NovelToon NovelToon

Pergi Untuk Kembali

Si Pangeran Es

Jason... aku mengenalnya disaat remajaku, saat menggunakan rok biru tua ke sekolah. Papaku adalah rekan bisnis papanya. Papa memiliki usaha konveksi kecil-kecilan, sedangkan papa Jason adalah pengusaha bahan kimia untuk konveksi. Jason hanya tinggal bersama omanya di kota ini, kudengar dari mama, Jason memiliki ibu dan adik tiri yang tinggal bersama papanya di kota lain.

"Al...ayo pulang".

"Nunggu lama ya tadi? Maaf, kerja kelompoknya lebih lama dari yang aku perkirakan. Harusnya kamu pulang duluan aja Jas".

"Ga apa-apa Al", ucapnya sambil mengacak rambutku pelan dan berlalu menuju halte bis.

Ya itulah Jason, ia tipe cowok yang irit bicara, ia juga tidak pandai mengekspresikan dirinya. Ia jarang tersenyum apalagi tertawa, ia juga jarang marah. Jason menghindari keramaian dan juga juga konflik, jika ia diganggu maka ia akan mengungkapkan kemarahannya dengan tindakan, entah itu membanting pintu ataupun meja, tetapi ia meluapkan kemarahannya tanpa banyak bicara. Ia seorang introvert, yang menyembunyikan emosinya sendiri. Karakternya yang seperti itu membuatnya sulit untuk berteman. Namun ia sungguh tampan dan pandai dalam bidang olahraga, sudah tidak terhitung jumlah lawan jenis yang menyatakan cinta pada Jason. Namun Jason tidak pernah menanggapinya. Ia seperti pangeran es yang ada di negeri dongeng, mudah untuk dikagumi dari kejauhan namun sulit untuk didekati.

Apa aku termasuk salah satu dari mereka yang mengaguminya? Jawabannya adalah ya. Ia adalah pangeran dengan 2 sisi koin yang berkebalikan. Contohnya seperti sekarang, meskipun kami tidak mengobrol sama sekali selama di bis, tapi saat ia melihat kursi kosong maka ia akan menarik tasku menuju kursi itu dan memintaku untuk duduk, sementara ia berdiri di sampingku. Kalau aku tidak kebagian kursi, sebisa mungkin ia akan berdiri dengan posisi seperti menjagaku agar aku tidak terlalu terhimpit oleh penumpang lain. Cewek mana yang ga luluh dengan pangeran berjiwa ksatria seperti itu. Namun itu cerita dulu, sekarang aku menyerah dan hanya menganggapnya teman dekat.

Kami tinggal di perumahan yang sama, namun berbeda cluster. Rumahnya berada di cluster depan dengan tipe rumah yang berukuran besar, sedangkan rumahku di cluster belakang dengan ukuran rumah yang lebih kecil.

"Bye Jason".

"Hmmm...", balasnya singkat kemudian berlalu.

Dari seragam biru tua beralih ke abu-abu. Tidak ada yang berubah dari pertemanan kami. Akulah yang banyak bercerita tentang segala hal, sedangkan ia hanyalah menjadi pendengar yang baik.

"Jason apa menurutmu Alex menyukaiku?".

"Mungkin".

"Aku diajak jalan bersama teman-temannya Sabtu nanti, aku bingung mau jawab apa. Aku cukup tertarik dengan Alex, tapi aku tidak mengenal teman-temannya sama sekali, aku takut suasananya nanti malah jadi canggung. Aku harus jawab apa?".

"Entahlah".

"Bagaimana Alex menurutmu? apa dia baik? Apa aku cocok jalan bareng sama dia?".

"Aku cuma tau namanya aja".

Akhhh memang Jason, aku cuma bisa bercerita tanpa bisa mengharapkan masukan darinya.

Di tahun itu aku mengalami banyak hal. Perasaan berbunga-bunga itu hanya bertahan sebentar. Tidak lama papa membawa kabar buruk, selama setahun itu usaha konveksi papa mengalami kesulitan yang luar biasa. Dari hidup yang berkecukupan menjadi kekurangan. Aku sering dipanggil ke ruang guru karena masalah tunggakan pembayaran. Gossip mulai menyebar dan kini aku menjadi sasaran pembulian para cewek yang merasa iri aku berteman dengan Jason.

Kadang aku pulang dalam keadaan basah kuyup dan Jason meminjamkan bajunya padaku. Akupun sering kehilangan barang-barang dan menemukannya kembali tidak dalam kondisi baik. Puncaknya adalah aku dikunci diruangan penyimpanan alat-alat olahraga. Aku tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun, karena ponselku tersimpan di tas yang masih berada di ruang kelas. Ruangan ini juga berada di pojokan ruangan besar tempat berolahraga yang terpisah dengan gedung kelas. Aku sudah berteriak meminta tolong sambil menangis, hingga akhirnya aku menyerah karena kelelahan. Aku sangat ketakutan karena ruangan itu sangat gelap. Entah berapa jam aku terkurung disana. Hingga akhirnya aku mulai merasa kehilangan kesadaran, sebelum aku benar-benar menutup mataku, samar aku melihat Jason dan suaranya yang memanggil namaku.

Itu adalah hal terparah yang pernah aku alami, tetapi semenjak kejadian itu, pembulian mulai berkurang. Entah karena para guru mulai mengetahuinya atau Jasson yang melindungiku dan mengancam mereka. Saat itu aku sudah terlalu lelah dengan keadaanku, dengan keadaan keluargaku, dan tidak tertarik untuk mencari tau kebenarannya.

Perpisahan

Hai Jason, saat kamu membaca pesan ini, aku sudah pindah rumah. Terima kasih karena tetap mau menjadi temanku. Entah apa yang akan terjadi di masa depan, tapi aku harap kamu tidak melupakanku. Sampai jumpa Jason.

-Alena

Itu adalah WA terakhir yang kukirimkan pada Jason, setelah itu aku mengganti nomorku. Aku malu dengan keadaanku saat ini, dan tidak ingin dikasihani oleh siapapun terutama satu-satunya yang benar-benar temanku. Aku berhenti sekolah di akhir tahun pelajaran itu, dan membantu papa dan mama mencari uang. Kami pindah dari perumahan bercluster menjadi apartemen sederhana dengan 2 kamar.

Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dengan usaha papa, papa hanya menjelaskan itu terjadi karena rentetan peristiwa sial yang ia alami. Papa bekerja sangat keras untuk berusaha mengembalikan keadaan ekonomi kami, setidaknya ia menginginkanku tetap bersekolah. Tapi aku yang menolaknya dan berkata aku bisa memiliki ijazah smu dengan mengikuti program paket C dan lebih baik uang itu disimpan untuk biaya kuliahku, karena aku tetap ingin berkuliah.

Hidupku saat itu hanyalah bekerja dan belajar. Aku menjadi penjaga toko baju, disaat keadaan toko sepi maka aku akan memanfaatkannya untuk belajar.

Di tahun berikutnya, papa kecelakaan mobil saat sedang mengantarkan barang. Kecelakaan terjadi karena kondisi truk yang buruk dan jalanan yang licin karena diguyur hujan lebat.

Di usiaku yang ke 16 tahun, aku kehilangan papa. Saat pemakaman papa, samar aku mendengar orang-orang membicarakan awal jatuhnya usaha papa. Dari mereka aku mengetahui penyebabnya adalah karena penggelapan dana oleh salah satu pegawai, lalu isu buruk mengenai kualitas produk juga datang memperburuk situasi, akhirnya papa harus menjual usaha itu.

Disaat itu juga pertama kalinya aku bertemu dengan Jason lagi, entah bagaimana ia mengetahui berita ini dan menemukanku. Hal pertama yang ia lakukan adalah memelukku tanpa berkata apapun. Tapi bagiku itu sudah cukup, karena tindakan lebih baik dari sekedar perkataan.

"Bagaimana kamu tau soal papa dan darimana kamu tau soal keberadaanku?".

"Ceritanya panjang, yang penting saat ini aku bersamamu".

2 Hari..., aku memberi waktuku sebanyak itu untuk berduka, setelah itu aku harus segera bangkit dan kembali bekerja.

Beberapa hari kemudian mama berkata padaku sepulang bekerja.

"Al sini duduk dulu mama mau berbicara sebentar".

"Ya ma, ada apa?".

"Mama baru sempat mengecek uang duka yang masuk ke rekening mama. Mmm.... Al...., Jason mentransfer 25 juta ke rekening mama".

Aku hanya terdiam berusaha mencerna kata-kata mama, dengan segudang pertanyaan berputar dikepalaku.

"Mama merasa jumlah ini terlalu besar Al. Tapi mama mau tau pendapat kamu".

"Ma, dia satu satunya temanku, jika aku menerima uang itu, aku sudah tidak bisa mengangkat kepalaku lagi ma".

Kemudian kamu berdua berdiam diri dalam keheningan, sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

"Ma, aku tau keadaan kita saat ini, tapi apa boleh aku mengembalikan semua uang Jason?".

"Tentu saja sayang, tentu.... toh kita berdua bekerja keras dan bisa cukup untuk makan bukan begitu Al?", ucap mamaku sambil mengelus punggungku.

Aku tersenyum membalas mamaku.

"Ma, boleh aku minta tolong? Apa bisa besok pagi mama meluangkan waktu sebentar untuk mencairkan uang Jason di bank? Akan sulit bagiku untuk meminta nomor rekeningnya. Lebih mudah jika aku ke rumahnya dan mengembalikan uang itu".

"Baik Al".

"Terima kasih ma", ucapku sambil memeluknya.

Mari Sembuh tanpa Bercerita

Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku memegang uang sebanyak ini. Aku meminta bantuan satpam apartemenku yang juga bekerja sebagai ojek online untuk mengantarku ke rumah Jason sore nanti sepulang aku bekerja. Perjalanan motor membutuhkan waktu kurang lebih selama 45 menit.

"Al ada apa?", tanya Jason.

Aku memang datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, kupikir jika Jason tidak di rumah maka aku bisa menitipkan uang ini pada oma Jason.

"Hai Jas, oma dimana Jas? sudah lama aku tidak bertemu dengannya".

"Oma terkena flu, ia beristirahat di kamarnya".

"Ooo.... semoga oma cepat sembuh ya Jas".

"Ada apa Al?".

"Jason aku tidak bisa menerima ini, kalau kamu masih menganggapku teman tolong ambil kembali uang ini", aku meletakkan amplop coklat berisi uang di meja.

Kami sama sama terdiam, lalu aku berkata lagi.

"Kamu tau kan aku tidak suka dikasihani, apalagi orang itu adalah kamu".

"Coba berpikir dengan logika Al, kamu bisa melanjutkan sekolah, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, lalu saat itu baru kembalikan uangnya".

"Ini bukan soal logika Jas, tidakkah kamu mengerti itu?".

Aku melihat wajahnya yang tetap datar seolah tidak mengerti apa maksudku.

"Ahhh... kamu memang tidak berubah", ucapku pelan.

"Ini egoku, harga diriku, mana bisa aku menerima uang itu. Saat ini saja aku sudah cukup malu berhadapan denganmu", ucapku sedikit bergetar menahan tangis.

"Jika ada orang jatuh di jalan, bukankah kamu akan menolong mengambilkan barang bawaannya yang jatuh Al?".

"Apa bedanya aku dengan bank, kamu bisa mengembalikan uang itu dengan bunga jika kamu mau. Yang jelas saat ini kamu membutuhkan uang ini".

"Jas... jarang-jarang aku mendengar kalimat panjang darimu. Tapi kamu tetap tidak bisa mengerti perasaanku bukan?".

Kemudian aku berlari keluar rumah, lalu meminta satpam kenalanku segera membawaku pergi dari rumah itu.

Aku melakukan hal yang sama seperti dulu, aku menghindari Jason lagi, dan mengganti nomorku. Beruntung meski ia menemukanku kemarin, tetapi ia tidak pernah tau apartemenku.

"Ayo kamu bisa Al, kamu pasti baik-baik saja. Tidak perlu menangis, lupakan segalanya kita mulai lagi besok dari awal", ucapku pelan sambil menatap cermin kamarku.

Aku kembali menenggelamkan diriku dengan kesibukan antara bekerja dan belajar, aku harus mendapatkan beasiswa perguruan tinggi negeri, ya itu adalah target terdekatku saat ini.

Mama bekerja menjaga toko kue, selain itu ia juga memasukkan beberapa jenis kue buatannya di toko itu.

Sepeninggalan papa kami pindah ke kontrakan yang lebih kecil, di apartemen kecil ini aku berbagi kamar tidur dengan mama. Segala pengeluaran kami hitung dengan cermat, agar aku bisa duduk di bangku kuliah.

Di tahun itu juga aku berhasil mengambil ijazah SMU ku dengan mengambil program paket C.

Berbekal ijazah itu, aku mendaftarkan beasiswa ke perguruan tinggi negeri, setelah melalui beberapa tes dan ujian, aku berhasil diterima di perguruan tinggi negeri di kota lain yang hanya berjarak sekitar 1 jam 30 menit menggunakan kereta dan kendaraan umum.

Begitulah kulewati hari-hariku selama bertahun tahun. Bisa dikatakan keadaan ekonomi memaksaku menjadi lebih dewasa, sehingga jika selama kuliah teman-temanku sibuk bersenang senang dan tebar pesona dengan lawan jenis, maka aku tetaplah Alena yang hanya tau bekerja part time dan belajar. Hingga akhirnya aku lulus dengan nilai cum laude, kemudian tidak lama aku diterima menjadi manajemen trainee suatu perusahaan yang cukup ternama.

Jika selama kuliah ada lawan jenis yang berusaha mendekati, maka aku akan langsung memberikan ketegasan aku tidak tertarik dengan hubungan yang mereka inginkan. Berbeda dengan Alena saat ini, aku yang sekarang sedikit memberikan kelonggaran pada diriku sendiri. Karena setelah diterima di perusahaan ternama, rasanya bebanku sedikit berkurang.

Mama juga masih bekerja dan membuat kue di toko yang sama. Meski ekonomi kami masih jauh dari jaman kejayaan papa dulu, setidaknya aku tidak merasa memiliki beban saat ini. Kupikir akhirnya aku bisa hidup untuk diriku sendiri mulai saat ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

setiap hati punya luka, namun dengan ekspresi yang berbeda. beberapa menyembunyikannya dalam mata, sementara lainnya dalam tawa.

-unknown

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!