NovelToon NovelToon

Kembar, Cinta Dan Pilihan

Anna

Anna masih duduk diam dengan tubuh bersandar di tembok. Tangan kanannya terus mengusap layar ponsel, sedangkan matanya masih terus mengawasi seorang gadis yang kini berdiri di pinggiran gedung. Entah apa yang ingin dilakukan gadis itu,  hingga tak kunjung beranjak dari pinggiran gedung yang cukup berbahaya itu.

Saat kaki gadis cantik yang terlihat begitu kacau itu mulai menaiki pembatas lantai, Anna segera berdiri dan menghampiri gadis itu.

“Apa kau mau lompat di sini? Sepertinya kamu hanya akan mengalami kelumpuhan. Ketinggian ini tidak akan membuat kamu mati.” Ucap Anna, sambil melangkah menghampiri pembatas lantai gedung.

Gadis cantik itu menoleh dengan mata sayu yang terlihat begitu menyedihkan. Walaupun begitu, tak mampu menutupi jika dirinya adalah gadis berada terlihat dari pakaian dan aksesoris yang menempel di tubuh nya.

Anna sudah bekerja di hotel berbintang ini selama bertahun-tahun. Dan dari sekian pelanggan yang menginap di hotel ini, tak ada satu pun ia menemui kalangan menengah ke bawah.

Jika bukan dari kalangan pengusaha, maka pasti adalah pejabat pemerintahan yang cukup berpengaruh di dalam negeri.

“Jika melompat dari sini, kamu hanya akan menambah penderitaan mu. Kamu tidak akan mati. Percaya padaku, karena ada seseorang yang pernah mencoba, dan berakhir sangat menyedihkan.” Ujar Anna lagi, membuat gadis itu membatalkan niatnya dan luruh terduduk di atas lantai.

Anna masih berdiri di tempatnya. Lalu beberapa saat kemudian, ia ikut membawa tubuhnya dan duduk di atas lantai.

“Aku ingin mengakhiri pernikahan bodoh ini.”

Beberapa saat hening, gadis itu tiba-tiba bersuara.

“Bodoh. Jika kamu ingin mengakhiri pernikahan, seharusnya kamu pergi pengadilan bukan ke sini.” Jawab Anna.

“Kehidupan orang-orang kaya tidak se-simpel itu.” Gadis cantik itu menoleh, menatap Anna dengan lekat. Beberapa saat kemudian mata indahnya membulat tajam.

“Kamu siapa?” Tanya nya.

“Aku?” Anna menunjuk dirinya sendiri. Beberapa saat kemudian, ia pun terkejut saat melihat dengan jelas wajah gadis yang sedang duduk di sebelah-nya itu.

“Kenapa…” Tubuh Anna membeku. Ia menunjuk gadis yang juga terlihat begitu terkejut sama seperti dirinya.

Gadis itu tersenyum.

“Aku lupa, di dunia ini, kita  memiliki tujuh orang dengan wajah yang serupa dengan wajah kita.” Ucapnya, dan Anna mengangguk.

Hening kembali mengambil alih. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Hingga beberapa saat kemudian, Anna dikejutkan dengan suara teriakan dari gadis yang ada di sampingnya.

“Ayo kita tukaran tempat.” Ujar gadis itu, membuat Anna semakin terkejut.

“Aku seorang putri dari pengusaha kaya di Jakarta. Suamiku pewaris perusahaan besar. Yah, meskipun dia sama sekali tidak mencintaiku. Tapi aku tetaplah istri sah, sedangkan gundik itu akan terus menjadi simpanan sampai mati. Meskipun terlihat menyedihkan, tapi keluarganya sangat menyayangiku.” Ujar Gadis itu antusias.

“Jangan ngaco. Jika kamu mau menggantikan aku di sini, aku yakin kamu akan benar-benar melompat dari gedung ini. Hidupku tidak kalah melelahkan.” Anna beranjak dari lantai. Ia menepuk-nepuk seragam kerjanya lalu bersiap meninggalkan atap dan pulang ke rumahnya.

“Aku mohon.” Pinta gadis itu. “Tolong aku. Hanya satu tahun saja. Setelah laki-laki itu berhasil mendapatkan warisannya, dia berjanji akan menceraikanku. ” Ucapnya lagi.

“Apa keuntungan yang akan aku dapat dari membantumu? Apakah aku akan jadi putri konglomerat seperti dirimu juga? Aku juga lelah menjadi pekerja seperti ini. Aku juga ingin memiliki pakaian dan barang-barang mewah seperti yang sedang kamu pakai itu.” Anna menunjuk tubuh gadis yang masih duduk di atas lantai dengan bibirnya.

“Aku akan memberikan kamu uang yang banyak. Barang-barang ini? Ah, aku memiliki banyak sekali di rumah ku dan di rumah suamiku. Kamu bebas mengambilnya sesukamu.” Jawab gadis itu, membuat mata indah Anna membulat.

“Kamu sudah gila.” Ujar Anna.

“Aku serius. Aku akan bekerja menggantikan kamu di sini? Apa kamu punya orang tua? Aku akan menjaga dan merawat mereka sama seperti yang kamu lakukan.” Jawab gadis itu sungguh-sungguh.

Anna terdiam sesaat.

“Nama kamu siapa?” Tanyanya.

“Aku Ananta. Keluargaku biasa memanggil-ku dengan sebutan Anna.” Jawab gadis itu.

“Gila!” Ujar Anna kembali terkejut. “Aku Anastasya, dan orang-orang terdekat ku juga memanggil-ku dengan sebutan Anna.” Sambungnya dengan mata yang masih melotot, membuat gadis itu tertawa keras.

Wajah yang terlihat begitu menyedihkan, menghilang entah ke mana. Kini berganti mata yang indah juga senyum yang begitu riang.

“Sepertinya Tuhan memang mengirim kamu untuk menjadi penyelamat-ku.” Ucap gadis yang juga bernama Anna itu.

Anna kembali terdiam. Pikirannya dan hati nuraninya mulai bertarung. Sejujurnya, tawaran yang ada di hadapannya ini memang cukup menggiurkan. Kapan lagi ia akan merahasiakan kehidupan seorang anak yang kaya raya. Iya, kan? Tapi bagaimana dengan kedua orang tuanya?

“Apa kamu masih mengkhawatirkan kedua orang tuamu? Aku akan menyayangi mereka, tenang saja. Apa aku terlihat seperti gadis kaya yang jahat? Meski-pun kedua orang tuaku tidak menyayangi-ku, aku tetap menyayangi mereka. Jangan terlalu khawatir. Aku hanya ingin terlepas dari pernikahan yang begitu menyakitkan.” Ujar Ananta panjang lebar.

“Apa sedalam itu cinta kamu untuk laki-laki yang jelas-jelas memiliki wanita lain?” Ujar Anna mengejek.

“Kamu tahu dari mana?” Ananta mengelak.

“Jika kamu tidak mencintai laki-laki itu, maka pernikahan sialan mu it, akan terasa biasa-biasa saja. Jika kamu juga memiliki laki-laki lain, sama seperti yang dilakukan suami-mu, kamu tidak akan terluka dengan pernikahan itu.” Jelas Anna, membuat Ananta terdiam.

Beberapa saat kemudian, senyum jahat terlihat di sudut bibir Anna. Berbagai ide jahat mulai bermunculan di otak Anna.

“Kira-kira bagaimana ya reaksinya jika mendapati dirimu tidak lagi mencintainya? Apakah dia akan senang? Ataukah justru sebaliknya?” Ucap Anna.

“Tentu saja dia senang. Itu adalah hal yang paling dia inginkan. Namun, itu adalah hal yang tidak akan pernah bisa aku berikan padanya. Untuk itu aku di sini, aku memilih mengakhiri hidupku, agar rasa cintaku padanya juga berakhir.” Ujar Ananta.

“Dasar bego! Apakah semua gadis kaya seperti dirimu ini sama bego nya? Ah, kalian kan enggak perlu bekerja keras, makanya hati dan otak kalian hanya akan dihabiskan untuk jatuh cinta.” Ujar Anna.

Yah, gadis sepertinya tidak memiliki waktu untuk jatuh cinta. Waktu mereka terlalu berharga dipakai untuk hal-hal norak seperti itu.

“Ayo kita kerjain suami mu. Tapi kamu harus janji akan memperlakukan kedua orang tuaku dengan baik. Jika kamu…

“Aku janji. Aku janji akan melakukan semua yang kamu lakukan selama in,i dengan baik. Aku akan memberimu uang, dan setelah satu tahun ini berhasil kita lewati, aku akan membawamu keluar dari kehidupan kamu yang sekarang. Kamu tidak akan lagi bekerja siang dan malam hanya untuk memenuhi kebutuhan. Aku janji.” Ucap Ananta.

Anna tersenyum

“Ayo kita balas dendam.” Ucapnya.

Raksa

Annastasya tidak bisa menahan tawa saat melihat Annanta mengenakan baju kerja miliknya. Ia sampai terbahak melihat gadis yang awalnya begitu anggun, kini berubah menjadi Cleaning Service. Sedangkan Ananta hanya bisa memanyunkan bibirnya karena terus diledek oleh gadis di hadapannya itu.

Kini keduanya sudah berada di dalam kamar VIP tempat Ananta menginap. Setelah mereka sepakat untuk bertukar tempat, keduanya memilih masuk ke dalam kamar Ananta untuk menjelaskan kehidupan mereka masing-masing agar nanti tidak membuat kesalahan.

“Ayo sana keluar. Cleaning Service dilarang berlama-lama di dalam kamar.” Usir Anna. Gadis itu lalu kembali tertawa keras.

Ananta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa saat kemudian ia ikut tersenyum. Kehidupan yang awalnya begitu datar dan menyesakkan, kini sedikit menjadi lebih baik saat dirinya bertemu dengan Annastasya.

“Ingat, jangan terlalu kalem seperti ini nanti ibu aku curiga.” Ujar Anna memperingati, saat Ananta hendak memutar pegangan pintu kamar hotel.

Ananta mengangguk mengerti. Walau baru beberapa jam saja, ia sudah bisa tahu bagaimana Anastasya menjalani kehidupannya yang keras.

Yah, sepertinya semua orang memang sedang tidak baik-baik saja. Tapi ada sebagian orang yang memilih menjalani kehidupan mereka dengan penuh rasa syukur. Seperti yang dilakukan Anastasya.

“Kamu masih kerja? Harusnya kamu sudah pulang dari tadi. Aku kan sudah memperingati mu untuk tidak lembur. Nanti kamu sakit.”

Ucapan tegas penuh ke khawatirkan membuat Ananta terkejut. Ia cepat-cepat menarik pintu kamar hotel tersebut, dan melangkah cepat mendekati pria yang kini menatapnya khawatir.

“Ini aku mau pulang.” Jawab Ananta. ‘Ya ampun, ini pasti Raksa. Cowok yang kata Anna suka ikut campur dengan kehidupannya. Cih, laki-laki ini jatuh cinta padamu, Anna bego.’ Sambung Ananta dalam hati.

Raksa menatap Ananta curiga.

“Kamu kenapa jadi baik? Kamu kan selalu jahat padaku.” Raksa mengikuti Ananta dari belakang.

Ananta menarik nafasnya dalam. Gadis itu bingung apa yang harus ia lakukan pada laki-laki yang terus saja mengikutinya dari belakang, sehingga membuat beberapa pegawai hotel menatapnya tidak suka.

‘Ah, sepertinya aku mulai menjalani kehidupan buruk kamu ya, Anna?’ Ananta kembali bergumam di dalam hati.

Seperti biasa, Raksa sama sekali tidak peduli dengan tatapan tidak suka dari para karyawan-nya. Ia semakin mensejajarkan langkahnya, lalu menarik tangan Ananta dan segera membawa gadis itu keluar dari lobi hotel.

Ananta tersenyum dalam hati. Wah, sepertinya soal percintaan kehidupannya dengan Anna sangat bertolak belakang.

Melihat Raksa keluar dari lobi hotel, seorang petugas keamanan bergegas menyiapkan mobil atasannya itu. Ananta yang terus ditarik hingga masuk ke dalam mobil, hanya bisa tersenyum di dalam hati.  Ah, apakah seperti ini rasanya dicintai oleh seseorang?

Mobil keluar dai area hotel dan mulai membelah jalanan yang masih terlihat begitu padat oleh kendaraan. Hening mengambil alih, hanya deru mesin mobil terdengar di sana.

Beberapa saat melaju di jalanan, mobil mewah milik Raksa berhenti di depan sebuah rumah tua namun terlihat begitu terawat. Di sana sedang duduk seorang laki-laki setengah baya. Selembar koran di tangannya juga secangkir teh di atas meja tepat di samping laki-laki itu.

Benar-benar seperti yang diceritakan Anna. Ayah gadis itu akan duduk menunggu di teras rumah, dan selama ia belum kembali maka laki-laki itu akan terus berada di sana. Untuk itu ia tidak boleh pulang melewati waktu yang biasanya jika tidak ingin ayahnya menunggu hingga terlelap di depan rumah.

Ananta kembali dibuat terenyuh oleh kehidupan gadis itu. Begitu banyak cinta yang mengelilingi kehidupan Anna, membuatnya iri.

“Aku pulang, Yah.” Ananta menyalami punggung tangan ayahnya takzim.

Sama seperti yang diingatkan Anna, jika dirinya tidak perlu bernada basi terlalu banyak dengan Raksa. Ananta pun memilih berlalu dari teras rumah, membiarkan dua laki-laki yang sama besar cinta nya untuk Anna itu, berdua di sana.

“Ibu, aku pulang.” Ananta melangkah menuju ruang TV untuk menyalami punggung tangan ibunya. Ia melakukan hal, seperti yang diperintahkan Anna padanya.

Apakah seperti ini rasanya menjalani kehidupan yang sebenarnya? Gadis itu sungguh beruntung. Ucap Ananta di dalam hati.

“Nak, jangan lupa makan malamnya.” Ucap wanita paruh baya yang baru saja dilewati Ananta.

“Iya, Buk. Anna mau mandi dulu.” Jawab Ananta.

Meskipun merasa heran dengan jawaban putrinya, wanita paruh baya itu tetap mengangguk.

Setelah Ananta memasuki kamar tidurnya, Raksa masih memilih mampir. Laki-laki muda yang kini sudah menjabat sebagai pimpinan sala satu hotel milik keluarga itu, duduk di kursi tepat di samping ayah wanita yang sudah ia cintai sekian tahun lamanya.

“Ayo kita masuk ke dalam Nak Raksa. Kita makan malam bersama.” Ajak ayah dari Anna.

Sama seperti biasanya, meskipun laki-laki pauh baya itu mengetahui jika keluarga Raksa tidak menyukai putrinya, ia tetap menyambut hangat kedatangan Raksa di rumahnya. Tak pernah sekalipun Raksa melewatkan makan malam bersama di rumah Anna.

Di dapur sederhana, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia yang tidak lagi muda, tengah menyiapkan makan malam. Wanita paruh baya itu tersenyum saat melihat suaminya serta laki-laki muda dengan setelan jas masuk ke dalam dapur sederhana miliknya itu.

Di rumah yang sama, setelah selesai membersihkan tubuhnya, Ananta keluar dari dalam kamar dan melangkah menuju dapur. Dan seperti yang dijelaskan Anna padanya, Raksa sudah seperti keluarga. Laki-laki itu juga akan ikut makan malam di rumah sederhana, padahal laki-laki itu memiliki rumah mewah dengan pelayan yang siap melayani keperluannya.

Apakah benar Anna tidak merasakan cinta Raksa yang begitu besar? Mustahil namanya. Ia saja yang hanya orang luar, bisa melihat betapa besar cinta laki-laki di hadapannya ini untuk Anna.

“Terima kasih makanan enaknya, Ibuk.” Ucap Ananta sebelum memulai makan malamnya. Ini adalah makan malam paling menenangkan sepanjang hidupnya.

Wanita paruh baya yang hendak duduk di samping suaminya, membatalkan niatnya tersebut. Ia melangkah mendekati putrinya, lalu meletakkan punggung tangannya di kepala gadis nya itu.

“Kamu enggak sakit kan, Nak?” Tanya wanita paruh baya itu. “Sejak kapan kamu menjadi sesopan ini?” Sambungnya lagi, membuat Ananta terkejut.

“Hehehe, aku sedang belajar akting menjadi putri konglomerat seperti yang di tv itu loh, Buk.” Jawab Ananta salah tingkah.

“Ada-ada aja kamu ini. Bikin ibuk khawatir aja.” Ujar wanita itu, sambil melangkah dan duduk tepat di samping suaminya.

“Iya sepertinya Anna sedang tidak sehat, Buk. Tidak biasanya ia membiarkan aku duduk dan makan di sini dengan tenang.” Sambung Raksa.

“Aku lelah terus-terusan mengusirmu. Kamu terlalu tidak tahu malu di rumah orang.” Ucap Ananta.

Mendengar kalimat jahat dari Ananta, Raksa tersenyum.

“Kamu sudah sehat.” Ucap laki-laki itu lagi, lalu kembali melanjutkan makan malamnya tanpa merasa tidak nyaman dengan kalimat  jahat yang baru saja meluncur dari bibir gadis yang sangat ia cintai itu.

Rendra

Di dalam kamar hotel mewah, Anna berbaring di atas ranjang sembari mengotak-atik ponsel dengan harga puluhan juta di tangannya secara seksama. Ia sedang menelusuri seperti apa kehidupan Ananta, agar nanti tidak melakukan kesalahan.

“Mau buat drama apa lagi? Apa mau bunuh diri lagi? Cepat pulang, Mami akan datang ke Indonesia besok!”

Satu pesan masuk di aplikasi berwarna hijau. Anna memandang kalimat mengesalkan itu dengan tajam. Bagaimana ada suami jahanam seperti ini masih hidup dengan enak di dunia. Lebih mengesalkan lagi, kontak yang baru saja mengirimkan pesan sikat menyakitkan itu, tertulis dengan nama suami serta dibubuhi emotikon hati berwarna merah.

“Benar-benar gadis bego!”

Anna lalu memblokir nomor itu. Ia ingin tahu apa yang akan terjadi jika ia mengabaikan suami gila dari gadis bego yang kaya raya ini.

Beberapa detik kemudian, ponsel yang ada di tangannya berdering. Kali ini bukan karena notifikasi pesan, namun, sebuah panggilan.

Anna kembali menolak panggilan itu sembari tersenyum puas. Sepertinya, walaupun tidak mencintai Ananta, laki-laki itu sangat membutuhkan kehadiran Ananta di depan keluarga.

“Apa kamu sudah gila!”

Satu pesan singkat kembali masuk. Anna tersenyum jahat. Ia tahu, meskipun dari nomor yang berbeda, tapi pengirimnya adalah orang yang sama. Masih dengan senyum jahat d bibirnya, Anna kembali memblok nomor tersebut.

“Aku bukan si bucin Ananta, sialan!” Makinya kesal, lalu menjulurkan lidahnya ke arah ponsel. “Hah, ayo kita pulang dan mainkan peran dengan baik. Ayo jadi anak orang kaya.” Anna tertawa keras. Ia lalu beranjak dari ranjang lalu meraih koper dan keluar dari kamar hotel mewah itu.

Tidak lupa, sembari berjalan menuju lobi hotel, Anna segera memesan taksi online untuk membawanya menuju Bandara.

Sebelum Ananta pergi, gadis itu sudah menjelaskan banyak hal tentang kehidupan nya. Jadi, tidak suit bagi Anna untuk memulai kehidupannya sebagai Ananta.

##

Di dalam kamar salah satu Apartemen di tengah Ibukota, Rendra menatap ponselnya dengan wajah merah padam menahan amarah. Dua kali ia menghubungi Ananta, namun, dua kali pula gadis itu mengabaikannya.

“Gadis itu benar-benar sudah gila!” Makinya kesal. Ia terus menatap layar ponsel miliknya, menunggu pesan balasan dari gadis pilihan ibunya itu, namun, hingga puluhan menit berlalu tak ada satu pun pesan yang masuk ke dalam ponsel miliknya. Panggilannya ditolak, bahkan kini ia tidak bisa lagi menghubungi ponsel istrinya itu.

“Ada apa? Apa ada masalah?” Suara manja tiba-tiba terdengar dari depan meja rias. Seorang gadis cantik yang sedang mengoleskan sesuatu di wajahnya itu menoleh ke arah ranjang di mana kekasihnya berada.

“Ananta tidak membalas pesanku. Gadis itu bahkan tidak bisa di hubungi.” Jawab Rendra.

“Baguslah. Mungkin dia mulai sadar bahwa kamu tidak pernah mencintainya.” Jawab gadis itu, lalu kembali melanjutkan urusannya.

Di atas ranjang, Rendra terdiam. Yah, harusnya ia senang, sebab tidak perlu bersusah payah menyingkirkan Ananta. Tapi mengapa sekarang ia merasa ada yang kurang karena gadis itu mengabaikannya?

“Mau ke mana?” Melisa beranjak dari meja rias saat melihat Rendra beranjak dari ranjang mereka. “Kamu mau pulang?” Tanyanya lagi saat melihat Rendra meraih jas yang ada di atas sofa di dalam kamar Apartemennya.

“Mami besok pulang dari Pari. Kalau Anna enggak di rumah, kamu tahu sendiri akan jadi seperti apa hubungan kita nanti.” Jawab Rendra sembari berjalan keluar dari dalam kamar.

“Bisa enggak sih sekali-kali kamu itu tegas sama Mami kamu. Perjuangan dikit dong hubungan kita.” Ujar Melisa kesal, sembari mengikuti Rendra dari belakang.

“Tegas kata kamu? Kamu kan tahu sendiri Mami aku seperti apa. Dia bisa melakukan apa saja hanya dengan satu jentikan jarinya. Bahkan membunuh kita berdua.”

Rendra masih terus berjalan hingga sampai di pintu keluar apartemen. Sedangkan Melisa, setelah mendengar kalimat panjang lebar yang diucapkan Rendra, memilih untuk tidak lagi mengikuti laki-laki itu. Ia membalik tubuhnya dan kembali ke dalam kamar.

“Sialan.” Maki Rendra kesal saat melihat Melisa tidak lagi mengikutinya hingga pintu keluar apartemen. Ia tahu kekasihnya itu marah terhadapnya.

Karena tidak ingin menimbulkan masalah di antara mereka, Rendra membatalkan keinginannya untuk pulang ke rumah dan memilih menginap di apartemen Melisa malam ini. Ia kembali melangkah masuk ke dalam kamar menyusul kekasihnya.

##

Di kota yang sama, namun, di tempat yang berbeda pesawat baru saja mendarat dengan selamat. Gadis bercelana panjang berbahan jeans dipadukan dengan kemeja putih, turun dari pesawat bersama penumpang lain.

“Nona?”

Seorang laki-laki dengan stelan jas tiba-tiba mendekati Anna. Gadis cantik itu tersenyum, lalu menyerahkan koper miliknya, kemudian melangkah mengikuti laki-laki paruh baya itu dari belakang.

"Terimakasih." Ucap Anna, lalu masuk ke dalam mobil yang pintunya baru saja dibuka.

Mobil mewah baru saja meninggalkan area parkir bandara. Anna masih diam membisu. Otaknya terus menerus menerka bagaimana rumah yang mulai malam ini akan ia tempati. Apakah sehangat rumah sederhana ayah dan ibunya? Ataukah sedingin laki-laki yang diceritakan Ananta padanya. Ah, masa bodoh lah.

"Kita sudah sampai, Nona?"

Suara laki-laki paruh menyadarkan Anna dari lamunan. Gadis itu menatap bangunan mewah berlantai melalu kaca jendela mobil. Apakah ini rumah yang akan ia tempati?

Anna melangkah keluar dari mobil. Gadis itu tidak terlihat kaku, ia bersikap layaknya seorang Ananta meskipun di dalam hati ia begitu takjub akan bangunan megah yang sebentar lagi menjadi tempat tinggalnya.

Halaman luas yang dipenuhi berbagai macam bunga, juga lampu-lampu taman yang terlihat begitu indah di pandang mata. Benar-benar membuat jiwa miskinnya meronta.

"Apa suamiku tidak pulang?" Tanya Anna pada pelayan yang datang menjemputnya di halaman rumah.

"Tuan muda belum kembali dari kantor, Nona." Jawab asisten tersebut.

"Dia tidak sedang di kantor, Bik. Dia lagi di rumah Melisa." Ucap Anna kemudian melangkah dengan anggun masuk ke dalam rumah.

Sopir dan asisten rumah tangga tersebut hanya bisa saling berpandangan. Setelah beberapa bulan mereka melayani majikan mereka, ini pertama kalinya melihat Nona mereka itu bahagia menyebutkan nama Melisa.

Di dalam rumah, Anna terdiam sejenak. Ia tidak tahu kamar mana yang akan ia tempati. Ia berdiri diam, menunggu asisten rumah yang tadi mengambil barang-barangnya di dalam mobil.

"Antar barang-barang aku ke dalam kamar." Ucap Anna.

Wanita yang masih terbilang muda itu, mengangguk. Ia kembali menarik koper milik majikannya dengan diam, meskipun di dalam hati merasa aneh dengan sikap majikannya tersebut.

"Terimakasih." Ucap Anna tersenyum. "Aku aja, kamu kembali ke kamar mu dan beristirahat." Sambungnya lalu meraih koper dari tangan asisten rumah nya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!