NovelToon NovelToon

REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

APA YANG TELAH TERJADI?

...***...

Tawa yang begitu mengerikan, ia merasa menang setelah berhasil menghabisi banyak nyawa, terutama keluarga besar kaisar. Saat ini tinggal putra bungsu kaisar yang belum ia akhiri.

"Kau memang penjahat sejati jendral xiao chen tao!."

Hatinya bergejolak, ia berusaha berontak ketika dua orang mencengkeram kuat lengannya. Jika saja ia tidak dalam keadaan terluka parah?. Maka ia akan melawan, menghajar pengkhianat negara.

"Kau akan mendapatkan karma! Atas apa yang telah kau perbuat pada kami!."

Plak!.

Tamparan keras mendarat di pipi Xiao Lingyun Kai, hingga pemuda itu meringis kesakitan.

"Kegh!." Kini ia merasakan sakit yang luar biasa, lehernya dicekik kuat oleh Jendral Xiao Chen Tao.

"Kau tidak berhak untuk berkomentar seperti itu padaku!."

Cekh!.

"Uhuk!." Xiao Lingyun Kai muntah darah, dada kirinya ditusuk begitu dalam dengan sebilah pedang oleh jendral Xiao Chen Tao.

"Segera pergi, temui keluargamu di neraka." Sorot matanya begitu tajam. "Kau memang pantas mati!."

Srakh!.

Xiao Lingyun Kai ambruk, ketika pedang itu dicabut paksa dari tubuhnya.

"Xiao yuan." Dalam hati Xiao Lingyun Kai mengutuk. "Akan aku ingat kejadian ini, dan kau!." Dalam hatinya merasakan dendam yang luar biasa. "Akan mendapatkan balasan yang menyakitkan dariku."

...***...

Deg!.

Ia mendapatkan kembali kesadarannya, hingga terbangun dengan paksa.

"Kegh!."

Xiao Lingyun Kai meringis kesakitan, kepalanya terasa berdenyut keras.

"Kegh!."

Namun bukan hanya itu saja, kedua kakinya terasa keram, dan tidak bisa digerakkan sama sekali?.

"Apa yang telah terjadi padaku?." Ia mengusap dada kirinya, masih merasakan tusukan pedang di sana.

Xiao Lingyun Kai merasa bingung, pikirannya terasa kusut.

Sementara itu jendral Xiao Chen Tao, istrinya nyonya Fengying, dua anak laki-lakinya, dan beberapa pelayan rumah bergegas menuju kamar Xiao Lingyun Kai. Di sisi lain, seorang pelayan telah membuka pintu kamar Xiao Lingyun Kai dengan paksa.

"Tuan muda! Tuan muda lingyun kai!."

An Hong terlihat panik, ia segera mendekati tempat tidur Xiao Lingyun Kai.

"Tuan muda sudah bangun? Tuan muda!."

"Kecilkan suaramu." Ucapnya dengan suara serak. "Kepalaku terasa sakit."

"Maafkan saya tuan muda lingyun kai." Ia segera berlutut. "Tapi ini sangat gawat sekali."

Xiao Lingyun Kai mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya, namun pikirannya hanya teringat pada peristiwa menyakitkan itu.

"Apanya yang gawat?."

"Hah?." An Hong heran. "Apakah tuan muda lupa? Tertangkap basah sedang berbuat mesum di rumah bordil!." Jelasnya. "Tuan jendral xiao menyeret anda, dan hampir saja membunuh anda!."

Deg!.

Xiao Lingyun Kai merasakan benturan gaib, ia mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya.

"Sepertinya aku kembali hidup." Dalam hatinya merasa aneh. "Aku kembali satu tahun, sebelum pemberontakan itu terjadi?." Ia menatap An Hong, pelayan setia itu menatapnya dengan perasaan cemas. "Uhuk!."

"Tuan muda!." An Hong panik ketika melihat tuan mudanya muntah darah, ia segera mengambil sapu tangan kecil.

"Xiao chen tao." Dalam hatinya merasakan sakit yang luar biasa. "Aku tidak akan membiarkan kau! Melakukan perbuatan sadis pada keluarga ku!." Hatinya dipenuhi oleh gejolak amarah tak terkendalikan.

...***...

Istana.

Kaisar Guo Haoyu jin sedang bersama permaisuri, dan ketiga putra mahkota. Duduk bersama di halaman istana kediaman permaisuri.

"Hari ini sangat cerah sekali kaisar."

"Permaisuri benar."

"Ada apa kakak pertama?." Pangeran Shoi-ming heran. "Apa yang sedang kakak pertama pikirkan?."

"Kejadian beberapa hari yang lalu."

"Maksud kakak pertama? Masalah tuan muda ketiga jendral xiao?."

"Benar sekali."

Mereka tampak menghela nafas, merasakan hal yang tidak biasa.

"Aneh sekali, anak seorang jenderal." Ucap pangeran Chaoxiang, putra kedua kaisar heran. "Tapi kelakuannya seperti anak seorang gundik." Ia menghela nafas. "Sangat memalukan sekali."

"Apakah nafsunya itu seperti kuda liar?." Pangeran Jun Hie putra pertama kaisar bergidik ngeri. "Sehingga ia masih nekat berbuat tidak senonoh di rumah bordil?." Lanjutnya. "Padahal kabar yang tersebar, dia sudah hampir lumpuh." Ia melihat ke arah Kaisar. "Tapi masih nekat ke sana?."

"Kalian jangan sampai seperti itu." Ucap permaisuri. "Kalian adalah laki-laki terhormat."

"Kami tidak akan seperti itu ibu."

Pangeran Jun Hie, pangeran Chaoxiang, dan Pangeran Shoi-ming memberi hormat.

"Baiklah." Ucap Kaisar. "Mari kita sarapan dulu."

"Baik ayah."

...***...

Kembali ke kediaman Jendral Xiao Chen Tao.

Seorang pelayan wanita berlari dengan cepat menuju tempat Selir jendral.

"Gawat nyonya selir!."

"Katakan."

"Tuan jendral menuju kamar tuan muda lingyun kai." Jelasnya dengan panik. "Saya takut, beliau akan membunuh tuan muda."

"Apa?!." Selir Kangjian terkejut. "Aku akan segera ke sana!."

Tanpa banyak berpikir, Selir Kangjian segera menuju kamar Lingyun Kai.

Sementara itu di depan kamar Lingyun Kai.

Brakh!.

"Oh?! Tuan jendral!." An Hong langsung bersujud. "Mohon ampun tuan jendral! Tuan muda lingyun kai hanya dijebak!." Ia berusaha menjelaskan. "Saya bersedia menjadi saksinya!."

"Diam kau budak sialan!." Nyonya Fengying memaki kasar. "Tidak ada gunanya kau memberikan penjelasan pada kami!."

"Lingyun kai!." Jianhong menatap tajam ke arah Lingyun Kai. "Berani sekali kau mempermalukan keluarga besar jendral xiao!." Tunjuknya kasar. "Apakah kau sudah bosan hidup? Hah?!."

"Ayah! Bunuh saja dia!." Junfeng menatap benci. "Dia benar-benar tidak berguna bagi keluarga kita! Hanya memberikan aib saja!."

"Membunuhnya saat ini terlalu mudah suamiku." Nyonya Fengying menatap benci. "Kenapa saya bisa melahirkan anak tidak berguna seperti dia?!." Ungkapnya penuh dengan amarah.

"Heh!." Dalam hati Lingyun Kai dipenuhi amarah yang membara. "Kalian memang pemeran opera yang sangat luar biasa." Dalam hatinya mengutuk. "Akan aku perlihatkan bagaimana? Kalian mendapatkan karma dariku!."

Deg!.

Mereka semua terkejut, melihat Lingyun Kai yang mencoba berdiri?.

Brukh!.

"Uhuk!."

"Tuan muda lingyun kai!." An Hong panik, ia mencoba menyandarkan tubuh Lingyun Kai di tepian tempat tidur.

"Bfuh!." Lingyun Kai muntah darah, dadanya terasa sesak.

"Tuan muda! Kenapa tuan muda bangun?." An Hong menyeka darah di sudut bibir Lingyun Kai. "Tuan muda masih sakit." Ia menangis sesenggukan, apalagi melihat wajah tuan mudanya semakin pucat.

"Ayah, ibu, kakak." Suara Lingyun Kai terdengar serak, dan kecil. "Keadaan saya yang lumpuh seperti ini." Ucapnya dengan perasaan pilu. "Apakah masih bisa menuju tempat itu?."

"Kelakuan keparat mu itu!." Balas Nyonya Fengying. "Tentu saja kau masih memiliki niat busuk! Untuk mencari kenikmatan di sana!."

"Oh?." Hatinya terasa hancur. "Ibu." Air matanya mengalir semakin deras. "Saya selalu patuh pada ibu." Ia menangis terisak. "Ibu selalu mengajarkan hal baik pada saya-."

"Tapi kenyataannya kau malah melakukan perbuatan tidak senonoh!." Jianhong langsung memotong pembicaraan. "Kau telah melemparkan kotoran pada keluarga jendral xiao!."

"Kau akan menerima hukuman dari kami!."

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah Lingyun Kai akan selamat dari hukuman?. Next halaman.

...*** ...

RENCANA

...***...

Kediaman Jendral Xiao.

Plak! Plak! Plak!.

"Uhuk!."

"Bajingan tengik! Kau masih saja belum mau mengakui perbuatan mu?!."

"Saya tidak-."

Brakh!.

Mereka semua melihat ke arah pintu kamar yang dibuka paksa oleh seseorang.

"Putraku!."

Selir Kangjian segera berlari mendekati anak tirinya, ia dorong kuat tubuh Jendral Xiao Chen Tao agar menjauhi anaknya yang hampir saja tewas?.

"Putraku!." Ia panik melihat keadaan anaknya yang lemah tak berdaya.

"Kangjian! Lihatlah anakmu itu!." Ucap nyonya Fengying dengan suara keras. "Dia telah berani memberikan aib untuk keluarga jendral!." Amarah di hatinya begitu kuat. "Inikah hasil didikan mu selama ini?! Sangat memalukan!."

"An hong." Selir Kangjian melihat ke arah An Hong.

"Saya nyonya selir." Ia segera berlutut, memberi hormat. An Hong berusaha menahan tangisnya, ia sudah tidak tahan melihat tuan muda yang ia hormati dipukuli hingga tak berdaya.

"Tolong bantu saya membaringkan lingyun kai ke tempat tidurnya."

"Baik nyonya selir."

An Hong segera membantu Selir Kangjian membaringkan tubuh Lingyun Kai ke tempat tidur.

"Kangjian! Aku sedang berbicara denganmu!." Nyonya Fengying semakin marah.

"Maaf nyonya besar." Selir Kangjian memberi hormat. "Izinkan saya merawat lingyun kai terlebih dahulu."

"Kau!." Jianhong menunjuk kasar. "Berani kau membantah!."

"Saya mohon tuan jendral."

"Huf!." Jendral Xiao Chen Tao menarik nafas cukup dalam.

Tanpa banyak bicara Jendral Xiao Chen Tao segera meninggalkan kamar Lingyun Kai.

"Suamiku!." Nyonya Fengying segera mengejar suaminya.

"Ibu!."

Jianhong dan Junfeng segera menyusul orang tua mereka.

"Putraku." Selir Kangjian menangis sedih, tidak tega melihat keadaan Lingyun Kai terluka parah.

"Tuan jendral menghajar tuan muda lingyun kai dengan penuh amarah." An Hong bercerita, ia menangis sesenggukan. "Maafkan saya nyonya selir, saya tidak bisa menjaga tuan muda."

"Ibu akan merawat mu nak." Selir Kangjian menyeka darah di sudut bibir Lingyun Kai. "An hong."

"Saya nyonya selir."

"Ambilkan air hangat, saya akan merawat lukanya."

"Baik nyonya selir."

An Hong segera meninggalkan kamar Lingyun Kai.

"Kenapa kau malah berakhir seperti ini?." Hatinya terasa sakit. "Kali ini masalah apalagi?."

"Saya dijebak ibu." Bibirnya bergetar. "Jianhong yang menggotong saya ke rumah bordil." Hatinya juga terasa sakit. "Saya dijebak."

"Ibu mengerti." Ia genggam kuat tangan anaknya. "Maaf, ibu tidak bisa melindungi dirimu nak."

"Ibu tidak bersalah." Ia genggam kuat tangan ibu tirinya. "Mereka yang terlalu licik."

"Oh? Putraku." Hatinya semakin hancur mendengar kalimat itu.

"Ibu."

"Ada apa nak? Apakah terasa sakit?."

"Tolong obati kaki saya yang lumpuh."

Selir Kangjian tampak heran.

"Hanya ibu yang mampu mengobati kaki saya."

"Apa maksudmu?."

"Saya tahu, ibu adalah seorang tabib yang sangat mempuni." Jawabnya. "Tapi kemampuan itu, tidak pernah ibu tunjukkan pada siapapun."

Deg!.

"Kau?."

"Saya sudah mengetahuinya ibu."

"Baiklah." Selir Kangjian menguatkan hatinya. "Tapi, bagaimana kita menjelaskan pada mereka nantinya?." Ada keraguan saat itu. "Pasti mereka akan bertanya-tanya, bagaimana kau bisa sembuh?."

"Apakah ibu kenal dengan tabib lim?."

"Tentu saja."

"Katakan saja, jika ibu meminta obat padanya." Lingyun Kai tersenyum kecil. "Ibu telah membayar beberapa tael emas padanya."

"Baiklah." Responnya. "Akan ibu lakukan."

"Terima kasih ibu." Hatinya terasa lega.

"Tapi? Bagaimana kau bisa mengetahui?." Matanya menatap lekat anak tirinya. "Jika ibu adalah ahli obat?."

"Kelak, akan saya ceritakan pada ibu."

"Kenapa tidak sekarang saja?."

"Saya membutuhkan bantuan ibu." Jawabnya dengan senyuman kecil. "Untuk balas dendam."

"Balas dendam?."

"Percayalah ibu, bahwa saya akan menjaga ibu dari orang jahat."

Deg!.

Selir Kangjian dapat melihat tatapan serius dari Lingyun Kai.

"Saya bersumpah! Bahwa saya akan membalasnya."

"Balas dendam pada siapa?." Hatinya terasa aneh, dan gugup.

"Akan saya ceritakan semuanya pada ibu." Jawabnya sambil mencium tangan ibu tirinya. "Tapi untuk saat ini, saya mohon." Air matanya jatuh begitu saja. "Dengan kemampuan pengobatan yang ibu miliki, tolong sembuhkan kaki saya."

"Ya, tentu saja." Selir Kangjian tidak kuasa menahan air matanya. "Ibu pasti akan menyembuhkan kakimu." Ia peluk Lingyun Kai dengan perasaan yang berkecamuk. "Tidak akan ibu biarkan kau berbaring lemah di sini."

"Terima kasih ibu." Lingyun Kai mencoba kuat. "Di kehidupan ini, saya pasti akan menyelamatkan dirimu ibu." Dalam hatinya telah membulatkan tekadnya.

...***...

Ruangan utama kediaman Jendral Xiao Chen Tao.

"Suamiku!." Nyonya Fengying sedikit meninggikan suaranya. "Apa maksudmu meninggalkan kamar lingyun kai?! Katakan!."

"Benar itu ayah." Jianhong heran. "Kenapa tidak dihajar sampai mati?."

"Kenapa ayah bersikap lunak padanya?." Junfeng juga bingung. "Apakah ayah sungkan pada wanita selir itu?."

"Diam kau anak bebal!." Jendral Xiao Chen Tao kesal. "Belum saatnya kita membunuh anak terkutuk itu."

"Kenapa?."

"Dia itu, keturunan orang hebat." Jawabnya. "Dan matinya jangan sepeti itu."

"Maksud ayah?."

"Kita bunuh dia tepat di hadapan kedua orang tuanya." Jendral Xiao Chen Tao menyeringai lebar. "Aku yakin, itu adalah hadiah istimewa bagi mereka nantinya."

"Ya, saya setuju dengan ucapan ayah."

"Jika memang seperti itu." Nyonya Fengying tampak senang. "Maka aku tidak akan protes lagi suamiku."

"Bersabarlah dulu istriku." Jendral Xiao Chen Tao menatap nakal istrinya. "Jangan terlalu terburu-buru."

"Lantas? Apa yang akan kita lakukan setelah ini istriku?."

"Kita singkirkan dulu selir mu yang tidak berguna itu." Jawabnya. "Setalah itu, kita siksa terlebih dahulu bocah itu."

"Caranya?."

"Dua pekan lagi, keluarga kita biasanya mengadakan sebuah tradisi tiap bulanan." Nyonya Fengying tersenyum lebar. "Minum teh hijau, menyabut perayaan rasa syukur jendral terlebih dahulu." Lanjutnya dengan penuh percaya diri. "Dalam perayaan itu, permaisuri pasti akan datang."

Jendral Xiao Chen Tao, Jianhong dan Junfeng mendengarkan dengan serius penjelasan nyonya Fengying.

"Saat itu juga, kita buat sebuah rencana." Hatinya terasa bergemuruh. "Permaisuri jatuh ke kolam, karena di dorong oleh selir kangjian."

"Saat itu juga, pasti akan mendapatkan hukuman." Tebak Jianhong. "Tentunya dengan cara itu, ia akan mendapatkan masalah yang sangat besar."

"Ya." Responnya.

"Itu rencana yang sangat luar biasa sekali ibu." Junfeng merasa kagum. "Bagaimana pendapatmu ayah?."

"Tapi lakukan dengan benar." Jawabnya. "Jangan sampai ceroboh."

"Kau tenang saja suamiku." Balasnya. "Saya ini sangat ahli mengurus masalah seperti itu."

"Ayah tenang saja." Ucap Jianhong. "Ibu adalah wanita yang sangat cerdas." Pujinya. "Hal spele seperti itu sangat mudah dilakukan oleh ibu."

"Hahaha!."

Terdengar tawa dari mereka.

"Kalau begitu, kita lakukan persiapan." Ucapnya penuh semangat. "Jangan sampai salah sasaran nantinya."

"Setidaknya dengan banyaknya tamu, itu cukup membuatnya malu seumur hidup." Jendral Xiao Chen Tao tertawa aneh. "Diberikan hukuman oleh permaisuri."

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana caranya mengatasi masalah?. Temukan jawabannya. Next.

...***...

APA YANG HARUS DILAKUKAN

...***...

Satu Minggu telah berlalu, Lingyun Kai mencoba  berjalan perlahan-lahan.

"Kakiku masih terasa kebas." Dalam hatinya masih merasakan kecemasan yang luar biasa. "Aku harus sembuh sebelum pesta minum teh hijau di kediaman ini." Ia mencoba menguatkan langkahnya. "Aku harus bisa."

"Selamat pagi tuan muda."

An Hong datang dengan membawa sarapan, dan air hangat.

"Selamat pagi."

Lingyun Kai menuju kursi biasanya ia duduk.

"Tuan muda, bagaimana?." Ia mendekati Lingyun Kai, duduk bersimpuh, setelah itu membasahi kaki kiri tuan mudanya dengan air hangat yang telah diberikan ramuan penyembuh. "Apakah ada perkembangan?."

Lingyun Kai hanya membalas mengetuk kepala An Hong dengan pelan.

"Aduh!."

"Jangan cemas, bukankah? Kau juga merawat aku?."

"Saya pasti akan merawat tuan muda dengan sepenuh hati."

"Terima kasih an hong."

An Hong hanya membalas dengan rasa hormat yang paling dalam.

"Selamat pagi nak."

"Selamat pagi ibu."

Selir Kangjian segera menghampiri Lingyun Kai yang masih dirawat oleh An Hong.

"Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah merasa lebih baik?." Selir Kangjian mengambil bubur di piring, mengaduknya pelan, setelah itu menyuapi anak tirinya.

Lingyun Kai belum menjawabnya, ia menerima suapan itu dengan senang hati.

"Wajahmu sudah tidak pucat lagi." Selir Kangjian tersenyum kecil. "Ibu merasa lega."

"Terima kasih ibu selir." Ia memberi hormat. "Ramuan obat yang ibu selir berikan memang sangat manjur sekali."

"Syukurlah kalau begitu."

"Tubuh tuan muda juga terlihat lebih membaik." An Hong ikut berbicara. "Rasanya saya ingin menangis."

"Bocah nakal." Lingyun Kai menjentikkan jarinya tepat ke kening An Hong, sehingga pelayannya itu meringis kecil.

"Saya bersungguh-sungguh tuan muda." Regeknya.

"Hahaha!."

Lingyun Kai dan Selir Kangjian menanggapi itu dengan tawa.

...***...

Sementara itu di ruangan utama kediaman Jendral Xiao Chen Tao.

"Satu pekan lagi, kita akan mengadakan pesta minum teh hijau di sini." Nyonya Fengying tersenyum lembut. "Banyak tamu terhormat yang datang, termasuk permaisuri." Matanya menatap kedua anak laki-lakinya, dan suaminya. "Sudah saatnya kita menyingkirkan selir tak berguna itu."

"Memangnya? Ibu mau melakukan apa?."

"Sangat mudah sekali." Jawabnya. "Kita buat rencana, dia mendorong permaisuri ke kolam." Ia tersenyum lebar. "Dengan begitu, ia akan mendapatkan hukuman."

"Hukuman mati?." Tebak Jianhong.

"Bukan."

"Bukan?."

"Suamiku tuan jendral yang terhormat." Ia memberi hormat pada suaminya. "Mintalah belas kasihan pada kaisar, hukumannya lebih ringan."

"Hukuman lebih ringan?." Ulangnya. "Apakah kau mau mencelakai suamimu ini istriku?."

"Hahaha!."

Jianhong dan Junfeng malah tertawa melihat jendral Xiao Chen Tao memohon, dan merengek pada nyonya Fengying.

"Mintalah hukuman tangannya di potong saja." Ucapnya sambil menahan tawa. "Sebagai permintaan maaf yang tulus."

"Kenapa harus meminta hukuman itu ibu?." Jianhong heran. "Apakah ibu memiliki alasan tertentu?."

"Coba jelaskan ibu." Junfeng juga heran.

"Dengan alasan malu, tangannya puntung, maka ia tidak akan berani lagi keluar." Jawabnya dengan santai. "Dengan begitu ia tidak akan ke mana-mana lagi, mencari obat untuk anak tak berguna itu."

"Oh?."

Respon Jendral Xiao Chen Tao, jianhong dan Junfeng dengan cepat.

"Katanya dia sering keluar untuk mengobati kaki anaknya yang lumpuh." Jianhong mengingat informasi yang ia dapatkan. "Sementara di sini lainnya, kita memang menginginkan dia lumpuh seumur hidupnya."

"Ya, ya, ya." Junfeng tampak berpikir. "Saya mengerti maksud ibu."

"Baiklah." Jendral Xiao Chen Tao mengangguk kecil. "Akan aku lakukan, jika itu bisa membuatnya berhenti melakukan hal yang tidak kita inginkan sama sekali."

"Ibu memang pintar sekali."

Terlihat raut wajah yang sangat puas dari mereka semua.

...***...

Istana.

Pangeran pertama dan pangeran kedua sedang duduk bersama, membahas beberapa masalah antara mereka?.

"Kakak pertama, bagaimana ilmu pedang yang telah kau pelajari?." Pangeran Chaoxiang menuangkan air minum pada cangkir kecil. "Katanya jurus itu bernama tarian naga di dalam badai petir." Ia berusaha menahan tawanya. "Namanya cukup mengerikan juga." Ia serahkan cangkir kecil itu pada kakaknya.

Pangeran Jun Hie menerima cangkir kecil itu, dan meminumnya dengan pelan. Setelah itu menatap aneh pada adiknya, mencari celah yang tidak biasa.

"Ada apa kakak pertama?." Pangeran Chaoxiang heran. "Apakah ucapan ku tadi salah?."

"Kau tadi hampir tertawa." Jawabnya kesal. "Apakah kau mau mengejek nama jurus pedang yang telah aku pelajari?."

"Haiya!." Responnya. "Mana berani aku mengejek mu kak." Ia berusaha menahan tawanya. "Nama jurus mu itu sangat hebat sekali." Berusaha meyakinkan kakaknya. "Mendengar namanya saja membuat jantung ketar ketir."

"Hm!." Pangeran Jun Hie menarik nafas pelan. "Bagaimana denganmu? Katanya kau telah menemukan guru hebat."

"Saya harus ke sana."

"Ke sana? Ke mana?."

"Menemui guru ke bukit mawar berdarah."

"Untuk apa?."

"Menerima seluring keabadian."

"Kapan kau akan ke sana?."

"Besok pagi, bersama beberapa pengawal."

"Kau ingin aku ikut juga?."

"Kalau kakak tidak keberatan, aku ingin kakak pertama yang menemani aku ke sana."

"Aku minta izin pada ayah, juga guruku terlebih dahulu." Jawabnya sambil menjitak pelan kening adiknya. "Aku tidak ingin menimbulkan masalah nantinya."

"Baiklah, akan aku tunggu kabar baiknya."

...***...

Kediaman Mentri perdamaian dan ketahanan.

Saat itu di ruangan kerjanya Mentri perdamaian dan ketahanan menyandar manja di pangkuan istrinya.

"Akhir-akhir ini kau sibuk mengurus masalah di istana." Ucapnya sambil mengusap sayang kepala suaminya. "Apakah istana sedang mengalami masalah berat?."

"Masalah yang aku hadapi selalu itu saja." Ia menghela nafas pelan. "Selalu itu saja."

"Maksud tuan menteri? Masalah yang ditumbulkan oleh putra ketiga tuan jendral?."

"Hm." Ia menghela nafas berat. "Apalagi memangnya?." Ucapnya setengah kesal. Setelah itu bangkit, untuk duduk tenang di samping istrinya. "Anak jendral malah sembrono pergi ke rumah bordil secara terang-terangan."

"Semoga saja anak kita tidak melakukan perbuatan bodoh itu."

"Akan aku patahkan kakinya, jika berani mempermalukan aku dengan cara seperti itu!." Hati tuan mentri sedang dikuasai oleh amarah. "Aku tidak akan mengakuinya sebagai anak, dan akan bunuh dia di tempat."

"Bersabarlah tuan menteri." Ia mencoba menenangkan suaminya. "Jangan cepat marah seperti itu."

"Habisnya, aku sangat malu sekali." Rengek tuan menteri. "Anak yang telah aku besarkan dengan sepenuh hati, tapi? Malah mempermalukan aku dengan main ke rumah bordil?." Hatinya terasa berapi. "Bagaimana mungkin? Aku bisa bersabar?."

"Hahaha!." Ia tertawa melihat raut wajah tuan menteri yang sedang masam. "Bicara masalah anak." Tiba-tiba menghentikan tawanya. "Bagaimana dengan putri kita?." Hatinya mendadak sedih. "Usianya telah memasuki masa pernikahan." Menggenggam tangan suaminya dengan erat. "Tapi masih belum ada laki-laki yang mau meminangnya." Menatap suaminya dengan perasaan bercampur aduk." Apakah kita harus mencari jodoh untuknya?."

"Aku belum bisa memikirkan masalah itu sayang."

"Baiklah, lain kali kita bahas lagi."

Cup!.

Ia kecup tangan suaminya dengan penuh kasih sayang.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Bagaimana mereka menyelesaikan masalah?. Simak dengan baik kisahnya.

...***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!