Aku membungkukkan badanku, Untuk mencabuti Rumput yang Tumbuh diatas batu nisan seseorang. Dibalik nisan ini, Seseorang yang Pernah Hadir dalam Hidupku, Terlelap selamanya.
"Kamu tau, diantara semua alat musik Aku paling menyukai piano."
"Kenapa?"
"Mm....kenapa ya! Nggak tau sih, tapi Piano itu...bagi aku sangat spesial."
"Aku baru tau, kalau kamu Bisa bermain piano?"
"Bisa tau, mau dengar?"
"Kapan kapan".
"Kamu mah...".
"Akan ku jaga jantung ini dengan baik." Tangisanku tidak bisa kubendung. Mengalir dengan deras dari kedua kelopak mataku. Rumput Yang tumbuh, kucengkram dengan erat. Aku menggertakan gigiku, untuk melepas semua 'emosi'. Meski begitu, semua sudah terlambat.
...***...
"Kamu nggak mau, ngenalin pacar kamu, sama mamah?" Telingaku sudah Bosan mendengar Hal seperti itu Dari Mulut ibuku. Aku tidak mau memungkiri, kalau aku masih sendiri, alias tidak mempunyai pasangan. Alasannya, karena tidak ada laki laki yang bisa membuatku jatuh cinta, sampai sekarang.
Sebelum mulai masuk kedalam Kisah Hidupku, yang Bisa di bilang Sebagai Jomblo Happy, Alangkah baiknya kalau kalian mengetahui siapa aku. Seiring pepatah Berbicara ' Tak kenal maka tak sayang' kalau sudah kenal, Bisa pinjam dulu seratus? Nggk canda.
Namaku, Freyana Shifa jayawardana. Putri Tunggal dari Keluarga Jayawardana. Aku adalah Anak satu satunya, ditambah orang tuaku sering pergi ke luar kota. Sekarang saja mereka ada di rumah. Tapi mungkin Tidak lama mereka akan pergi lagi. Aku sangat suka Bermain alat musik, terutama piano. Kenapa? Mungkin karena Gen turunan. Ibuku adalah mantan pianis terkenal, sebelum menikah dengan ayahku. Dan Dari kecil, Aku sudah di Ajarkan berbagai kunci dan teknik piano yang di kuasai ibuku. Aku juga sering ikut dalam kompetisi pianis. Dan hasilnya, Bisa kalian tebak...'juara satu'.
Selain pandai dalam alat musik, suaraku juga tidak kalah keren. Tapi mungkin, kekuranganku.....Aku Tidak mempunyai pasangan sampai sekarang. Bukan tidak ada orang yang menyukaiku, Tapi setiap laki laki yang Menyatakan perasaannya, selalu ku Tolak. Entah kenapa mereka tidak bisa membuatku jatuh cinta.
Ok, Cukup Perkenalannya, Sekarang aku Harus menghabiskan sarapanku Dulu.
"Pacar apaan sih mah, Aku mau fokus Sekolah dulu sekarang."
"Iya, Tapi kan-"
"Aduh! Udah jam segini, Aku berangkat dulu ya!". Aku dengan kecepatan Cahaya mengambil Sepotong Roti dari tempatnya dan dengan kekuatan Bulan, berlari keluar rumah.
"Hati-hati bawa mobilnya!." Teriakan Ibuku seperti Biasa Tidak Ku Hiraukan. Aku segera masuk dan menutup Pintu mobil dengan keras. memutar kunci dan mulai menyalakan mobil. Melesat keluar dari Gerbang Hitam rumahku. Saking cepatnya sampai Mengagetkan Penjaga Yang ada di sana.
"Astaga! Non Freya, pelan pelan bawa mobilnya". Teriak sang satpam.
Aku Tidak merespon karena mulutku penuh dengan Roti yang tadi ku Ambil, tanganku dengan lihai memutar setir mobil di tikungan, sedangkan Mulutku sibuk mengunyah Roti.
' ayo! Sedikit lagi...'
Aku sedikit lega, Pintu Gerbang sekolah belum jua tertutup rapat. Aku mengoper gigi mobil, Dan memperlambat laju Mobil. Masuk kedalam sebuah Sekolah Yang sudah menjadi rumah Keduaku.
...***...
'Mati gue, Telat lagi'.
Brakk! Pantat mulusku menempel sempurna di atas kursi. Aku merebahkan diriku di atas meja dengan nafas yang tidak teratur. Hal itu memicu pertanyaan dari dua sahabat terdekatku. Bisa kulihat, dua sahabat laknat yang sangat suka ber 'Gosip' ini, tengah tercengang dengan Kehadiranku yang bisa di Bilang sangat berantakan.
"Nasib baik, loh gak Telat lagi. Kalau gak, bisa bisa di gantung loh di lapangan sama Bu Melody."
Bodo amat dah, orang Gue buru buru juga, Nasib baik Gak telat.
"Fre, loh dah ngerjain PR belum?" Tanya Azizi, Sahabat laknatku yang Di juluki sebagai 'Ratu troubelmeker'
Aku memeriksa Kedalam Tas ku, seketika keringat dingin Mengucur dari dahiku.
'mati gue, gak kebawa lagi, bisa bisa di kremasi nih. Mana Gurunya 'killer' banget lagi, ah sial banget sih Hari ini'
"Hah~"
"Loh kenapa lagi?". Tanya Marsha.
"Lupa, gak kebawa". Ucapku dengan Lemas.
"Gak kebawa atau, gak ngerjain?" Ledek Zee.
"Heh! Gue Gak semalas loh ya, Semalem gue udah ngerjain, Gara Gara Alarm sialan gue rusak, Gue jadi kesiangan". Ucapku dengan Ketus.
"Yakali, loh gak mampu beli lagi".
Aku Hanya mencebikan bibir manisku, malas rasanya meladeni dua Ratu laknat ini.
"Loh sendiri, bawa gak?". Tanyaku pada dua Orang ini.
Keduanya Hanya nyengir Tidak jelas, tapi aku tau jawaban apa yang mereka berikan. 'sudah kuduga'
"Kabur aja yuk...." Ajak Zee.
Lihat kan, jiwa 'troubelmeker-nya' keluar. Aku mendengus pelan. Akan menjadi mimpi buruk lagi bagiku Jika aku mengikuti sarannya. Aku jadi ingat, ketika Seminggu yang lalu, Aku dan dua sahabat laknatku ini, Bolos melalui jalur belakang sekolah. Sialnya kami ketahuan oleh Bu Melody, Guru kesenian paling killer se-antero Sekolah. Itu juga Gara-Gara Marsha yang tiba tiba berteriak dengan kencang, hanya karena seekor tikus lewat. Kami di marahi habis-habisan, lalu di panggang di tengah lapangan sampai jam istirahat. Kesialanku tidak sampai di situ, Kebetulan hari itu cuaca sedang Terik. Tanpa arakan awan sedikitpun. Bayangkan saja, tengah hari ketika mentari tengah berada di puncaknya, Aku dan dua perempuan ini, di panggang sampai jam istirahat.
Jika sekarang aku mengikuti usul Zee, Bisa bisa kejadian yang lebih mengerikan akan menimpaku. Aku tidak bisa bertaruh untuk itu. Lebih baik di Hukum berdiri di lorong sekolah karena tidak mengerjakan PR, dari pada harus di panggang lagi.
"Loh berdua aja deh, Gue lagi males."
"Lah? Tumben..."
"Loh gak inget seminggu yang lalu? Gara gara loh kulit gue jadi item nih!." Protesku.
"Gara gara si Marsha, Tiba-Tiba teriak." Ucap Zee.
"Ya sorry, mana Gue tau kalau di belakang sekolah banyak tikusnya, mana Gede lagi". Ucap Marsha.
"Btw, Gue denger...hari ini ada anak Baru loh." Ucap Zee.
"Siapa?" Tanya Marsha.
"Katanya dia pindahan dari luar negeri, Gue Gak tau sih, Cowok atau Cewek. Tapi kalau Cowok...biasanya Cowok luar negeri ganteng-ganteng loh."
"Kebanyakan Nonton Drakor loh." Ledek Marsha.
Aku tidak terlalu menyimak perdebatan dua sahabatku ini, Tapi Entah kenapa Tubuhku tiba tiba Bergetar. Aku menjadi penasaran dengan Sosok murid baru yang di bilang Zee barusan. Jujur sejak Kecil sampai Sekarang, Aku tidak pernah merasakan Yang namanya pacaran. Bukannya aku tidak mau, Tapi kalau menjalin Hubungan dengan orang yang tidak kita cintai, Bukankah Itu hanya sia sia saja?
Bahkan ayahku sering mengenalkan anak teman kantornya, Tapi setiap Dari mereka Tidak membuatku tertarik. Aku pernah berfikir, jangan jangan aku ini Seorang 'yuuri'. Dalam istilah jepang, yuuri adalah Sebutan Untuk Seorang wanita yang mencintai sesama jenis. Bisa di Bilang Lesbian Jika di Amerika. Tapi sekali lagi, Aku mengenyahkan pikiran konyol tersebut. Tidak mungkinkan aku Seorang Yuuri.
Terdengar langkah kaki di lorong, Bisa di pastikan itu adalah Guru yang akan mengajar di kelasku. Anak anak yang Tadinya begitu bising dan duduk seenak jidat mereka, berhamburan dan duduk dengan rapi di tempatnya masing masing.
Dugaanku salah, itu bukan Guru yang akan mengajar sekarang. Tapi kepala sekolahku yang tiba tiba masuk kedalam kelas. Beliau biasanya sangat jarang masuk kedalam kelas seperti ini, jika tidak ada sesuatu yang ingin di sampaikan.
"Selamat pagi, Anak anak". Ucap kepala sekolah. Terdengar dari suaranya yang sedikit serak. Beliau ini memang sudah cukup berumur. Tapi di usianya yang menginjak kepala tiga, beliau masih bugar untuk memimpin sekolah ini sampai menjadi seperti sekarang.
"Pak Ilham yang menjadi Guru geografi hari ini, Berhalangan Untuk hadir, jadi pelajaran pertama hari ini kosong."
Hatiku terasa lega mendengar kabar yang di sampaikan kepala sekolah. Bukan mendoakan yang buruk, Tapi pak Ilham itu termasuk salah satu dari Guru yang paling di takuti. Siapapun yang Tidak patuh, Akan langsung di keluarkan dari kelas, tanpa alasan apapun. Dan juga, aku termasuk orang yang berada di daftar murid yang pernah di Hukumnya. Saat itu, akan hanya telat 30 detik saja. Tapi tetap tidak di toleransi oleh pak Ilham. Aku di suruh berdiri di lorong sampai pelajaran selesai. Mana saat itu, Hujan sedang turun dengan deras. Lorong biasanya akan kecipratan air hujan. Dan bisa kalian bayangkan, apa yang terjadi padaku?
Tapi sekarang, Dewi Fortuna sedang tersenyum padaku. PR ku tertinggal, tapi pelajarannya kosong. Sangat melegakan.
"Ada satu lagi yang ingin bapa sampaikan." Aku mengernyitkan kening, kira kira....apa yang akan di sampaikan Oleh kepala sekolah.
"Hari ini, kelas kalian kedatangan Murid baru. Masuklah!" Titah kepala sekolah.
Waktu se-akan berhenti Untuk semua orang. Terutama untuk para perempuan yang Ada di kelas ini. Mata-ku pun membulat sempurna. Sosok yang masuk kedalam kelasku begitu mempesona dan sangat Tampan. Dengan rambut Hitam lurus yang di sisir rapi ke depan. Kulit sebening kristal dengan mata Hitamnya yang tajam. Bentuk rahang yang proporsional dan bibirnya yang sedikit merah, Begitu seksi di mataku.
Dan dia adalah satu satunya pria yang bisa membuatku berdebar setelah sekian lama aku Hidup. Apakah aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya? Mungkinkah? Ah, ternyata aku masih normal.
"Kepada Para Penumpang yang terhormat, kita akan Tiba di bandara dalam waktu 30 menit, diharapkan tidak ada barang yang tertinggal, ketika meninggalkan pesawat, sekian terima kasih."
Huft...Semuanya dimulai lagi Untuku. Setelah kehidupan menyedihkan yang sudah kuhapus di jepang. Kini aku harus memulai semuanya lagi di Negara ini. Fonix Alverio Tantra, Itu adalah namaku. Umurku mungkin bisa di bilang sangat muda, Tapi kehidupan yang kujalani, membuatku harus dewasa lebih cepat. Aku adalah seorang putra tunggal dari keluarga Tantra. Ayahku adalah seorang pemimpin Yakuza yang paling di segani di jepang. Bisa kalian bayangkan? Kehidupan ku seperti apa? Sejak kecil aku sudah di didik Untuk menjadi seseorang yang kuat. Saking kerasnya didikan ayahku, aku bahkan tidak sempat Untuk menjalani masa remajaku seperti kebanyakan orang. Aku bahkan Tidak tau arti dari remaja yang sebenarnya. Remaja yang kutau, adalah masa dimana Sebuah rasa yang di sebut 'jatuh cinta' itu tumbuh.
Aku Tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, Bukan berarti aku tidak normal. Wajahku sangat tampan jika kalian bisa melihatnya. Tapi tidak ada satupun Gadis yang mau jadi pacarku. Alasannya....adalah karena mereka takut dengan orang tuaku. Setiap hari aku selalu merasa seperti di 'untit'. Di awasi, dan itu membuatku benar benar tidak nyaman. Setelah muak dengan Hal itu, Aku memutuskan Untuk kabur sendiri ke negara yang orang Bilang adalah 'Land of a thousand islands ( Negeri seribu pulau )'. Dengan uang yang sudah ku tabung tanpa sepengetahuan orang tuaku, Aku bertekad untuk memulai semuanya di sini.
Bruumm
Ckit
Yah, negara ini ku akui sangat indah. Meski Mungkin sangat macet. Seperti saat ini, Aku harus rela menunggu di dalam 'taxi' sampai jalanan kembali lancar. Tidak masalah untuku, Aku adalah orang dengan kepribadian 'introvert' yang Tinggi. Menunggu seperti ini bukan Hal yang membosankan. Aku sedikit melirik pada suasana Ibu kota yang begitu ramai. Tidak Heran karena ini Adalah hari tersibuk di setiap kota di negara manapun. Ketika menunggu di dalam mobil seperti ini, Aku selalu suka menyandarkan kepalaku di kaca jendela. Menilai dalam diam, suasana kota yang riuh rendah. menggema serta berseliwer setiap kendaraan.
"Masnya Bukan Orang Kota A ya?." Tanya si supir taxi tiba tiba. Mungkin karena takut penumpangnya bosan, si supir taxi berinisiatif Untuk mengobrol. Meski, aku sendiri tidak terlalu nyaman mengobrol seperti ini.
"Iya". Jawabku singkat.
"Masnya pasti dari jepang ya?." Aku mengerutkan kening. Dari mana supir taxi ini tau? Apakah karena wajahku yang terlihat lebih ke jepang-jepangan?
"Darimana bapak tau?" Tanyaku memastikan.
"Soalnya, Muka masnya ganteng banget, kayak orang jepang gitu." Ucap si supir taxi.
Aku hanya mengacuhkan ocehan si supir taxi dan menjawab sekenanya saja.
Jalanan terlihat lancar kembali, setelah menunggu kurang lebih selama setengah jam. Taxi yang ku tumpangi Tiba di sebuah apartemen mewah, di daerah Elit. Setelah membayar taxi, Aku masuk kedalam Untuk menemui Om Agra. Sebenarnya di Negara ini, Aku mengenal seseorang Pengusaha kaya bernama Agra Wijaya, orang yang menjadi sahabat ayahku. Tapi sifatnya sangat bertolak belakang dari ayahku. Jika ayahku adalah orang yang keras dan Tidak menerima Toleransi, lain Halnya dengan sahabat ayahku ini. Dia orang yang sangat lembut dan hangat. Dia juga yang menjadi tempatku untuk berkeluh kesah ketika Aku benar benar tertekan dengan semuanya. Dan dia Juga yang membantuku Untuk kabur dari jepang, tanpa sepengetahuan ayahku.
"Atas nama Fonix Alverio Tantra?". Tanya petugas resepsionis.
"Benar". Ucapku.
"Silahkan, ini kunci unit anda." Ucapnya, memberikan sebuah kunci yang menjadi kamar Unit yang sudah di beli oleh Om Agra. Aku menekan tombol lantai di Lift, beruntungnya di dalam lift tidak Ada siapapun. Jadi aku Tidak harus terganggu. Saat pintu lift Hampir tertutup, seorang pria yang seumuran dengan ayahku, tiba tiba berlari ke arahku, Bisa ku tebak kalau orang itu meminta untuk masuk. Aku menekan tombol lift dengan segera, Pintu lift kembali terbuka dan pria itupun berhasil masuk dengan terengah engah.
"Huft, makasih ya" Ucap pria itu.
"Sama-sama om." Ucapku.
"Kamu Bukan orang Sini?". Tanya pria itu lagi.
"Iya, saya baru datang dari jepang." Ucapku.
"Oh, orang jepang. Tapi logat bahasa kamu lancar banget ya".
"Saya sudah terbiasa dengan bahasa negara ini."
"Oh, kamu sekolah dimana?"
"Academy 48." Ucapku. Biasanya aku tidak terlalu nyaman mengobrol panjang lebar seperti ini. Tapi mungkin karena Aura pria di sampingku ini membuatku nyaman, Aku tidak keberatan Untuk menemaninya mengobrol.
"Wah, putri saya juga sekolah di sana. Dan juga kalian sepertinya seumuran. Mungkin nanti Bisa jadi teman."
"Semoga saja." Ucapku. Menjadi teman? Apakah itu mungkin? Aku bahkan tidak tau Caranya berteman itu seperti apa. Satu satunya Hal yang ku Anggap teman adalah Novel yang sering ku baca.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai yang Ku tuju, Tidak sopan rasanya jika aku Tidak pamit pada pria yang mengajaku mengobrol sedari tadi. Aku membungkukkan badan dan berpamitan pada pria itu.
"Om belum tau nama kamu." Ucap pria itu sebelum kakiku melangkah ke luar lift.
"Fonix". Ucapku singkat.
"Fonix? nama yang bagus.". Ucap pria itu tersenyum sebelum pintu lift sempat tersenyum.
Meski sedikit aneh, Aku tidak memperdulikannya, Aku mencari pintu unit yang sesuai dengan Kunci yang ku Miliki.
"207, 208, 20...ini dia"
Ckrek
Lumayan luas, ketika Aku sudah masuk kedalam. Aku tidak berharap apartemen-nya akan sebagus ini. Berada di lantai yang cukup tinggi, dengan tambahan balkon yang mengarah ke tengah Kota. Cukup menjadi seleraku. Aku bisa sesekali membaca novel sembari mengintip keramaian Kota. Mentari di negara ini, tidak kalah cantik dari negeri matahari terbit. Sepertinya Om Agra belum Pulang Dari kantornya. Aku mengirimkan pesan, yang memberitahu Om Agra kalau aku sudah sampai.
Fonix : Om Agra, aku sudah tiba di apartemen.
Read
Cukup lama aku menunggu, masih Tidak ada balasan. Bisa kupastikan kalau Om Agra sedang sibuk sekarang. Aku membereskan pakaianku, meletakannya dengan Rapi, dan pergi ke kamar mandi. Perjalanan antar negara membuat tubuhku lengket.
...***...
Ckrek
Seorang pria yang sudah berumur, namun masih menyisakan ketampanan dan ketegasan di wajahnya, masuk kedalam Unit apartement yang dihuni Fonix. Pria itu seperti mencari sesuatu. Dia mendengar kucuran air dari kamar mandi, setelah menemukan orang yang dia cari sedang mandi, Pria itu duduk dengan santai di sofa ruang tengah.
Ckrek
Tidak lama pintu kamar mandi terbuka. Menampakan Fonix yang mengenakan celana pendek dengan kaos putih polos, dan handuk putih yang menutupi kepalanya. Fonix menatap Orang yang sedang duduk santai di sofa, dan menghampirinya.
"Kapan Om datang?." Ucapnya.
Pria yang duduk di sofa itu berbalik, ketika mendengar suara dari belakangnya.
"Baru saja, bagaimana perjalanannya..lancar?".
"Begitulah, Tapi sebenarnya om tidak perlu repot-repot membelikanku semua ini. Uang tabunganku masih cukup." Ucap Fonix.
"Simpan saja uang itu. kamu tau sendiri, Om sudah menganggap kamu sebagai anak om sendiri. Ayah kamu itu memang sangat keras, Tapi itu juga demi kamu.". Ucap Agra.
"Hah~ Entahlah." Ucap Fonix lemas.
"Om sudah mendaftarkan kamu ke akademi, jadi besok kamu sudah bisa mulai masuk." Ucap Agra.
"Aku berterimakasih atas semua bantuan om. Aku tidak tau bagaimana cara membalasnya."
"Yaampun kamu ini, tidak perlu kaku seperti itu."
"Om ada urusan lain, jangan lupa siapkan peralatan sekolahmu. Besok Om jemput."
"Aku tidak ingin terlalu merepotkan om, biar aku naik taksi saja." Tolak Fonix.
"Memangnya kamu tau, dimana tempatnya?" Fonix terdiam, benar yang di ucapkan Agra. Dia orang baru di sini. Bisa saja dia tersesat. Dan itu akan tambah merepotkan Agra. Tapi dia juga tidak enak, jika terus merepotkan orang yang sudah dia anggap lebih dari ayahnya ini.
...***...
"Om minta maaf, tidak bisa menjemput kamu. Tidak masalahkan kalau kamu Pulang naik taxi?." Ucap Agra.
"Tidak masalah Om." Ucapku. Itu lebih baik daripada harus terus merepotkan om Agra. Aku datang ke negara ini untuk memulai Hidup yang baru. Aku tidak bisa terus merepotkan om Agra. 'Akademi 48' itulah nama yang tertulis di Gerbang sekolah ini. Cukup luas dengan pemandangan yang Unik. Kenapa unik? Biasanya suatu sekolah tidak terlalu banyak tanaman yang menghiasinya. Dan hanya fokus pada infrastruktur saja. Tapi sekolah ini berbeda. dari mulai masuk pintu gerbang, mataku sudah di suguhkan dengan pemandangan yang menakjubkan. Tanaman di sekolah ini sedikit mendominasi dengan warna Hijau bercampur bunga bunga yang indah. Semua tanamannya di rawat dengan baik dan di ukir sedemikian rupa. Selain gedung-gedungnya yang lumayan banyak, sekolah ini seperti berkonsep pada keasrian dan ke-estetikan, yang akan memanjakan siapa saja yang masuk ke sini.
...***...
"Fonix Alferio Tantra?"
"Benar pak?"
"Kamu pindahan dari jepang ya, lumayan jauh juga." Ucap seorang yang ku ketahui bernama Harlan, pria yang menjabat sebagai kepala sekolah.
"Tuan Agra sudah menitipkan kamu ke saya. Jadi kamu tenang saja. Semoga kamu betah di sini ya." Ucap pak Harlan sembari tersenyum.
Seiring langkahku di koridor, aku sedikit melirik ke seluruh kelas yang bisa ku lihat dari kaca jendela. Maklum saja, saat aku datang bel pertama berbunyi. Para murid sedang fokus dengan kegiatannya. Meski aku tau di dalam pikiran mereka ingin segera berlari keluar dari kelas yang membosankan.
"Kamu tunggu dulu di sini, nanti setelah Saya panggil baru kamu masuk." Ucap pak Harlan ketika sudah Tiba di salah satu kelas. Aku mengangguk mengerti.
Kriett
"Selamat pagi anak anak....."
Aku hanya acuh saja. Aku mendengar pak Harlan mengucapkan beberapa patah kata di dalam. ' 13X ' Nama yang Unik untuk sebuah kelas. Sekolah ini memang sangat berkelas.
"Masuklah!"
Setelah Pah Harlan memanggilku, langkah kakiku dengan ringan masuk kedalam kelas. Bisa kulihat, kelas ini terisi oleh banyak murid. Aku mendapatkan tatapan memuja dari Para gadis di kelas ini. Sudah tidak aneh untuku. Tapi entah kenapa, Dari sekian banyak Gadis di kelas ini, mataku tertuju pada seorang gadis yang duduk di dekat jendela. Gadis berambut Hitam pekat, dengan wajah Oriental. Mata Hitamnya, sangat indah. Dia Juga menatap ke arahku. Dan entah kenapa, tatapan kami terasa terkunci. Aku mencoba Untuk tersadar, dan menatap mereka semua dengan tampang datarku.
"Fonix Alverio Tantra, salam kenal."
"Fre, kantin yuk!".
"Duluan aja deh, Gue mau nganterin nih buku dulu, ke perpus."
"Jangan lama ya!"
"Iya."
...***...
Jika bukan karena Bu Melody, yang menyuruhku untuk mengantarkan setumpuk Buku tebal ke perpustakaan, pasti sekarang cacing- cacing dalam perutku tidak pada demo seperti ini. Mana banyak banget lagi Bukunya. Kalau gak nyeremin, tuh Guru udah gue tumbalin. Langkah kakiku dengan Hati-hati menuruni satu persatu anak tangga. Perpustakaan sekolah berada di lantai satu. Cukup jauh dari kelasku yang berada di lantai dua. Sepertinya aku kurang berolahraga, baru beberapa langkah saja sudah terengah engah.
Brugg! Fiuh~ akhirnya sampai Juga. Awas aja tuh Guru. Gue selengkat lain kali. Saat kakiku akan melangkah ke luar, Tidak sengaja sorot mataku tertuju pada seseorang yang sedang duduk Manis sambil membaca sebuah Buku di sudut perpustakaan. Meski terbilang luas, perpustakaan sekolahku jarang di kunjungi oleh para Murid. Hanya yang memiliki keperluan saja, seperti mengambil buku referensi atau sekedar bersantai saja. Itu Juga jarang ada yang melakukannya.
Aku cukup terkejut, ada orang yang duduk santai di sudut ruangan. Aku Pikir itu Adalah hantu perpustakaan, yang menjadi salah satu dari 7 legenda 'ikonik' sekolahku. Namun ketika kuperhatikan lebih jeli, memang hantu, iya hantu. Hantu yang bisa membuat jantungku berdebar ketika pertama kali Dia melangkahkan kaki kedalam kelas. Hantu tampan bernama Fonix Alverio Tantra. Murid baru yang sudah terkenal sebagai anak paling dingin se-antero sekolah. Meski memiliki sifat sedingin es, nyatanya sifatnya itu yang membuat dia di gilai oleh setiap siswi. Termasuk aku? Ya, aku juga termasuk.
Sekarang harus bagaimana? Apa aku keluar saja tanpa memperdulikannya? Atau harus kusapa dia? Terhitung sejak pertama dia menjadi murid baru, Aku belum pernah sekalipun berbicara secara resmi dengannya. Sayang sekali jika kesempatan yang belum tentu datang dua kali ini, ku sia siakan. Tapi jika aku menghampirinya begitu saja, Apa dia akan 'ilfil' padaku? Aku tidak tau pendekatan itu caranya seperti apa. Ini pertama kalinya aku jatuh cinta. Dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
Tring! Seketika sebuah ide cemerlang terlintas di otak cantiku. Kenapa aku tidak berpura pura saja mencari sebuah Buku. Dengan alasan itu, aku bisa duduk di dekatnya kan? Tapi, bagaimana jika dia terganggu? Tidak! Itu patut di coba. Dia sepertinya sangat suka membaca, jadi tidak masalah jika aku berpura pura menanyakan buku yang bagus.
Langkah kakiku perlahan mendekatinya. Berpura pura memilah Buku di rak di dekatnya. Sambil sesekali mataku menoleh padanya. Bisa sedekat ini dengannya, ya tuhan-ganteng banget. Bisa gak sih, nih jantung tenang dikit. Dia sepertinya tidak terganggu dengan Kehadiranku. Dia anteng saja membaca buku yang kutahu itu Adalah sebuah novel yang cukup tebal. Dia pintar sekali memilih tempat duduk. Dekat dengan jendela yang terbuka, rambut Hitamnya terangkat lembut oleh angin sepoi. Ya tuhan-rasanya gue pengen ngarungin dia dan bawa ke KUA. Eh, tapi biasanya, cowok kan yang sering berfikir begitu? Bodo amat dah, yang penting, gimana caranya gue bisa duduk di dekat dia. Gue mau pura pura baca Buku aja susah banget. Tinggal pilih aja, kok repot sih. Huft~Freya Tenang dong.
...***...
"Bapak dengar, dari tuan Agra. Kalau kamu sangat berbakat dalam Hal seni vokal. Kamu Juga pintar memainkan banyak alat musik."
"Itu hanya Hobi saja. Tidak terlalu spesial." Ucapku. Aku pikir ada masalah apa sampai kepala sekolah memanggilku. Jika Untuk menanyakan hal yang Tidak penting seperti itu......buang buang waktu sekali.
"Tapi hobi kamu itu, bisa menjadi sebuah anugrah untuk kamu. Sebulan lagi, akan ada kompetisi Vokal. Yang akan di ikuti oleh setiap sekolah di seluruh kota. Apa kamu tertarik untuk ikut?"
"Sejujurnya, aku tidak terlalu tertarik. Tapi jika bapak ingin mendaftarkan-ku, aku tidak masalah. Setidaknya, aku bisa melakukan sesuatu yang membanggakan sekolah ini."
" kamu ini memang Unik ya, baiklah. Kalau kamu tidak masalah, kamu dan Freya akan mewakili sekolah untuk mengikuti Kompetisi itu."
"Freya?"
"Apa kamu belum berkenalan dengan teman teman sekelas kamu, Freya itu adalah Gadis yang sekelas dengan kamu. Dia terbilang Gadis yang nakal, tapi kemampuannya dalam musik, sudah tidak di ragukan lagi."
Hoh, jadi dia teman sekelas ku? Wajar saja aku tidak mengenalnya, aku sangat jarang bergaul. Setelah pelajaran usai, aku biasanya langsung pergi ke perpustakaan. Atau pun jika sedang malas, aku diam saja di dalam kelas sambil membaca novel. Meski banyak gadis di kelasku yang mencoba ingin dekat denganku, aku selalu mengacuhkannya. Tapi diantara mereka, Aku tidak pernah merasa ada yang namanya Freya. Kepala sekolah bilang dia gadis yang nakal? Cukup menarik. Aku ingin tau seberapa nakal dirinya.
"Kalau begitu saya pamit pak." Ucapku. Aku mulai bosan jika terus berlama lama di ruangan pengap ini.
"Kalau kamu mau berlatih, kamu bisa menggunakan ruangan musik sekolah. Jika merasa terganggu pada saat siang hari, kamu bisa berlatih di malam Hari. Bapak akan Bilang pada penjaga sekolah nanti."
"Baiklah, aku mengerti."
Untuku yang sering terbiasa hidup dalam keheningan, cukup melelahkan bicara panjang lebar seperti itu. Aku tidak ingin ke kantin, karena pastinya banyak Murid-murid yang akan berkumpul. Aku tidak terlalu menyukai keramaian. Jadi setelah dari ruangan kepala sekolah, aku memutuskan untuk ke perpustakaan.
...***...
Huft~ Sepertinya murid murid di sekolah ini, kurang memiliki niat baca yang bagus. Tapi itu bagus Untuku. Tempat ini sunyi, sangat cocok menjadi tempat favoritku. Aku biasanya menghabiskan waktu sampai bel terakhir berbunyi, jika sedang kosong. Cukup lama aku duduk di sudut ini, Tiba tiba pintu perpustakaan terdengar terbuka. Mungkin ada murid yang ingin mengambil Buku. Pikirku. Dari tempat ku, sangat jelas jika ingin melihat pintu keluar. Kulihat ada seorang gadis yang cukup tinggi, dengan rambut panjangnya yang Hitam pekat. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena terhalang oleh tumpukan Buku yang dia bawa.
Gadis itu terlihat terengah-engah setelah menaruh buku yang lumayan banyak. Entah siapa yang menyuruhnya membawa buku sebanyak itu. Tunggu! Kalau tidak salah gadis itu.......benar, dia adalah Gadis yang membuat tatapanku terkunci saat hari pertama aku datang ke sekolah ini. Aku sendiri tidak tau namanya. Aku berpura-pura tenang sambil kembali membaca novelku. Kulihat gadis itu mendekatiku dan memilah Buku di rak samping tempat ku. Dia terlihat bingung ketika memilah buku. Seketika aku menangkap suatu kesimpulan. Matanya sering melirik ke arahku secara sembunyi-sembunyi. Entah kenapa aku merasa, gadis ini hanya beralibi saja, ketika ingin mengambil buku. Dia pikir aku tidak memperhatikan gerak geriknya?
Kulihat dia mengambil sebuah buku yang Kutahu itu adalah sebuah novel. Setelah mengambil buku itu, kenapa dia diam saja? Dia terlihat ragu-ragu.
"Emm....a-apa aku Boleh duduk di sini?" Ucapnya Tiba tiba.
Aku melirik sekilas wajahnya. Sangat cantik.
"Banyak tempat yang kosong." Ucapku datar. Aku bingung, diantara semua tempat kosong di perpustakaan ini. Kenapa dia ingin duduk di depanku? Apa ini yang namanya pendekatan? Aku tidak terlalu memahami hal seperti itu. Tapi aku sedikit mengetahuinya dari novel yang sering ku baca. Orang yang sedang jatuh cinta, biasanya akan malu-malu ketika berbicara dengan orang yang di sukainya. Dia juga memiliki banyak alasan untuk bisa dekat dengan pujaan hatinya.
Jadi apa aku bisa bilang, kalau gadis ini jatuh cinta denganku? Hah~ itu tidak mungkin. Tapi...begitukah?
"Ta-tapi aku ingin duduk di sini." Ucapnya.
Tipe gadis yang keras kepala ya? Biasanya tipe orang yang seperti ini, tidak akan mudah Untuk mengalah. Aku sangat malas jika harus berdebat dengannya. Toh, jika dia membuatku risih, aku tinggal pergi saja.
"Lakukan sesukamu." Ucapku cuek.
Bisa kulihat kalau dia terlihat senang. Ukiran senyum di wajahnya, menggambarkan Hal itu.
...***...
Freya tidak ingin membuang kesempatan yang dia dapat. Dengan segera dia duduk di hadapan Fonix. Sebelum pria es di hadapannya ini berbuah pikiran. Dengan Hati yang berdebar, Freya mencoba tenang dengan membuka sembarangan Halaman. Tapi matanya tidak bisa lepas dari pria tampan di hadapannya saat ini.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Freya sedikit tersentak. Dia sedikit malu, Fonix bisa mengetahui yang dia lakukan.
"Gak papah, kayaknya lebih enak Lihat kamu dari buku membosankan ini." Freya menaruh dagunya di atas kedua tangan yang menopang ke meja.
"Jika tidak ada urusan kau bisa pergi."
"Ini perpustakaan umum. Siapa saja boleh ke—"
Fonix memundurkan kursi duduknya dan Beranjak pergi. Tidak memperdulikan Freya yang terbengong dengan apa yang dia lakukan.
"Dia kenapa sih, gue kan cuma mau dekat doang. Dingin banget." Freya merasa Lesu. Usahanya mendekati Fonix dirasa gagal. Padahal ini pertama kalinya, dia berusaha Untuk mendekati pria.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!