Seorang gadis muda terbaring lemah di ruang bawah tanah yang lembab, seluruh tubuhnya di penuhi luka dan lebam, baju yang di kenakannya sudah tidak berbentuk lagi, karna seringnya mendapat cambukan.
Mata gadis itu di tutup dengan kain hitam, jadi dia tidak tahu dimana sekarang dirinya berada, yang dia tahu hanyalah sosok di balik penyiksaan yang ia terima saat ini, adalah pria yang selalu dia panggil dengan sebutan Paman ya itu Lucane Romanov.
Gadis itu yang tak lain adalah Violet, dia hanya bisa menerima dengan pasrah hukuman yang di berikan oleh Lucane, perkataan maaf yang selalu di ucapkan sama sekali tidak di hiraukan oleh Lucane, Pamannya tetap menyiksanya tanpa ampun.
Kini hanya tinggal rasa penyesalan yang menggerogotinya, karna sudah membuat pria yang paling menyayanginya di dunia kini berubah membencinya.
Dua hari yang lalu di acara ulang tahun Calista Romanov kakak dari Lucane Romanov, Violet yang masih labil terkena hasutan Margareth Jasson, wanita yang tergila gila dengan Lucane, untuk menyingkirkan Raisa wanita yang berhasil membuat Lucane jatuh hati, dengan cara menghasut Violet, dan akhirnya Violet mendorong raisa yang hendak menuruni anak tangga, membuat Raisa jatuh berguling guling ke bawah, dan wanita itu oleh pihak rumah sakit di nyatakan koma.
Akibat tindakannya itu publik memakinya, Violet yang merasa tertekan dengan rasa bersalahnya, dia pergi ke rumah sakit untuk meminta maaf pada Raisa dan keluarganya.
Setiba di rumah sakit Violet langsung di sambut dengan tatapan dingin Lucane, yang untuk pertama kalinya selama dia hidup di samping Lucane.
'' Paman ''
Suara Violet memanggil Lucane hampir tidak terdengar, karna terlalu takut melihat expresi dingin Pamannya.
'' Untuk apa kamu ke sini?, pulanglah '' ucap Lucane.
'' A,, aku, mau minta maaf sama Kak Raisa '' tukas Violet dengan gugup.
'' Vio, pulanglah, jangan sampai aku menyeretmu keluar '' usir Lucane nada suaranya sangat pelan namun sangat dingin.
Nyess
Jantung Violet serasa di hantam bongkahan es, mendengar Lucane memanggil namanya, selama ini sebesar apapun masalah yang di buatnya, Lucane akan tetap memanggilnya dengan sebutan '' Baby '', itulah panggilan kesayangan Lucane untuk Violet, bahkan hampir seluruh karywan PT, Romanov tahu itu.
Violet menundukkan kepalanya, untuk menghapus air matanya yang merembes di pipinya.
" Paman, aku pulang dulu " pamit Violet dan hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh Lucane.
Violet pulang kembali ke Villa rose garden tempat tinggal dia dan Lucane dengan jalan kaki, kepalanya terus tertunduk membuatnya teringat kembali dengan hasutan Margareth beberapa hari lalu.
Selama satu bulan ini Lucane sangat sibuk, dia jarang sekali ada waktu untuk Violet, bahkan pesan yang di kirim Violet sering di abaikan oleh Lucane.
Dan Margareth mengatakan padanya kalau Lucane sudah tidak perduli lagi dengannya, dan memfitnah Raisa kalau Raisa sedang berusaha menjauhkan Lucane darinya, awalnya Violet tidak termakan omongan Margareth, tapi lama kelamaan karna sering mendapati Lucane bersama Raisa akhirnya Violet yang jiwanya masih labil percaya dengan perkataan Margareth, dan akhirnya dia merencanakan untuk melukai Raisa dengan cara mendorong Raisa dari atas tanngga.
'' Bodoh, bodoh, kenapa kamu percaya ucapan Kak Margareth, bukannya kamu tahu sendiri, kalau Kak Margareth juga yang paling gila mengejar Paman '' gumamnya merutuki kebodohannya.
Violet kembali melanjutkan langkahnya di atas trotoar, tak ada niatan untuk menghentikan taksi, dia tetap pulang dengan jalan kaki.
Dan saat melewati jalanan sepi, tiba tiba ada yang memukul tengkuk Violet dari belakang membuat dia jatuh pingsan, lalu Violet di bawa pergi menggunakan mobil van putih.
Kembali ke ruang bawah tanah, Violet berusaha melepaskan tangan besar yang mencekik lehernya.
'' Lepas '' mohonnya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Lalu orang itu melepaskan cekikannya dari leher Violet, dan melemparkan tubuh lemah Violet dengan kuat. hingga membuat kepalanya terbentur dinding dengan keras.
Duggg
Uhukk
Uhukk
Darah segar merembes dari kepala Violet dan membasahi wajahnya, sampai wajah Violet sulit di kenali lagi.
'' Itu hukuman yang pantas untukmu, karna sudah bernai mencelakai wanita yang aku cintai '' ucap orang itu dingin lalu keluar dari ruang bawah tanah.
Setelah kepergian orang itu, perlahan nafas Violet semakin lemah, walau matanya masih di tutup dengan kain hitam, Violet tahu kalau orang yang mencekiknya barusan adalah Pamannya Lucane, karna mendengar orang itu menyebut wanita yang dicintai, siapa lagi yang mencintai Raisa selain Pamannya.
'' Pa,, Paman, jika ada kehidupan kedua, aku janji tidak akan mengusik Kak Raisa lagi, aku benar benar menyesal '' gumamnya lirih dan perlahan matanya terpejam dan nafasnya pun juga sudah berhenti.
...----------------...
Ughhh
Di ranjang kasur king size seorang gadis muda mengucek kedua matanya, Violet dia langsung beranjak bangun saat melihat langit langit kamarnya.
'' Kenapa aku bisa ada di kamarku '' gumamnya.
Lalu dia melihat tangannya, dan tidak ada bekas luka satupun di sana, dia langsung menyibak selimut yang di pakainya, dan berlari ke depan cermin besar di kamarnya, sampai sampai dia lupa tidak memakai alas di kakinya.
'' Apa aku hidup kembali ''
Ucapnya memeriksa tubuh dan wajahnya yang baik baik saja dari pantulan cermin, dan yakin jika dirinya di beri kesempatan untuk hidup kembali, Violet tanpa sadar meloncat loncat karan terlalu bahagia.
Ceklek
Violet membalikkan badannya, dan seketika tubuhnya terasa kaku melihat orang yang melangkah ke arahnya dengan langkah lebarnya.
Sreeett
Akhhh
Violet terkejut saat orang itu tiba tiba mengangkat tubuhnya.
'' Paman ''
'' Kenapa tidak pakai alas kaki? ''
Lucane membawa Violet kembali ke ranjang, dan menurunkannya dengan sangat hati hati.
Violet masih terdiam dia sama sekali tidak berani bergerak.
'' Paman mau apa? ''
Violet kaget Lucane tiba tiba membungkuk, wajahnya begitu dekat dengannya, bahkan bisa mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh Lucane.
'' Diamlah ''
Violet langsung diam dengan patuh.
Seutas senyum terlintas di sudut bibir Lucane, lalu dia menempelkan dahinya di dahi Violet.
'' Masih hangat ''
Violet menghela nafasnya, ternyata Pamannya ingin mengecek suhu tubuhnya saja.
Lucane lalu melepaskan dasi yang sejak tadi terasa mencekiknya, dan melemparnya ke sembarangan arah, lalu dia naik ke atas ranjang dan merebahkan tubuh kekarnya di samping Violet.
'' Baby, ayo tidur lagi '' ucap Lucane.
Violet menganggukkan kepalanya lalu berbaring, dan Lucane langsung menarik tubuh mungil Violet ke dalam pelukannya.
Bukan hal yang aneh lagi, penghuni Rose garden semua tahu kalau Lucane terbiasa tidur di kamar Violet, tapi tidak ada sesuatu apapun yang terjadi, karna Lucane memang tidak pernah melakukan hal yang lebih dari sekedar tidur di kamar Violet.
Melihat Lucane sudah lelap dengan tidurnya, perlahan Violet meraih ponselnya di atas nakas, dan menghidupkan layarnya.
'' Ternyata aku kembali di lima bulan sebelum kejadian naas itu '' gumamnya lirih saat melihat tanggal dan bulan di layar ponselnya.
Violet juga teringat kalau saat ini Lucane sedang berada di Luar Negri, dia buru buru pulang ketika mendapat kabar kalau dirinya sedang demam.
'' Paman, pasti kamu sangat lelah '' gumamnya mengelus wajah tampan Lucane yang sedang terlelap, terlihat sekali jika dia sangat kelelahan.
Lalu Violet ikut menyusul Lucane masuk ke dalam mimpinya.
Violet terbangun saat merasakan tidak nyaman pada tubuhnya yang berkeringat banyak, tangannya meraba ke sisi ranjangnya yang sudah kosong Pamannya sudah bangun, lalu dia melihat ke jendela ternyata hari sudah malam.
'' Jam berapa ini? '' gumamnya meraih jam weker unik di atas nakas samping ranjang tidurnya. '' Ternyata sudah jam tujuh ''.
Ceklek
'' Kamu sudah bangun ''
Lucane menghampiri Violet dengan membawa nampan di tangannya, lalu dia letakkan di atas meja dekat jendela.
'' Ayo makan malam dulu '' ucap Lucane membantu Violet duduk.
'' Paman, aku ingin mandi, badanku rasanya udah gak enak, gerah '' ujar Violet.
Lucane tidak langsung mengiyakan, dia kembali menempelkan dahinya di dahi Violet, untuk mengecek suhu tubuh Violet.
'' Hem, baiklah, tapi makan dulu, setelah itu kamu bisa mandi '' ucap Lucane memastikan Violet sudah baik baik saja.
'' Terimakasih Paman '' Lucane menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, lalu mengambil nampan yang dia letakkan di atas meja, dan membawanya ke depan Violet.
'' Paman, aku bisa makan sendiri '' ucap Violet menolak, saat menyadari gerakan Lucane yang hendak menyuapinya.
Violet sudah hafal dengan tindakan Lucane, ketika dirinya sakit pamannya ini akan selalu menyuapinya ketika dirinya hendak makan.
Lucane langsung mengerutkan dahinya, expresi wajahnya jelas menunjukkan ketidaksukaan di sana.
'' Baby '' ucap Lucane suaranya pelan tapi penuh penekanan.
Dan akhirnya Violet hanya bisa pasrah dan membuka mulutnya dengan patuh.
Seutas senyum muncul di sudut bibir Lucane, lalu dia menyuapi Violet dengan penuh perhatian.
Lima belas menit kemudian nasi di atas piring sudah habis tak tersisa, bukan hanya Violet yang menghabiskan, tapi Lucane juga ikut menyantapnya, mereka makan satu piring juga sendok berdua.
'' Paman, aku boleh mandi? ''
'' Hem, aku akan menyiapkan air hangat untuk kamu mandi '' ucap Lucane meletakan piring kotor ke atas meja, dan pergi ke kamar mandi yang ada di pojok ruangan.
Violet berdiri di ambang pintu kamar mandi, dia memperhatikan Lucane yang tengah memeriksa suhu air di bak mandi.
" Paman memang sangat perhatian " batin Violet.
Violet terkejut wajahnya basah, karna percikan air yang di lakukan oleh Lucane yang sudah berdiri di depannya.
'' Apa yang sedang kamu lamunkan, hem ''
'' Tidak ada '' Violet menggelengkan kepalanya.
Lucane mengangukkan kepalanya. '' Airnya sudah siap, sana mandi, tapi jangan lama lama '' .
Violet bergegas masuk dan menutup pintu kamar mandinya, dia langsung melepas semua pakainnya dan segera masuk ke dalam bak mandi.
'' Ah,, nyamannya '' gumamnya saat air hangat dengan aroma mawar dari esensial oil menyentuh kulit mulusnya.
Lucane paling tahu kalau Violet sangat menyukai aroma bunga mawar, jadi dia memesankan khusus dari luar negeri esensial oil dengan aroma mawar untuk Violet.
Merasa sudah cukup berendam di bak mandi, Violet segara bangun lalu membasuh badannya dari air shower, setelah itu dia meraih jubah mandi dan di pakainya.
Ceklek
Violet melihat Pamannya yang duduk di sofa dengan memangku laptopnya, melihat Pamannya sedang fokus jadi Violet menutup pintu kamar mandinya dengan hati hati, karna tidak ingin menganggu Pamannya.
Lalu dia pergi ke walk in closet untuk mengganti jubah mandinya dengan piyama tidur bermotif hello kitty.
'' Sini! '' Lucane menepuk nepuk sofa sebelahnya saat Violet keluar dari walk in closet.
Dengan patuh Violet menghampiri Lucan dan duduk di sampingnya.
'' Aku akan mengeringkan rambutmu '' ucap Lucane meletakkan laptop yang di pangkunya ke sofa sebelahnya, lalu meraih pengering rambut yang tak jauh darinya.
'' Iya '' Violet langsung merubah duduknya membelakangi Lucane, agar Pamannya lebih mudah mengeringkan rambutnya.
Violet begitu menikmati perlakuan lembut Lucane yang sedang mengeringkan rambutnya, di kehidupan pertamanya Lucan juga memperlakukannya sama seperi saat ini, tapi semuanya berubah saat dirinya sengaja mencelakai wanita yang di cintainya.
'' Paman ''
'' Hem ''
'' Kalau misalnya Paman sudah menemukan wanita yang Paman cintai, apa Paman akan membuangku? '' tanya Violet tiba tiba.
Tangan Lucane yang sedang mengeringkan rambut Violet berhenti, mendengar pertanyaan Violet, expresi wajahnya seketika berubah datar, tapi tidak di ketahui oleh Violet karna duduk membelakanginya.
'' Kenapa kamu bicara seperti itu?, kamu hidup ku, jadi jangan pernah punya fikiran aku akan membuangmu '' jawab Lucane kesal, sembari melanjutkan kembali mengeringkan rambut Violet yang hampir selesai.
Violet langsung berbalik menghadap Lucane, dan dengan cepat Lucane menjauhkan alat pengering yang hampir mengenai wajah Violet.
'' Baby, hati hati kalau mau membalikkan badan, untung alat pengering ini tidak terkena wajahmu '' tegur Lucane tersirat kepanikan di wajahnya.
Violet tertawa menunjukkan giginya yang putih dan rapi. '' Maaf Paman, aku terlalu antusias mendengar jawaban Paman ''
'' Huh '' desah Lucane meletakkan alat pengering rambut di tempatnya.
'' Baby, sampai aku mati pun aku tidak akan membuangmu, jadi jangan berfikiran yang tidak tidak, aku tidak suka '' tukas Lucane memegang kedua pipi Violet.
Violet menganggukkan kepalanya, dengan cemberut. '' Iya, aku minta maaf, aku cuma tanya saja kok ''
Lucane langsung menarik Violet ke dalam pelukannya, dan mencium pucuk kepala Violet dengan lembut. '' Kamu tidak salah, jadi tidak perlu minta maaf ''
Dua hari kemudian, saat pagi hari Violet sudah berpakaian rapi, dia akan pergi ke universitas kembali, setelah mendapat izin dari Lucane.
Saat Violet keluar dari kamarnya, kebetulan bersamaan dengan Lucane yang juga baru kaluar dari kamarnya, dengan penampilan yang juga sudah sama sama rapi untuk pergi ke perusahaan.
'' Ayo sarapan '' Lucane menjulurkan telapak tangannya yang lebar ke hadapan Violet, dan Violet menerimanya dengan tersenyum, lalu keduanya menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan.
Di meja makan kepala pelayan villa, yang sering di panggil dengan sebutan Paman Don, dia menatap tersenyum kedatangan Tuan Mudanya dan Nona Mudanya di ruang makan, jika Paman Don menarik kursi untuk Tuan Mudanya duduki, maka Tuan Mudanya akan menarik kursi untuk Nona Mudanya duduk, dan itu sudah menjadi rutinitas setiap hari.
Paman Don berdiri dengan setia menemani kedua majikannya yang sedang menyantap sarapan paginya, semua menu sarapan pagi adalah favorite Nona Muda mereka, dan tentu itu semua atas perintah Tuan Mudanya.
Saat mereka baru menyelesaikan sarapan paginya, terdengar suara deru mesin mobil berhenti di depan villa.
'' Itu pasti Kak Jayden '' ucap Violet, lalu segera meneguk air putih, dan bangkit dari kursi.
'' Paman, aku berangkat dulu ya '' pamit Violet mengambil tas selempangnya di kursi sebelahnya.
'' Baby ''
Violet yang hendak melangkah pergi berhenti dan berbalik. '' Ada apa Paman? ''
'' Apa kamu melupakan sesuatu ''
Violet terdiam untuk mengingat ngingat apa yang telah dia lupakan.
Lucane yang sudah tidak sabar menunggu Violet mengingat apa yang di lupakannya, dia langsung memberi isyarat dengan menyentuh pipinya sendiri, dan seketika Violet terkekeh lalu mendekat pada Lucane dan mencium pipi Lucane.
Muach
'' By,, Paman ''
Lucane menganggukkan kepalanya. '' Hati hati ''
Violet menjawab dengan mengacungkan jempolnya, karna sudah berjalan meninggalkan ruang makan.
'' Kak Jaydennnn,,,,,!!!, lets go! ''
Dari ruang makan Lucan menggelengkan kepalanya, mendengar suara teriakan Violet yang melengking memenuhi villa.
Jayden Giorgio putra dari kakak perempuan Lucane, jarak usia Lucane dan Jayden selisih tujuh tahun, saat ini usia Jayden dua puluh tahun dan Lucane dua puluh tujuh tahun, sedangkan Lucane dengan kakak perempuannya selisih lima belas tahun.
Nama belakang Jayden sendiri mengikuti keluarga ayahnya.
'' Kak ''
'' Hem ''
'' Kira kira kalo Paman sudah menemukan wanita yang di cintainya, dia apa akan membuangku, oh tidak, itu terlalu kejam, apa Paman akan mengacuhkanku? '' tukas Violet yang duduk di samping jok kemudi.
Jayden yang sedang mengemudikan mobil sportnya menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke jalan raya. '' Kenapa kamu tiba tiba punya fikiran aneh begitu?, memangnya Paman sedang dekat dengan wanita? '' tanya Jayden.
'' Tidak tahu, aku cuma mengira ngira '' sahut Violet.
'' Kamu tenang saja, jika itu sampai terjadi, masih ada aku, Kakek dan Bibimu yang masih mau menerimamu '' ujar Jayden.
Violet menganggukkan kepalanya. '' Kak Jay benar juga, masih ada Bibi Calista dan Kakek yang sangat baik sama aku ''
'' Bagi mereka, kamu itu segalanya, sedangkan aku yang jelas jelas anak, cucu, dan keponakan kandung, malah di campakkan '' ucap Jayden. '' Apa lagi ibu, tiada hari tanpa mengomel '' imbuhnya mengeluh.
Violet langsung tertawa terbahak bahak mendengar keluh kesah Jayden.
'' Makanya, Kak Jay cepetan cari pasangan, Bibi itu sudah pusing lihat Kak Jay masih sendiri terus '' cibir Violet.
'' Masih belum ketemu yang cocok '' balas Jayden.
'' Yah alasan, kakak tinggal tunjuk tuh, para gadis di universitas yang jadi fans berat kakak, pasti tidak akan ada yang nolak '' tukas Violet.
'' Tentu, siapa yang berani menolak seorang Jayden Giorgio, sudah tampan, pintar, kaya raya pula ''
Violet langsung berpura pura mual mendengar kenarsisan Jayden.
'' Kak, ingat, masih ada Paman Lucane yang di atas segala galanya ''
'' Kalau Paman Lucane jelas tidak bisa di buat perbandingan, dia sudah seperti dewa '' timpal Jayden.
'' Iya, dewa uang '' sahut Violet, dan keduanya sama sama tertawa memenuhi mobil sport Jayden.
Jayden yang menjadi senior Violet di universitas, dia mendapat tugas dari Lucane untuk mejaga Violet dan juga antar jemput Violet, dan tentunya Jayden mendapat imbalan yang tidak cuma cuma, setiap hari Jayden mendapat uang saku dari Jayden bernominal dua puluh juta, terkadang bisa lebih dari itu.
Sedangkan Violet sendiri, oleh Lucane sudah di buatkan kartu kredit atas namanya sendiri, ketika usianya sudah menginjak tujuh belas tahun, dan di setiap tanggal muda nominal di kartu kredit milik Violet selalu bertambah dua ratus lima puluh juta, dan tentunya itu dari Lucane, tapi sampai sekarang yang usianya sudah menginjak sembilan belas tahun, uang itu sama sekali belum pernah tersentuh oleh Violet, karna uang saku yang di berikan oleh Lucane setiap harinya sudah lebih dari cukup, karna nominalnya dua kali lipat dari yang di terima oleh Jayden.
Tak hanya itu saja bahkan Lucane juga selalu memenuhi kebutuhan Violet, dari make up, skin care, tas, baju, sepatu, dan masih banyak yang lainnya, dan tentunya Lucane tidak membeli dengan sembarangan, semua yang dia beli dia pesan secara khusus, karna Lucane ingin memberikan yang terbaik untuk Violet, bahkan Lucane juga pernah membelikan Violet jet pribadi sebagai hadiah di saat ulang tahunnya yang ke delapan belas.
UNIVERSITAS HANUGA universitas terbaik di pusat kota Bore, murid di sana juga kebanyakan dari kalangan anak anak pengusaha.
Jayden mepakirkan mobil sportnya di parkiran mobil yang di sediakan oleh universitas, sudah tidak menjadi hal yang asing lagi, saat kedua cucu dari keluarga Romanov itu datang selalu menjadi pusat perhatian.
Selain karna keduanya memiliki paras tampan dan cantik, keduanya juga dari keluarga yang memiliki pengaruh besar di kota Bore. Keluarga Romanov di kenal sebagai pengendali ekonomi di kota Bore.
Untuk para mahasiswi yang mengagumi Jayden, mereka hanya bisa menatap kagum Jayden dari jarak jauh, mereka tidak berani jika harus berhadapan langsung dengan Jayden, karna di Universitas Hanuga Jayden di kenal dengan sosoknya yang dingin dan tak banyak bicara, tapi itu tidak berlaku jika orang yang di depannya adalah Violet.
'' Kak, apa hari ini kamu ada jadwal mata pelajaran? '' tanya Violet.
Jayden menggelengkan kepalanya. '' Tidak ada ''.
Violet menganggukkan kepalanya, lalu melangkah pergi menuju kelas seni dan tentu Jayden mengantarnya.
Violet mengambil jurusan seni karna dia memiliki cita cita ingin menjadi pelukis, sedangkan Jayden dia mengambil jurusan dokter, Jayden juga menolak menggantikan Ayahnya untuk memimpin perusahaan Giorgio, karna Jayden bercita cita menjadi dokter spesialis bedah.
Setelah mengantarkan Violet, Jayden pergi meninggalkan kelas seni, dia pergi ke lapangan basket universitas, kebetulan kedua sahabatnya ada di sana untuk berlatih mempersiapkan pertandingan basket minggu depan.
'' Baru sampai?, Vio sudah masuk kelas? '' tanya Dante sahabat Jayden.
Jayden menganggukkan kepalanya, lalu duduk di kursi panjang yang berada di pinggir lapangan.
'' Eh, kalian dengar tidak, ada mahasiswa baru, dia dari luar kota '' ujar Kenana menghampiri mereka dengan membawa bola basket.
'' Cantik tidak? '' timpal Dante.
'' Katanya sih cantik '' ucap Kenan.
'' Dari jurusan apa? '' tanya Dante.
'' Katanya jurusan seni ''
'' Satu jurusan dong, sama princes kita '' seru Dante.
Sedangkan Jayden hanya diam saja, sembari meneguk minuman kaleng yang sempat ia beli dari kantin, dia sama sekali tidak tertarik untuk membahas wanita, berbeda dengan kedua temannya, yang hobi tebar pesona kesana kemari, apa lagi Dante dia terkenal sebagai playboy kelas tinggi kekasihnya pun dimana mana ada.
Dante dan Kenana saling mengedipkan mata, melihat Jayden yang diam saja, terlihat tidak perduli dengan apa yang mereka obrolkan, tapi itu sudah menjadi hal biasa bagi Dante dan Kenan, dan sampai sekarang mereka penasarn wanita seperti apa yang nantinya bisa meluluhkan hati Jayden.
Di ruangan seni saat kelas sudah di mulai, Violet yang duduk di tengah tengah, dia menoleh kebelakang mencari sahabatnya Tasya tapi tidak ada, dan saat itu dia baru menyadari jika di kelasnya ada mahasiswi baru yang duduk di kursi pojok paling belakang.
'' Luna '' gumamnya lirih.
Violet ingat di kehidupan pertamanya Jayden jatuh hati dengan Luna, karna sosoknya yang lemah lembut dan sangat penyabar, dan Violet juga baru tahu satu minggu sebelum kematiannya, kalau ternyata Luna adalah adik sepupu Raisa, wanita yang nantinya bisa membuat Lucane jatuh hati.
Di kehidupan pertamanya Violet kesal dan tidak suka dengan Luna, karna menurutnya kehadiran Luna membuat Jayden perlahan tidak memperdulikannya lagi, tapi di kehidupannya yang kedua ini, dia sudah berjanji tidak akan mengganggu hubungan percintaan Lucane maupun Jayden, Violet tidak ingin hal mengerikan yang di alaminya di kehidupan pertamanya terulang kembali.
Satu jam kemudian dosen di kelas seni menyudahi materi pelajarannya, lalu pergi meninggalkan kelas dan di susul para mahasiswa dan mahasiswi yang juga ikut keluar entah ke kantin ataupun ke perpustakaan.
Ting
Violet membaca pesan yang di kirim oleh Jayden.
[ Kaka lihat, teman satu jurusanmu sudah ada yang ke kantin, kamu dimana?, kakak tunggu kamu di kantin ]
[ Iya aku ke sana ]
Violet langsung bangkit meninggalkan ruang seni dan pergi ke kantin.
Setiba di kantin Violet celingukan mencari keberadaan Jayden, dan ternyata Jayden duduk di kursi paling pojok bersama dua sahabat konyolnya Dante dan Kenan.
Jayden dengan sigap menarik kursi di sampingnya saat melihat kedatangan Violet.
'' Kenapa dengan wajahmu?, ada masalah sama dosen? '' tanya Jayden beruntun.
'' Tidak, hanya saja Tasya tidak masuk, jadi aku malas tidak punya teman '' jawab Violet.
Jayden menganggukkan kepalanya, lalu dia bangkit mengambilkan makan siang untuk Violet, tapi baru beberapa langkah Jayden tidak sengaja bertabrakan dengan mahasiswi yang juga baru mengambil makan siangnya.
Brukk
Prang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!