NovelToon NovelToon

Pelayan Seksi Pemikat Hati

Di jebak

"Yasmin, antarkan jam tangan ini ke hotel Permata." kata Nia sembari memberikan sebuah paperback pada gadis cantik dan seksi. Gadis itu bernama Yasmin, seorang gadis dari kalangan sederhana yang bekerja pada sebuah mall yang menjual aneka barang Branded yang terkenal bergengsi dan bermerek tinggi.

Mata Yasmin menyipit, ia tahu bahwa barang itu tidak di beli melalui aplikasinya, tetapi kenapa Nia, rekan kerjanya meminta dia untuk mengantarkan barang yang bukan di beli kepadanya. "kenapa aku?" tanyanya.

"ya, gak apa apa lah. ya.. aku tahu ini bukan di beli melalui applikasimu, tapi, aku benar benar gak bisa. Soalnya perutku terasa mual. Jadi, pliss.. kamu yang antar." kata Nia dengan nada memohon. "nanti aku alihkan saja pembeliannya ke aplikasimu." bujuk Nia.

Meski agak aneh, Yasmin akhirnya menyetujui. "oke, baiklah!"

"makasih, Yasmin. Kamu memang pelayan paling the best!" kata Nia.

"aku mau ke toilet dulu, ya...?" kata Yasmin sebelum ia berangkat menuju pelanggan.

"Aku taruh di atas meja, ya?" teriak Nia karena Yasmin sudah menjauh menuju toilet.

"kamu yakin ini akan berhasil?" bisik Maira pada Nia.

"hhmmm... kenapa tidak. Hanya cara ini lah yang cocok untuk menjatuhkan Yasmin. Apapun akan aku lakukan agar posisi sales terbaik di tahun ini akan ads di tanganku." kata Nia dengan percaya diri.

Nia melirik tas milik Yasmin yang berada di atas meja, kemudian ia membuka ponsel milik Yasmin yang memang tidak terkunci. Tangannya mengetik sesuatu, gadis itu menarik satu sudut bibirnya, merasa puas dengan apa yang sudah menjadi rencana nya. "sudah beres!!" ucapnya.

Kedua gadis itu, Nia dan Sisca tersenyum saat Yasmin sudah kembali dari toilet.

"itu jam tangan yang harus kamu antar. Dan ini alamatnya." kata Nia sembari memberikan selembar kertas berisi alamat.

Yasmin menerima paperback itu beserta alamat yang Nia berikan. Tanpa rasa curiga, Yasmin pun mengambil motornya lalu pergi.

"rasain loh....!!" Pekik Nia dan Sisca tertawa senang.

"Siap siap. Sebentar lagi salah satu dari kita akan menggeser posisi Yasmin sebagai saler terbaik di tahun ini. Dan akan aku pastikan bonus tahunan akan ber pindah tangan kepadaku." kata Nia dengan tawa yang menggelegar.

Sementara Yasmin sudah berada di depan sebuah hotel bintang lima, hari sudah sore dan sebentar lagi hari akan berganti malam. Ia berniat akan menyelesaikan pekerjaan nya sebelum ia memutuskan untuk pulang. mata Yasmin memicing saat menatap gedung itu, ia tidak tahu di bagian mana kliennya kali ini. Gadis cantik itu pun menuju pos securiti untuk ber tanya.

"maaf, mbak. Cari siapa?" seorang securiti datang di saat Yasmin terlihat kebingungan.

Yasmin menunjukkan sebuah alamat, beserta nomor hotel serta nama pemilik nya.

Sang Security memperhatikan alamat tersebut. "oh ini. Mbak naik saja ke lantai 3, kamar nya ada di paling ujung." kata security itu. "antar pesanan ya mbak?" tanya security.

"iya, pak!" sahut Yasmin dengan ramah.

"kalau begitu saya ke atas dulu." pamit Yasmin, dan security itu pun mengangguk.

Dengan langkah yang bersemangat, Yasmin menuju lantai tiga untuk menemui orang yang sedang membeli jam tangan mewah dari toko tempat ia bekerja.

"Tok... tok... tok...!"

Yasmin mengetuk pintu saat ia sudah berada di kamar bagian ujung itu.

Tiba-tiba pintu kamar itu pun terbuka, tampak di depannya seorang pria tua dengan perut buncit sedang berbalut handuk, sepertinya pria itu hendak mandi. "kamu saller dari toko Wijaya?" tanyanya.

"iya, pak. Saya datang untuk mengantarkan pesanan bapak." ucap Yasmin dengan ramah.

Si pria tua itu pun menatap tajam Yasmin dari atas hingga ke bawah, kemudian ia menarik satu sudut bibirnya. "silakan masuk!" ucapnya dengan tatapan dingin.

yasmin merasa ada yang salah, dia datang ke tempat itu untuk mengantarkan pesanan bukan sebagai tamu. "tidak, pak. Terima kasih, Sata hanya antarkan barang saja. Silakan bapak terima dan segera tandatangan surat pernyataan terimanya." kata Yasmin dengan ramah.

Dahi pria buncit itu pun berkerut, "bukan kah kita sudah sepakat, kamu datang bukan hanya untuk mengantarkan pesanan, akan tetapi kamu juga harus membantu saya untuk mengemas barang itu ke dalam sebuah kado?" tanya si pria tua.

Yasmin memicing, ia tidak tahu dengan perjanjian itu. Pikirnya ia hanya mengantarkan pesanan lalu selesai. Kalau tahu masih harus mengemas barang dalam bentuk kado, Ia bisa lakukan semuanya di toko. "maaf, pak. Saya tidak tahu soal itu." kata Yasmin masih dalam keramahan seorang Penjual yang melayani pembeli.

"jadi, menurut kamu, saya harus membungkus sendiri kado nya? kamu tidak mau membantu saya?" tatap si pria itu dengan sengit.

"baiklah, pak. Saya akan membantu bapak." kata Yasmin.

Si pria tua itu pun membiarkan Yasmin masuk, kemudian mengunci pintu kamar setelah Yasmin duduk di sofa. Meski merasa aneh, Yasmin hanya diam, dia langsung duduk di sofa kemudian mengeluarkan jam tangan yang hendak di bungkus itu.

Sementara si pria itu masuk sebentar kemudian kembali dengan membawa dua jus buah di tangannya.

"itu kado yang aku siap kan untuk pak bosku, bungkus dengan rapi. Aku mau mandi dulu. Dan jangan lupa jus nya di minum." kata si pria tua itu.

Yasmin mengangguk, memang tak ada yang mencurigakan, karena di atas meja memang ada sebuah kado dan pita merah untuk menghias kado ulang tahun.

"selesai!!" ucap Yasmin Senang setelah ia selesai mem bungkus jam tangan itu.

"kemana pria itu?" tanyanya karena si pria tua tak juga kunjung keluar.

Yasmin merasa gerah, sambil menunggu si pria tua, ia pun mengambil jus jeruk yang sempat di berikan kepadanya dan menenggak hingga habis. "ah... segernya...!!" gumam nya.

"Apa kau sudah selesai?" tiba tiba si pria tua itu pun datang dan mengagetkan Yasmin.

"Sudah, pak. Jam tangannya sudah saya bungkus dengan rapi. Bos anda pasti sangat senang." ucap Yasmin.

"bagus, sepertinya kau dahaga sekali, jus nya sudah terminum habis." kata si pria itu saat melirik ke arah gelas di depan Yasmin yang sudah kosong tak tersisa.

"iya, pak. Saya sangat haus, makanya saya minum sampai habis. Jus nya enak, pak." kata Yasmin.

Si pria itu mengangguk senang, ia menatap Yasmin begitu intens membuat Yasmin merasa tak nyaman.

"kalau begitu saya permisi pulang dulu, pak." kata Yasmin.

"tunggulah sebentar, kita ngobrol dulu. Apa salahnya?" kata si pria.

Yasmin terkejut di saat si pria tua dan jelek itu tiba tiba duduk di sampingnya. "maaf, pak. Jaga Batasan anda."

Si pria itu pun tertawa lebar merasa senang. "nona Yasmin, jangan sok jual mahal. Bukan kah kedatangan anda ke tempat ini untuk menemani saya? berjualan hanya lah kedok anda untuk menutupi pekerjakan anda yang sesungguhnya." Pria tua itu terkekeh saat melihat Yasmin yang mundur ketakutan, tapi, si pria justru semakin penasaran dengan Yasmin.

"maaf, pak. Mungkin anda salah orang. Saya datang kemari memang karena jualan, bukan untuk menjual diri." kata Yasmin dengan suara berat, terpatah patah, Gadis itu merasa ada sesuatu yang telah terjadi pada dirinya. Tubuhnya tiba tiba merasakan hawa panas dari dalam tubuhnya.

Malam panas Yasmin

ha.. ha... ha...!" pria tambun itu pun tertawa senang saat melihat Yasmin terlihat gelisah dan merasa kepanasan. "kamu tak akan bisa lari, minuman yang kau habiskan itu sudah aku campur dengan obat perangsang. jadi, mau tidak mau kau akan menjadi milikku. Aku sudah membayarmu mahal. Jadi menurutlah, maka aku akan memberikanmu bonus jika kau berhasil memuaskanku." kata pria itu dengan menyeringai. Pria itu melangkah mengambil ponsel kemudian siap siap merekam adegan yang akan ia mainkan bersama Yasmin nanti.

Yasmin terduduk lemas di sofa, tubuhnya merinding karena kepanasan. Yasmin ingin kabur namun pria itu dengan sigap menangkapnya. "hayoo... mau kabur kemana kau cantik...!!"

Yasmin memberontak saat tubuhnya tertangkap oleh si pria tambun. Pria itu menggendongnya kemudian melempar Yasmin di atas kasur. Yasmin memberontak, dengan cepat Pria itu menindih Yasmin yang terus berusaha melepaskan diri dari kungkungan pria itu, hingga akhirnya...

BUGH

Yasmin menendang selangkangan pria itu dan saat ada kesempatan, Yasmin pun turun dari ranjang, menjauh dari pria tua itu. Namun lagi lagi pria itu berhasil mengejar Yasmin.

Yasmin termundur, dengan sisa kekuatan yang ada, ia berusaha meraih sebuah botol minuman yang ada di atas meja, Yasmin pukulkan botol itu pada dinding, hingga pecah berhamburan. Ujung botol itu tajam, dan Yasmin jadikan itu sebagai alat membela diri. "menjauhlah..!! atau gue bunuh lo!!" ancam Yasmin.

"Kamu tak akan bisa menolakku, ha...!!" pria itu mendorong yasmin dan membuang botol itu dengan mudahnya, kemudian pria itu menarik Yasmin ke kasur dan menindih Yasmin, namun dengan kekuatan yang tersisa, Yasmin akhirnya menendang selangkangan pria itu ke dua kalinya ,dengan keras sehingga pria itu terjungkang dan meringis kesakitan. "sialan kau wanita jalang...!!" pekiknya.

Yasmin segera berlari mendekati pintu dengan langkah kaki yang gemetar. Tanpa sengaja ia melihat kunci di atas nakas, dengan tangan gemetar Yasmin mengambil kunci itu dan memutarnya...

Dengan langkah yang tertatih tatih Yasmin berjalan berharap agar ia bisa lepas dari pria tambun itu.

"hey... wanita sialan. Jangan kabur kamu!" teriak si pria tambun.

Dengan langkah yang berat, Yasmin akhirnya bisa kabur, namun tanpa sengaja dia menabrak seseorang yang baru keluar dari kamar hotel. Yasmin terjatuh di kaki pria itu. Seakan tak punya kekuatan untuk melangkah lebih jauh, gadis pelayan itu pun meminta tolong dengan suara lirih. "tolong aku, pak. Tolong...! Pria tua itu membiusku...!

Suara Yasmin semakin melemah, tubuhnya semakin panas. Gelora gairah seakan membakar jiwanya.

"hey... Kamu... kembali..!!" suara Pria tua itu tiba tiba terdengar di belakang, sepertinya pria itu sudah berhasil menyusulnya.

Yasmin meremas sepatu pria itu, memohon pertolongan. "pak, tolong saya...!!" suaranya bergetar.

Langkah sepatu pria itu terdengar semakin mendekat, namun Yasmin sudah tak bisa berbuat apa apa lagi apalagi harus kabur. Ia pasrah, nasibnya ada pada pria ini.

Namum suatu hal yang tak terduga, pria ini malah menunduk dan menggendong Yasmin. Tatapan mata keduanya bertemu.

"hey... anak muda. Dia itu wanitaku. Berikan dia kepadaku." teriak si pria tua yang sudah berhasil menyusul Yasmin.

Namun pria tampan itu terlihat tenang, tatapan matanya dingin menatap Yasmin.

"hey.. anak muda!! berikan dia kepadaku. Aku sudah membayar gadis ini mahal. Jangan coba coba mengambilnya dariku." pekik Si pria tua.

Si pemuda tampan itu melempar tatapan tajam pada si pria tua, seakan menyiratkan tantangan yang tak terelakkan. Tanpa banyak bicara, Si pria tampan langsung menendang pria tua itu dengan keras. Hingga si pria tua itu tak bisa lagi bangkit.

Si pria tampan menatap Yasmin lekat.

"Tolongin saya tuan!!" desah Yasmin lembut.

Tanpa pikir panjang, si pria tampan itu kembali masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kemudian menggendong Yasmin menuju ranjang.

"tuan, tolongin saya... saya di bius!" suara Yasmin rapuh, seakan menyimpan hasrat yang harus ia salurkan.

"kau di bius." sahut si pria tampan.

Yasmin mengangguk pelan. Tatapan matanya memandang si pria tampan itu, tibatiba Yasmin menjadi semakin bergairah. Tanpa sadar, ia mendekatkan bibirnya pada si pria tampan. Melumat lembut bibir si pria tampan.

Seekor kucing di umpani ikan, mungkin begitulah kata yang tepat saat ini. Si pria tampan itu kemudian membalas ciuman panas Yasmin. Sehingga keduanya terpagut dalam hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan.

Si pria tampan sangat suka, apalagi saat Yasmin mendominasi dan menguasai permainan. Meski terasa sakit, namun si pria tampan ini melihat Yasmin terlihat bersemangat. Hingga akhirnya mereka kelelahan dan tidur bersama dalam satu selimut tanpa sehelai kainpun yang membungkus keduanya.

Denting suara alarm tiba tiba memecah ruangan membuat Yasmin terbangun dan membuka mata. Yasmin terkejut saat mendapati dirinya yang tidur dalam keadaan tanpa busana satu selimut dengan pria tak ia kenal. "astaga...!! Yasmin memekik pelan.

Namun buru buru ia keluar dari dalam selimut dan segera memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dengan langkah yang menjinjit ia pun segera pergi diam diam dari tempat itu.

Saat menyadari si gadis yang semalam menghabiskan waktu bersamanya tidak di sampingnya, Si pria tampan menggelengkan kepala. "Dasar wanita bodoh!!" gumamnya.

Si pria pun turun dan menyingkap selimut, ada sebuan noda merah yang menempel di sprei putih yang membalut ranjang itu. Si pria tampan itu tersenyum tipis. "ternyata Kamu masih tersegel. Jangan salahkan aku jika Kamu nanti hamil."

****

Yasmin buru buru berangkat kerja, ia tidak pulang ke rumah dulu. Tempat kerja langsung menjadi tujuannya. Yasmin memutuskan untuk mandi di tempat ia kerja saja.

"tumben lo datang berantakan, biasanya paling rapi dan selalu merasa sok cantik." pekik Nia.

Yasmin hanya menoleh sesaat, ia tak mengubris perkataan Nia, buru buru ia ke loker untuk membersihkan diri, kemudian merias wajahnya agar tak lagi berantakan. Yasmin berkaca, ia memerhatikan area leher, terlihat beberapa bekas cupang di sana. Yasmin menelan ludah, tubuhnya bergetar, "Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan. Aku sudah tak suci lagi." gumamnya.

Yasmin kembali mengenakan pakaian seragam khas di toko itu, kemudian Yasmin menyemprotkan minyak wangi pada tubuhnya. Aroma khas maskulin pada pria itu masih jelas terendus di hidung Yasmin seakan mengingatkan kejadian malam panas semalam bersama pria tampan yang asing baginya.

Yasmin berjalan, sungguh terasa perih di bagian selangkangannya. "separah inikah aku berhubungan dengan pria itu?" batinnya.

"tidak apa, dia tidak bersalah. seharusnya aku berterima kasih pada pria itu. Dia sudah membantuku melepas rasa yang menyakitkan itu." Yasmin bermonolog.

Selepas membersihkan diri, Yasmin segera mengambil tempat di depan, ia sudah siap memulai kerja. Meski rasa sakit di selangkangannya begitu menyiksa. Yasmin tetap berjalan dengan anggun, rasa sakit itu ia tahan, berharap agar tak ada yang memerhatikan gaya jalannya yang sedikit berbeda.

Hari ini Yasmin piket, jadi sebelum ia memulai menawarkan produk, ia terlebih dulu membersihkan beberapa tempat dari debu, serta menata ulang beberapa produk yang sudah terlihat tak rapi.

"Yasmin, kenapa gaya jalan lo sedikit berbeda?" Nia menatap sinis pada Yasmin.

"gak apa apa, gue cuma sakit." sahut Yasmin.

"yakin, loh?" Sisca menyindir Yasmin.

Namun, Yasmin tak menggubris, ia lanjut fokus bekerja, tak menghiraukan ucapan rekan kerjanya.

"bagus, Yasmin!! Aku suka caramu bekerja." kata Indah, manager di toko itu.

"iya, bu. Terima kasih." sahut Yasmin ramah.

"kau memang rajin bekerja, tidak seperti rekan rekanmu yang lain, yang hanya banyak bicara dan abaikan target harian." kata bu Indah.

Nia yang baru saja melintas mendengar obrolan Yasmin dan bu Indah, gadis berperawakan tinggi itu mengepalkan tangan. "Yasmin lagi, Yasmin lagi...!!" gumamnya kesal.

Sudah dua tahun terakhir sejak Yasmin Anggara masuk ke toko itu, posisi Nia jadi tergeser. Nia yang seharusnya menjadi pelayan toko primadona dan akan selalu mendapatkan bonus tahunan, namun semuanya beralih pada Yasmin, pelayan magang yang selalu mendapatkan keberuntungan. Teman temannya menjadi iri melihat Yasmin menjadi kesayangan bu Indah.

"yasmin, lo lihat aja setelah gue sebar video mesum lo dan pria tua itu. Apakah lo masih bisa menjadi pelayan primadona lagi?"

Pelayan baik hati

"Nia, Apa perlu kita menyebarkan video itu sekarang juga?" tanya Siska.

"Jangan sekarang, karena gue masih ingin bermain-main dulu dengan pelayan sialan itu." kata Nia sembari menatap Yasmin di kejauhan, satu sudut bibirnya tertarik ke atas menganggap remeh Yasmin yang saat ini menjadi lawannya.

"kok gue nggak sabar ya?" kata Siska.

"lu tenang aja, lihat aja kabarnya nanti." sahut Nia.

Tiba-tiba ada seorang pengunjung wanita yang hendak berbelanja Di Toko tersebut, wanita itu berpenampilan sederhana.

"ada pengunjung tuh," seru Siska menyenggol Nia.

Nia menatap wanita paruh baya itu memasuki pintu kaca. "gue males, Sepertinya itu orang miskin dan tidak beruang. Biarkan saja, kita tidak perlu capek-capek melayani pembeli seperti itu. Percuma! ujung-ujungnya ditawar juga dan tidak jadi beli." kata Siska sembari melipat kedua tangannya di dada, menatap remeh satu pengunjung wanita paruh baya.

"nona, Bisakah membantu saya mencarikan sebuah jam tangan pria yang terbaik di toko ini?" tanya wanita paruh baya itu.

Nia menatap sinis pada wanita paruh baya itu. Kemudian ia melangkah menuju etalase, dan mengeluarkan sebuah jam tangan hitam dan murah. Dari luarnya jam tangan itu tampak indah, namun produk itu, adalah produk kawe yang bukan asli. "ini Sepertinya sangat cocok untuk anda." kata Nia.

Wanita berpenampilan sederhana itu menerima jam tangan itu dan memperhatikannya. Ada gurat ragu di wajah tuanya. "adakah yang lain? aku mau yang lebih bagus dari ini." kata wanita itu.

Nia menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya kasar. "tante, jam tangan ini sudah sangat bagus, sangat cocok dan pas untuk keuangan anda. Percuma saja saya mengeluarkan yang bagus, tapi harganya sangat mahal. Anda tidak akan mungkin bisa membelinya." kata Nia, dengan nada rendah namun penuh meremehkan.

Wanita itu menatap tajam Nia, hatinya bergejolak tak terima saat ia di remehkan. "nona meragukan saya karena saya berpenampilan seperti ini?"

Nia berdecak kesal. Tentu saja, ia bergarap agar wanita sederhana ini segera pergi. Target nia adalah pembeli dengan banyak uang, sehingga barang dagangan di toko itu bisa di borong dan ia pun memiliki banyak poin dan keuntungan. Melayani wanita ini seakan menghabiskan waktu dengan percum. "sudahlah, bu. Jangan banyak komentar. Saya rasa jam tangan ini sangat cocok untuk anda. Ambillah, bayar dan segera pergi. Saya masih harus melayani pembeli lain."

Wanita itu memandang Nia dengan kecewa, ia tak menyangka pelayanan di toko yang terkenal akan kualitas dan brand ternama barang yang dijual, ternyata buruk dalam segi pelayanan.

Namun, di sudut lain, Yasmin yang melihat semua itu tiba-tiba datang. "bibi, mau jam tangan yang mana? mari ikut saya! saya akan menunjukkan koleksi jam tangan kualitas terbaik di toko ini. Dan tentunya jam tangan ini merupakan jam dengan keluaran edisi terbatas. Bibi pasti suka." kata Yasmin dengan ramah dan lembut.

Wanita paruh baya itu, yang semula cemberut dan sedih, akhirnya mengukir senyum. Semangatnya untuk berbelanja akhirnya menyala lagi. Dengan tersenyum, wanita itu mengangguk, "tentu saja. Saya senang jika ada pelayan yang ramah dan baik hati sepertimu. Aku pun jadi bersemangat dalam berbelanja."

Yasmin tersenyum, ia pun menggandeng ramah wanita paruh baya itu dan membawanya untuk melihat stok jam tangan yang terbaru dandan terbaik di sana.

Sementara Nia dan Siska mencibir tak suka. "uh... sok so'an ramah. Padahal dia kan hanya wanita miskin. Mana sanggup dia akan membayar jam tangan mahal yang harganya bisa mencapai jutaan bahkan ratusan juta rupiah."

"Biarkan saja. Itu cuma akan membuang buang waktu saja." sahut Sisca.

"aku ke depan dulu. Kayaknya itu ada pembeli yang berpenampilan modis. Dia pasti kaya." kata Nia.

***

"bibi mau yang mana?" tanya Yasmin saat mengeluarkan 3 jenis jam tangan mewah koleksi terbaru di toko itu.

"kayaknya aku mau yang ini. Keponakanku pasti suka." ucapnya dengan tersenyum.

"baik, bibi. Yasmin akan bungkuskan untuk bibi." kata Yasmin dengan tersenyum ramah.

"jadi nama kamu Yasmin?" tanya Wanita itu.

"iya bibi. Sesuai dengan ini." katanya sembari meraba bros nama yang biasanya tergantung di atas saku bajunya. Yasmin terkejut begitu menyadari bros itu sudah tidak lagi di tempatnya.

Wanita paruh baya itu mengernyit.

"maaf, bibi. bros namanya tidak ada. Tapi gak apa apa. Yang penting bibi bisa memanggil saya dengan nama Yasmin." kata Yasmin tersenyum malu.

"kamu memang baik dan ramah. Saya suka cara kerja kamu. Karena kamu sudah melayani saya dengan baik, saya akan berbelanja banyak hari ini. Ayo saya mau membeli banyak hal di sini, seperti baju, sepatu dan barang lainnya. Ayo tunjukkan koleksi terbaik di toko ini." kata wanita paruh baya itu.

"tentu bibi. Mari silakan!" Yasmin mengajak wanita paruh baya itu untuk melihat beberapa koleksi terbaik barang barangnya di sana. Dan semuanya di borong wanita yang berpenampilan sederhana itu. Yasmin merasa senang, hari ini ia berhasil mengumpulkan banyak poin.

Nia dan Siska menatap wanita itu dengan mulut ternganga, di saat wanita itu tiba-tiba mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam.

"Nia, apakah kita lagi mimpi? kenapa kita melewati keberuntungan ini dan membiarkan tambang emas itu berpindah pada Yasmin.

"kita gagal lagi." sahut Yasmin lesu.

Sementara 10 barang belanjaan sudah berhasil di kemas, Wanita itu tersenyum puas dengan pelayanan Yasmin. "terima kasih, nak. Saya akan rekomendasikan semua keponakan saya agar berbelanja di toko ini, dan tentunya dengan kamu yang melayani. Bukan yang lain." kata wanita itu.

Yasmin tersenyum, "terima kasih, bibi."

"panggil saja saya bibi Rania." kata wanita itu.

"terima kasih sudah menghabiskan waktu untuk berbelanja di toko kami. Kami tunggu kunjungan anda selanjutnya." kata bu Indah.

"sama sama." ucap Bu Rania kemudian pergi.

"Yasmin hari ini, poin kamu bertambah lagi. Jika besol besok kamu mencapai batas target penjualan, maka saya akan berikan bonus, tidak perlu menunggu akhir tahun." kata bu Indah memuji Yasmin.

Yasmin mengangguk senang. Ini benar benar rejeki tak terduga, ia harus mengumpulkan uang sebanyak banyaknya untuk biaya berobat ayahnya.

***

Sementara jauh di sebuah hotel, pria tampan yang biasanya di panggil Bramantyo duduk termenung. Matanya menatap benda kecil di tangannya. Sebuah bros nama dengan tulisan "Yasmin" sepertinya membuatnya penasaran. "Yasmin...!! nama yang Indah." gumamnya.

Pria tampan itu pun mengambil ponsel kemudian menelpon. "halo... cari tahu tentang wanita pelayan toko yang bernama Yasmin." suruhnya tanpa mau di bantah.

"pelayan toko yang begitu cantik, kamu telah berhasil memikat hatiku." gumam Bramantyo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!