Seorang gadis Tengah berdiri di depan gerbang pagar sekolah yang sedang tertutup rapat seragamnya yang berwarna putih abu menandakan dia adalah murid di SMA Nusantara.
Sambil berkacak pinggang ia menendang gerbang sehingga menimbulkan bunyi nyaring
"Pak, tolong bukain gerbangnya !!"teriaknya kesel
Gadis itu menggeram kesal kala melihat Pak satpam hanya menoleh ke arahnya sekilas hanya tersisa gadis itu saja yang terlambat teman-temannya sudah masuk sekolah dari pagi-pagi sekali
"Pak, tolonglah Pak nanti saya beliin mie ayam Mpok Lala deh!"rayu gadis itu dengan setengah berteriak
Sudah pasti satpam terlihat tertarik siapa yang tidak mau makan mie ayam pok Lala yang dijual seminggu sekali satpam itu langsung beranjak dari duduknya dan membuka gerbang untuk gadis itu lebar-lebar.
Zefanya Queen arabella seorang gadis yang dikenal sebagai " Queen" karena kepribadiannya yang kuat dan tidak peduli dengan pendapat orang lain. Meskipun memiliki reputasi sebagai gadis "barbar", Zefanya memiliki penampilan yang cantik dan menarik.
Mata Zefanya yang indah berwarna coklat tua, dengan bulu mata yang lentik dan tebal. Pipi cubitnya yang cantik membuatnya terlihat manis dan feminin, meskipun kepribadiannya minus akhlak
Walaupun Zefanya sering terlambat dan memiliki reputasi sebagai gadis yang "barbar", dia memiliki pesona yang unik dan menarik. Dengan rambutnya yang panjang dan berantakan, Zefanya terlihat seperti seorang gadis yang bebas dan tidak terikat dengan aturan-aturan.
Namun, dibalik penampilannya yang cantik dan kuat, Zefanya memiliki hati yang lembut dan perasaan yang dalam. Dia hanya menunjukkan sisi kerasnya kepada orang-orang yang tidak mengenalnya dengan baik.
Lanjut ke cerita
Gadis itu bersorak senang saat satpam membuka gerbang untuknya ia tersenyum senang dan langsung berjalan cepat melewati koridor tapi tiba-tiba
"Berhenti"suara bariton dari belakangnya membuat gadis itu berhenti dan berbalik
"Eh, si ketos tampan"ujarnya dengan tersenyum manis dan lebar
"Ikut gue"ujar si ketos tadi singkat dan kemudian menarik tangan zefanya
"Lepasin, tangan gue kalo untuk di hukum,kalo di nikahin gak apa apa ko pegang aja"Zefanya dengan gaya centil mencoba untuk melepaskan tangannya.
" Lo udah terlambat, jadi jangan harap gue lepasin"ujar langit menatap zefanya tajam
"Gak, gue gak mau dihukum,kalo di jadiin istri mau "ujar zefanya , tersenyum tengil
Langit menarik tangan Zefanya lebih kuat.sampai gadis itu merasa kesakitan
"Lo terlambat, itu sudah cukup sebagai alasan untuk dihukum. Ikut gue ke lapangan."
Zefanya berusaha untuk melepaskan diri, tapi langit tidak melepaskannya. Hampir setiap hari tangannya selalu ditarik-tarik oleh langit entahlah apa yang membuat langit suka sekali menarik tangannya.
Langit Dirgantara Angkasa, seorang ketua geng motor dan OSIS yang dikenal dengan sifatnya yang dingin dan galak. Meskipun memiliki reputasi yang keras, Langit memiliki penampilan yang sangat menarik.
Dengan bulu mata lentik dan alis tebal, mata elang Langit membuatnya terlihat tajam ,Rambut hitam pekatnya yang tergerai dengan rapi menambah kesan maskulin dan kuat.
Lesung pipinya yang menawan dan gigi taring yang unik membuatnya terlihat seperti seorang dewa Yunani yang gagah dan tampan. Namun, sifatnya yang dingin dan galak membuat banyak orang, terutama kaum hawa, merasa tertarik kepadanya.
Langit seperti sebuah magnet yang menarik perhatian, namun juga membuat orang lain merasa takut untuk mendekatinya.
Lanjut cerita
Sesampainya mereka di lapangan, Langit memandang Zefanya dengan tajam, melepaskan tangannya dari tangan Zefanya
Zefanya menggerutu mengelus-ngelus tangannya yang sakit ditarik oleh langit si ketos judes
"kalo suka sama Vanya itu ngomong jangan,kayak gini "gerutu zefanya sambil mengelus-ngelus tangannya
"putar 20 kali"ujar langit santai menatap Zefanya tajam sambil melibatkan kedua tangannya di depan dada
Zefanya memandang Langit dengan kesal. Dan membulatkan matanya
"Gila,20 kali? Itu terlalu banyak!"tolak zevanya cepat
"Kalau lu mau gue tambahin ?"tanya langit
"Lo gila ya, seorang Queen Zefanya disuruh putar lapangan oh my God enggak gue nggak mau"ujar zefanya menolak
"Oke fine kalau lo nolak, gue laporin lo kalo ke kepsek"ancam langit dengan wajah datarnya masih menatap Zefanya
"Gak usah laporin segala, Deman banget Lo buat gue sengsara,nama gue udah jelek di mata kepsek"ujar zefanya kesal
"Gue gak butuh curhat Lo, cepat lari "ujar langit tetap pada pendiriannya yaitu menghukum
"Siapa yang curhat, gue cuman mau ngomong"ujar zefanya asal asalan
Langit tidak bergeming dan menatap Zefanya dengan mata yang tajam. Zefanya akhirnya menyerah dan mulai berdiri dengan wajah yang kesal.
"Satu... dua... tiga..."
Langit memandang Zefanya dengan serius, memastikan bahwa Zefanya melakukan berlari dengan benar.
Setelah selesai, Langit memasuki kelas dan meninggalkan Zefanya yang sedang ngos-ngosan capek,
"ketos ganteng tungguin gue !!"teriak kebetulan mereka satu kelas
"Ketos ganteng, tungguin gue!!" teriak Langit dari dalam kelas, membuat langit tersenyum kecil meskipun senyumnya sangat tipis.
Zefanya menarik napas dalam-dalam dan memasuki kelas, mencoba untuk tidak terlalu menarik perhatian. Langit memandangnya dengan sinis dari tempat duduknya, tapi Zefanya hanya tersenyum kecut dan menuju ke tempat duduknya.
Setelah mereka belajar beberapa jam, tiba-tiba guru masuk ke kelas dan memanggil nama Langit dan Zefanya.
"Langit Dirgantara Angkasa dan Zefanya Queen Arabella, silakan ke kantor guru sekarang."
Langit dan Zefanya saling memandang, lalu berjalan keluar kelas menuju kantor guru. Zefanya berpikir bahwa ini pasti terkait dengan hukuman yang diberikan oleh Langit sebelumnya.
"lo, pasti Lo aduin kan ?" Tuduh Zefanya kepada Langit.
"Gak" Langit hanya mengangkat bahu.
Saat mereka tiba di kantor, mereka melihat ada seorang bodyguard yang berdiri di samping pintu. Bodyguard itu memandang Langit dan Zefanya, lalu membungkuk kepada Langit.
"Tuan muda, kamu dan temanmu silakan ikut saya," kata bodyguard itu dengan suara yang tegas.
"Kemana?"tanya langit singkat
"Saya di minta untuk tidak memberi tahu tuan muda, perihal kita mau ke mana silakan tuan muda dan temannya ikuti saya"ujar bodyguard itu tegas
Langit mengguk lalu mengikuti bodyguard itu, zefanya gadis itu sekarang seperti orang gagu yang melihat ekspresi daftar dari kedua cowok di depannya ini
"Lah lah, kok main pergi-pergi sih ngasih tahu dulu dong ke mana Kita !?"teriak zefanya yang menatap punggung kedua orang berbeda usia itu
"Lo ngerti nggak sih perihal nggak kasih tahu ke mana?"tanya langit
"Eh ketos ganteng, gue sih kalau sama lo kalau mau dibawa kemana-mana ya gue mau ya, tapi kan ketos wajah lo itu harus di senyumin dikit napa?"ujar r zefanya meskipun sedikit kesal tapi sedikit terpesona juga sih dengan kegantengan si langit-langit ini
"Ih jawab dulu gue dong "ujar zefanya yang masih menatap bodyguard itu penasaran
Bodyguard itu tidak menjawab, hanya memandang mereka dengan ekspresi yang serius. "Silakan naik ke mobil, kita akan pergi sekarang."
gila datar banget kaya kanebo kering,ni ketos juga kenapa nggak mau senyum sih, lihat Aja Lo mudah mudahan Lo jodoh gue, gue pastikan Lo tersenyum setiap harinya
"Ketos ganteng, mau tanya dong," kata Zefanya dengan nada yang manja
"Langit."Langit memperbaiki namanya
"Langit, mau tanya dong," ulang Zefanya dengan senyum lebar.
"Apa?" tanya Langit dengan nada yang datar.
"Lo gak bosan apa ganteng mulu?" tanya Zefanya dengan mata yang berbinar.
Langit memandang Zefanya dengan mata yang tajam, tapi tidak menjawab.
"Jawab dong, apa mungkin jodoh Lo gue? Gue kan cantik, jadi Tuhan ciptakan Lo, Lo kan ganteng," kata Zefanya dengan nada yang manja.
"Dih," jawab Langit singkat, tidak menanggapi pertanyaan Zefanya.
"Iya, emangnya Lo gak mau berjodoh sama cewek cantik kaya gue?" tanya Zefanya lagi, tidak menyerah.
"Bisa diam gak, berisik," kata Langit dengan nada yang tegas, meminta Zefanya untuk diam.
"lo, gak asik"Zefanya langsung cemberut
Langit tidak peduli dengan reaksi Zefanya dan tetap memandang lurus ke depan.
"Kita sudah sampai di tuan muda " kata bodyguard itu.
Zefanya masih cemberut, tapi akhirnya turun dari mobil dan mengikuti Langit dan bodyguard ke dalam rumah sakit.
"ngapain kita ke sini?" tanya Zefanya lagi.
Langit tidak menjawab, hanya memandang Zefanya dengan mata yang tajam. Bodyguard itu yang menjawab, "Kita akan menemui seseorang di ruangan ICU."
Zevanya memandang seluruh wilayah rumah sakit itu, terlihat banyak orang yang berlalu lalang
"Lah gue kan bukan perawat atau dokter ngapain mau bawa gue ke sini?"tanya zefanya dengan polosnya
"Atas perintah, tuan kami nona" jawab bodyguard itu dengan hormat.
"Tidak usah banyak ngomong, antarkan saya ke daddy sekarang," ujar Langit dengan nada yang tegas.
Bodyguard itu mengangguk dan memimpin mereka menuju ruangan ICU. Zefanya masih terlihat penasaran dan terus memandang sekeliling rumah sakit dengan rasa tidak nyaman.
"Siapa yang sakit?" tanya Zefanya kepada Langit, tapi Langit tidak menjawab, hanya terus berjalan menuju ruangan ICU.
Saat pintu ruang ICU terbuka, Zefanya terbelalak kaget melihat siapa yang berbaring di ranjang ICU. "Ayah," lirih Zefanya dengan suara yang terkejut dan khawatir.
Zefanya berlari menghampiri ayahnya yang terbaring lemah di ranjang, wajahnya dipenuhi kekhawatiran dan air mata yang mulai menggenang di matanya.
"Ayah, apa yang terjadi? Mengapa Ayah bisa seperti ini?" tanya Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat.
Galang, ayah dari Zefanya, membuka matanya yang lelah dan memandang wajah putri kesayangannya dengan mata yang lembut.
"Zefanya..." lirih Galang dengan suara yang lemah, tapi penuh kasih sayang.
Zefanya tersentuh melihat ayahnya membuka mata dan memandangnya dengan penuh kasih, membuatnya merasa sedikit lega meskipun masih khawatir.
"Ayah, aku di sini," kata Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat.
"Gadis kecil Ayah," kata Galang dengan suara yang lemah, tapi penuh kasih sayang.
Zefanya tersenyum lembut mendengar panggilan sayang dari ayahnya, meskipun air matanya masih menggenang di matanya.
"Ayah, jangan banyak bicara, Ayah harus istirahat," kata Zefanya dengan suara yang lembut, sambil membelai rambut ayahnya dengan penuh kasih.
"Zefanya," panggil Bram, ayah Langit, dengan suara yang lembut namun mengandung nada iba.
"Ya?" jawab Zefanya singkat, sambil tetap memegang tangan ayahnya yang terbaring lemah di ranjang ICU
"Maafkan Om, Om tadi tidak sengaja menabrak ayahmu," kata Bram dengan nada yang penuh penyesalan.
Zefanya memandang Bram sejenak, lalu Galang menggelengkan kepala.
"Tidak, bukan salah Tuan, salah saya karena tidak melihat sebelum menyeberang," kata Galang dengan suara yang lirih seakan Manahan sakit, meskipun ada sedikit kekecewaan dalam matanya.
"Tuan, ini putri saya," ujar Galang, menatap wajah Zefanya dengan penuh kasih sayang.
"Saya mohon, lindungi dia," kata Galang dengan suara yang lemah namun penuh harapan, sambil memandang Bram dengan mata yang serius. Bram memandang Galang dan Zefanya, lalu mengangguk perlahan.
"Saya akan melindunginya, jangan khawatir," kata Bram dengan suara yang tegas, meskipun ada rasa bersalah yang masih membayanginya.
"Ini putra saya, Langit Dirgantara Angkasa," kata Bram dengan bangga, sambil menatap Langit yang berdiri di sampingnya.
Zefanya memandang Langit dengan mata yang sedikit waspada, mengingat permintaan ayahnya untuk menikahinya. Langit sendiri memandang Zefanya dengan ekspresi yang netral, tidak menunjukkan reaksi apa pun. Galang memandang Langit dengan mata yang lembut, lalu memandang Zefanya dengan harapan.
"Nak, ingin kamu menikah dengan zefanya putri saya," kata Galang dengan suara yang lemah namun penuh harapan.
"Apa?" teriak keduanya terkejut dan tidak percaya dengan permintaan ayahnya.
Zefanya memandang ayahnya dengan mata yang lebar, lalu memandang Langit yang berdiri di samping Bram.
"Ayah, apa yang Ayah katakan? Menikah dengan... dengan dia?" tanya Zefanya dengan suara yang keras dan tidak percaya, sambil menunjuk Langit.
Langit sendiri memandang Zefanya dengan ekspresi yang tidak berubah, tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap teriakan Zefanya.
"Nak, mungkin hidup Ayah tidak lama lagi," ujar Galang, membuat Zefanya terkejut dan sedih.
"Gak, Ayah..." kata Zefanya dengan suara yang bergetar, sambil memegang tangan ayahnya dengan erat. Zefanya merasa seperti dihantam oleh kata-kata ayahnya, dan air matanya mulai mengalir deras.
"Jangan katakan itu, Ayah. Ayah pasti akan sembuh," kata Zefanya dengan suara yang penuh harapan, meskipun dia tahu bahwa kondisi ayahnya sangat parah.
Langit, pemuda itu, menggelengkan kepalanya, menatap Bram dengan ekspresi yang tidak setuju.
"Daddy,aku tidak akan mau menikah"kata Langit dengan suara yang tenang, sambil memandang ayahnya dengan mata yang tidak percaya
Bram memandang Langit dengan mata yang serius, lalu kembali memandang Galang dan Zefanya.
"Tidak apa-apa, Nak. Ini untuk kebaikan kalian berdua," kata Bram dengan suara yang tegas, meskipun Langit tidak terlihat setuju dengan rencana ayahnya.
"Tapi kenapa harus aku, Dad? Kan ada Abang Bintang?" kata Langit dengan suara yang sedikit frustrasi, sambil memandang ayahnya dengan mata yang mempertanyakan.
Langit terlihat tidak mengerti mengapa ayahnya memilih dirinya untuk menikah dengan Zefanya, sementara dia memiliki abang yang mungkin lebih cocok untuk peran tersebut. Bram memandang Langit dengan mata yang serius, lalu menjawab dengan suara yang tegas.
"Karena Daddy percaya kamu lebih cocok untuk Zefanya, Nak. Dan Daddy ingin kamu yang menjaga dia."
"Ayolah, Dad, aku masih sekolah sama kayak Zefanya," kata Langit dengan suara yang tidak sabar, sambil mengangkat alisnya.
Langit terlihat tidak percaya bahwa ayahnya serius tentang pernikahan di tengah masa sekolah mereka.
"Kita masih pelajar, Dad. Pernikahan? Itu tidak mungkin," kata Langit dengan nada yang skeptis, sambil memandang ayahnya dengan mata yang mempertanyakan.
"Ini akan merusak reputasi keluarga kita, Langit," kata Bram dengan suara yang serius, sambil memandang putranya dengan mata yang tajam.
Bram terlihat khawatir bahwa keputusan yang diambilnya akan berdampak negatif pada reputasi keluarga mereka jika tidak dijalankan dengan baik. Langit memandang ayahnya dengan ekspresi yang masih tidak setuju, merasa bahwa ayahnya terlalu memikirkan reputasi daripada kebahagiaan dirinya dan Zefanya.
"Baiklah, jika... jika kamu tidak ingin menikah dengan siapa pun, kemungkinan besar Daddy akan mengirim mu ke New York," kata Bram dengan suara yang dingin, sambil memandang Langit dengan mata yang tidak bisa dibantah.
Langit memandang ayahnya dengan rasa takut dan frustrasi, karena dia tahu bahwa ancaman ayahnya bukanlah main-main.
"Kamu tidak akan bisa menolak, Langit," kata Bram dengan nada yang tegas, membuat Langit merasa terjebak dalam situasi yang sulit.
"Oke, aku mau menikahi Zefanya," kata Langit dengan suara yang terpaksa, sambil memandang ayahnya dengan mata yang menunjukkan ketidak relaan.
Langit terlihat pasrah dan tidak punya pilihan lain selain menerima keputusan ayahnya. Zefanya sendiri memandang Langit dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca, tidak menunjukkan reaksi apa pun terhadap keputusan Langit. Galang memandang Langit dan Zefanya dengan mata yang lega, merasa bahwa masalah sudah terselesaikan.
"Bagaimana dengan kamu, Nak?" tanya Bram ke Zefanya.
"Zeva?, akan menerima pernikahan ini tapi ayah hrus sembuh" jawab Zefanya dengan suara yang lirih.
"baiklah jika itu keinginan putri kecil kesayangannya ayah ," kata Galang dengan suara yang lemah , sambil memandang putrinya dengan mata yang memohon. Zefanya merasa terharu dan tidak bisa menolak permintaan terakhir ayahnya.
"Ayah... aku akan melakukan apa saja untuk Ayah," kata Zefanya dengan suara yang berat, sambil mengangguk perlahan dan menahan air mata.
Galang memutuskan untuk menikahkan Zefanya dan Langit saat itu juga, tanpa menunggu waktu yang lebih lama. Dengan bantuan Bram, keduanya dipersiapkan untuk menjalani prosesi pernikahan yang sederhana namun penuh makna. Zefanya dan Langit terlihat masih shock dan tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi, namun mereka tidak bisa menolak keinginan ayah mereka. Setelah prosesi pernikahan selesai, keduanya resmi menjadi suami istri, meskipun hubungan mereka masih terasa sangat dipaksakan.
Bunyi monitor rumah sakit menunjukkan detak jantung yang semakin lemah. Zefanya mengguncang tubuh ayahnya yang kaku, berusaha membuatnya sadar kembali. Namun, tidak ada respons.
Langit yang tidak tega melihat Zefanya seperti itu, segera menarik tubuh Zefanya ke pelukannya. "Gue gak punya siapa-siapa lagi, Lang... gue gak punya siapa-siapa lagi," Zefanya menangis tersedu-sedu, suaranya tercekat oleh tangisan.
Langit membalas pelukan Zefanya, berusaha memberinya kekuatan dan penghiburan. "Gue masih ada, gue masih ada," kata Langit lembut, sambil membelai rambut Zefanya yang berantakan.
Daddy Langit, Bram, dengan cepat dan efisien mengurus semua administrasi rumah sakit, memastikan bahwa semua prosedur selesai dengan lancar. Sementara itu, Zefanya masih terus menangis, kesedihan dan kehilangan yang mendalam terpancar dari dirinya. Langit berusaha menenangkannya, memeluknya erat dan membiarkannya menangis di pundaknya.
"Sst, aku ada di sini," kata Langit lembut, mencoba memberikan kenyamanan dan dukungan kepada Zefanya di tengah kesedihan yang mendalam ini.
*******
Tuhan jika di dunia ini tidak ada cinta yang tulus untuk ku lagi tolong ambil aku,aku ingin bahagia bersama orang tua ku
Zevanya Queen arabella
******
Saat ini mereka telah berada di pemakaman umum, prosesi pemakaman ayah Zefanya sedang berlangsung. Zefanya masih terlihat sangat terpukul, dia menangis dan tidak bisa menahan kesedihannya. Langit berada di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan.
Mereka berdua berdiri di depan makam, mendengarkan doa dan kata-kata perpisahan yang disampaikan oleh orang-orang yang hadir. Suasana di kuburan sangat hening dan khidmat, hanya terdengar suara tangisan Zefanya yang sesekali pecah di tengah kesunyian
"Jangan masukkan Ayahku ke dalam tanah! Kasihan Ayah, nanti Ayahku kotor!" Zefanya memberontak, tidak ingin ayahnya dimakamkan.
Dia berpegangan erat pada peti jenazah ayahnya, tidak ingin melepaskannya. Langit dan Bram berusaha menenangkannya, tapi Zefanya sangat histeris.
"Aku tidak ingin Ayahku pergi! Aku ingin Ayahku tetap di sini bersamaku!" Zefanya terus menangis dan berteriak, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.
Ketika tanah mulai menutupi tubuh ayahnya, Zefanya merasa seperti hatinya juga sedang dikubur. Dia berteriak dan menangis, tidak bisa menerima kenyataan bahwa ayahnya telah pergi selamanya. Langit memeluk Zefanya erat, berusaha memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah kesedihan yang mendalam ini.
Zefanya mencium nisan ayahnya dengan penuh kasih sayang, air matanya mengalir deras saat dia menyentuh batu nisan yang masih baru.
"Ayah...zefanya sayang ayah, ayah yang tenang di sana jangan lupa datang dalam mimpi Vanya yah, ayah"kata Zefanya dengan suara yang lirih, sambil membelai nisan ayahnya dengan lembut. Langit berdiri di sampingnya, memberikan dukungan dan kekuatan
Bram, yang telah selesai mengurus semua urusan pemakaman, mendekati Zefanya dan Langit.
"nak, kita balik yuk, udah hampir gelap"ucap Bram lembut berjongkok di dekat zefanya, sambil mengelus lembut kepala zefanya.
"ayah, Aku pamit, bunda zefanya pamit bunda maaf aku terlalu fokus pada ayah, hingga lupa rumah mu di samping ayah, cieeee yang sudah sama sama lagi jangan bucin Yan Bun, ingat anak udah umur bunda tua"ujar zefanya menghapus airmata kemudian berbisik "Bun, jemput aku jika kalian merasa kurang"
"dia yatim piatu "batin langit, pemuda itu menatap wajah zefanya lekat lekat, gadis cantik ini memang pandai menutupi luka nya sendiri.
"Kita pulang ya, Nak," kata Bram dengan suara yang lembut namun tegas, sambil memandang Zefanya dengan mata yang penuh kasih sayang.
Zefanya mengangguk perlahan, masih belum bisa menghilangkan kesedihan dari wajahnya. Langit merangkul Zefanya erat, memberikan dukungan dan kekuatan sebelum mereka meninggalkan pemakaman bersama Bram.
Mereka memasuki mobil, Zefanya memandang lurus ke depan, wajahnya terlihat murung dan sedih. Langit yang duduk di sebelahnya tidak biasa melihat Zefanya dalam keadaan seperti ini, biasanya Zefanya selalu ceria dan bersemangat.
Langit memandang Zefanya dengan penuh empati, dia tahu bahwa Zefanya masih sangat terpukul dengan kehilangan ayahnya. Langit mengambil tangan Zefanya dan memegangnya erat, memberikan dukungan dan kenyamanan.
Langit kemudian tersadar kenapa dia tadi memeluk Zefanya, dan kenapa dia tidak tega melihat Zefanya menangis. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Zefanya mungkin lebih dari sekadar simpati atau empati. Langit merasa sedikit bingung dan tidak yakin dengan perasaannya sendiri, tapi dia tahu bahwa dia ingin terus berada di samping Zevanya.
"Mulai sekarang, kamu tinggal bersama kami." Zefanya memandang Bram dengan mata yang masih basah oleh air mata, tapi ada sedikit rasa lega dan terima kasih di wajahnya.
Langit juga memandang Zefanya dengan penuh empati, dia tahu bahwa Zefanya masih perlu waktu untuk memproses kehilangan ayahnya.
"Kamu tidak akan sendirian " kata Bram dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. Zefanya mengangguk perlahan, merasa bahwa dia telah menemukan tempat yang aman dan nyaman untuk tinggal.
"Daddy, apakah Mommy tahu jika aku sudah menikah?" tanya Langit dengan rasa penasaran dan sedikit kekhawatiran.
"Belum, Nak. Aku belum memberitahu Mommy tentang pernikahanmu dengan Zefanya. Aku pikir lebih baik kita memberitahu dia bersama-sama nanti." Langit mengangguk paham, merasa sedikit lega bahwa Mommy-nya belum tahu tentang pernikahan mereka. Tapi dia juga merasa penasaran bagaimana reaksi Mommy-nya nanti ketika mengetahui tentang pernikahan mereka.
Setelah 30 menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di mansion. Zefanya yang sudah kelelahan dan emosional, tampaknya tertidur di dalam mobil
"Langit, gendong Zefanya, dia tidak bisa jalan lagi." Langit masih merasa capek, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Bram. Langit mengambil Zefanya dan menggendongnya.
Saat mereka masuk ke dalam rumah, Lilian, ibu Langit, menyambut mereka dengan pertanyaan "Siapa itu, Lang? Kenapa kamu menggendongnya?"
"Ini Zefanya, mom. Dia... teman baikku." Lilian memandang Zefanya dengan rasa penasaran, tidak tahu apa yang sedang terjadi.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Lilian lagi. Langit hanya menggelengkan kepala, tidak tahu harus menjelaskan apa.
"Bawah zefanya ke kamar, biar Daddy yang jelaskan kepada mommy mu." Langit mengangguk dan membawa Zefanya ke kamarnya.
Langit memperhatikan Zefanya merasa kasihan dengan keadaan Zefanya yang masih sangat terpukul dengan kehilangan ayahnya. Langit membaringkan Zefanya dengan hati-hati dan memastikan bahwa dia nyaman sebelum meninggalkan kamar.
"Cantik sangat cantik"gumam langit memandang zefanya
"Apaan si Lang, fokus Lo udah punya Aluna"ujar langit sambil memukul-mukul pipinya pelan
Setelah memastikan Zefanya nyaman, Langit kembali ke ruang tamu untuk mendengarkan penjelasan Bram kepada ibunya tentang situasi yang sedang terjadi.
Lilian terkejut dan terharu mendengar berita tentang kematian ayah Zefanya dan pernikahan anaknya.
"Apa?! Ayahnya meninggal? Oh, anak kecil itu pasti sangat terpukul," kata Lilian dengan suara yang bergetar. Bram mengangguk.
"Ya, Kita harus mendukung Zefanya saat ini," kata Bram dengan lembut.
"Tapi, Langit, bagaimana dengan Aluna, pacarmu itu?"tanya Lilian yang tau bahwa anaknya memiliki pacar dan biasanya langit selalu mengajaknya ke mansion mereka.
"Aluna? Aku belum memberitahu dia tentang ini, mom. Aku tidak tahu bagaimana cara memberitahukannya."ujar langit menundukkan kepalanya lalu menatap wajah lilian.
"Mungkin sebaiknya kamu memberitahu dia, Langit. Dia pasti akan mendukung kamu dan Zefanya." Saran Bram yang mendengar percakapan itu
"Apakah Daddy sudah gila? Aku sudah lama berpacaran dengan Aluna, Langit. " Langit membulatkan matanya mendengar saran dari Daddy, jangan kan mendukung dekat dengan perempuan lain saja Aluna sudah kaya orang kerasukan
"Kau mengatai ku gila ?"tanya Bram
"Bukan begitu Daddy,aku hanya reflek"ujar langit
"Ya sudah jangan dulu memberi tahu Aluna tentang ini "ujar Lilian yang sebetulnya sudah suka jika anaknya menjalani hubungan dengan gadis cantik
"Ya,aku juga berpikir begitu mommy, hanya aku takut jika menyakiti perasaan orang lain"ujar langit
Tiba-tiba, telepon genggam Langit berbunyi, dan dia melihat nama Aluna terpampang di layar.Langit sambil tersenyum kecil.
"Aku harus menjawabnya, Mommy," tambahnya sebelum menjawab telepon dengan menekan tombol jawab.
"Halo, sayang.." suara Langit terdengar lembut saat menjawab panggilan dari pacarnya itu.
"Temanin aku ke mall dong sayang" ujar Aluna dari sebrang
"Iya, aku akan temanin Kamu ke mall malam ini," kata Langit sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya masih ada kekhawatiran tentang Zefanya. Aluna terlihat gembira mendengar jawaban Langit, dan mereka berdua membuat rencana untuk bertemu di mall nanti malam.
Setelah selesai berbicara dengan Aluna, Langit memberitahu ibunya tentang rencananya.
"Mommy, Daddy, aku akan pergi ke mall malam ini dengan Aluna," kata Langit dengan nada yang sopan.
Ibunya mengangguk, meskipun terlihat sedikit khawatir tentang keadaan Zefanya yang masih berduka.
"Pastikan kamu kembali tidak terlalu larut, Langit," kata Lilian dengan nada yang lembut. Langit mengangguk, berjanji untuk tidak terlalu larut malam.
Langit memasuki kamar dan mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke mall dengan Aluna. Dia mengambil pakaian yang sesuai dari lemari dan mulai berganti.
Setelah selesai berpakaian, Langit memeriksa penampilannya di depan cermin, memastikan semuanya sudah rapi. Dia kemudian mengambil dompet dan kunci, serta memastikan ponselnya sudah terisi daya.
"Gue sebaiknya,,,arkk gak usah deh lagian dia gak penting di juga"ujar langit ingin melihat keadaan zefanya
Langit meninggalkan kamar dan menuju ke ruang tamu untuk berpamitan dengan ibunya sebelum pergii
"Mommy, aku pergi dulu, ya," kata Langit dengan nada yang sopan. Ibunya mengangguk dan memberinya senyum
"Daddy ingatkan, jangan kamu Bawah Aluna ke mansion ini"ujar Bram , langit hanya menoleh sekilas
"Hati-hati " Langit mengangguk dan melangkah keluar rumah, siap untuk bertemu dengan Aluna di mall.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!