahun terakhir.

Impiannya sudah terlalu besar untuk menjadi nyonya muda Wu di keluarga ini, namun sekarang harapannya musnah.

"Kamu benar-benar keterlaluan Jack, apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan Deinara?" cerca Yessa.

Tapi ucapan itu hanya dianggap seperti angin lalu bagi Jackson, dia malah memberi isyarat pada Anne untuk segera pergi dari sini. Dengan tangan yang masih saling menggenggam kuat mereka berdua pun menaiki tangga menuju lantai dua.

"Jackson! Mama belum selesai bicara!" bentak Yessa.

"Astaga." Sebastian mengusap wajahnya frustasi, lelah dengan acara pertunangan yang batal dan sekarang secara mendadak dia memiliki menantu baru.

"Bagaimana ini, Ma?" tanya Deinara lirih, tubuhnya lemas nyaris pingsan. Untung ada Estella yang selalu memeluk lengannya hingga Deinara tetap kuat berdiri.

"Tenangkan dirimu sayang, Mama tidak akan pernah menerima wanita manapun jadi menantu di keluarga ini selain kamu," jawab Yessa meyakinkan. "Iya kan Pa?" tanyanya pula pada sang suami.

Tapi Sebastian tidak bisa langsung menjawab.

Sementara itu di lantai atas, Jackson membawa Anne untuk masuk ke dalam kamarnya. Dilihat jelas olehnya Anne yang gemetar ketakutan. Wanita itu adalah wanita dewasa, tapi sikap takut Anne seperti anak kecil.

Tapi Jackson memang tak tahu apapun tentang Anne, anggaplah dia baru saja membeli seekor kucing dalam karung.

Lagipula tak perlu tahu apa-apa, setelah satu tahun semuanya akan berakhir.

Secara perlahan Jackson melepaskan genggaman tangan mereka, jemari Jackson sampai ikut basah terkena keringat dingin Anne.

"Kerja bagus Anne, kamu hanya perlu mendampingi aku tinggal di rumah ini. Tidak perlu dengarkan ucapan semua orang, cukup dengarkan aku saja, paham?"

"I-iya Tuan."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!