NovelToon NovelToon

I'M Just A Support

Chapter 1 (Julian Marvelus)

Keluarga Marvelus..

Keluarga bangsawan terkenal, pedang kerajaan Yaretia. Memegang 1 rute yaitu Strength Route dari percabangan pohon kekuatan yang disebut sebagai Sephiroth Tree.

Kepala keluarga Marvelus, Angrei Marvelus. Sosok yang ditakuti, pemegang kedudukan tertinggi keluarga Marvelus. Semua keluarga menunduk kan kepalnya memberi hormat kepada Angrei Marvelus.

Memiliki 3 istri dan total 7 anak. Semua anak itu memiliki bakat tiada tara yang siap mengguncang dunia. Namun takdir membelokkan perkataan tersebut, ketika sang bungsu terkena kutukan yang menggerogoti tubuhnya secara perlahan.

Julian Marvelus, nama putra bungsu keluarga Marvelus. Menyimpan bakat dari keluarga Marvelus namun dengan tubuhnya yang sedang sakit parah, membuang bakat hebat didalam tubuhnya.

Rumah Kecil Keluarga Marvelus, di desa dekat dengan kota Notheim, sebelah utara desa Riveredge. Rumah tempat Julian Marvelus dikucilkan, dirawat oleh 1 orang pelayan wanita dan 1 orang pelayan laki-laki utusan keluarga Marvelus.

Julian dikucilkan karena dia disebut sebagai sumber malapetaka akibat dari kutukan yang berada ditubuhnya.

Rumah dari batu-bata dengan pondasi kayu sebagai penegak. Rumah yang tidak terlihat seperti rumah orang bangsawan. Atap sudah berlumur terlihat tidak terurus.

Didalam, rumah terbagi menjadi beberapa ruangan, ruang tamu, 2 kamar mandi, ruang makan dan dapur, 2 kamar tidur yang jaraknya berdekatan. Lantainya terbuat dari kayu yang masih kokoh serta ornamen-ornamen yang terlihat sepi dan hanya beberapa bingkai terlihat masih menggantung di dinding.

Seorang pria berumur 18 tahun berbaring diatas kasur. Matanya terpejam dengan tubuhnya yang sangat kurus kekurangan nutrisi. Rambutnya berwarna hitam bercampur putih di beberapa bagian helai rambutnya akibat dari kutukannya.

Rambut hitam agak tipis panjang, tubuh kurus kering memperlihatkan tulangnya, kulit berwarna sawo matang dengan beberapa ruam lebam dibeberapa titik ditubuhnya menandakan kutukan didalam tubuhnya sudah semakin mengganas.

Berbaring diatas kasur selama bertahun-tahun. Di cap sebagai anak terbuang, karena berbeda dengan kakak-kakaknya yang mulai melebarkan sayap mereka, kesuluruh kerajaan Yaretia.

Bibirnya sudah sangat pucat hampir membiru, mereka yang melihat pria itu seperti melihat mayat yang dibiarkan tergeletak saja diatas kasur.

Atau memang dia sudah menjadi mayat???

Namun secara tiba-tiba asap kecil keluar dari sela-sela pori-pori tubuhnya, mulutnya terbuka lebar meneriakan rasa sakit tanpa suara. Matanya terbuka memutih dalam kondisi tidak sadar.

Telinganya berdengung, pupil matanya bergetar. Mengembalikan kesadaran, Julian Marvelus bangkit kembali.

Dalam kondisi baru tersadar ia berbaring diatas kasur dengan tatapan mata yang kebingungan. Matanya menatap kearah langit-langit ruangan "Dimana aku?" Julian bertanya kepada dirinya sendiri dengan wajah yang kebingungan.

Ia bangun dari tidurnya, duduk diatas kasur. Matanya melirik kearah sekitar ruangan kamar tidurnya. Menatap kamarnya terlihat tidak terurus. Jaring laba-laba terlihat bersarang disisi-sisi kamarnya.

Matanya menatap kearah bingkai foto yang dipajang didinding dekat dengan rak buku. Julian didalam hatinya merasakan ketertarikan yang mendalam ketika pandangannya menatap kearah foto tersebut. Ia lalu beranjak dari tempat tidurnya secara perlahan dengan kondisi yang lemas.

Langkah kakinya perlahan berjalan, tangannya menyentuh bingkai foto yang kini sudah ada didepannya. Foto dirinya yang masih kecil bersama dengan kedua orang tuanya.

Menyentuh foto itu, serpihan ingatan muncul.

"Akhh..." Menyentuh kepalanya terasa sangat pusing, ketika serpihan ingatan muncul sekejap didalam kepalanya.

"..Keluarga Marvelus"

"Namaku Julian Marvelus" Ucap namanya ketika ia sudah menyadari beberapa hal berdasarkan ingatannya.

Diasuh oleh kedua pelayannya yang tidak bertanggung jawab. Meninggalkan Julian dalam keadaan tidak berdaya, mengambil setiap harta miliknya yang dikeluarkan oleh keluarga Marvelus untuknya. Tidak memberikan makanan apapun, tubuhnya kurus kering tidak berdaya tanpa tenaga.

"Sial, apa ini transmigrasi?" Memegang wajahnya tidak percaya setelah mengingat semuanya.

"Berpindah ketubuh seorang bangsawan yang sangat lemah..."

"..dengan nama yang sama" Ucap Julian tidak percaya. Namanya adalah Julian Draxler, Mahasiswa Harvard bidang keteknikan. Berasal dari Asia, dengan keturunan campuran eropa dan asia.

Tubuhnya yang lemas segera berjalan keluar kamar.  Mencari makanan yang ada di rumah. Meja makan dan dapur yang tidak terurus, beberapa makanan terlihat sudah basi meninggalkan bau yang tidak sedap.

"Mereka berdua sudah tidak kembali selama beberapa hari, setelah membawa kabur barang-barang milikku" Julian menutup hidungnya mencium bau makanan nasi didapur.

Matanya melihat roti yang masih terbungkus agak jauh dari makanan lain. Julian meraih bungkus roti itu, terlihat beberapa bagian dari roti itu masih dalam kondisi bagus walaupun beberapa bagian yang lainnya sudah terkontaminasi oleh jamur.

Ia segera membuang bagian-bagian yang terkontaminasi jamur, dan menyisakan bagian yang masih bisa dimakan. "..." Membuang rasa jijiknya, segera Julian memakan roti ditangannya dengan lahap.

Perutnya sudah terisi walaupun rasa jijik masih menghantuinya. Ia kemudian duduk dikursi setelah memakan roti itu. Tubuhnya terisi kembali oleh tenaga walaupun tidak sepenuhnya.

Hal ini dikarenakan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Penyakit yang bahkan tidak bisa di identifikasi oleh para tabib. Penyakit yang terus menyedot vitalitas tubuh Julian.

Penyakit yang sudah ia derita selama 6 tahun. Aib bagi keluarga Marvelus, diusir oleh keluarga Marvelus berkat hasutan ibu tirinya.

Julian berhasil bertahan selama 6 tahun setelah dirinya disarankan oleh mentornya di keluarga Marvelus untuk mengambil rute dari Sephiroth Tree yaitu Support Route.

Support Route, Stage 10 Aid Initiate. Mengambil ranting kekuatan dari Stage 10, yaitu berfokus kepada pemulihan diri sendiri dan orang lain. Regenerasi dan pemulihan secara berkala. Namun karena kemampuan ini membutuhkan energi tambahan, dan karena kedua pelayan yang diutus oleh keluarga Marvelus mengabaikannya. Jadi kemampuan itu tidak bisa dilanjutkan dan berakhir tubuhnya yang kalah akibat penyakitnya yang semakin ganas.

Memikirkan sebentar, hingga Julian akhirnya menemukan setidaknya solusi untuk saat ini.

"Sephiroth Tree, pohon dari seluruh inti kekuatan yang ada, mungkin hanya dari ini aku bisa mencari jalan keluar"

Julian menghela nafas panjang dengan tekad yang kuat ia berusaha keluar dari masalah ini.

"...Saat ini sepertinya penyakit ku belum kambuh lagi.."

Julian merasakan penyakit di tubuhnya belum bangkit lagi setelah sebelumnya tubuhnya merasakan mati sebentar. Penyakitnya tidak menghilang, melainkan seperti tidur didalam tubuhnya.

"Aku harus cepat mencari petunjuk.."

Julian segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearah rak buku dikamarnya.

Matanya melihat sekumpulan buku yang berantakan penuh dengan debu. Julian mencari diantara tumpukan buku itu judul yang ia cari.

Hingga setelah beberapa saat, Julian menemukan sebuah buku yang berjudul 'Sepiroth Tree, Kekuatan dari dewa'.

"Ini dia.."

Julian mengambil buku itu dari tumpukan 2 buku diatasnya. Matanya melihat sampul buku yang menggambarkan ilustrasi dari Sephiroth Tree.

Membuka buku..

Sephiroth Tree adalah kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi, menumbuhkan percabangan kekuatan yang dikenal sebagai Route.

Strength Route, Dark Route, Light Route, Elemental Route, dan lainnya merupakan percabangan dari satu kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi.

Makhluk dari Middle Realm diperkenankan untuk mengakses salah satu atau beberapa

Route dari Sephiroth Tree. Namun cara mengakses setiap route harus dilakukan beberapa ritual sebelumnya yang melibatkan Magic Circle. Magic Circle digunakan sebagai perantara antara dunia fana dan Sephiroth Tree. Magic Circle memiliki pola tertentu yang hanya diketahui oleh orang-orang terpilih. Salah satu Magic Circle yang tidak banyak orang ketahui adalah Death Route. Karena legenda mengatakan Death Route membutuhkan ritual yang sangat sulit dan Magic Circle yang tidak pernah di ketahui oleh siapapun.

Setiap Route yang berhasil diakses memerlukan kekuatan khusus untuk mengakses semua kemampuan tersebut. Mana, adalah energi utama yang digunakan untuk mengeluarkan kemampuan dari setiap Route.

"Mana, ini adalah cara utama untuk menggunakan kemampuan penyembuhan ku" Julian akhirnya menyadari sesuatu setelah membaca buku ditangannya.

Ketika ia selesai membaca buku, secara tiba-tiba muncul serpihan ingatan yang lainnya. "..Akhhh" Ia mengerang kesakitan setelah serpihan ingatannya muncul seperti role film yang diputar.

"Dulu aku pernah belajar cara mengumpulkan Mana, namun setelah penyakit mengganas tidak ada waktu bagiku untuk berlatih.."

"..Aku akan mencoba nya.." Gumam Julian penuh dengan keyakinan.

Julian duduk diatas lantai dengan kakinya bersila rapih. Julian bernafas secara perlahan, memperhatikan setiap udara yang masuk dan keluar melalui hidungnya. Merasakan kondisi sekitarnya, membiarkan kesadarannya hanyut. Memejamkan matanya, Julian fokus kedalam alam bawah sadarnya.

Tubuhnya rileks namun jiwanya sangat fokus. Setiap detak jantung ia rasakan.

Kesadarannya sudah semakin dalam..

'..Aku berhasil.." Ucap Julian didalam hati.

Ia kemudian merasakan benang tipis ia rasakan menyentuh kulitnya. Benang tipis itu semakin terasa bergerak menyentuh nya. Julian mencoba menarik benang itu kedalam tubuhnya dan siapa sangka dalam sekali percobaan Julian berhasil menarik benang itu kedalam tubuhnya.

Tubuhnya terasa sangat hangat ketika benang Mana itu masuk kedalam tubuhnya mengisi Mana Core didalamnya secara perlahan. Namun ketika Mana Core nya sedang diisi secara tiba-tiba kesadarannya langsung berpindah.

Dirinya langsung terbangun di alam bawah sadarnya. Berdiri diatas air yang tenang.

"Dimana ini?!!!"

Julian terkejut menapaki dirinya berada di tempat yang tidak ia ketahui.

Julian membalikan badannya, melihat monster raksasa sedang tertidur lelap. Bentuknya seperti ulat namun berwarna ungu dengan gigi tajam disetiap sisi lekukan tubuhnya. Ulat itu sedang tertidur lelap didalam diri Julian.

Mengarahkan tangannya kedepan, Julian merasakan Mana yang baru ia kumpulkan diserap oleh ulat itu. Benang halus keluar dari telapak tangan Julian bergerak menyambungkan secara langsung kepada tubuh ulat itu.

Melihat ini sekejap ia langsung tersadar.

"..Monster itu yang selama ini membuat pemilik tubuh ini menderita"

Julian sekejap menyadari hal yang sangat penting.

"..Menyerap Mana hingga Vitalitas tubuh inangnya sebagai nutrisi bagi tubuh ulat itu sendiri"

Ia mengepalkan tangannya menatap kebencian ulat besar itu.

Namun tiba-tiba siapa sangka ulat itu bergerak, Bangun dari tidur lelapnya.

"!!!!"

Chapter 2 (Voidbringer)

Mengeluarkan aura yang sangat mengerikan. Gigi-gigi tajam disekitar tubuh ulat menggeliat mengerikan, mata ulat yang kecil melirik kearah Julian, sembari mengeluarkan aura berwarna hitam yang keluar dari pori-pori kulit ulat didepannya.

"Manusia.."

Dengan nada yang menggema, ulat itu berbicara kepada Julian.

"..."

Julian gemetar merasakan kekuatan yang sangat besar dari monster didepannya.

"..Aku bisa menciumnya, sama seperti mereka, Kau adalah seorang Visitor"

Didalam pikiran Ulat itu terbayang siluet beberapa orang mirip dengan Julian, Ulat itu mengetahui bahwasannya Julian bukanlah berasal dari dunia ini.

"!"

Julian tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Visitor, apa maksudmu?"

Keringat dingin keluar dari kulit Julian. Julian berpura-pura tidak tahu. Julian berpikir kalau Visitor yang dimaksud adalah dirinya yang bertransmigrasi ke tubuhnya saat ini.

"Visitor, sebagai jiwa yang tersesat, dia yang tidak dalam pengawasan makhluk manapun.."

Ulat itu menggerakkan kepalanya sedikit kebawah memandangi Julian.

"...Mereka menyegelku ditubuh anak yang menarik" Ulat itu tiba-tiba menyeringai merasa senang.

"Menyegel?, tunggu jadi ada seseorang yang menyegel seekor monster di dalam tubuhku?!"

Julian mengepalkan tangannya ternyata ada seseorang yang memang ingin membuatnya sengsara hingga menyebabkan kematian.

"Seekor monster?, seharusnya kau lebih hormat kepadaku dasar makhluk fana..."

Ulat itu sedikit tersinggung mendengar perkataan Julian. Seketika hembusan angin sangat kuat menerpa Julian hingga tubuhnya terdorong mundur beberapa langkah.

"..panggil aku, Voidbringer"

Ulat itu memberitahukan namanya, atau terasa seperti julukan bagi ulat itu.

"Voidbringer, kenapa kau ada ditubuhku??"

Julian bertanya kepada ulat itu dengan wajah penasarannya.

"Alasan aku ada ditubuhmu, karena seseorang telah memasukkan satu-satunya Voidborn kedalam tubuhmu.."

"Voidborn?"

Julian memiringkan kepalanya kebingungan tidak mengetahui apa itu Voidborn.

"Voidborn adalah bibit kehampaan berupa telur kecil sebagai sisa kekuatan dari Hollow King yang dibunuh oleh para entitas atas"

Voidbringer menjelaskan kepada nya.

"Jadi benar, karena kaulah penyebab diriku sebelumnya mati akibat kehabisan energi??!"

Dengan nada yang tinggi Julian bertanya lagi kepada Voidbringer, dahinya mengkerut sembari menunjuk kearah Voidbringer.

"Tidak salah, Agar Voidborn bisa berkembang dengan baik, dia membutuhkan Vitalitas yang sangat banyak untuk lahir menjadi Voidbringer.."

"..Tapi"

Voidbringer terhenti sebentar memandangi Julian memandangnya dengan tatapan kesal dan marah.

"Vitalitas yang diserap oleh Voidborn bisa diatasi dengan menggunakan ramuan untuk menambah vitalitas"

"..Sayang sekali dalam kasusmu, dia yang menanamkan Voidborn tidak memberitahukan hal ini, atau mungkin mereka sengaja tidak memberikan ramuan vitalitas kepada mu"

Voidbringer memberikan informasi yang membuat Julian terdiam seketika. Julian yang mendengar ini tidak bisa berkata-kata.

"..jadi maksudmu mereka memang benar-benar ingin membuangku?"

Matanya terbelalak kaget menyadari sesuatu hal yang sangat besar. Tangannya yang kurus dikepalkan dengan sangat kuat menyimpan dendam yang kuat.

"..karena itu sebagai balasanku aku bisa membantumu mendapatkan kekuatan yang sangat besar, dan.."

"..aku juga bisa membantumu membalaskan dendam kepada orang yang sudah membuang mu, yaitu keluarga Marvelus"

"!!!"

Julian mendengar ini pada awalnya tertarik dengan tawarannya namun ia sedikit tidak percaya dengan perkataan Voidbringer karena mau bagaimana pun monster tetaplah monster.

"..Aku tahu tawaranmu tidak mungkin gratis, kan?"

Julian memastikan bertanya kepada Voidbringer.

"..."

Voidbringer mendengar ini mengerutkan kulitnya. Ia seolah-olah menyembunyikan perasaannya, perasaan tidak sabar. Namun Voidbringer harus menahan rasa ketidak sabarannya hingga waktunya tiba.

"..Wadah yang belum sempurna tidak bisa mengemban tanggung jawab yang besar"

Voidbringer berbicara dengan nada yang kecil. Tatapannya menusuk kearah Julian.

"Suatu saat akan kuberitahu apa yang harus kau lakukan, sebagai takdir yang tidak bisa dilewatkan"

Voidbringer enggan untuk memberitahukan kepada Julian, setidaknya untuk saat ini.

"Sekarang jawab saja pertanyaan ku, kau mau menerimanya atau tidak?"

Voidbringer bertanya dengan nadanya yang intens.

Julian terdiam sebentar memandangi Voidbringer. Kekuatan misterius dari monster bernama Voidbringer. Tangan Julian terangkat kedepan, membuka telapak tangannya, mengajak Voidbringer berjabat tangan.

"Aku terima"

Tidak ada jalan lain, Julian menerima kesepakatan mereka berdua.

Mendengar ini kekuatan hitam muncul menjalar dari tubuh Voidbringer, kekuatan itu bergerak kearah tangan Julian dan membalas jabatan tangan Julian.

Tiba-tiba tubuh Voidbringer bergetar mengeluarkan asap hitam. Kekuatan tanpa dasar mengubah tubuh Voidbringer menjadi perwujudan gas hitam yang masuk kedalam tubuh Julian.

Matanya menganga hingga kesadaran Julian terangkat dan kembali sadar didunia nyata.

Matanya terbuka, kesadarannya perlahan pulih kembali. Ia menggerakkan jari-jarinya, melirik memeriksa ruangan sekitar.

Merasakan sesuatu berbeda Julian memegang perutnya.

"..Mana Core ku berubah"

Julian merasakan Mana Core didalam tubuhnya yang berubah menjadi sangat luas seluas samudera.

"!!!"

Julian terkejut merasakan perubahan pada Mana Core didalam dirinya.

"Sangat luas.."

Itu kata-kata yang Julian deskripsikan tentang Mana Core didalam dirinya. Mana Core yang luas memungkinkan Julian untuk menampung banyak sekali Mana untuk ia gunakan.

"...Namun, tetap saja Support Route, Route yang berfokus dalam menolong seseorang"

Julian terlihat sangat kesal melihat hal ini, merasakan potensinya terbuang sia-sia.

"Batas Route yang bisa diambil oleh manusia biasa adalah 1 Route, dan hanya beberapa orang saja yang bisa lebih dari pada itu"

Mengepalkan tangannya erat-erat, sembari tertunduk kecewa.

Julian bangun dari posisi duduknya setelah beberapa menit ia sudah mengumpulkan Mana yang bisa ia kumpulkan untuk saat ini.

"..Masih perlu Mana yang lebih banyak"

Julian memprediksi kalau dirinya membutuhkan waktu yang lama hingga ia bisa memenuhi Mana Core miliknya secara total.

"Aku membutuhkan teknik pengumpulan Mana yang lebih cepat agar Mana Core ku bisa cepat terisi.."

Julian mengatakan hal tersebut berniat untuk mencari teknik pengumpulan mana terbaik lainnya yang lebih efisien dan efektif.

"..Perpustakaan di kota Notheim, disana seharusnya ada banyak teknik pengumpulan Mana"

Julian mendapatkan ingatan ketika dirinya sedang belajar dengan gurunya.

Perpustakaan terbesar kedua yang ada di kerajaan Yaretia, tempat dimana salah satu peninggalan pada zaman Pencerahan yang masih disegel.

...

Julian keluar menggunakan baju yang agak compang-camping karena memang baju itu saja yang tersisa baginya.

Desa Riveredge, desa yang terasa sangat sepi. Warga terlihat hanya beberapa saja yang berkeluyuran. Seorang pria berbadan penuh dengan tato datang menghampiri Julian. Dengan tatapan garangnya ia bertanya kepada Julian yang sedang berjalan di desa Riveredge.

Rambutnya botak dengan tato panjang dikedua tangannya. Mengenakan baju dan celana dari kulit berwarna coklat. Dipinggangnya terlihat parang tajam disarungkan.

"Siapa kau, aku tidak mengenal wajahmu di desa ini.."

Pria bertato membusungkan dadanya mencoba mengintimidasi Julian. Ia lebih tinggi sedikit dari Julian sehingga tatapan matanya sedikit diturunkan untuk menatap mata Julian.

"..Aku hanya seorang pengemis"

Julian dengan badannya yang kurus dan kecil.

"Kusarankan kau pergi dari sini, karena kondisi desa sedang tidak baik-baik saja"

Pria bertato itu sedikit kasihan melihat Julian dengan tubuhnya yang tidak berdaya.

"!"

Julian yang mendengar ini sedikit terkejut, desa Riveredge sedang tidak baik-baik saja.

'Apakah sedang terjadi sesuatu?'

Julian berbicara didalam hati bertanya kepada dirinya sendiri.

Secara tiba-tiba pria tua berjenggot panjang putih datang menghampiri mereka. Mengenakan jubah coklat panjang sembari memegang tongkat kayu ditangannya.

"Geo, kenapa kau menolak dia, sudah kubilang desa kita tidak apa-apa.."

Pria tua itu tersenyum hangat menatap Julian. Pria bertato bernama Geo itu menyipitkan pandangannya melihat pria tua itu datang, seakan-akan memandangnya tidak senang.

"..Kau pasti lapar, mari ikut dengan ku, desa kita menerima siapa saja.."

Pria tua itu kemudian mengulurkan tangannya bertindak ramah kepada Julian, menerima Julian untuk masuk kedalam desa.

"..Kau bisa makan dirumahku dulu"

Pria tua itu menawarkan rumahnya sebagai tempat persinggahan Julian dan menawarkan makanan kepadanya.

Julian yang mendengar ini tidak ada alasan baginya untuk menolak tawaran pria tua itu.

Mereka berdua kemudian berjalan melewati Geo yang berdiri sembari mengepalkan tangannya.

"Siapa namamu?" Tanya Pria tua itu.

"..Namaku Julian" Julian menjawab jujur pertanyaan Pria tua itu.

"Julian?.."

"..Nama yang bagus"

"Perkenalkan nama ku, Weins. Aku adalah kepala desa Riveredge"

Weins berjalan sembari mengayunkan tongkatnya kedepan. Tumpuan tongkat kayu menyentuh tanah mengeluarkan suara tumpul.

Chapter 3 (Riveredge Village)

Didalam rumah dari kayu, kesan hangat dan nyaman. 1 meja dan 4 kursi kayu ditengah ruang makan. Penerangan menggunakan lentera dengan cahaya remang-remang.

Julian duduk disalah satu kursi. Matanya memandangi sup hangat yang diberikan oleh Weins.

"Kau terlihat kelaparan.."

Weins memberikan sup dengan sayuran buncis dan wortel serta kuahnya yang berwarna putih, mangkok sedang berwarna putih dengan sendok kayu diatas meja didepan Julian.

"Sepertinya enak!"

Matanya berbinar seakan-akan sudah lama tidak melihat makanan yang enak.

"Hahaha, kau terlihat sangat bersemangat, silahkan makan saja"

Weins melihat Julian tersenyum lebar melihat makanannya, ia segera mempersilahkan Julian untuk makan.

"Selamat makan"

Julian memegang sendok kayu ditangannya dan memakan sup itu dengan sangat lahap. Memakan sup itu dengan sangat lahap tanpa menyisakan bekas makanan satupun salam beberapa menit saja.

"..Hahaha, kau terlihat sangat lahap, mau nambah?"

Weins tersenyum dengan senang hati menawarkan lagi sisa sup nya kepada Julian. Julian yang mendengar ini pada awalnya ingin menerima permintaan itu namun, ia sadar diri sudah menumpang makan dirumah orang yang bahkan tidak ia kenal.

Meletakkan sendok kayu diatas mangkok dan meletakkan mangkok diatas meja. "Tidak usah, makanan ini sudah cukup untuk perutku" Julian menolak dengan ramah tawaran dari Weins.

Weins segera duduk dikursi berhadapan dengan Julian. "Kepala desa, sebenarnya apa yang sedang terjadi didesa ini?" Ia bertanya kepada Weins yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya.

"Kau pasti memikirkan tentang perkataan Geo, Sebenarnya tidak ada apa-apa yang terjadi di desa ini" Weins terlihat menyembunyikan sesuatu terlihat dari gelagat matanya yang tidak berani menatap langsung kearah Julian.

Julian yang menyadari hal ini, tidak bisa berhenti penasaran dengan kebenaran yang terjadi. 'Ada yang disembunyikan' Julian berkata didalam hati.

*Ting Ting Ting (Suara Lonceng)

Terdengar suara dengungan lonceng dari arah luar rumah Weins.

"!" Julian yang mendengar ini segera menyadari suara tersebut.

"..Apa yang terjadi?" Tanya Julian setelah mendengar suara itu.

"...Ada serangan monster!!!!" Teriakan terdengar dari luar rumah.

"Sialan!!!" Weins terlihat panik segera mengambil senjata yang bisa ia gunakan.

Julian yang mendengar ini sontak terkejut. Weins segera berlari keluar memegang senjata diikuti oleh Julian yang berjalan didekatnya.

Suara hentakan kaki Weins dan Julian terdengar. Pintu kayu rumah Weins terbuka dengan keras didobrak ketika lonceng penyerangan terdengar.

Seorang pria berjenggot coklat terlihat berlari kearah Weins. "..Goblin menyerang lagi" Pria berjenggot coklat terlihat panik dengan panik sembari memegang pedang tumpul gemetar.

"Tenangkan dirimu!" Weins menepuk bahu dia segera menenangkan pria didepannya.

"..Geo sedang menahan goblin itu" Pria berjenggot coklat segera memberitahukan kalau Geo pria bertato yang menahan Julian sedang bertarung dengan goblin.

Julian yang mendengar ini tidak tinggal diam. "Biar aku yang menolong dia.." Julian menatap kearah Weins dan pria berjenggot coklat itu.

"..Tunggu kau tidak bisa melawan goblin itu!!" Weins terlihat mencoba untuk mencegah Julian agar tidak pergi bertarung.

"Tenang aku tahu caranya bertarung" Julian mencoba meyakinkan Weins.

"Anggap saja sebagai balasanku atas makanan yang sudah kau berikan" Julian tersenyum hangat membalas kebaikan Weins.

"Kalau begitu pegang ini.."

Weins memberikan pedang yang ia pegang kepada Julian sebagai senjata untuknya.

"Kau tahu pedang tidak cocok untuk pria tua seperti ku" Ujar Weins sedikit.

Julian dengan senang hati menerimanya. Pedang tidak terlalu tajam. Bilah dari besi dengan gagang yang terbuat dari kayu diselimuti oleh kain yang diikat memutar.

"Berat" Ujar Julian merasakan berat pedang pertama kali. Namun berat pedang itu tidak sepenuhnya tidak bisa Julian tangani, hanya saja membutuhkan waktu untuk dirinya membiasakan dengan berat pedang ditangannya.

"Kearah mana goblin itu?" Tanya Julian kepada pria berjenggot coklat didepannya. Menunjuk arah Julian langsung berlari setelah diberitahu tempat goblin itu berada.

"Mari kita lindungi warga desa" Ucap Weins sebelum akhirnya Julian pergi meninggalkan mereka berdua.

...

"Akhh!!" Geo meringih kesakitan setelah merasakan tangannya terluka.

Didepan Geo berdiri 3 Goblin setinggi 160 cm, memegang belati tajam dengan matanya yang tajam seperti hewan buas. Perutnya agak buncit dengan tubuhnya kecil.

"..Dasar sialan, kembalikan istriku!!!" Geo memegang kapak ditangannya berlari dengan badan yang terluka kearah goblin didepan.

Langkah kaki yang mantap Geo pusatkan disatu titik. Tubuh berputar mengayunkan kapak ditangannya menebas kearah salah satu goblin. Mereka berdua beradu senjata menciptakan percikan api. Namun karena tubuh Geo yang sudah tidak kuat, tubuhnya terdorong mundur.

Goblin yang lain melihat peluang ini dan menendang perut Geo. Geo yang sedang menahan serangan goblin didepannya, tidak bisa berkutik melihat tendangan datang dari arah yang lain menuju perutnya.

*Bukk

"Uhukk" Terbatuk setelah perutnya terpukul oleh goblin.

Tubuhnya terlempar beberapa meter, mendorong tubuhnya hingga ia terjatuh dan berbaring diatas tanah merasakan rasa sakit pada tubuhnya.

Dari arah belakang Geo terdengar suara langkah kaki. Suara hentakan kaki dengan tanah semakin cepat mendekati Geo. Geo mendengar ini berusaha bangkit sembari menahan rasa sakit diperutnya setelah ditendang dengan sangat kuat.

"Kau terluka!?" Julian datang menghampiri Geo yang sedang terluka duduk diatas tanah.

Julian yang melihat ini segera mengarahkan tangannya kearah tubuh Geo yang terluka. "Healing" Ucap Julian seketika muncul lingkaran sihir didepan telapak tangan Julian. Seketika tubuh Geo dipenuhi oleh cahaya hijau, secara perlahan namun pasti luka-luka ditubuh Geo sembuh. Darah dan sel-sel pada luka Geo tertutup membentuk sel yang baru saling terikat satu sama lain.

Wajah Geo penuh keterkejutan melihat Julian menggunakan kekuatannya.

"Kau seorang Router?" Geo memasang wajah yang sangat terkejut, melihat tubuhnya perlahan sembuh.

"Tidak penting aku Router atau apalah itu, yang terpenting kita harus mengalahkan mereka bertiga" Julian tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya setelah melihat Goblin pertama kalinya, makhluk fantasi yang identik dengan kulitnya yang berwarna hijau.

Ketiga goblin itu mengerutkan dahinya merasa tidak senang melihat Geo perlahan pulih.

Geo yang sudah pulih menatap kearah Julian, ia bangkit memegangi kapaknya dengan sangat erat tidak menyerah dan masih berusaha untuk menyerang mereka.

Julian yang melihat tekad Geo tersenyum. Ia memegang pedangnya berduet dengan Geo menghadapi tiga goblin didepannya.

"KIEEEK!" Salah satu goblin berteriak kearah Julian, melihat Julian sebagai ancaman baru bagi mereka. Goblin itu berlari mengangkat senjatanya kearah Julian.

Julian yang melihat ini bersiap, memasang kuda-kuda yang kuat. Tubuhnya yang memiliki darah seorang Marvelus, masih memiliki jejak tubuh seorang petarung. Tubuhnya tidak akan pernah lupa jati dirinya. Memegang pedang dengan sangat erat, ketika goblin itu sudah berada didekatnya ia mengayunkan pedang ditangannya.

Seketika kedua senjata itu beradu menciptakan hembusan angin.

Goblin itu tersenyum melihat Julian terpukul mundur. "Cihh" Julian mendecikan lidahnya ketika tubuhnya terdorong mundur, karena dirinya baru pulih beberapa hari sehingga masih kurang tenaga untuk dirinya bertarung. Lagipula kemampuan bertarungnya hanya berdasarkan ingatan masa lalu Julian ketika masih berada dikeluarga Marvelus.

Satu goblin yang lain melompat kearah sisi kiri Julian, hendak menyerangnya memberikan serangan kejutan. Namun sayang sekali Geo yang menyadari hal ini menggunakan kapak ditangannya untuk menyerang kearah goblin yang menyerang Julian dari arah kiri.

"Kena" Geo merasakan kapaknya berhasil mengenai lengan bagian kanan goblin itu.

"KAAAA!!" Goblin itu teriak kesakitan melihat kapak Geo tertancap ditangan kanannya.

Mendengar hal ini Julian merasakan Goblin didepannya sedang lengah. Ia menendang tubuh goblin didepannya dengan sangat keras. Tubuh Goblin itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh ditanah akibat tendangan Julian. Melihat peluang terbuka lebar Julian mengangkat pedangnya dan menebas sekuat tenaganya kearah leher Goblin didepannya.

*Slash.

Tebasan pedang Julian berhasil memotong leher Goblin itu. Goblin itu seketika berubah menjadi abu setelah tubuhnya hancur.

"Tersisa 2 lagi" Ucap Julian menatap 1 goblin yang lain didepannya.

Namun ketika Julian hendak melawan goblin yang masih hidup tiba-tiba suara teriakan sangat keras terdengar dari dalam desa.

"TOLONGG!!!" Suara itu sangat keras hingga Julian dan Geo mendengarnya.

"..Putriku!!" Geo yang menyadari asal teriakan itu segera mencabut kapak miliknya yang tertancap ditangan goblin. Melihat peluang untuk melarikan diri kedua goblin itu berlari menjauh dari Julian dan Geo.

Geo memegang kapaknya berlari kedalam desa. Wajah seorang ayah yang panik berlari mencari putrinya. Julian yang melihat ini tidak ada pilihan selain mengikutinya.

Ditengah aula desa diantara bangunan-bangunan desa, semua warga desa berkumpul. Geo baru datang menghampiri mereka sembari membawa kapak yang berlumuran darah goblin. Mata Geo langsung melirik kearah kepala desa, "Dimana putriku!!" Ia memegang bahu kepala desa dengan tatapan matanya yang melotot.

Pikiran Geo sudah sangat kacau, ketika pertama kali ia sampai Geo tidak melihat putrinya sama sekali. Kepala desa yang melihat ini memalingkan pandangannya "Aku sudah berusaha melindungi putrimu tetapi, segerombolan goblin datang menyerbu dari arah yang lain..." Merasa bersalah kepala desa tidak berani menatap kearah Geo.

Geo yang menyadari hal ini tidak bisa berkata-kata apa-apa. Kakinya lemas tidak berdaya. Seluruh tubuhnya seketika membeku, sudut matanya mengeluarkan air mata ketika tubuhnya tidak tahan bertekuk lutut.

Julian yang baru datang dari arah yang sama, melihat Geo menangis.

"AAAAAAA!!!!!"

Geo teriak sangat kuat tidak bisa menahan rasa sedihnya. Ia mengepalkan tangannya memukuli tanah berkali-kali.

"Tidak hanya putri, para goblin membawa beberapa warga desa yang lain" Ucap kepala desa tertunduk merasakan rasa sedih.

Seketika Julian merasakan atmosfer didesa saat itu sangat gelap dan suram. Tanpa adanya suara sama sekali saat itu kejadian terburuk terukir didalam jiwa mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!