Bab 01. Arogansi Para Dewa Cahaya dan Kegelapan.
Di kedalaman semesta yang tak berujung, terdapat sebuah mutiara alam semesta yang bernama Atherion. Planet ini melampaui segala khayalan tentang keindahan dan kemurnian. Lautan kristal Sihir yang berkilau seperti permata cair membentang tak terbatas, sementara pegunungan yang melingkari planet menjulang tinggi dipenuhi kristal-kristal yang memancarkan cahaya aurora.
Hutan-hutan kuno dengan pepohonan raksasa yang daunnya bergemerlap bagai bintang-bintang jatuh, dan padang rumput yang bergoyang mengikuti irama angin mistis yang membawa aroma nektar surgawi.
Inilah Atherion. Dunia yang pernah menjadi cerminan sempurna dari harmoni universal. Malaikat dengan sayap perak yang memantulkan cahaya langit menari di atas awan-awan emas. Iblis dengan mata ruby yang berkobar menghuni gua-gua obsidian yang berkilau. Peri dengan rambut seperti benang pelangi membangun istana-istana dari kristal yang hidup. Manusia, Drakekin, Beastkin, dan makhluk-makhluk humanoid lainnya hidup dalam simbiosis yang sempurna, menciptakan peradaban yang menjadi iri hati di seluruh alam semesta.
Namun kesempurnaan itu, seperti bunga yang terlalu indah, telah menarik perhatian yang tidak diinginkan.
Di puncak tertinggi dimensi spiritual, di mana waktu dan ruang menjadi satu, para Dewa Cahaya dan Kegelapan yang telah berdiam dalam keseimbangan abadi selama jutaan tahun, mulai merasa gelisah. Mereka memandang Atherion dengan mata yang penuh nafsu: nafsu untuk membuktikan supremasi mereka.
Aetherian, Sang Dewa Cahaya Tertinggi, dengan mahkota yang terbuat dari bintang-bintang yang mencair, bersuara dengan nada yang menggetarkan fabric realitas: "Saudariku, Nyx, tidakkah kau melihat betapa indahnya ciptaan ini? Betapa sempurnanya mereka akan menjadi di bawah cahaya yang murni?"
Nyx, Sang Dewi Kegelapan Primordial, dengan jubah yang terbuat dari kehampaan antariksa dan mata yang berkilau seperti lubang hitam yang menelan cahaya, tertawa dengan suara yang membuat dimensi bergema: "Cahaya tanpa kegelapan adalah buta, saudaraku. Ciptaan ini membutuhkan kedalaman, misteri, dan kekuatan yang hanya bisa diberikan oleh kegelapan yang abadi."
Perdebatan filosofis mereka yang berlangsung selama beberapa milenium, akhirnya berubah menjadi tantangan yang mengguncang fondasi surga. Mereka tidak lagi puas dengan keseimbangan yang telah mereka jaga. Mereka ingin dominasi mutlak.
Sehingga surga pun terpecah.
Ketika para Dewa Cahaya dan Kegelapan memutuskan untuk turun langsung ke Atherion, langit planet tersebut robek seperti kain sutra yang disobek oleh pedang keangkuhan. Dari retakan-retakan dimensi itu, mengalir energi ilahi yang mengkontaminasi setiap makhluk yang menghirupnya.
Penghuni Atherion yang sebelumnya hidup dalam harmoni tiba-tiba merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk memilih sisi. Kekuatan ilahi yang diberikan oleh para dewa kepada mereka bukanlah berkah, melainkan kutukan yang membangkitkan keserakahan dan kesombongan yang telah lama tertidur di dasar jiwa mereka.
Raja Luminael dari Kekaisaran Crysthaven, seorang malaikat yang sebelumnya dikenal karena kebijaksanaan dan keadilannya, tiba-tiba mendeklarasikan kesetiaannya kepada Dewa Aetherian. Sayap-sayapnya yang dulunya berwarna perak murni kini berubah menjadi emas yang menyilaukan.
"Cahaya adalah kebenaran mutlak!" serunya dari puncak istana kristal yang kini memancarkan aurora yang membutakan. "Semua yang menentang cahaya adalah kejahatan yang harus dibasmi!"
Di tempat lain, Malphas, Sang Raja Iblis dari Kekaisaran Shadowmere, melepaskan segel-segel kuno yang menahan kekuatan primordial kegelapan. Tubuhnya yang dulunya sekadar bersisik hitam kini diselimuti oleh api ungu yang tidak pernah padam. "Kegelapan adalah awal dan kekuatan sejati!" raungnya dengan suara yang membuat gunung-gunung bergetar. "Cahaya hanyalah ilusi yang menyembunyikan kelemahan!"
-------
Ketika peperangan antara kedua kubu semakin memanas dan menghancurkan keindahan dan kedamaian Atherion, para dewa menyadari bahwa mereka membutuhkan perwakilan yang tidak terkontaminasi oleh sejarah konflik Planet Atherion. Mata mereka terarah pada dimensi lain yang disebut Bumi, sebuah planet kecil yang dihuni oleh makhluk-makhluk yang mereka pandang sebagai "batu mentah" yang bisa dibentuk sesuka hati.
Aetherian, Sang Cahaya mengulurkan tangannya yang bersinar menuju Bumi, menciptakan portal cahaya yang mengambil sepuluh manusia terpilih dari berbagai belahan benua. Suaranya bergema di seluruh dimensi: "Datanglah, Pilar-Pilar Cahaya Ilahi! Kalian adalah orang-orang terpilih yang akan memimpin kebenaran menuju kemenangan!"
Tidak mau kalah, Nyx membuka retakan dimensi kegelapan yang menarik paksa sepuluh manusia lainnya. Bisikannya seperti angin malam yang menusuk jiwa: "Bangkitlah, Utusan-Utusan Malam Abadi! Kalian adalah instrumen kehendak primordial yang akan membawa kegelapan kepada mereka yang membutuhkan kekuatan sejati!"
Kedua puluh manusia terpilih itu diberikan sistem yang tidak pernah ada sebelumnya di Atherion: interface mistis yang memungkinkan mereka untuk berkembang dengan kecepatan yang tidak masuk akal.
Mereka menjadi dewa-dewa kecil di dunia yang tidak mereka pahami, namun mudah dipelajari. Dengan kekuatan yang mudah dicapai, mereka menjadi mabuk kekuasaan dan arogansi yang tak terbendung.
Namun, dengan alasan demi keseimbangan, para dewa belum puas, mereka memberikan sebuah berkah sistem kepada seluruh penghuni asli Planet Atherion.
Akan tetapi, di puncak tertinggi dari semua dimensi, di mana konsep waktu dan ruang menjadi tidak relevan, Sang Dewa Pencipta, entitas yang bahkan para dewa takuti untuk menyebut nama-Nya, mengamati dengan mata yang menembus seluruh lapisan realitas. Wujud-Nya tidak dapat dipahami oleh pikiran fana; Dia adalah cahaya yang lebih terang dari segala cahaya, namun tidak membutakan; Dia adalah kegelapan yang lebih dalam dari kehampaan, namun tidak menelan.
Melihat anak-anak-Nya yang telah jatuh dalam dosa kesombongan, menggunakan ciptaan-Nya sebagai arena permainan kekuasaan, sesuatu yang menyerupai kesedihan kosmik mengalir dari wujud-Nya. Namun Dia tidak akan turun tangan secara langsung, karena itu akan menghancurkan esensi dari kebebasan yang telah Dia berikan kepada semua makhluk.
Mata-Nya yang tak terbatas kemudian tertuju pada planet kecil bernama Bumi, mencari seseorang yang sempurna untuk misi yang akan mengubah takdir seluruh alam semesta.
Jeno Urias: Manusia yang Telah Mati Sebelum Kematian.
Di sebuah gubuk reyot di bawah kaki Gunung Penanggungan, Jeno Urias duduk di kursi kayu yang sudah usang, menatap kosong ke langit malam yang tertutupi kabut. Usianya 43 tahun, namun matanya menyimpan kelelahan yang seolah telah hidup selama berabad-abad.
Dia bukan siapa-siapa. Mantan pegawai negeri yang dipecat karena mengungkapkan praktek korupsi. Mantan suami yang ditinggal istri karena tidak bisa memberikan kehidupan yang mapan. Mantan ayah yang kehilangan hak asuh anak karena dianggap tidak stabil secara finansial. Bahkan pemerintah sudah menganggapnya mati dalam sistem, namanya dihapus, tidak ada catatan di pemerintahan, tidak lagi memiliki identitas resmi.
"Hidup," gumamnya dengan suara serak, "apa sebenarnya makna dari kata ini?"
Dia telah merasakan segala-galanya: cinta yang berubah menjadi kebencian, harapan yang hancur menjadi debu, penghianatan berulang, mimpi indah yang menjadi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang bisa membuatnya merasakan sesuatu. Dia bukan depresif, dia melampaui depresi. Dia telah mencapai kekosongan eksistensial yang sempurna.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, dia tertidur tanpa harapan untuk bangun keesokan harinya tanpa tujuan.
Akan tetapi...
Ketika Jeno membuka mata, dia tidak lagi berada di gubuk kumuhnya. Dia berdiri di sebuah ruang yang tidak memiliki dinding, lantai, tidak ada langit, namun entah bagaimana dia bisa berdiri. Di hadapannya, ada sosok yang tidak bisa dia pandang secara langsung, karena setiap kali dia mencoba, matanya seolah melihat seluruh alam semesta sekaligus.
"Jeno Urias," suara itu bergema, namun tidak melalui udara, melainkan langsung ke dalam jiwanya. Suara itu agung seperti guntur yang membelah langit, namun lembut seperti bisikan ibu kepada bayi yang sedang tertidur.
Jeno menatap dengan mata yang sama datarnya seperti ketika dia masih hidup di Bumi. "Siapa Anda?"
"Aku adalah Awal dan Akhir, Alpha dan Omega, Sang Pencipta dari segala yang ada dan yang tidak ada."
Jeno mengangguk dengan acuh tak acuh. "Jadi, Tuhan? Baiklah. Apa mau Anda, Yang Mulia Segala Semesta?"
Sang Dewa Pencipta tidak tersinggung oleh sikap yang terkesan kurang ajar itu. Dia melihat lebih dalam: melihat jiwa yang telah terluka sampai ke tingkat di mana rasa sakit sudah tidak lagi memiliki arti.
"Aku ingin menawarkan kehidupan baru kepadamu, Jeno. Sebuah dunia yang jauh lebih menarik dari Bumi. Dunia di mana kekuatan sejati dapat diperoleh, di mana takdir dapat diubah dengan tangan sendiri."
Jeno menggelengkan kepala pelan. "Tidak tertarik. Saya hanya ingin mati... mati secara sempurna. Menyatu dengan semesta, tidak ada kesadaran, tidak ada rasa sakit, tidak ada... apa pun."
"Mengapa?"
Pertanyaan sederhana itu membuat Jeno terdiam sejenak. Kemudian dia tertawa, tawanya yang penuh dengan kepahitan yang telah mengakar selama bertahun-tahun.
"Mengapa? Karena saya telah merasakan semua yang bisa dirasakan manusia. Saya telah mencintai sampai mati, berharap sampai gila, bermimpi sampai hancur. Saya telah dikhianati oleh orang-orang yang saya percayai, dibohongi oleh mereka yang saya sayangi, ditinggalkan oleh anak kandung saya sendiri. Bahkan negara yang saya layani dengan setia menganggap saya sudah mati."
Dia mengangkat tangannya, memandang garis-garis tangan yang telah mengeras karena kerja keras yang sia-sia. "Hidup di dunia lain? Itu sama saja dengan mengulangi siklus yang sama. Manusia akan tetap menjadi manusia yang serakah, egois, dan pada akhirnya akan saling menyakiti. Saya lelah, Tuhan. Saya lelah menjadi manusia."
Sang Dewa Pencipta mendengar keluhan dengan sabar, dan dalam keheningan yang mengikuti, sesuatu yang menyerupai rasa sayang mengalir dari wujud-Nya.
"Baiklah," kata-Nya. "Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk menyatu dengan semesta. Namun, ada syaratnya."
Jeno menatap sosok yang bercahaya itu dengan mata yang masih sama datarnya. "Syarat apa pun akan saya terima, asalkan saya tidak harus terlahir kembali sebagai makhluk yang sadar."
"Kau harus menghancurkan kesombongan para dewa-dewi Cahaya dan Kegelapan yang telah mengotori ciptaan-Ku dengan arogansi mereka."
Jeno terdiam sejenak, kemudian tertawa dengan suara yang bergema di ruang tanpa batas itu. "Anda adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, kan? Kenapa tidak langsung turun tangan menghukum para dewa-dewi itu? Kenapa justru memberikan tugas kepada saya yang hanya seonggok daging dan tulang yang sudah lelah, rentan pula?"
"Karena," jawab Sang Dewa Pencipta dengan nada yang penuh dengan misteri, "... Terkadang yang terkuat dapat dikalahkan oleh yang paling lemah. Terkadang yang paling tinggi dapat dijatuhkan oleh yang paling rendah. Dan terkadang, yang paling putus asa adalah yang paling bebas."
Jeno memandang dengan mata yang mulai berubah, bukan karena tertarik, melainkan karena mulai memahami sesuatu yang lebih dalam. "Jadi, Anda ingin menggunakan saya sebagai alat untuk membuktikan bahwa kesombongan para dewa itu perlu dihukum?"
"Tidak," jawab Sang Dewa Pencipta dengan lembut. "Aku ingin memberikan kepadamu kesempatan untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Di dunia baru itu, kau akan dibekali dengan sistem yang dapat menghancurkan apa pun, memberikan semua yang kau inginkan. Namun yang terpenting, kau bebas melakukan apa pun tanpa takut akan konsekuensi."
Jeno menatap dengan mata yang mulai menunjukkan emosi untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, namun itu bukan emosi harapan. Itu adalah kecurigaan yang mendalam.
"Anda bukan Tuhan yang sesungguhnya," katanya dengan suara yang dingin. "Tuhan yang sesungguhnya tidak akan bermain-main dengan jiwa manusia seperti ini. Anda hanya dewa yang lebih kuat, yang ingin menggunakan saya untuk tujuan Anda yang tidak saya ketahui."
Sang Dewa Pencipta tidak menjawab, tapi membuat pandangan Jeno mulai buram. Dia merasakan kesadaran dirinya mulai melayang, tertarik oleh kekuatan yang tidak bisa ia lawan.
Namun sebelum kesadaran itu hilang sepenuhnya, dia mendengar suara yang terakhir, suara yang mengandung sesuatu yang tidak bisa dia artikan. Apakah itu rasa sayang? Harapan? Atau justru sesuatu yang lebih gelap?
"Berbahagialah di kehidupan barumu, Jeno Urias. Lakukan sesuka hatimu, tanpa takut akan apa pun. Dan ingatlah, kadang-kadang, yang paling hancur adalah yang paling bebas untuk menghancurkan."
-------
Sementara jiwa Jeno Urias melayang menuju Atherion, Sang Dewa Pencipta berdiri sendirian di ruang tanpa batas. Untuk pertama kalinya dalam milyaran tahun, sesuatu yang menyerupai senyuman bahagia terbit dari wujud-Nya.
DIA telah memilih dengan sempurna—bukan pahlawan yang dipenuhi dengan idealisme, bukan villain yang dipenuhi dengan ambisi, melainkan seseorang yang telah melampaui keduanya. Seseorang yang telah mati secara spiritual sebelum kematian fisik, yang tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan.
Di Atherion, para dewa Cahaya dan Kegelapan dengan arogansi mereka, para manusia terpilih dengan sistem cheat (curang) mereka, dan seluruh peradaban yang telah terkontaminasi oleh kesombongan ilahi, tidak menyadari bahwa takdir mereka baru saja diubah oleh kedatangan seorang manusia yang bahkan tidak peduli apakah dia hidup atau mati.
Badai besar yang akan mengubah tatanan alam semesta telah dimulai, dan pusatnya adalah jiwa yang telah mati sebelum kematian, yang kini akan terlahir kembali di dunia di mana kekuatan adalah segalanya.
Jeno Urias tidak tahu bahwa dia akan menjadi katalisator yang akan menghancurkan kesombongan para dewa. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia telah dipaksa untuk hidup lagi, dan kali ini, dia akan hidup dengan caranya sendiri.
"Atherion bersiaplah. Penghakiman dan kehancuran yang sejati akan segera dimulai." Sosok wanita cantik bak bidadari melihat jiwa Jeno Urias yang meluncur ke Planet Atherion.
Wanita itu melihat sosok Sang Dewa Pencipta yang memberikan anggukan.
"Bimbing anak manusia itu."
Wanita itu membungkuk sebagai bentuk jawaban dan hormat.
Bab 02. Kelahiran Sistem Yang Mustahil.
Air terjun di Veil of Eternity menghantam bebatuan kristal dengan kekuatan yang dapat menghancurkan gunung, namun setiap tetes airnya mengandung mana murni yang telah dimurnikan selama ribuan tahun.
Kabut perak yang mengepul dari percikan air menciptakan aurora mikroskopis yang menari di udara, sementara dinding gua yang dilapisi kristal Aethermite memantulkan cahaya dalam spektrum yang tidak dapat dilihat mata biasa.
Di dalam ujung gua, tergeletak sosok pria muda, Jeno Urias. Tetesan air dari langit-langit gua membuatnya membuka mata dengan pelan, mata yang kini berubah menjadi perak liquid yang berkilau seperti mercury yang hidup. Namun bukan keindahan supernatural yang menyambut kesadarannya. Sesuatu yang jauh lebih aneh dan mengganggu telah menunggunya.
"Apa ini?" Bisiknya lirih dengan ekspresi wajah kebingungan.
Panel holografik yang terbuat dari cahaya murni materializasi di hadapannya, bergetar dengan energi yang membuatnya merasakan getaran di tingkat molekuler. Tidak seperti sistem yang dimiliki oleh para manusia terpilih lainnya yang sederhana dan mudah dipahami. Sistem ini memiliki kompleksitas yang membuatnya merasa seperti sedang menatap ke dalam mesin ilahi yang tidak pernah dimaksudkan untuk dipahami oleh pikiran fana.
[SISTEM YANG MUSTAHIL TELAH DIAKTIFKAN]
[Protokol Anomali Eksistensial: ONLINE]
[Selamat datang, Jeno Urias. Entitas yang Seharusnya Tidak Ada]
[Status realitas telah disinkronkan dengan eksistensi paradoks Anda]
[PROFIL EKSISTENSIAL]
Identitas Nama: Jeno Urias
Klasifikasi Ras: Superhuman Primordial (Kategori yang tidak pernah tercatat dalam Akashic Records).
Level: ∅ (Konsep level tidak berlaku untuk entitas trans-dimensional. Namun bisa dikondisikan sesuai situasi).
Usia Biologis: 17 tahun (Tubuh optimal untuk manifestasi kekuatan).
Usia Jiwa: [ERROR: UNDEFINED] (Jiwa ini telah melampaui siklus normal reinkarnasi)
Profesi: ❓❓❓ (Takdir belum terdefinisi)
Esensi Inti: Ketiadaan Mutlak (Paradoks antara eksistensi dan non-eksistensi)
------
[ATRIBUT UTAMA (ditampilkan dengan simbol bukan angka)]
HP (Life Force): ∅ (Simbol nihil) Tidak bisa mati dengan cara biasa. Anda ada di luar siklus kehidupan-kematian.
MP (Mana Pool): ∞ (Tak terbatas) Akses energi sihir absolut (Akses langsung ke Sumber Mana Primordial).
STM (Stamina): ✕ (Sumber tidak diketahui) Kelelahan tidak terjadi seperti pada makhluk normal (Kelelahan fisik adalah ilusi bagi entitas yang melampaui batas biologis).
ATK (Attack Power): ⧖ (Simbol temporal) Serangan tergantung pada eksistensi lawan.
DEF (Defense): ♾️ (Infinity-loop) Tidak bisa dihancurkan dengan logika fisik (Tidak dapat dihancurkan dengan logika fisik atau metafisik konvensional).
AGI (Agility): ⌘ (Simbol kendali) Bergerak dengan logika non-linier, bisa melangkahi waktu singkat (Bergerak dengan logika non-Euclidean. Dapat melangkahi ruang-waktu dalam jarak terbatas).
LUK (Luck): ∴ (Simbol sebab-akibat terbalik) Nasib dimanipulasi oleh realitas—sebab-akibat dimanipulasi oleh realitas untuk menguntungkan eksistensi paradoks.
INT (Intelligence): ? Tidak bisa diukur karena sistem tak kompatibel (Tidak dapat diukur dengan standar kognitif yang ada).
---
[KEUNIKAN RASIAL: SUPERHUMAN PRIMORDIAL]
Ras legendaris yang keberadaannya tidak tercatat dalam Chronicle of Creation. Entitas ini tidak berasal dari dimensi, waktu, atau realitas yang diketahui. Eksistensi ini bersifat paradoks: ada namun tidak ada, hidup namun mati, terbatas namun tak terbatas.
Karakteristik Unik:
- Tidak memiliki batas pertumbuhan.
- Tidak tunduk pada hukum fisika konvensional.
- Keberadaan menyebabkan anomali dalam fabric realitas.
- Sistem standar Atherion tidak dapat mengklasifikasikan eksistensi ini.
------
[GUDANG SENJATA KEMAMPUAN PARADOKS]
[Kemampuan Aktif]
- Mata Dewa Penilai: Tingkat: EX. Dapat menganalisis sistem lain, bakat, dan mampu melihat dalam radius 2 kilometer dan dapat ditingkatkan. Menembus segala bentuk penyamaran, ilusi, dan proteksi. Dapat melihat dalam kegelapan absolut dan spektrum energi yang tidak terlihat.
- Kebangkitan Mustahil: Tingkat Paradoks. Kematian hanya akan mengakibatkan respawn di lokasi yang paling tidak diinginkan atau paling menguntungkan secara situasional. Tidak dapat mati secara permanen hingga misi utama selesai.
- Transformasi Konyol: Tingkat Chaos. Dapat berubah menjadi objek acak. 1 dari 1000 transformasi akan menghasilkan bentuk yang secara tidak masuk akal dalam situasi berbahaya.
- Kebetulan Ajaib: Tingkat Destiny. Satu kejadian yang melanggar hukum probabilitas terjadi setiap 24 jam. Dapat bermanfaat atau merugikan, namun selalu mengubah alur peristiwa secara dramatis.
- Slot Keterampilan Mustahil: Tingkat Tidak Diketahui. Slot kosong yang akan terisi secara acak saat mengalami situasi ekstrem atau pengalaman mendekati kematian (near-death experience). Skill yang muncul tidak dapat diprediksi, dan semua skill di peringkat 'S' yang bisa ditingkatkan.
- Anti-Analisa: Tingkat Absolute. Tidak dapat dianalisis oleh entitas apa pun, termasuk dewa, dan sistem lain. Muncul sebagai [ERROR: UNKNOWN BEING] dalam sistem analisis.
------
Kepala Jeno merasa pusing melihat diskripsi sistem yang tidak ia pahami. Namun, ia tetap lanjut memeriksanya karena penasaran. Tentu saja ingin tahu bagaimana menggunakannya.
-------
[MISI UTAMA TELAH TERAKTIVASI]
[TUGAS UTAMA: PENANTANG TAKDIR ILAHI]
Deskripsi: Atherion telah diracuni oleh arogansi para dewa dan kesombongan manusia terpilih. Ekosistem spiritual planet ini berada di ambang kekacauan total.
Pilihan Jalur:
Jalur Kehancuran: Hancurkan sistem dunia yang ada dan biarkan chaos absolut mengambil alih
Jalur Rekonstruksi: Bentuk ulang realitas dengan paradigma baru yang lebih seimbang.
Jalur Paradoks: Ciptakan solusi yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Bangun kembali keseimbangan seperti sediakala.
Hadiah Menyelamatkan Misi Utama:
- Satu permintaan bebas akan dikabulkan.
- Kunci Dimensi Rahasia: Akses ke Ruang Jiwa Tanpa Batas.
- Fragment Identitas Sejati: Potongan misteri tentang asal-usul eksistensi Anda.
------
[TUGAS SAMPINGAN: Selamat Datang di Planet Atherion]
Objektif: Bertahan hidup di Pegunungan Pemangku Dunia selama 72 jam.
Kondisi Khusus:
- Wilayah ini dihuni oleh Ancient Demons level 200+
- Mana corruption level: EXTREME
- Survival rate untuk newcomer: 0.001%
Hadiah:
- Peningkatan ketahanan eksistensial.
- Formasi Inti Kesadaran Bebas.
- Satu slot Kebetulan Mustahil tambahan.
- Membuka fitur baru sistem.
------
Jeno menatap panel yang melayang di hadapannya dengan ekspresi yang sama datarnya seperti ketika dia masih hidup sebagai manusia biasa di Bumi.
Dahinya mengernyit, lalu menghela napas panjang. "Sialan… ini bukan sistem OP (Over power) seperti di novel fantasi… ini sistem bikin frustrasi."
Informasi yang terpampang di sana cukup membuat orang normal gila karena kompleksitasnya, namun baginya, ini hanyalah konfirmasi dari kecurigaan yang sudah lama dia rasakan.
"Sistem yang mustahil?" gumamnya sambil menghela napas panjang. "Setelah melihat semua omong kosong ini, aku mulai yakin bahwa sosok yang mengaku sebagai Dewa Pencipta itu memang bukan Tuhan yang sesungguhnya."
Dia mengusap wajahnya dengan tangan yang masih basah dari percikan air terjun. "Tapi... hmm, ya sudahlah. Yang penting adalah..." Dia menatap panel dengan mata yang berkilau perak, "setelah menyelesaikan tugas dari-Nya, aku bisa mati abadi."
Panel sistem perlahan menghilang, meninggalkan Jeno sendirian di dalam gua yang bercahaya kristal. Namun keheningan itu tidak berlangsung lama.
Dari balik tirai air terjun yang deras, terdengar suara langkah kaki yang membuat bulu kuduk berdiri: suara langkah kaki berat yang mengguncang tanah, disertai dengan bunyi tulang yang retak dan lolongan rendah yang menciptakan resonansi menakutkan di dalam gua.
GROOOOOAAAAARRRRR!
Suara raungan yang menggelegar itu membuat kristal-kristal di dinding gua bergetar dan beberapa stalaktit jatuh. Jeno dengan tenang melangkah keluar dari gua, melewati tirai air terjun yang membuatnya basah kuyup, namun anehnya dia tidak merasakan dingin sama sekali. Bahkan tidak ada sedikitpun rasa takut.
Yang dia lihat di luar membuatnya terdiam, bukan karena ketakutan, melainkan karena terkejut dengan betapa nyatanya makhluk yang berdiri balik air terjun, tepat di hadapannya.
King Ogre, setinggi lima meter dengan otot yang membesar tidak wajar, kulit hijau tua yang dipenuhi bekas luka pertarungan, dan mata merah yang menyala seperti bara api. Makhluk itu mengenakan armor yang terbuat dari tulang-tulang mangsa sebelumnya, dan di tangannya terdapat gada raksasa yang terbuat dari trunk pohon yang diperkuat dengan logam.
"Aneh, kenapa aku tidak takut?" Gumamnya melihat mahkluk itu.
[ANALISIS MUSUH AKTIF]
- Nama: King Ogre
- Level: 55
- HP: 45,000/45,000
- Klasifikasi: Ancient Demon - Elite Boss
- Kekuatan Khusus: Berserker Rage, Earthquake Slam, Intimidation Aura
- Tingkat Bahaya: EXTREME
King Ogre itu mengendus udara dengan hidung besar. Matanya yang berkilau merah langsung terfokus pada Jeno. Mahkluk itu menunjukkan deretan gigi yang seperti pedang rusak sambil mengeluarkan air liur yang mengandung asam.
"MANUSIA KECIL!" raungnya dengan suara yang seperti guntur. "AROMA DAGINGMU BERBEDA! PASTI LEZAT!"
Jeno menatap monster raksasa itu dengan ekspresi yang sama datarnya seperti ketika dia menatap tagihan belanja mantan istrinya yang menumpuk di meja kerja. Satu hal yang tidak dia mengerti, ia bisa memahami bahasa mahkluk itu.
"Aku baru saja bangun tidur dan sudah harus berurusan dengan makhluk yang lebih besar dari pohon?" Dia menggelengkan kepala pelan. "Hari ini benar-benar hari yang fantastis."
[PERINGATAN SISTEM: BAHAYA EKSTREM TERDETEKSI]
[MENGAKTIFKAN PROTOKOL DARURAT... KEBETULAN AJAIB TELAH DIPICU]
Tepat ketika King Ogre mengangkat gada raksasanya untuk menghantam Jeno, sesuatu yang sangat tidak masuk akal terjadi.
CRASH!
Sebuah batu meteor sebesar mobil jatuh dari langit yang cerah tanpa awan, menghantam kepala King Ogre dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kawah sedalam dua meter. Monster yang tadi mengancam itu langsung tumbang dengan mata yang sudah tidak menyala lagi.
[KING OGRE TELAH MATI]
[EXP GAINED: 0 (Level tidak berlaku untuk entitas ini)]
[ITEM DROP: Taring Raja Ogre, Demon Core Grade A, Fragmen Pelindung Tulang Kuno, Batu Sihir Kelas C]
Jeno berdiri di tempat yang sama, sama sekali tidak bergerak, sambil menatap mayat monster raksasa yang tergeletak di hadapannya. Kemudian dia mendongak ke langit yang biru cerah tanpa ada satu awan pun.
"Dari mana batu itu jatuh?" tanyanya dengan nada yang sama datarnya seperti orang yang bertanya tentang cuaca.
Dia mengamati meteor yang masih mengepulkan asap itu, lalu menatap mayat King Ogre yang kepalanya sudah hancur. Sebuah senyuman tipis yang dalam bertahun-tahun muncul di sudut bibirnya.
"Aku mulai mengerti bagaimana cara kerja 'Sistem Yang Mustahil' ini," gumamnya sambil mengambil item-item yang dijatuhkan oleh monster itu. "Ini bukan sistem yang memberikan kekuatan secara langsung. Ini sistem yang mengubah realitas agar selalu menguntungkan dengan cara yang paling tidak masuk akal."
Dia melihat benda-benda yang dijatuhkan oleh King Ogre. "Adanya sistem ini, mungkin tiga hari di pegunungan ini tidak akan seburuk yang aku bayangkan."
Namun, saat Jeno mulai berjalan, dia merasakan sesuatu yang aneh. Setiap langkah yang dia ambil meninggalkan jejak kaki yang berkilau dengan cahaya perak selama beberapa detik sebelum menghilang. Udara di sekitarnya mulai bergetar dengan energi yang tidak dapat dia identifikasi.
[NOTIFIKASI SISTEM]
[RESONANSI KEKUATAN PRIMORDIAL TERDETEKSI]
[ANDA MULAI MEMPENGARUHI EKOSISTEM SEKITAR]
[MAKHLUK-MAKHLUK KUAT MULAI MERASAKAN KEHADIRAN ANDA]
Di kejauhan, raung-raung lain mulai terdengar lebih banyak, lebih keras, dan lebih mengancam. Jeno berhenti berjalan dan menatap ke arah hutan gelap yang mengelilingi area air terjun.
"Sepertinya," katanya sambil menghela napas, "kehadiranku tidak diterima di dunia ini."
Mata ungunya berkilau dengan cahaya yang aneh, tapi bukan kegembiraan, bukan ketakutan, melainkan sesuatu yang lebih dalam dan lebih gelap. Untuk pertama kalinya dalam hidup barunya, Jeno Urias merasakan sesuatu yang hampir menyerupai... antusiasme.
"Baiklah," bisiknya kepada angin yang membawa aroma kematian dan magic yang kuat. "Mari kita lihat sejauh mana sistem mustahil ciptaan Tuhan menjadi eksistensi yang tak terkalahkan."
Dan di kedalaman Pegunungan Pemangku Dunia, makhluk-makhluk yang telah tertidur selama berabad-abad mulai membuka mata mereka. Mereka merasakan sesuatu yang tidak seharusnya ada, sesuatu yang bahkan membuat binatang kuno merasa gelisah.
Bab 03. Asisten Pemandu Sistem Yang Mustahil.
Fajar di Atherion muncul seperti lukisan yang dilahirkan dari mimpi, langit berubah dari ungu kelam menjadi emas pucat, dengan serpihan kristal es yang mengambang di udara bagaikan bintang-bintang kecil yang terjatuh.
Jeno Urias berdiri di ambang gua, tubuhnya tegak bagai patung kuno yang menantang waktu. Kabut tipis menyelimuti lembah di bawah, dan di tengah keheningan yang nyaris suci itu, pandangannya tertuju pada bangkai King Ogre yang terhimpit batu raksasa.
Makhluk itu tampak seperti reruntuhan peradaban yang hilang, kulitnya yang dahulu berkilau seperti baja kini pucat seperti marmer usang, dan darah ungunya mengalir pelan, membasahi tanah dengan warna yang tak pernah dilihat manusia biasa.
[KEJADIAN MUSTAHIL TELAH TERJADI]
[Selamat! King Ogre telah dikalahkan oleh skill pasif 'Kebetulan Ajaib'!]
Hadiah Sistem Diperoleh:
- Item Box [∞] – Penyimpanan Tanpa Batas (benda hidup/mati, tidak membusuk, dapat dimanifestasi kembali).
- Fitur Baru: Asisten Pemandu Sistem.
Panel holografik itu berkedip sebentar sebelum menghilang, meninggalkan jejak cahaya kebiruan yang perlahan memudar. Jeno hanya mendecak, sebuah suara yang terdengar seperti komentar seorang kritikus yang tidak terkesan pada pertunjukan opera yang terlalu dramatis.
"Skill yang bisa nolong, malah aktif sendiri," gerutunya dengan nada yang datar seperti permukaan danau yang tak beriak. "Belum juga sarapan."
Langkah kakinya menggema di batu-batu yang berserakan, setiap derap seperti ketukan palu hakim yang memutuskan nasib, namun langsung lenyap karena derasnya air terjun. Ketika jari-jarinya menyentuh kulit King Ogre yang keras seperti besi tempa, sesuatu yang ajaib terjadi: tubuh raksasa itu berubah menjadi kabut ungu yang berputar seperti pusaran galaksi kecil, lalu menghilang sepenuhnya. Panel baru muncul dengan cahaya yang lebih lembut.
[King Ogre telah dimasukkan ke dalam Item Box. Kualitas: Tinggi. Dapat dijual utuh atau dalam bagian]
Jeno mengangkat alis, ekspresinya seperti seseorang yang baru menyadari bahwa ia telah menemukan tambang emas di halaman belakang rumahnya. "Baru sadar, aku bisa jadi pedagang bangkai monster…"
Kemudian, seolah sistem memiliki kehendak sendiri, layar lain menyala dengan intensitas yang lebih dramatis:
[Aktivasi Fitur Pemandu Sistem. ⚙️ YES / NO]
Menimbang kebodohan diri yang tidak paham dengan sistemnya yang tidak intuitif seperti manual perangkat elektronik yang ditulis oleh alien, Jeno segera memilih 'YES'. Cahaya lembut memancar dari layar—bukan cahaya biasa, melainkan cahaya yang terasa hidup, bergerak dengan irama yang hampir menyerupai napas.
Dalam sekejap yang terasa seperti keabadian, ruang di hadapannya berubah. Cahaya itu membentuk siluet perempuan yang ramping, perlahan-lahan menjadi jelas, dan sosok itu menjadi nyata.
Wanita muda berambut perak panjang yang mengalir seperti air terjun di bawah sinar bulan, bermata ungu yang menyala dengan intensitas bintang yang baru lahir, dan mengenakan pakaian yang tampak seperti perpaduan antara gaun ballroom dan armor futuristik: terlalu elegan untuk pertempuran, terlalu seksi untuk fungsi pemandu, namun terlalu sempurna untuk dipertanyakan.
"Salam, Tuan Jeno Urias," ucapnya dengan suara yang seperti lonceng kristal yang berdering di dalam katedral kosong. Senyumnya memukau, tetapi di balik keindahan itu ada sesuatu yang lebih dalam, kecerdasan yang tajam dan misteri yang tak terungkap. "Saya adalah Asisten Pemandu Sistem Yang Mustahil. Sebelum saya menjelaskan seluruh fungsi sistem ini, silakan beri saya nama."
Jeno mendengus, mengangkat satu alis dengan ekspresi yang tampak seperti campuran antara keheranan dan keengganan. "Nama? Kenapa nggak langsung aja?"
"Karena dalam sistem ini, nama adalah bentuk pengikatan realitas," jawabnya dengan nada yang serius namun tetap memikat. "Nama yang Anda pilih akan menentukan koneksi saya pada Anda. Akan menentukan seberapa dalam saya dapat memahami jiwa Anda, dan seberapa jauh saya dapat membantu Anda menavigasi takdir yang telah Anda pilih."
Jeno Urias menatap sosok itu sejenak, matanya menelusuri setiap detail wajah yang sempurna itu. Sesuatu dalam dirinya teringat pada masa lalu yang sudah lama terkubur, ia teringat salah satu artis favoritnya yang pernah ia sukai ketika masih hidup di Bumi, seorang wanita dengan keanggunan yang sama namun dengan kehangatan yang lebih manusiawi.
"Mulai sekarang, namamu Angelina. Angelina Urias."
Sosok itu tersenyum manis, dan untuk sesaat, mata ungunya berkilat dengan sesuatu yang menyerupai... kebahagiaan? Rasa syukur? Atau mungkin sesuatu yang lebih dalam lagi?
"Nama yang indah," bisiknya dengan suara yang hampir terdengar seperti doa. "Saya akan membimbing Anda dengan setia, Tuan Jeno. Sampai akhir waktu, sampai realitas itu sendiri runtuh."
"Ngomong-ngomong," lanjut Jeno, suaranya kembali pragmatis, "tolong sederhanakan semua fitur sistem ini. Saya nggak paham dengan simbol aneh yang kayak sandi alien itu."
Angelina mengangguk, lalu mengangkat tangannya dengan gerakan yang sangat anggun, seperti seorang konduktor yang memimpin simfoni yang tak terlihat. Layar sistem muncul, dan kali ini formatnya jauh lebih sederhana, namun tetap memiliki keanggunan yang tak dapat dipungkiri.
------
[SISTEM STATUS – LEVEL 1]
HP: 10.000 / 10.000
MP: 10.000 / 10.000
STM: 10.000 / 10.000
ATK: 10.000
DEF: 10.000
AGI: 10.000
LUK: ∴ (Realitas memanipulasi sebab-akibat demi eksistensimu)
INT: ? (Tidak dapat diukur dengan standar kognitif dunia mana pun)
------
[Slot Kemampuan Rampasan - Akibat Mengalahkan King Ogre]
- Berserker Rage (S): Serangan meningkat drastis saat kehilangan HP.
- Earthquake Slam (S): Menghantam tanah, menyebabkan gempa mini, area of effect 10 meter.
- Intimidation Aura (S): Makhluk di bawah level 100 akan lari atau gemetar dalam radius 20 meter.
------
[Item Sistem]
- Item Box [∞]: Dapat menyimpan benda hidup/mati tanpa batas. Tidak membusuk. Bisa memanggil kembali item seketika.
-------
Angelina tersenyum lagi, dan kali ini ada kebanggaan dalam senyumnya, seperti seorang mentor yang bangga dengan murid yang cerdas. "Seperti yang Tuan lihat, status Anda sangat jauh di atas rata-rata. Di Atherion, kebanyakan pemilik sistem konvensional memiliki angka di bawah 100 saat level satu. Beberapa bahkan di awal hanya memiliki HP 30 dan ATK 12. Mereka adalah rakyat biasa yang berjuang dengan keringat dan air mata untuk bertahan hidup."
Jeno menyilangkan tangan, posturnya seperti seorang jenderal yang sedang memeriksa kekuatan pasukannya. "Jadi... aku ini monster berkedok manusia?"
"Bisa dibilang begitu, Tuan," jawab Angelina sambil tertawa ringan, sebuah tawa yang terdengar seperti suara angin yang bertiup melalui daun-daun perak. "Tapi itu pun belum seberapa. Sistem Anda memiliki level bertingkat bebas. Artinya, cukup dengan memikirkan 'Level 2', maka semua status akan meningkat ke angka yang ditentukan sistem. Anda bukan hanya melampaui batas manusia. Anda melampaui batas realitas itu sendiri."
"Misalnya?"
Angelina melambaikan tangan dengan gerakan yang hampir seperti tarian, dan layar baru muncul dengan cahaya yang lebih intens:
-------
[SISTEM STATUS – LEVEL 2 (Bisa Diaktifkan)]
Semua Atribut Utama: 100.000
Skill Tambahan: Terbuka setelah momen "Mustahil" berikutnya.
Biaya Aktivasi: Gratis. Tapi... konsekuensi logika dunia bisa terganggu.
-------
"Namun saya menyarankan untuk tidak menggunakan Level 2 terlalu sering," kata Angelina dengan nada hati-hati, suaranya seperti iblis yang memberikan peringatan tentang kekuatan yang terlalu besar. "Terlalu mencolok dapat menarik perhatian... entitas lain."
"Seperti siapa?" tanya Jeno, matanya menyipit dengan kecurigaan yang tajam.
"Seperti para Dewa Penjaga dan Pencipta Sistem," jawab Angelina, dan untuk pertama kalinya, ada bayangan kekhawatiran yang melintasi wajahnya. "Mereka tidak suka melihat seseorang melanggar batas realitas yang mereka buat. Mereka adalah pengawas yang kejam, dan hukuman mereka... tidak pernah ringan."
Jeno menyipitkan mata, ekspresinya berubah menjadi campuran antara kejenuhan dan tantangan. "Tentu saja. Dewa-dewa lain juga ternyata seperti pengawas pajak."
Angelina lalu menjentikkan jari, dan layar baru muncul dengan desain yang lebih komersial:
[FITUR BELANJA AKTIF]
- Barang: Makanan, pakaian, senjata, alat sihir, artefak...
- Mata Uang Atherion: Koin Perunggu / Perak / Emas / Platinum.
- Poin Sistem Pengalaman: 12.000 (hasil dari membunuh King Ogre, tidak bisa digunakan sebagai mata uang di dunia Atherion)
"Sayangnya, untuk membeli semua keperluan di sistem, Anda membutuhkan uang, atau koin sistem pengalaman," tambah Angelina dengan nada yang hampir apologetik. "Saya menyarankan Anda memburu monster dan menjualnya ke Serikat Petualang atau ke pedagang. Mereka selalu membutuhkan bahan dari makhluk kuat untuk memproduksi senjata dan armor."
Jeno memutar bola mata, gerakannya seperti orang yang baru menyadari bahwa ia telah lolos dari satu jebakan untuk masuk ke jebakan yang lain. "Jadi, aku harus kerja... lagi?"
"Betul. Tapi kali ini, Anda dibayar dengan emas, poin sistem, dan kehormatan," jawab Angelina dengan senyum yang misterius.
Jeno menghela napas panjang, dan napas itu terdengar seperti angin yang bertiup melalui reruntuhan peradaban kuno. "Aku tidak butuh validasi. Tapi... Baiklah, aku akan memburu makhluk raksasa di gunung ini... dan menjual bangkainya. Gila juga sistem ini!'
Jeno kemudian melangkah turun gunung, setiap langkahnya meninggalkan jejak kecil di tanah yang masih lembab karena embun pagi. Panel sistem mengambang di sampingnya seperti satelit yang setia, dan Angelina yang kini telah menjadi bagian dari takdirnya, mulai mengatur arah perjalanan lewat bisikan-bisikan bimbingan yang hanya bisa didengar oleh Jeno.
Namun, sebelum menghilang dari tepi gua, ia menoleh sekali lagi ke tempat bekas King Ogre tergeletak. Matanya menatap ke cakrawala yang mulai terang, dan untuk sejenak, ada sesuatu yang berbeda dalam pandangannya, sesuatu yang menyerupai tekad, atau mungkin tantangan terhadap takdir itu sendiri.
"Bumi mati. Aku juga mati. Tapi di sini…" suaranya hampir terdengar seperti sumpah yang diucapkan di hadapan altar yang suci. "Mungkin aku bisa membunuh waktu, dan dewa-dewa sok sempurna itu."
Langkah kakinya menandai awal perjalanan dari seorang pria yang tidak ingin menyelamatkan siapa pun, tapi justru akan mengubah dunia. Di belakangnya, matahari Atherion mulai bersinar penuh, menyinari jalan yang akan membawanya ke takdir yang bahkan para dewa pun tidak bisa prediksi.
Dan di suatu tempat yang jauh, di dimensi yang tak terlihat, para Dewa Penjaga Sistem mulai merasakan getaran yang aneh dalam jaringan realitas, getaran yang akan segera mengubah segalanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!