Salju turun dengan lembut menutupi jalan jalan di kota Mingyue Timur. Namun,Malam itu mungkin akan menjadi sejarah kelam bagi warga kota Mingyue, para warga berhamburan keluar rumah Suara dentingan pedang,jeritan yang memilukan hati,dan tangisan,serta tubuh yang tergeletak dimana mana, Sementara asap hitam sedang mengepul diantara puing puing bangunan yang hancur dan terbakar.
Ditengah kekacauan itu , Seorang Bayi perempuan telah lahir, sebelum kedatangan para pemberontak bayi kecil itu sudah berpindah buaian dari tangan sang ibu ke Kakek tua dengan raut wajah sedih.
"ayah..., bawa Xin Lan pergi dari sini,Aku akan menahan mereka, Tolong beritahu dan sampaikan salamku pada Kakak Tianming di perbatasan."Ucapnya dengan nafas yang lemah.
" Xin'er, Pergilah dengan kakek Liu - mu ya kau harus tetap hidup, Kau punya kakak laki laki yang hebat,Ayahmu adalah pangeran Kekaisaran Tiandu,Kakekmu adalah kaisar! ibu mohon padamu untuk menggantikan ibumu ini untuk berbakti kepada mereka!."Sembari mengalungkan sebuah giok lalu mencium bayi itu.
Dengan berat hati Kakek Liu membawa kabur Xin Lan kecil dari tempat itu, ia tidak berani menoleh kebelakang dengan menahan Isak tangis mendengar para pemberontak yang mulai menerobos masuk ke dalam kediaman keluarga Feng dan membantai seluruh penghuni kediaman keluarga Feng.
Langkah kakek Liu terhenti, setelah berlari menuju perbukitan yang letaknya cukup jauh dari kediaman keluarga Feng, akhirnya, ia memberanikan diri untuk menoleh kearah Kediaman keluarga Feng dan kota Mingyue yang kini telah berubah menjadi lautan api didepan matanya akibat pemberontakan yang dilakukan oleh Feng yan pangeran tertua keluarga Feng sekaligus paman Xin Lan itu sendiri.
Kakek Liu akhirnya terduduk diatas tanah ia tak bisa menahan lagi kesedihannya.
ia menangis sejadi-jadinya dengan memeluk bayi kecil yang sedang tidur didalam buaiannya .
"Xin Lan, Kita harus segera pergi ke ibu Kota,Kau harus segera bertemu dengan ayah,kakak ,dan kakek Kaisar-mu! ."Ucapnya haru,Ia bangkit lagi sembari menghapus sisa air matanya.
Perjalanan panjang mereka lewati bersama dan sempat singgah sebentar di beberapa kota kecil dan sekaligus untuk bersembunyi dari kejaran antek antek organisasi Mo Hui ,Karena para anggota Mo hui yang dipimpin oleh Feng yan,sudah mulai menyebar mencari keberadaan Xin Lan dan kakek liu.
Kakek Liu akhirnya bisa sedikit bernafas lega saat ia berhasil melewati perbatasan kota Mingyue menuju desa yang berada 2 hari perjalanan yang merupakan tempat para Penjaga perbatasan berada, ia juga senang karena ia mengira dapat mengelabui para anggota Mo Hui dengan penyamarannya,Namun...,Kakek Liu salah saat melihat sebuah anak panah dengan Tanda khas organisasi Mo Hui hampir mengenainya.
Tanpa basa basi ,Para anggota Organisasi Mo Hui langsung menerjang Kakek Liu , Walaupun kakek Liu adalah seorang jenderal Yang hebat namun Karena kalah jumlah dalam perkelahian
tubuhnya yang renta langsung ambruk bersimbah darah, namun ia tetap melindungi Xin lan dengan baik.
Seorang pria yang baru turun dari kudanya membuat Sorot mata pria tua itu menjadi penuh kebencian.
"wah...wah...wah...,Aku sungguh terharu dengan pengorbananmu saat melindungi keponakanku,Jenderal Liu."Ucapnya dengan tawa kemenangan.
"Kau monster! Pergilah! Jangan ganggu cucuku!"Bentak Kakek Liu.
"Astaga..., Jenderal,Aku hanya ingin membantumu merawat keponakanku,Ini juga sebuah kehormatan untukku karena bisa merawat Cucu seorang Jenderal terkenal di kekaisaran Tiandu.,ah. Ya...,Sudah cukup jalan jalan nya dengan kakek ya sayang ku, biarkan paman mu ini yang merawatmu,siapa tahu di masa depan dia akan menjadi tangan kananku. Bereskan dia."Ucap Feng yan.
"Feng yan! Dasar pengkhianat kotor! Kembalikan Xin Lan ku! Xin Lan!! XIN LAN!!!! " Kakek Liu akhirnya ambruk tak sadarkan diri, dan Para organisasi langsung meninggalkan tubuh Kakek Liu, Sementara Feng yan berhasil membawa Xin lan ,Feng yan akhirnya tersenyum sinis melihat bayi Xin Lan yang menangis hebat dalam gendongannya.
"jadi nama si kecil jelek ini Xin Lan ya? Feng Xin Lan,Liu mei Lan,Sudah kuduga ,Feng Xin Lan kuharap kau tidak mengecewakan pamanmu ini seperti orang-orang di keluarga Feng yang menentangku ." Ucapnya pada bayi itu.
Di markas organisasi Mo Hui.
"Ambil bayi jelek ini!"Ucapnya.
Ia lantas menyerahkan Xin Lan ke salah seorang pelayan untuk merawatnya.
"Kuperingat kan kalian, Jangan sentuh calon kaki tanganku ini ,Jika ada yang berani melakukannya ku pastikan kepalanya akan berpisah dari tubuhnya,Camkan itu!"Ancam Feng yan.
...
Xin Lan tumbuh besar tanpa memiliki kehidupan layaknya anak anak seusianya,Ia terus di paksa melakukan berbagai pelatihan berat tanpa tau apa alasannya.
"Sudah berapa kali aku bilang! Jangan sampai ada Suara! Dasar anak bodoh! "Bentak Feng yan sembari mencambuk Telapak kaki Xin lan kecil berusia sekitar 5 tahun tersebut.
Gadis itu hanya terdiam menahan rasa sakit tatkala Cambuk itu menggores telapak kakinya.
Udara Musim dingin begitu menusuk tulang,Anak anak yang berada di Camp pelatihan Organisasi Mo Hui saling meringkuk untuk mengurangi rasa Dingin yang begitu menyiksa.
Namun, Berbeda dengan Yang lain, Xinlan duduk meringkuk di pojok ruangan menahan rasa sakit dan dingin secara bersamaan,ia tidak diterima oleh teman teman seperjuangan karena mereka menganggap Xin Lan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda seperti diistimewakan oleh anggota inti Mo Hui, Terlebih lagi Xin Lan dikenal Sangat dingin dan Cuek dan terlihat tidak terlalu peduli dengan teman temannya,Ia juga sering memenangkan perkelahian antar rekan senior seperjuangan oleh karena itu mereka tidak berani berhadapan dengan Xin Lan tapi mereka tetap menggunjingkannya di belakang.
Xin Lan merasa tidak nyaman didalam ruangan pengab dan lembab itu, Akhirnya pergi keluar walaupun diluar sedang terjadi badai salju,Namun ia tidak peduli dengan tertatih tatih menahan rasa sakit ia akhirnya keluar dari pintu dan pergi menuju tempat persembunyiannya di sebuah ruang loteng.
ia tidak peduli lagi kakinya yang terluka menginjak kotoran tikus disana tapi setidaknya ditempat inilah ia merasa sedikit nyaman dan terlebih lagi tidak ada yang tahu tentang keberadaannya.
ia menggenggam kalung Liontin yang ia terus kenakan,Ada ukiran nama yang bertuliskan nama "Liu" yang tidak terlalu jelas tapi bisa dirasakan di liontin itu.
Xin Lan pernah mendengar bahwa , Organisasi Mo Hui ini terbentuk karena Feng yan. Masternya, merasakan ketidakadilan oleh aturan keluarganya yang menurutnya aneh,
Masternya juga pernah berkata bahwa Xin Lan dulu nya ditemukan di reruntuhan saat terjadinya pembantaian begitulah yang Feng yan ceritakan saat Xin Lan menanyakan kenapa ia bisa disini,Feng yan juga mengatakan bahwa saat menemukannya ia merasa tertarik dengan Xin lan yang memiliki Takdir seorang Pembunuh, itulah sebabnya ia dilatih begitu keras oleh Anggota inti Mo Hui.
Namun jauh di lubuk hatinya,Ia merasakan hal yang sangat bertentangan dengan semua yang pernah diberitahukan kepadanya.
Bertahun-tahun lamanya , Akhirnya Xin Lan yang telah tumbuh menjadi Seorang pembunuh terkenal dari organisasi Mo Hui, dan sekaligus menjadikan organisasi Mo Hui terkenal di seluruh wilayah kekaisaran Tiandu. dan Xinlan mendapatkan Gelar Jenderal karena menjadi anggota terbaik dari yang terbaik, kini ia telah tumbuh menjadi remaja yang cantik dan berwajah lembut , meskipun cantik, Xin Lan terkenal sangat sulit untuk didekati.
Namun dibalik loyalitas dan kesempurnaan nya dalam menjalankan tugas , akhir akhir ini Xin Lan mulai berencana untuk Mengundurkan diri dari Organisasi Mo Hui setelah menyadari apa yang Selama ini ia lakukan untuk organisasi ternyata ia hanya dianggap sebagai pion dalam permainan Feng yan.
Ia masih belum tahu apa tujuan Feng yan menjadikannya pion tapi Dia tidak ingin dijadikan alat hanya untuk mencapai tujuan konyol pemimpinnya itu.
Tentunya rencananya langsung ditolak mentah-mentah oleh petinggi organisasi terutama masternya sendiri, yang membuat Xin Lan berusaha mencari kesempatan untuk pergi dari Organisasi yang selama ini ia selalu anggap sebagai rumah, Namun, Nyatanya ia merasa seperti dikhianati oleh rekan dan terutama pemimpinnya,Xin Lan tahu resiko apa yang akan ia dapatkan jika kabur dari organisasi,Namun, ia sudah tidak peduli lagi.
Xin lan Dengan mudah mengalahkan 10 pasukan elit yang dipimpin oleh Zhao Yuxiu salah satu rekannya yang selalu membullynya selama di Organisasi Mo Hui karena ia iri melihat Xin Lan yang bisa dekat dengan Pemimpin Feng yan.
Para pasukan Organisasi mulai berdatangan mengejar Xin Lan.
Xin Lan berlari secepat mungkin yang dia bisa
,Dia tidak tahu harus pergi kemana,Tapi yang dia tahu saat ini hanyalah bagaimana cara melepaskan diri dari mereka, Pengejaran mereka akhirnya berhenti saat kaki Xin Lan hampir terperosok di pinggiran lembah kematian.
ia dikepung oleh pasukan Zhao Yuxiu.
Xin Lan menatap tajam kearah Zhao Yuxiu yang datang dengan tawa penuh kemenangan.
"Kita semua tahu ,Dalam aturan organisasi Mo Hui, anggota pembunuh Yang melarikan diri dari Organisasi akan dibunuh tanpa ampun."Ucapnya tersenyum sinis.
"Gadis Bordil yang kuselamatkan dan kuajari membunuh sekarang sudah bisa mengajariku? Konyol sekali"Sarkas Xin Lan .
Zhao Yuxiu hanya tertawa mendengarnya.
"Sudah mau mati ,Masih saja berlagak sombong, tenang saja senior,Aku akan memberikanmu tempat peristirahatan terakhir yang paling terbaik dan juga akan menjaga posisi jenderal- mu agar tetap hangat. Lagipula kemampuan kita hanya beda satu tingkat saja... Argh!!"Darah keluar dari mulut Zhao Yuxiu ia tidak menyadari kapan Xin Lan menusuknya.
Zhao Yu xiu menatap mata Xin Lan yang tajam dengan takut.
"Beda satu tingkat katamu? Hah! ,Kau bahkan tidak bisa membaca pergerakanku tadi,itu yang kau sebut beda satu tingkat?! "Sindir Xin Lan,ia langsung menggunakan teknik tenaga dalamnya yang ia pelajari secara diam diam kepada Zhao Yuxiu.
membuat gadis itu terkapar di tanah.
"Dasar Bodoh! Jangan hanya diam saja! Cepat Serang Dia!"Perintah Zhao Yuxiu.
Puluhan orang dari organisasi Mo hui dibawah perintah Zhao Yuxiu langsung menyerang namun, Xin Lan hanya tersenyum dan menyerang mereka dengan brutal tanpa ampun hingga membuat seluruh pasukan itu mati.
"Dasar gak berguna!"Zhao Yuxiu langsung menerjang dan melayangkan berbagai teknik pedang kepada Xin Lan yang dengan mudah dihindari oleh Xin Lan ,Xin Lan hanya cukup menendangnya dan langsung membuatnya kembali terkapar di tanah.
"Sudah Kubilang kan?!."Ucap Xin Lan.
"XINLAN!!!!!"Teriakan yang terdengar familiar dari seorang pria membuat Xin Lan menoleh.
Feng yan langsung mengepalkan tangannya ketika melihat wajah Xin Lan yang diterpa cahaya rembulan memiliki kemiripan dengan iparnya Liu mei Lan sekaligus ibu Kandung Xinlan.
"Bagus...bagus sekali..., apa kau mau mengkhianatiku seperti Orang-orang Feng itu?! Tapi,Aku tidak akan pernah menganggap ini semua sudah terjadi, karena kuberi kesempatan untuk terakhir kalinya Feng Xin Lan, kembali lah ke posisi Jenderal."Ucap Feng yan.
"Master! Bagaimana anda bisa...?!"Zhao Yuxiu terdiam melihat isyarat Feng yan.
Namun Xinlan malah berlutut untuk memberikan hormat yang membuat Feng yan terkejut.
"Master, sebelumnya Xin Lan berterima kasih karena sudah merawatku selama ini,Anda dulu pernah mengajari ku tentang takdir Hidup ku yang akan selalu dipenuhi darah dan dosa,Tapi..., Belakangan ini aku mendapatkan pencerahan, sepertinya kemampuan Pedangku juga bisa digunakan selain membunuh,Master,Aku ingin mengundurkan diri dari Organisasi Mo Hui karena ingin menjadi Orang normal."Zhao Yuxiu Menyela dengan kalimat bernada mengejek.
"Kau? Apa kata katamu? Kau mau jadi Orang normal? Tuan Feng yan sudah merawatmu menjadi seperti sekarang dan bahkan memberikan mu marga yang sama dengannya itu berarti Kau itu udah ditakdirkan menjadi pembunuh tanpa berkedip! Itulah takdirmu! Kau...."
Ucapan Zhao Yuxiu terhenti melihat tatapan membunuh sang pemimpin.
"Xin Lan...,Darahmu itu sudah penuh dosa dan tidak bisa di hilangkan selamanya,Sudah lah kembalilah ."Feng yan mengulurkan tangannya.
Xin Lan terdiam....
"Apa master pikir,Aku ingin jadi seperti ini?! "Ucapnya dengan kepala masih tertunduk.
"Xin Lan,Jangan bicara omong kosong! Apa kau jadi begini karena seorang pria?"Ucap Feng yan.
" keinginan ku untuk menjalani kehidupan orang normal pada umumnya adalah murni dari diriku sendiri, aku tidak tahu pria mana yang master maksud yang master dengar dari seseorang bermulut sampah! ."Xin Lan menerjang Feng yan namun ,Feng yan yang diliputi amarah langsung menggunakan jurus Warisan keluarga Feng yang langsung membuat tubuh Xin Lan terjatuh dalam lembah kematian.
Ia menatap kearah tubuh Anggota terbaiknya yang terjun bebas ke bawah,Zhao Yun terlihat tersenyum lebar karena ia merasa akhirnya pesaing untuk memperebutkan Perhatian pemimpin sudah hilang.
"Matilah kau!"Sarkasnya.
"Zhao Yuxiu!"Ucapan Feng yan langsung membuat Zhao Yuxiu bertekuk lutut.
"Bawa tim mu dan sampaikan perintahku untuk mencari tubuh Feng Xin lan! Jika mati lihat mayatnya dan kubur di tempat! Jika hidup bawa dia kembali."Perintah Feng yan.
"Ta...tapi tuan?! Dia itu Pengkhianat! Kenapa kita Masih perlu memperdulikan dia?!"Tolak Zhao Yuxiu.
"Jika kemampuanmu bisa setara Dengan Xin Lan, aku juga akan memperlakukanmu hal yang sama dengan apa yang ku lakukan sekarang, Xin Lan itu Anggota Mo Hui paling jenius dan Berbakat yang mungkin hanya akan ada di setiap ratusan tahun,Dari pada kau mengoceh hal yang sangat tidak penting sebaiknya lakukan perintahku yang lebih baik ketimbang ocehan bodohmu itu! Dan cari pria yang sudah berani merebut jenderal ku!"Tegas Feng yan,Ia langsung menghilang dari hadapan Zhao Yuxiu.
"Bagus sekali kau Feng Xin Lan! Bahkan Kau yang sudah Mati begini masih saja menganggu rencanaku mendapatkan perhatian khusus dari tuan Feng! Lihat saja! Begitu aku menemukanmu,Tidak peduli kau hidup atau mati,Aku akan Menghancurkanmu! Tunggulah pembalasanku!"Batinnya.
*****
"Xin Lan, jangan bicara omong kosong!" bentak Feng Yan. Nada suaranya meninggi, menandakan kemarahannya yang mulai memuncak. "Kau adalah bagian dari Mo Hui, takdirmu adalah melayani organisasi ini. Jangan pernah berpikir untuk mengingkarinya!"
"Aku tidak pernah meminta takdir ini!" balas Xin Lan dengan suara bergetar. Air matanya semakin deras mengalir di pipinya. "Aku tidak ingin menjadi pembunuh, aku ingin hidup seperti orang lain!"
Tanpa menunggu jawaban Feng Yan, Xin Lan menerjang maju dengan kecepatan tinggi. Pedangnya terhunus, memancarkan cahaya dingin di bawah rembulan. Ia mengarahkan serangannya langsung ke jantung Feng Yan, dengan harapan bisa mengakhiri semua ini.
Namun, Feng Yan tidak tinggal diam. Dengan gerakan cepat, ia menangkis serangan Xin Lan dengan pedangnya sendiri. Percikan api muncul saat kedua pedang itu beradu, menciptakan suara nyaring yang memekakkan telinga.
"Kau benar-benar sudah berubah, Xin Lan," desis Feng Yan dengan nada kecewa. "Kau sudah tidak lagi menghormatiku sebagai gurumu?."
"Kau tidak pernah menjadi guruku!" balas Xin Lan dengan geram. "Kau hanya memanfaatkanku untuk kepentinganmu sendiri!"
Pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Xin Lan dan Feng Yan saling menyerang dengan brutal, tanpa ampun. Setiap gerakan mereka dipenuhi dengan kebencian dan amarah. Pedang mereka menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang mematikan.
Feng Yan, yang diliputi amarah, langsung menggunakan jurus warisan keluarga Feng. Energi dahsyat terpancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan yang luar biasa di sekitar Xin Lan.
ia mengarahkan serangannya langsung ke dada Xin Lan, dengan niat untuk menghancurkan jantungnya.
Xin Lan berusaha menangkis serangan Feng Yan, namun energi yang terpancar dari jurus itu terlalu kuat. Tubuhnya terdorong mundur hingga akhirnya ia pun terjatuh ke dalam Lembah Kematian yang gelap dan mengerikan.
"Aku Bebas."Xin Lan dengan putus asa saat ia terjun bebas ke bawah. Angin bertiup kencang, menerpa wajahnya dengan kasar. Ia bisa merasakan kematian sudah dekat.
Feng Yan hanya bisa terpaku di tempatnya, menyaksikan tubuh anggota terbaiknya itu terjun bebas ke bawah. Ia tidak menyangka bahwa Xin Lan akan berakhir seperti ini.
Zhao Yuxiu, yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan, terlihat tersenyum lebar. Ia merasa senang karena akhirnya pesaingnya untuk memperebutkan perhatian pemimpin sudah hilang.
"Zhao Yuxiu!" bentak Feng Yan dengan suara menggelegar.
Zhao Yuxiu langsung bertekuk lutut di hadapan Feng Yan. Dengan penuh tanda tanya.
"Bawa timmu dan sampaikan perintahku untuk mencari tubuh Feng Xin Lan!" perintah Feng Yan dengan nada dingin. "Jika mati, lihat mayatnya dan kubur di tempat! Jika hidup, bawa dia kembali."
"Ta...tapi, tuan?!" Zhao Yuxiu mencoba membantah. "Dia itu pengkhianat! Kenapa kita masih perlu memperdulikan dia?!"
"Seandainya kau berkhianat, tapi berbakat Sepertinya,aku akan melakukan hal yang sama, seperti aku memperlakukan Xin lan" balas Feng Yan dengan tajam. "Feng Xin Lan itu anggota Mo Hui paling jenius dan berbakat yang mungkin hanya akan ada di setiap ratusan tahun sekali. Daripada kau mengoceh hal yang sangat tidak penting, sebaiknya lakukan perintahku!" Feng yan memegang topeng yang biasa digunakan Xin Lan .
Tanpa menunggu jawaban Zhao Yuxiu, Feng Yan langsung menghilang dari hadapannya. Ia pergi meninggalkan Zhao Yuxiu yang masih berlutut dengan wajah penuh kebencian.
"Bagus sekali kau, Feng Xin Lan!" batin Zhao Yuxiu dengan geram. "Bahkan kau yang sudah mati begini masih saja mengganggu rencanaku mendapatkan perhatian khusus dari Tuan Feng! Lihat saja! Begitu aku menemukanmu, tidak peduli kau hidup atau mati, aku akan menghancurkanmu! Tunggulah pembalasanku!"
.
.
.
Di dalam kegelapan yang pekat, Xin Lan terus terjun bebas ke bawah. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai macam pertanyaan dan penyesalan.
"Sakit..... Gelap... Dingin.... hanya ada suara-suara aneh yang mengelilingi gendang telingaku..."
Suara-suara itu semakin lama semakin menghilang, hingga akhirnya Xin Lan kehilangan kesadarannya. Ia terjatuh ke dalam kegelapan yang abadi, tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.
.
.
.
Xin lan terbangun dengan napas tersengal.
Tubuhnya kaku bagai terikat rantai tak kasat mata. Syukurlah, jemarinya masih bisa digerakkan. Dengan susah payah, Xin Lan mencoba duduk, matanya menyapu ruangan asing itu. Sederhana, namun bersih dan rapi. Perabotan kayu usang dan tembikar menghiasi ruangan, sementara dari jendela terpampang panorama pegunungan berselimut salju.
"Di mana aku?" gumamnya.
Pakaian yang dikenakannya bukan lagi pakaian yang biasa ia kenakan. Kain kasar dan sederhana, namun terasa nyaman di kulitnya.
"Topengku?!" Ia meraba wajahnya, panik. Topeng itu adalah identitasnya, pelindungnya, dan simbol masa lalunya.
Kebisingan dari luar menarik perhatiannya. Dengan susah payah, Xin Lan mencoba berdiri. Kakinya terlalu lemah, tubuhnya limbung. Ia menutup mata, bersiap mencium lantai. Namun, sentuhan kasar menahannya.
"Nona? Anda baik-baik saja?"
Xin Lan membuka mata perlahan. Seorang pemuda tampan menahannya dengan tangan kekar. Mata mereka bertemu, dan keduanya terkejut.
"Ah... maafkan aku," ucap pemuda itu gugup. "Biar kubantu Nona berbaring."
Xin Lan mengangguk tanpa sadar. "Te... terima kasih."
"Anda harus istirahat. Jangan memaksakan diri." Pemuda itu membaringkannya kembali.
"Anu..." Belum sempat Xin Lan menyelesaikan kalimatnya, suara teriakan dan tangisan dari luar membuat pemuda itu bergegas pergi.
Dengan keras kepala, Xin Lan menyeret tubuhnya keluar. Tongkat kayu menjadi tumpuannya. Pemandangan di luar membuatnya terkejut sekaligus marah. Bandit! Mereka menjarah desa, menyeret gadis-gadis muda dengan paksa.
"Ibu!" Pemuda yang menolongnya tadi berteriak panik.
"Nona! Kenapa Anda keluar?!" Seorang wanita paruh baya menghampirinya.
"Nona, cepat kembali! Bandit dari Desa Huan datang! Mereka menculik gadis-gadis!" Pemuda itu berusaha memapahnya masuk.
"Kenapa kalian tidak melawan?!" Xin Lan bertanya geram.
"Kita tidak sanggup! Ketua mereka anggota Mo Hui!"
Mo Hui... nama itu membuat Xin Lan terdiam.
"Hei! Kalian berdua menyembunyikan gadis itu, ya?! Bawa dia ke sini!" Seorang pria botak bertubuh besar dengan golok di tangan menghampiri mereka.
Wanita paruh baya dan pemuda itu menghadang. "Jangan sentuh dia! Pergi kalian!"
Pria botak itu mendorong wanita itu hingga kepalanya membentur tiang. Wanita itu pingsan seketika.
"Ibu!!!" Pemuda itu berteriak histeris. Tiga pemuda lain berlari menghampiri, melemparkan alat pertanian mereka ke tanah.
Xin Lan menghentikan mereka. "Jika kalian menginginkanku, biarkan mereka pergi."
Ketua bandit itu menyeringai cabul. "Nona manis... aku suka keberanianmu. Bagaimana kalau aku mencicipimu dulu sebelum menyerahkanmu pada Ketua? Dia pasti mengerti." Tangannya menyentuh dagu Xin Lan.
Dengan jijik, Xin Lan meludahi wajah pria itu. Meski tangannya terikat, ia masih bisa melawan.
"Ketua... bagaimana ini?" Seorang bandit gemetar ketakutan.
"Hmm... menarik," pria botak itu menjilat ludah Xin Lan di wajahnya. "Tuan pasti senang."
Xin Lan muak. Dengan gerakan cepat, ia merebut golok salah satu bandit dengan kakinya, lalu menendangnya bagai bola takraw. Golok itu melesat nyaris mengenai leher ketua bandit.
" Bawa aku pergi tapi jangan ganggu mereka!" ancam Xin Lan.
Tatapan Pembunuh Xin Lan membuat nyali para bandit ciut. Mereka menyeret Xin Lan, meninggalkan desa dengan membawa harta jarahan dan tiga gadis muda.
Markas bandit itu bagai neraka dunia. Puluhan gadis tanpa busana, terikat dan disiksa. Beberapa digantung dengan tubuh penuh luka cambuk, yang lain dipaksa menjadi pelayan. Xin Lan tertegun. Ia pernah menjadi bagian dari dunia ini, namun baru kali ini ia merasakan ngilu di dadanya.
"Kalian berdua, tenang saja. Aku tidak akan memperlakukan kalian seperti mereka," ucap pria botak itu, menunjuk Xin Lan. "Tapi... gadis ini akan mendapat perlakuan khusus. Pengawal! Lucuti pakaiannya!"
Xin Lan bergerak secepat kilat. Ia mendorong kedua gadis itu ke tempat aman, lalu dengan tatapan membunuh, ia melepaskan ikatannya. Sebelum para pengawal menyentuhnya, Xin Lan menerjang salah satu dari mereka, merebut pedangnya.
Kedua gadis itu menjerit ketakutan saat Xin Lan membantai para pengawal dengan brutal. Ia bergerak seperti iblis yang haus darah, menebas dan menusuk tanpa ampun.
Saat semua pengawal terkapar, Xin Lan berdiri di tengah genangan darah. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh tajam pada pria botak itu.
"Membunuh, menindas rakyat lemah, merendahkan wanita... nyalimu besar juga," Xin Lan berjalan perlahan menghampirinya.
Pria botak itu mundur ketakutan. "Ja... jangan macam-macam! Kalau kau membunuhku, Ketua Lu tidak akan memaafkanmu!"
"Oh ya? Biarkan dia datang," jawab Xin Lan dingin. "Aku ingin melihat seberapa hebat ketua yang kau banggakan itu. Ah... siapa namamu?"
Pria botak itu bingung. "Li... Li Dan."
"Baiklah, Senior Li. Sekarang waktunya kau beristirahat."
"Tu... tunggu! Beri aku kesempatan! Aku mohon!" Li Dan memohon dengan nada ketakutan.
"Kesempatan?" Xin Lan tersenyum sinis. "Kau tidak pernah memberi kesempatan pada mereka, kenapa aku harus memberimu kesempatan? Kau pantas mati!"
Pedang Xin Lan menembus jantung Li Dan.
Para gadis yang ketakutan bersujud di hadapannya. "Ja... jangan bunuh kami!"
Tanpa sepatah kata pun, Xin Lan membebaskan mereka. Ia memberikan kain tebal untuk menutupi tubuh mereka yang terluka.
"Tenanglah, aku tidak akan membunuh kalian. Aku sama seperti kalian. Kita akan pulang bersama. Siapa yang sanggup mendorong gerobak?"
Xin Lan terdiam melihat mereka hanya berdiri.
"Kenapa?" tanyanya bingung.
"No... Nona... terima kasih sudah menyelamatkan kami..."
"Sudahlah! Nanti saja berterima kasih! Sekarang kita harus pergi!" Xin Lan membantu dua gadis yang lemas naik ke gerobak.
...
"Ibu Yun, gadis itu pasti berasal dari dunia persilatan. Aku belum pernah melihat orang sekuat dia," ucap seorang warga desa.
"Benar, aku juga berpikir begitu," sahut yang lain.
"Apa pun itu, kuharap dia dan yang lainnya baik-baik saja. Astaga... ini semua salahku. Aku terlalu pengecut untuk melawan bandit itu, dan malah melibatkan orang luar dalam masalah ini," keluh kepala desa.
"Kuharap dia baik-baik saja. Kakinya patah, ..." Ucapan pemuda itu terpotong.
"Apa?! Kakinya patah?!"
Seorang anak laki-laki berlari menghampiri mereka. "Ketua! Ketua! Nona Ksatria dan kakak-kakak kembali!"
Anak itu menunjuk ke arah jalan masuk desa. Para gadis yang saling memapah berjalan dengan susah payah. Warga desa berlari menyambut mereka, tangis haru pecah.
Xin Lan tersenyum melihat pemandangan itu.
Anggap saja ini caraku membayar dosa-dosaku, batinnya.
"Nona?!" Panggilan Bibi Yun membuat Xin Lan menoleh. Senyumnya merekah. Namun, tiba-tiba...
Deg!
Ngiiing~
Darah segar menyembur dari mulut Xin Lan. Ia mencoba menahannya dengan tangan. Pemuda dan warga desa terkejut. Xin Lan melihat Yun Ban Xia berlari ke arahnya dengan wajah panik.
Dunia menjadi gelap.
Tubuhku... melayang...
Apakah ini akhir dari kisahku?
Xin Lan terbangun dengan Keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia menoleh ke arah jendela. Langit sore yang indah.
"Nona?! Anda sudah sadar! Ayo, minum sup ini." Bibi Yun menyuapinya dengan lembut.
Xin Lan merasa aneh. Saat Bibi Yun menyuapinya, air matanya mengalir deras. Ia sendiri bingung dengan perasaannya.
"Nona? Apa ada yang sakit? Supnya terlalu panas?!" Bibi Yun panik.Xin Lan menahannya dan menggelengkan kepalanya.
"Ah..., Kalau boleh tau ,Siapa namamu nak?"
"Fe.....ah," Xin terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu,Xin Lan menggenggam kalung gioknya dan mendapatkan ide." margaku Liu namaku Xin Lan ."Ucap Xin Lan.
"Nama yang cocok untuk gadis secantik dan sekuat dirimu, Nona xin" ucap Bibi Yun.
"Nona, Bagaimana keadaanmu? ,Ah ini ibuku, Wu Zhao. Panggil saja Bibi Yun. ayahku Penjaga perbatasan Qingshui," jelas Pemuda bernama Yun Ban xia.
"Begitu..." Xin Lan sedikit terkejut saat Pemuda itu mengatakan Perbatasan Qingshui.
"Qingshui!?"Ucap Xin Lan sedikit terkejut.
"ya...,Kami Ucapkan Selamat datang di Desa Luo Yang, Nona Xin. ini Kakak Pertama dan kakak keduaku Yun Ban Xia! Dan Yun Ling shan, Merekalah yang menemukanmu dan membawamu ke sini," sambung Yun Zhao.
Xin Lan menoleh pada Bibi Yun, lalu dengan susah payah berdiri dan membungkuk dalam. "Xin Lan berterima kasih pada Bibi dan kalian semua."
"Aduh... gadis ini, Kau memang tidak tahu rasa sakit kah? jangan dipaksakan! Kau masih belum sembuh total. Tinggallah di sini sampai lukamu sembuh."Sambil membangunkan Xin Lan.
"Xin Lan akan patuh," jawab Xin Lan.
...
Di markas bandit yang hancur, pria dengan penutup mata meraung. "Siapa yang berani melakukan ini?! Mana para tawanan?!"
Ia berlutut di sisi tubuh Li Dan yang terbujur lemas. "Adik Kedua! Siapa yang melakukan ini padamu?! Katakan, akan kubalas!"
"Itu... dia... wanita dari Desa Luo Yang! Kakak, tolong balas dendam! Dia seperti harimau kelaparan! Dia merebut semua yang sudah kita rampas! Hartaku..."
Pria dengan penutup mata itu terdiam, amarahnya membara. "Desa Luo Yang... akan kubuat kalian membayar mahal."
...
"Masih belum ketemu?!" Feng Yan mengamuk, menendang Zhao Yuxiu hingga terpental jauh.
"Ketua, kami hanya menemukan pedangnya. Di bawah jurang ada sungai deras... mungkin jasadnya sudah hanyut," lapor Zhao Yuxiu dengan gemetar.
"Alasan! Kau lihat 'kan perbedaan antara kau dan Xin Lan?! Tugas mudah saja tidak becus! Jangan harap bisa menggantikannya!"
Zhao Yuxiu merintih, menahan amarahnya. Feng Xin Lan! Bahkan setelah mati kau masih menghantuiku!
Tiga bulan berlalu. Xin Lan telah menjadi bagian dari Desa Luo Yang. Ia membantu pekerjaan rumah tangga, Hubungannya dengan warga desa semakin erat, walaupun terkadang bayangan masa lalunya masih menghantuinya.
Sinar Mentari pagi di musim semi menyapu lembah Sungai Shan, hangatnya membelai kulit Xin Lan yang basah oleh keringat. Udara segar bercampur aroma tanah basah dan dedaunan muda memenuhi paru-parunya. Di sekelilingnya, tebing-tebing batu besar membelah aliran sungai yang deras, menciptakan panorama alam yang dramatis. Air sungai bergemuruh, irama alamiah yang mengiringi setiap gerakan Xin Lan.
Xin Lan, dengan rambut hitam panjangnya yang terikat rapi, berdiri tegak di atas batu datar yang licin. Tubuhnya lentur, seperti ranting muda yang siap membengkok dan melesat. Ia mengenakan pakaian latihan berwarna putih bersih, sederhana namun elegan, yang kontras dengan keagungan alam di sekitarnya. Di tangannya, sebuah kayu pipih panjang berujung runcing yang menyerupai bentuk pedang .
Gerakannya begitu cepat dan tepat, seperti tarian mematikan. Setiap ayunan pedang kayu, setiap tendangan, setiap lompatan, diiringi oleh desiran angin dan percikan air sungai. Ia melompat dari satu batu ke batu lainnya, keseimbangannya sempurna, seolah ia lahir untuk menari di atas aliran sungai yang deras itu. Pedangnya menari-nari di udara, membentuk pola-pola rumit yang memukau.
Sekilas, ia tampak seperti penari yang anggun, Wajahnya fokus, serius, tanpa sedikit pun kecerobohan. Hanya detak jantungnya yang bergemuruh, berpadu dengan gemuruh sungai, menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Di tengah latihannya, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. Mata elangnya menatap aliran sungai yang deras, merenungkan setiap gerakannya. Ia mencari kesempurnaan, bukan hanya dalam teknik, namun juga dalam harmoni antara dirinya dan alam.
Kemudian, ia melanjutkan latihannya dengan semangat baru. Gerakannya semakin cepat, semakin kuat, semakin memukau. Pedang kayu yang ia gunakan menyambar dedaunan dan kelopak bunga yang berjatuhan, seperti kilat yang menyambar bumi. Ia berlatih dengan tekun, tekadnya tak tergoyahkan. Ia ingin menguasai seni bela dirinya, bukan hanya untuk melindungi diri, namun juga untuk mengharmoniskan dirinya dengan alam yang begitu agung.
Sinar matahari semakin tinggi, menandakan waktu berlalu. Namun, Xin Lan tetap berlatih tanpa lelah. Ia adalah satu kesatuan dengan alam, dengan Sungai Shan yang deras, dengan batu-batu besar yang membelah alirannya. Ia adalah pendekar muda yang tengah mengukir jalannya menuju kesempurnaan, di tengah keindahan alam yang menakjubkan.Tiba-tiba, dengan gerakan cepat dan tepat, Xin Lan melemparkan sebuah belati kecil yang tersembunyi di balik pakaian latihannya. Belati itu melesat bak anak panah, mengenai tepat sasaran: sebuah pohon sakura yang bermekaran di tepi sungai, bunga-bunga merah mudanya berjatuhan seperti hujan lembut. Gerakannya begitu cepat dan akurat, seolah ia hanya perlu melirik sekilas untuk menentukan targetnya.
"Keluarlah."Ucap Xin Lan dengan nada dingin.
Dari balik pohon sakura, muncullah seorang pemuda yang nampak familiar bagi Xin Lan,Ia adalah Yun Ling shan, putra kedua dari keluarga Yun.
"Ma... Maafkan aku Nona Xin, A...aku tidak bermaksud untuk mengganggu latihanmu,A..aku disuruh Ibu untuk mencarimu."Ucap Ling panik.
Xin Lan menoleh, tatapannya tajam namun tidak mengancam. Ia melihat Ling dengan saksama, Ling terlihat gugup, tangannya memegang erat sebuah pedang kayu sederhana.
"Kau Berlatih pedang?" tanya Xin Lan, suaranya tenang dan lembut, berbeda dengan aura kuat yang terpancar darinya saat berlatih.
Ling mengangguk cepat.
"I...iya Aku berlatih sendiri, Ah,Ya Ibu tadi menyuruhku mencari anda, Beliau sangat khawatir Karena anda menghilang."Jelas Ling.
Xin Lan tersenyum tipis, senyum yang jarang terlihat. " Astaga..., Tolong Rahasiakan pada bibi ya! Aku tidak suka Berdiam diri seharian di ranjang, Hei,Jika kau ingin berlatih bersama, aku bersedia membantumu."
Ling terkesiap, tidak menyangka tawaran tersebut. "Benarkah, Nona Xin Lan?"
Xin Lan mengangguk. "Seharusnya Cukup panggil aku Xin Lan saja, Ah sudahlah."Gumam Xin Lan "Ayo! Kita mulai dari dasar. Pegang pedangmu dengan benar. Rasakan keseimbangan tubuhmu. Dan ingat, seni pedang bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang ketenangan pikiran."
Xin Lan kemudian mengajarkan Ling teknik dasar memegang pedang, cara menjaga keseimbangan, dan langkah-langkah sederhana namun efektif. Ling belajar dengan tekun, menyerap setiap petunjuk dari Xin Lan. Mereka berlatih di tepi sungai, dengan gemericik air sebagai musik latar. Xin Lan, yang biasanya terlihat dingin dan serius, menunjukkan kesabaran dan kelembutan yang tak terduga saat membimbing Ling.
Matahari mulai pergi ke ufuk barat yang menandakan berakhirnya sesi latihan. Ling, walaupun lelah, ia merasa sangat senang. Ia telah belajar banyak dari Xin Lan, tidak hanya tentang seni pedang, tetapi juga tentang pentingnya kesabaran, disiplin, dan harmoni dengan alam. Ia berjanji untuk kembali esok hari, dengan tekad yang lebih kuat untuk menguasai seni pedang. Xin Lan tersenyum, menatap gadis muda itu dengan penuh harapan. Ia melihat potensi besar dalam diri Ling, potensi yang perlu diasah dan dibimbing.
langit Sudah mulai menggelap dengan gradasi jingga dan ungu. Ling, masih sedikit gemetar karena sisa-sisa latihan yang melelahkan, akhirnya ia ikut duduk di samping Xin Lan di tepi sungai. Air sungai mengalir tenang, menciptakan irama menenangkan. Ia masih terpesona oleh keahlian Xin Lan.
"Nona Xin... Terima kasih banyak atas bimbinganmu hari ini. Aku belajar banyak sekali! Aku belum pernah merasakan gerakan pedang secepat dan sehalus itu sebelumnya." Ia sedikit menunduk, matanya berbinar-binar penuh kekaguman.
Xin Lan mengangguk acuh tak acuh "Sudahlah ,Kau sendiri juga cukup berbakat. Jika kau berlatih Teknik yang ku ajarkan tadi dengan tekun aku yakin kau akan melampaui ku."
Pemuda itu tersenyum malu-malu, tetapi matanya masih penuh rasa ingin tahu "Aku mengerti. Tapi... bolehkah aku bertanya beberapa hal lagi? Aku sangat penasaran..."
menatap Ling shan sebentar, menilai ketulusan pemuda itu " Aku tidak suka basa-basi. Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan."Sembari membaringkan tubuhnya.
menarik napas dalam-dalam, berusaha memberanikan diri "Baiklah... Darimana Nona berasal? Aku belum pernah melihat seseorang se-terampil Nona di desa ini bahkan Di seluruh wilayah Qing shui!. Gerakan Nona... itu sangat berbeda. Seperti... seperti tarian kematian yang memukau."
Xin Lan hanya tersenyum tipis "Aku... lahir di sebuah panti asuhan yang berada di Wilayah Tian du." Ia berbohong dengan sangat lancar, menutupi identitas aslinya.
Ling menatap Xin Lan dengan penuh selidik "ah, Ternyata Nona Lahir di wilayah Tian du ya , Seperti apa wilayah itu?."
Xin Lan menatap langit senja, menghindari tatapan Ling."Selama aku tinggal disana,Kurasa Tidak ada yang menarik untuk diceritakan," Sembari memukul kepala pemuda itu.
Ling hanya terkekeh melihat reaksi Xin Lan." Apa anda juga Orang dari sekte bela diri? Apa anda bisa merekomendasikannya?" Mata Ling berbinar-binar, penuh dengan rasa ingin tahu dan sedikit ketakutan.
Xin Lan hanya menghela nafas.
"Yah...,Aku dulunya memang mantan murid dari suatu sekte bela diri,Aih...,Apa bagusnya belajar di sekte? Aku lebih menyukai hidup bebas tanpa aturan yang mengekang."
Ling menunduk, sedikit ketakutan "Ah, begitu ya ,Pantas saja Kemampuan Nona sangat terampil... Pasti anda telah berlatih selama bertahun-tahun. Dan belati yang Nona lempar tadi... itu sangat akurat. Aku yakin....,nona? Nona?!"Ling kaget melihat Xin Lan yang sudah berlari jauh menuju desa.
"Nona!!! Tunggu aku!!"Teriak Ling mencoba untuk menyusul.
.
.
.
Keadaan Desa Luo Yang, sangat kacau, Para bandit berlarian, merampas harta benda warga. Di tengah keributan itu, pria bermarga Lu, dengan penutup mata yang menutupi kedua matanya, berteriak-teriak.
"Dimana Orang yang bernama Xin Lan Di desa ini!? Keluar kau, Xin Lan! Aku akan membalaskan dendamku!" Suaranya penuh amarah, bercampur dengan rasa takut yang berusaha disembunyikan.
Ling yang baru datang dengan nafas masih tersengal langsung dibuat ternganga melihat kekacauan desanya, belum sempat menanyakan apa yang terjadi kepada Xin Lan,Debu langsung beterbangan di jalan setapak yang baru saja dilalui Xin Lan. Kecepatannya luar biasa. Ling berusaha mengatur nafasnya dan mencoba menyusul Xin lan.
"Nona Xin..., ! "Menarik nafas." Kecepatan mu memang mengagumkan, Tapi Juga sangat Menyeramkan! Nona Xin! Tunggu aku!" Teriak Ling sembari menarik nafas dalam-dalam lalu kembali lagi berlari untuk menyusul.
Dari balik sebuah rumah, Xin Lan muncul. Ia berdiri tegak, pedang kayu sederhana tergenggam di tangannya. Wajahnya tenang, namun aura yang terpancar darinya begitu kuat, membuat para bandit yang tadinya beringas, seketika terdiam.
"Orang yang kau cari Ada disini."Teriak Xin Lan.
Pria berpenutup mata , yang tadinya berteriak lantang, kini tergagap. Wajahnya langsung pucat pasi. Ia mengenal mata itu, mata yang seharusnya tidak boleh ia lihat .
"Ka... kau! Rupanya kau!" Suaranya gemetar, tak seperti teriakan penuh amarah sebelumnya.
Xin Lan berjalan maju, langkahnya tenang dan pasti. Pedang kayu di tangannya bergerak perlahan, menciptakan alunan suara yang menengangkan di tengah kekacauan.
"Akulah yang bernama Xin Lan," kata Xin Lan, suaranya lembut, namun tegas. "Katanya kau ada keperluan denganku."
Pria bermarga Lu mencoba untuk bangkit, namun kakinya terasa lemah. Ia mencoba untuk memegang pedangnya, namun tangannya gemetar hebat. Ketakutan telah menguasainya sepenuhnya.
",Ah...A...anu Tuan...Ma..maksudku Nona besar, Ini semua hanya Salah paham..,I..iya salah paham ,!" Ia memohon, suaranya nyaris tak terdengar.
Xin Lan berhenti beberapa langkah di depannya. Ia menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran belas kasihan dan amarah.
"Hmmm....,Hanya salah paham ya...,Atau Kau sudah tahu siapa aku?" tanya Xin Lan setengah berbisik, suaranya masih lembut, namun mengandung ancaman yang tak terbantahkan.
Pria itu menggeleng, tak mampu berkata apa-apa. Air mata mulai menetes di pipinya, membasahi penutup matanya.
"Rupanya Kau benar benar tahu siapa aku ya, Mengesankan," kata Xin Lan.
Xin Lan mengambil tusuk rambutnya, mengarahkannya ke arah pria itu, bukan untuk melukai, melainkan untuk menunjukkan kekuatannya.
"Tu..tuan,Ma... maksudku Nona besar! Aku salah! Aku salah mengenali orang! Ma... maafkan aku sudah berbuat hal yang tidak pantas di daerah anda," kata bandit itu, "tapi aku akan memastikan aku akan bersedia melakukan apapun untuk anda."
Para bandit yang menyaksikan adegan itu, terpaku sekaligus kebingungan melihat ketua mereka yang ditakutkan oleh semua orang kini bertekuk lutut di hadapan seorang gadis.
Xin Lan berlutut, posisinya sejajar dengan pria berpenutup mata yang masih terduduk gemetar. Tatapan Xin Lan tajam, menusuk, namun ada setitik kelembutan tersembunyi di baliknya.
Pria itu tergagap, matanya membulat sempurna. Ia tahu, ia tahu persis siapa Xin Lan ,atau lebih tepatnya, Sang Jenderal Bertopeng Hantu dari Organisasi Pembunuh Mo Hui—adalah legenda yang menakutkan dan dikagumi di kalangan bandit. Melihat wajah yang selama ini hanya dilihat dalam bayangan dan legenda, adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Ia juga tahu siapapun yang berhasil melihat wajah asli sang jenderal hantu akan berakhir tragis.
"Tuan,Ma...maksudku Nona... saya... saya..." Pria itu terbata-bata, sujudnya semakin dalam. Ia tak berani menatap mata Xin Lan.
"Aku tahu kau tahu," potong Xin Lan, suaranya masih tenang, namun tekanan di setiap katanya semakin kuat. "Kau menggunakan organisasi Mo Hui untuk melakukan penjarahan. Kau memanfaatkannya untuk menguasai desa-desa."
Air mata pria itu menetes. "Ampun, Nona! Saya khilaf! Saya tidak tahu bahwa Anda adalah nona, Saya bersedia mengembalikan semua harta rampasan, saya bersedia melakukan apapun!!" Suaranya bergetar hebat, dipenuhi penyesalan dan ketakutan.
Dari balik kerumunan bandit, muncul suara keras dan tak percaya. Seorang pria botak, gemuk, yang Xin Lan kenali sebagai salah satu kaki tangan pria berpenutup mata itu, berteriak.
"Kakak lu?! Bukankah Anda ingin membantuku melawannya? Kenapa Anda malah..."
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria botak itu. Pria berpenutup mata itu berteriak, suaranya dipenuhi amarah dan kepanikan.
"Diam kau, dasar bodoh! Kau sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupmu! Apa kau mau kehilangan nyawamu?!"Bentaknya.
"ah,Hehehe anu nona maafkan kebodohan adikku ini, aku harap anda bermurah."
Keheningan menyelimuti mereka. Xin Lan bangkit, menatap pria berpenutup mata dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau Ikut aku," kata Xin Lan, suaranya datar. Ia menunjuk ke arah sebuah bangunan kosong di pinggir desa.
Di tempat itu, di bawah cahaya bulan yang redup. Ia meminta pria itu untuk berjanji merahasiakan identitasnya, mengembalikan semua harta rampasan, dan mengubah para bandit menjadi penjaga desa Luo Yang, Untuk menebusnya.
Pria berpenutup mata itu mengangguk, air matanya kembali menetes. Ia tahu, kesempatan yang diberikan Xin Lan adalah anugerah. Ia telah melakukan kesalahan besar didaerah nya, dan kini ia berkesempatan untuk menebus kesalahannya. Ia berjanji akan melakukan semuanya sesuai permintaan Xin Lan, dengan kesetiaan dan rasa hormat yang mendalam. Ketakutannya akan kematian telah berganti menjadi tekad untuk menebus dosa dan melindungi desa yang pernah ia rampas.
"Ah...ya Siapa tadi namamu? "Tanya Xin Lan.
"Ah namaku Lu Han Nona."
"Lu Han?, Aku akan mengampunimu kali ini,Pergilah, dan ingatlah untuk menjaga desa ini jika terjadi sesuatu dengan mereka aku sendiri yang akan membereskanmu."Ancam Xin Lan dengan Tatapan dingin.
Lu Han itu mengangguk-angguk,Ia mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati Xin Lan lalu pergi memberitahu pasukannya untuk mundur.
.....
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!