NovelToon NovelToon

Lala Putri Yang Terlupakan

Bab. 1

Kisah ini melanjutkan dari kisah novel sebelum nya yang berjudul cinta yang terluka di mana waktu itu Laras sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu dan cantik yang di beri nya nama Lala Dewi ayu Sebastian dan di panggil Lala.

Lala tumbuh menjadi gadis kecil yang manis lucu dan cerdas di usianya yang baru menginjak tiga tahun itu dia sudah bisa berbicara meski agak cadel dan belum jelas kosakatanya.

Laras membesarkan Lala seorang diri setelah dia memutuskan untuk bercerai dari Antonio suaminya.

Laras bekerja sebagai karyawan di sebuah firma karena sekarang dia bukan lagi pemilik butik seperti dulu saat dia menjadi istri Antonio.

Sebenarnya butik itu pemberian dari Antonio dan sudah di atas namakan dirinya tapi setelah resmi bercerai dari Antonio, Laras mengembalikan butik itu pada Antonio meski Antonio menolak Laras mengembalikan padanya.

Laras sekarang berperan sebagai single parent dalam merawat dan memenuhi segala kebutuhan anaknya Lala karena sejak setahun yang lalu Antonio sudah tidak lagi mengirimi jatah bulanan untuk keperluan Lala.

"Mama......Lala mau pup.........!!" teriak Lala pada Laras saat Laras sudah mempersiapkan sarapan pagi untuk semua, Bu Weni dan Lala.

"Lala, kenapa gak dari tadi sih pup nya, giliran udah pakai seragam sekolah kamu minta pup," ucap Laras sambil membuka rok seragam paud Lala.

"Hehehe," Laras cengengesan saja mendengar Laras mengomel.

"Yuk ke kamar mandi," ajak Laras pada Lala sambil menggandeng tangan putri kecilnya itu.

Bu Weni tersenyum melihat hal itu, Bu Weni sangat menyayangi Lala cucu satu-satunya yang dia miliki saat ini.

"Mama, lok nya Lala mana.....," ucap Lala yang panik karena tidak menemukan rok seragam paud nya yang tadi habis di buka lagi karena dia pup.

"Sebentar nak....mama ambilin," kata Laras yang berjalan mengambil rok seragam Lala yang dia letakkan begitu saja di kursi meja makan tadi.

Kemudian Laras berjalan ke arah Lala yang masih berdiri di depan kamar mandi, lalu Laras memakaikan tok seragam paud Lala dan setelah itu mereka sarapan.

"Lala mau ini?" tanya Bu Weni pada cucunya itu.

"Apa itu nek?" Lala balik tanya sambil melihat ke arah tangan Bu Weni yang sedang memegang piring yang berisi nugget dengan bentuk macam-macam animal itu.

"Ini nugget......Lala....," kata Bu Weni sambil menunjukkan piring itu ke depan Lala.

"Mau nek Lala mau tapi ...Lala mau yang bentuknya bebek ya nek.....," ucap Lala sambil menunjuk ke nugget yang berbentuk bebek itu.

"Ini, nenek kasih tiga ya," Bu Weni meletakkan tiga buah nugget bentuk bebek itu ke piring Lala.

"Kok cuma tiga sih nek....Lala maunya cepuluh.....," ucap Lala dengan polosnya.

Laras menoleh ke arah Lala yang duduk di sampingnya itu, Laras tersenyum dan menghentikan makannya lalu dia berkata pada putri kecilnya itu.

"Sayang....kalau makan itu gak boleh berlebihan harus secukupnya saja, nenek kasih Lala segitu dulu nanti kalau Lala masih kurang kan bisa nambah lagi....," ucap Laras memberi pengertian pada Lala.

"Iya mama," ucap Lala yang kemudian mulai memasukkan sendok yang sudah berisi nasi dan nugget itu ke dalam mulutnya.

Bu Weni, Laras dan Lala sudah menyelesaikan sarapan mereka, kemudian Laras pamit pada Bu Weni untuk berangkat ke paud tempat Lala sekolah sekalian dia juga berangkat kerja.

"Bu, aku berangkat," ucap Laras sambil mencium tangan kanan Bu Weni.

Laras menoleh pada Lala yang terlihat sibuk mengenakan tas punggungnya itu.

"Lala....ayo cepat sayang nanti kamu telat lho.....," ucap Laras pada Lala.

"Bental mama.....," kata Lala yang masih sibuk betulin letak tas punggungnya itu.

Laras tersenyum dan menghampiri Lala yang masih saja sibuk dengan tas punggungnya itu.

"Sini mama betulin ya," kemudian Laras membetulkan letak tas punggung Lala itu.

Laras sudah selesai membetulkan letak tas punggung Lala, kemudian Lala berlari ke arah Bu Weni yang masih duduk di kursi meja makan itu.

"Nenek, Lala belangkat cekolah ya....," kata Lala sambil mencium tangan kanan neneknya itu.

"Lala belajar yang pinter ya dan gak boleh nakal," pesan Bu Weni pada cucunya itu.

"Iya nenek."

Kemudian Laras dan Lala pun berjalan keluar dari rumah menuju taxi yang sudah ada di jalan depan rumah mereka yang sebelumnya sudah Laras pesan lewat aplikasi online.

Bu Weni berdiri di teras menunggu taxi yang membawa Laras dan Lala berangkat.

Tak lama kemudian taxi itupun mulai bergerak perlahan " Dada nenek............!!" teriak Lala sambil melambaikan tangannya pada Bu Weni lewat jendela taxi yang terbuka itu.

Bu Weni melambaikan tangannya pada Lala sambil tersenyum.

Kemudian taxi itu pun meluncur di padatnya jalanan yang sudah mulai rame dengan kendaraan bermotor itu.

Dan tiba-tiba taxi yang di tumpangi Laras dan Lala itu berhenti di pinggir jalan.

Laras mengerutkan alisnya sambil bertanya pada supir taxi itu " kenapa pak?" tanya Laras pada supir taxi itu.

"Gak tau ini mbk, tiba-tiba saja berhenti.

Mbak mau nunggu sebentar, saya akan betulin dulu taxi nya," kata pak supir taxi itu.

"Emmm tidak usah sudah pak, saya cari taxi lain saja keburu telat nanti pak," ucap Laras pada supir taxi itu.

"Baiklah mbak kalau begitu, maaf ya mbk," ucap sopir taxi itu sopan pada Laras.

"iya pak tidak apa-apa, ini ongkosnya ya pak," Laras menyerahkan selembar uang lima puluh ribu pada supir taxi tesebut.

Kemudian Laras mengajak Lala keluar dari taxi itu dan berdiri di pinggir jalan untuk mencari taxi yang lain.

"Mama, kok kita keluar?" tanya Lala dengan wajah bingung.

"Sayang, taxinya itu mogok dan masih mau di betulin sama pak supirnya, kita cari taxi lain ya," kata Laras pada Lala.

"Mama, nanti Lala telat nyampek cekolah nya, telus Lala di malahin cama Bu gulu," kata Lala dengan mimik wajah cemas.

"Enggak sayang, Bu guru gak akan marahi Lala kalau Lala cerita yang sebenarnya terjadi nanti," Laras memberi pengertian pada putrinya yang lagi cemas itu.

"Tapi nanti mama yang bilangin ke bu gulu ya......," ucap Lala pada Laras sambil mengernyitkan keningnya.

"Iya nanti mama yang bilang ya," Laras mencoba menenangkan kekhawatiran Lala.

"Oke mama," Lala sudah bisa tersenyum sekarang.

"Aduh kenapa ini jaringan nya muter-muter terus ya, bisa-bisa lama ini dapet taxi nya.

Sudah hampir seperempat jam Laras tidak juga mendapatkan taxi yang di pesan nya karena jaringan sinyal yang masih tidak stabil.

Lala yang sedari tadi sudah sabar menunggu, tiba-tiba saja jadi ngambek lagi dan berkata pada Laras " mama, taxi nya masih lama gak.....?" tanya Lala dengan wajah cemberut lucu banget.

Laras menipiskan bibirnya sambil menatap Lala dan berkata padanya "Sebentar lagi datang sayang, Lala sabar ya....," ucap Laras sambil mengusap rambut Lala.

Lala masih cemberut tapi tiba-tiba dia serta merta berlari ke arah mobil yang sedang melaju di jalan tempat Lala dan Laras berdiri itu.

"Taxi ...!!!taxi....!!!.cetop......!!!," teriak Lala sambil mengangkat kedua tangannya ke atas menghadang mobil yang di kira taxi itu sama Lala.

"Ciiiiit......," dengan serta merta mobil yang sedang melaju itu mengerem dengan mendadak ketika melihat anak kecil yang menghadangnya.

"Lala.....!!!!!" teriak Laras yang langsung menghambur ke arah Lala.

"Ya Tuhan........," ucap pemilik mobil itu yang ternyata adalah Antonio mantan suami Laras yang sudah pulang dari Australia.

Bab. 2

Antonio melongok ke depan dari kaca mobilnya itu dan dia melihat Lala yang sedang di gandeng sama Laras.

Lalu dengan segera Antonio keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menghampiri Lala dan Laras.

Mata Laras terbelalak dan jantungnya serasa berhenti berdetak saat dia melihat pria yang keluar dari dalam mobilnya itu adalah Antonio, suami yang telah dia ceraikan tiga tahun yang lalu.

"K-kamu tidak apa-apa nak?" tanya Antonio dengan wajah cemas pada Lala yang masih di gandeng Laras itu.

Lala menggelengkan kepalanya sambil menatap Antonio.

"Mas, mas Antonio," sapa Laras pada Antonio yang tidak melihat dan menyapanya tadi.

Antonio menatap Laras dengan pandangan keheranan dan bertanya pada Laras "m_maaf kamu siapa ya? Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" tanya Antonio pada Laras seperti tidak pernah kenal dengan Laras.

Laras mengerutkan kedua alisnya melihat Antonio yang tidak mengenali dirinya itu.

"Ada apa dengan mas Antonio? Kenapa dia tidak mengenali aku? Apa karena dia terlalu lama tinggal di Australia sampai dia lupa sama aku, atau mungkin dia berpura-pura tidak mengenali aku lagi karena dia masih marah sama aku karena perceraian tiga tahun yang lalu itu?" berbagai macam pertanyaan bergelayut di kepala Laras tentang perubahan sikap Antonio.

"Maaf kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan aku? Kita pernah bertemu sebelumnya? karena aku sudah lupa dengan sebagian kisah lalu aku akibat kecelakaan hebat yang aku alami sewaktu aku mengendarai mobil di Australia sana," ucap Antonio pada Laras.

"Ya Tuhan.....mas Antonio pernah mengalami kecelakaan yang hebat, dan itu yang menyebabkan dia kehilangan sebagian ingatan nya tentang masa lalunya termasuk aku dan Lala yang sudah tidak dia ingat lagi," gumam Laras dalam hatinya sambil menatap Antonio.

"Mmm.....mbk, apa kita pernah bertemu?" tanya Antonio lagi pada Laras saat melihat Laras yang terdiam dan tidak segera menjawab pertanyaannya dari tadi.

"Emmm.....enggak, kita gak pernah ketemu maaf saya salah orang," ucap Laras berbohong pada Antonio.

Antonio mengerutkan keningnya sambil menatap Laras, hati Antonio seperti mengatakan ada sesuatu yang dia tahu dari Laras tapi apa itu dia tidak bisa mengingatnya sama sekali karena semua memori tentang Laras sudah terhapus dari ingatannya akibat kecelakaan tragis yang hampir merenggut nyawanya itu saat dia berada di Australia sana.

"Apa benar kita tidak pernah bertemu?" tanya Antonio penasaran pada Laras sambil menatap Laras lekat-lekat.

"T-tidak kita tidak pernah bertemu," ucap Laras meyakinkan Antonio yang masih penasaran padanya.

Antonio mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar perkataan Laras.

Lala yang melihat Antonio dan Laras saling bercakap-cakap mengira kalau mereka itu berteman, dengan mendongakkan kepalanya Lala berkata pada Antonio.

"Om, om kan cupir taxi yang mau ngantelin Lala ke cekolah ya?" tanya Lala dengan polos pada Antonio.

"Lala, om ini bukan supir taxi," kata Laras pada Lala.

"Tapi om nya bawa mobil kan ma...," ucap Lala pada Laras sambil mengerutkan keningnya.

"Tapi itu mobilnya om sendiri dan mobilnya itu bukan mobil taxi...," ucap Laras mencoba menjelaskan pada Lala.

"Tapi kan bisa buat antelin Lala ya?" Lala masih memaksa.

"Gak bisa Lala.....om nya bukan supir taxi dan om nya juga mau berangkat kerja, jadi kita tetap nunggu taxi ya," dengan nada rendah Laras mencoba memberi pengertian pada Lala yang masih tidak paham dengan ucapan Laras.

Lala menunjukkan mukanya yang cemberut karena dia tidak jadi berangkat ke sekolah nya, lalu dengan memberanikan diri Lala berkata pada Antonio.

"Om, om mau gak antelin Lala ke cekolah, Lala udah telat banyak ini om.....coalnya taxi yang ngantelin Lala mogok itu," ucap Lala pada Antonio dan menunjuk pada taxi yang masih di perbaiki itu.

Antonio menundukkan kepalanya dan berkata pada Lala " boleh, om akan anterin kamu ke sekolah ya," ucap Antonio yang memang sejak dari dulu sangat penyayang pada anak kecil.

"Hole......," Lala berjingkrak kegirangan karena Antonio mau mengantar nya ke sekolah.

"Tapi Lala....om nya ini mau berangkat kerja, kita gak boleh ngerepotin om nya," kata Laras mencegah Lala numpang mobil Antonio.

"Gak apa-apa, saya akan antarkan Lala ke sekolah," kata Antonio pada Laras.

Lala bergeser mendekat ke arah Antonio yang berdiri di hadapan Laras dan tiba-tiba Lala memegangi lengan Antonio sambil berkata padanya " ayo om antelin Lala ya," ucap Lala.

"ayo," kemudian Antonio berjalan bersama Lala menuju ke arah mobilnya.

"Silahkan Lala," Antonio membukakan pintu mobil bagian tengah itu untuk Lala.

Kemudian Lala masuk ke dalam mobil itu dan duduk di sana, sementara Laras agak ragu untuk masuk ke dalam mobil Antonio dan Antonio tahu akan hal itu.

"Silahkan masuk," ucap Antonio sambil tersenyum pada Laras yang masih berdiri di tempatnya itu.

Laras menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum pada Antonio dan kemudian Laras masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Lala yang sudah masuk terlebih dahulu.

Kemudian Antonio menutup pintu mobil itu dan dia pun masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi bersiap untuk menjalankan mobilnya.

Sebelum mengemudikan mobilnya, Antonio menoleh ke belakang bertanya pada Laras arah tujuan mereka.

"Sekolahnya di mana?" tanya Antonio pada Laras.

"Paud harapan hati di jalan Hayam Wuruk no lima puluh A," ucap Laras pada Antonio.

"Baik," kata Antonio yang kemudian menjalankan mobilnya menuju ke Paud harapan hati tempat Lala menuntut ilmu di sana.

Di dalam perjalanan itu sesekali Antonio mencuri pandang pada Laras lewat kaca mobil yang tergantung di atas kepalanya itu, demikian juga dengan Laras dia juga sesekali menatap Antonio lewat kaca mobil itu dan sesaat pandangan mereka pun sempat beradu tapi buru-buru Laras membuang muka menghindari tatapan Antonio.

"Kenapa aku seperti tidak asing dengan wajah Laras ya?" gumam Antonio dalam hatinya yang bingung sendiri dengan perasaan nya itu.

"Mas Antonio benar-benar sudah melupakan aku dan Lala akibat efek kecelakaan tragis yang di alaminya sewaktu di luar negeri itu," gumam Laras dalam hatinya.

"Om!" panggil Lala tiba-tiba pada Antonio yang sedang memikirkan Laras.

"Iya," jawab Antonio sambil melihat Lala dari kaca mobilnya yang ada di atas kepalanya itu.

"Nyetil mobilnya yang kenceng ya, bial Lala gak telat banyak om.....," ucap Lala dengan polosnya.

"Oke, om akan ngebut ya tapi Lala harus pegangan yang kuat sama mama ya," ucap Antonio pada Lala sambil menatap Laras yang tersenyum itu lewat kaca mobilnya.

"Senyum Laras membuat aku sangat hangat, tapi kenapa tiba-tiba perasaan aku seperti ini ya?" Antonio bergumam dalam hatinya, Antonio bingung sendiri dengan perasaannya itu.

Bab. 3

Dan tak berapa lama mobil Antonio pun sudah sampai di depan paud harapan hati tempat Lala sekolah.

"Hole....cudah campai.....!!" teriak Lala kegirangan sambil bertepuk tangan.

Antonio tersenyum melihat tingkah Lala yang lucu dan menggemaskan itu dan hatinya merasa sangat bahagia saat bertemu dengan. Lala.

"Om baik, telimakasih ya cudah antelin Lala ke cekolah," kata Lala pada Antonio sebelum dia turun dari mobil Antonio.

"Terimakasih juga sudah membantu kami memberi tumpangan," kata Laras pada Antonio sambil tersenyum tipis.

"Ya sama-sama," kata Antonio pada Laras yang juga sambil tersenyum.

"Ayuk Lala kita turun," ajak Laras pada Lala.

Antonio dengan segera turun dari mobilnya dan dia membukakan pintu mobil untuk Laras dan Lala keluar dari mobilnya.

"Silahkan," ucap Antonio pada Laras sambil memegangi pintu mobil yang sudah di bukanya itu.

"Terimakasih," ucap Laras yang kemudian keluar dari mobil itu tapi tiba-tiba kaki Laras tergelincir dah membuatnya hampir terjatuh dan dengan sigap Antonio segera menangkap tubuh Laras yang hampir terjatuh itu.

Sejenak Laras dan Antonio saling berpandangan saat Antonio menangkap tubuh Laras yang mau jatuh tadi, ada perasaan hangat dan nyaman yang menyelinap masuk ke dalam relung hati Antonio saat dia menatap mata Laras, dan Laras pun merasakan hal yang sama, mungkin itu di karenakan mereka masih sama-sama saling mencintai tapi sayangnya memori Antonio tentang Laras sudah hilang dan dia tidak bisa mengingat siapa Laras lagi.

Tapi jauh di dalam hati Antonio dia merasa kalau Laras adalah bagian dari masa lalunya yang dia sendiri juga masih tidak tahu.

"Terimakasih sudah menolong saya," ucap Laras setelah Antonio melepaskan tubuh Laras.

"Iya sama-sama," ucap Antonio pada Laras.

"Om baik.... telimakacih udah antelin Lala..," ucap Lala sambil meraih tangan kanan Antonio dan menciumnya kayaknya seorang anak yang berpamitan pada orang tuanya.

Antonio tercengang dan terharu ketika Lala mencium tangannya dia merasakan seperti ada sesuatu perasaan yang kuat yang dia rasakan terhadap Lala tapi anehnya Antonio masih tidak mengerti perasaan apa yang saat ini dia alami.

"Iya," ucap Antonio sambil menatap Lala yang sudah kabur masuk ke dalam paud nya itu dan terlihat Laras berjalan mengikuti Lala dari belakang.

"Kenapa tiba-tiba hatiku merasa damai dan nyaman ya saat berada di dekat Laras dan Lala, perasaan apa ini? aku tidak mengenal mereka tapi kenapa perasaan ku sangat kuat pada mereka seperti ada sesuatu yang terjadi antara aku dan mereka, tapi apa itu aku sendiri tidak mengerti," gumam Antonio saat menatap Laras dan Lala yang sudah masuk ke dalam paud itu.

Tiba-tiba saja Antonio tersentak dari lamunannya saat ponselnya berdering panggilan masuk.

"Kak Anton .....kamu kemana aja sih ...jam segini kok masih belum jemput aku?" tanya seorang wanita yang menelpon Antonio itu.

"Iya maaf aku masih ada di jalan ini, kamu tunggu ya, sebentar lagi aku akan jemput kamu honey," ucap Antonio pada Amel yang dia kenal sejak dia tinggal di Australia tiga tahun yang lalu itu.

Kemudian Antonio berjalan masuk ke dalam mobilnya dan tak lama kemudian mobil Antonio itu sudah meluncur pergi menuju ke apartemen Amel.

Amel adalah gadis yang cantik dan periang usianya lebih muda sepuluh tahun dari Antonio, postur tubuhnya standar. Amel adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya dan dia di beri kuasa oleh papinya untuk menjadi owner di salah satu butik pemberian papinya itu. Perusahaan yang dimiliki papinya Amel termasuk kompetitor dari perusahaan papanya Antonio.

Tiga tahun yang lalu itu Amel kuliah di Australia dan di sanalah awal pertemuannya dengan Antonio yang waktu itu juga pergi ke Australia untuk mengobati luka hatinya setelah bercerai dari Laras dan sejak itu Amel dan Antonio sangat dekat apalagi setelah Antonio operasi otak akibat kecelakaan tragis yang menimpanya waktu itu sampai menyebabkan dia kehilangan sebagian memori masa lalunya termasuk juga lupa dengan masa lalunya bersama Laras.

Di saat Antonio lupa itulah hanya ada Amel yang selalu menemani hari-harinya selama di Australia itu dan ingatan Antonio hanya Amel wanita yang ada di memorinya saat ini.

Antonio sudah tiba di apartemen Amel dan Amel yang sudah menunggu kedatangan Antonio itu langsung saja menghambur ke arah mobil Antonio dan masuk ke dalam mobil.

"Kak Anton kenapa lama banget sih jemputnya....," ucap Amel dengan manja pada Antonio.

"Iya maaf honey, tadi ada insiden kecil di jalan ," kata Antonio pada Amel.

"Hah! kak Anton kecelakaan!?" pekik Amel sambil mendelik dan menatap Antonio dengan cemas.,

"Enggak enggak bukan aku yang kecelakaan," kata Antonio.

"Terus siapa dong yang kecelakaan?" tanya Amel sambil mengerutkan keningnya menatap Antonio.

"Tadi aku hampir saja menabrak anak kecil yang tiba-tiba saja menghadang laju mobilku,"

"Hah!!! terus bagaimana?" tanya Amel tidak sabar.

"Terus aku mengerem mobilku dengan sekuat tenaga agar tidak sampai menabrak gadis kecil yang lucu itu yang tengah menghadang mobilku,"cerita Antonio pada Amel.

"Kak Anton gak apa-apa kan," ucap Amel sambil memegang lengan Antonio dan melihat ke seluruh tubuh Antonio dengan wajah khawatir.

"Mel, sudah Mel aku gak apa-apa ya," kata Antonio menenangkan Amel yang mencemaskan dirinya.

"Oke kak Anton kalau begitu kita berangkat ya," kata Amel dengan senyumnya yang merekah itu.

"Ya," kemudian Antonio mengemudikan mobilnya mengantarkan Amel ke butiknya.

Dan tak lama kemudian Antonio dan Amel akhirnya sampai juga di butik milik Amel itu, Antonio turun dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Amel.

"Kak, aku duluan ya," pamit Amel pada Antonio dengan tersenyum riang.

"Ya, aku juga mau berangkat ke kantor," ucap Antonio pada Amel.

"Kak Anton hati-hati ya nyetirnya," kata Amel sebelum Anton pergi.

Antonio menganggukkan kepalanya, lalu dia pun masuk ke dalam mobilnya dan mobil itupun berlalu dari hadapan Amel yang masih berdiri di tempatnya sambil memperhatikan mobil Antonio.

Tak berselang lama Antonio pun sudah tiba di kantornya, Antonio berjalan menuju ke ruangannya.

"Pagi pak," sapa sekertaris baru penggantinya Mira itu pada Antonio yang melintas di depan meja kerja sekertaris itu.

"Pagi," jawab Antonio sambil terus berjalan menuju ke ruang kantornya.

Setiba di ruang kantor, Antonio kemudian duduk di kursi kerjanya sambil menyandarkan tubuhnya di punggung kursi kerjanya itu.

Sejenak Antonio termangu mengingat sapaan Laras tadi padanya yang menyebut dirinya dengan sebutan mas Antonio.

"Kenapa Laras tadi menyebut aku dengan sebutan mas Antonio ya? Dan kenapa ada perasaan yang lain yang ada di hati saat aku menatap Laras tadi ya? terus hati aku juga sangat bahagia sekali saat aku melihat tingkah dan senyum Lala yang lucu itu," gumam Antonio yang masih bingung dengan perasaan nya terhadap Laras.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!