NovelToon NovelToon

SALAH KAMAR BERUJUNG NIKAH

Bab 1

Dengan langkah terburu-buru Sandra dengan emosi yang siap meledak kini menaiki tangga sebuah Cafe yang Ia dapat alamatnya dari nomor asing.

BYUR!

"Sandra!"

"Jadi begini kelakuan Lo Yud! Anjing! Bangsat!" Sandra mengumpat sambil berkacak pinggang. Tatapan Sandra kini bagai pedang terhunus, pada seorang Perempuan dengan pakaian minim bahan, riasan menor dan aroma parfum murah yang tengah berada dalam pangkuan Yudha, Pacar Sandra yang sekarang fix sudah berubah status jadi Mantan.

"Selera Lo emang murahan ya Yud! Lo selingkuh dari Gue cuma buat bisa Ngews sama modelan LC Karaoke begini!! Mulai hari ini Kita Putus! Bagus Gue gak pernah mau disentuh sama PK modelan Lo!"

Sandra hendak bangkit, namun langkahnya terhenti. "Siniin kunci mobil Lo!"

Sandra sudah tak ubahnya bagai seorang petugas leasing yang menarik mobil tanpa ampun dan tak mau mendengarkan segala bujuk rayu Yudha, Si PK Sialan!

"Baby, kok Dia minta mobil Kamu?"

"Lo denger ya LC Kampung! Dia! Cowok Mokondo! Dan Lo Yud, buka jam tangan itu! Gue lebih baek sumbangin tuh jam tangan Lo ke orang yang membutuhkan, gak ikhlas Gue! Sini balikin!"

Yudha menolak namun Sandra dengan cepat meminta petugas keaman Cafe untuk memegangi Yudha dan melepas apapun yang melekat di tubuh Yudha.

Semua yang Yudha pakai dari Mobil, Handphone, Jam Tangan, Baju Branded, Sepatu dibeli oleh Sandra. Yudha itu jago morotin Sandra alibinya pakai Uang Kamu dulu nanti Aku ganti. Bt!

Selama ini Sandra mengerti Yudha yang hanya seorang pegawai biasa dengan gaji pas-pasan dan menjadi Sandwich Generation di keluarganya, Sandra murni cinta dan Sandra pikir Yudha tulus. Tapi nyatanya Kucing Garong tetep kucing garong!

"Sayang, jangan begini dong, Masa Aku gak pake apa-apa cuma pake boxer aja."

"HEH! Denger ya! Lo itu emang selama ini beli dan punya apa? Gak ada! Semua Gue yang beli! Dan Lo gak tahu diri, berani banget duain Gue sama modelan LC Kampung begini! Dan buat Lo, LC Kampung! Makan tuh bekas Gue! Selamat dapet barang sisa dengan kualitas reject plus kismin!"

Sandra meninggalkan Yudha yang tertahan oleh petugas keamanan.

"Gila! Hari gini Gue masih kena tipu sama Mokondo!" Sandra masuk ke dalam mobil sportnya berjalan pergi keluar area Cafe dengan kecepatan tinggi.

Sandra memukul-mukul stir mobil yang Ia kemudikan. "Bego banget!"

*

"Gila Van! Badas amat tuh cewek! Ya gokil juga sih tuh Laki! Masa ninggalin spek cewek berkelas gitu cuma buat LC!"

Revano yang menyaksikan bagaimana tadi Sandra melabrak pria yang sedang bersama selingkuhannya tampak biasa saja tak bergeming.

"Lo mau kemana Van? Sans dulu lah!"

Revano tak menggubris rekannya, memilih bangkit menuju mobilnya yang baru saja diantar oleh petugas valley.

Kalau bukan karena meeting dengan Klien, mana mau Revano menyaksikan drama opera sabun tadi.

"Badas sih! Bagus! Jadi cewek memang harus gitu! Gak jaman Bro menye-menye apalagi buat Laki modelan Mokondo!" Revano tersenyum tipis sambil menunggu lampu kembali hijau dan melanjutkan perjalanannya.

*

"Lo udah kebanyakan minum San, udah! Ngapain juga Lo begini! Kan Gue udah bilang sama Lo, Yudha gak sebaik yang Lo pikir! Lo aja batu!"

"Siniin gak gelas Gue! One More!" Sandra mengkode bartender, untuk kembali memberikannya minuman.

"Bentar, Gue nerima telepon dulu, Bebeb Gue nih yan Call!"

Sahabat Sandra meninggalkan Sandra yang kembali larut dalam gelas minuman yang entah sudah gelas keberapa.

Sementara, Revano baru saja memasuki sebuah Bar, menemui seseorang yang selama ini mengisi hidupnya. Pacar? Ya bisa dibilang begitu, yang jelas Revano butuh pelampiasan dan Kalina adalah bak sampah yang siap menampung lahar panas Revano meski dibuang diluar.

"Baby," Kalina menghampiri Revano, dikecupnya bibir Revano dengan buas, Revano menyambut belitan lidah Kalina dan keduanya asik menikmati pertukaran saliva dibawah hingar bingar Klub yang semakin ramai.

Disela aktivitasnya yang memacu birahi, Revano menangkap seseorang yang hari ini Ia lihat dan kini dihadapannya perempuan badas itu sedang mabuk dan menikmati minumannya.

Kalina melepaskan pagutannya, "Baby, ngapain sih ngeliatin cewek itu terus seksian juga Aku!" Merajuk busuk ala Kalina yang tak mau ladang uangnya berpaling.

Siapa yang tak mau menjadi teman tidur Revano. Revano Narendra. CEO. Pewaris satu-satunya Narendra Group yang bisa dibilang salah satu dari sepuluh konglomerat yang sangat berpengaruh di negeri ini.

Tiada yang tahu alasan apa yang membuat seorang Revano seperti sekarang, doyan gonta ganti perempuan, tidur sana sini dengan perempuan yang dia mau. Selebihnya semua hanya sebatas have fun saja.

"Gak usah sok ngatur! Lo sama perempuan lain yang pernah Gue Pake sama. Jadi jangan ngerasa Lo itu punya hak ngatur hidup Gue!"

Begitulah Revano tak mau diikat dan berkomitmen dengan satu Perempuan.

Tentu saja hari ini Kalina meminta Revano datang bukan hanya sekedar ingin bertemu tapi ada rencana yang akan Kalina lakukan.

"Malam ini, pokoknya Gue harus berhasil buat Revano tidur sama Gue dan hamil. Gue gak akan biarin Revano jatuh ke tangan cewek lain!" Kalina memang terobsesi sekali ingin hamil anak Revano dengan tujuan untuk bisa dinikahi dan menjadi Menantu di Keluarga Narendra.

Sementara Sandra yang sudah mulai mabuk kini didekati oleh seorang Pria.

"Cantik, ikut yuk! Disini kurang leluasa, gimana kalau Kita ke atas? Pasti lebih santai,"

"Anjing! Bangsat! Lo mau nidurin Gue! Hah!" Teriakan Sandra mengundang perhatian orang disekeliling.

"Iya Anjing Lo! Semua cowok emang pikirannya Ngews doang! Gak Yudha gak Lo botak bego! Geli Gue lihat Lo!" Sandra memaksakan bangkit meski jalannya mulai terhuyung, dan mulai kurang kesadarannya.

Sementara Revano merasa ada sesuatu yang gak beres dari tubuhnya.

"Shit! Pasti Kalina masukin sesuatu ke minuman Gue!"

Bruk!

Revano tak sengaja menabrak Sandra. Keduanya sesaat saling tatap.

Entah dorongan dari mana, Revano memojokkan Sandra ke dinding.

Humph!

Dalam hentakan musik keras, Revano dan Sandra saling memagut. Keduanya seolah melepaskan dahaga dan gairah yang tertahan.

"Kita cari tempat yang nyaman!" Dengan kesadaran yang mulai menurun, Sandra sudah tak ingat kemana Ia akan dibawa oleh Revano, pria asing yang Ia turuti.

Bukan perkara sulit bagi Revano untuk membuka satu kamar di hotel, apalagi hotel yang kini Ia datangi salah satu hotel miliknya dibawah naungan Narendra Group.

"Lo mau ngapain?" Sandra dalam kesadaran yang sudah berada diambang tak sadar.

"Kita senang-senang malam ini," Revano dengan suara serak tak kuasa lagi manahan dorongan birahinya yang sudah memuncak minta dilepaskan.

"Shit! Dia masih Perawan!" Sebagai seorang pemain cinta Revano hapal betul mana yang masih ori dan sudah lepas segel.

Namun, hasrat yang sudah membumbung tinggi membuat Revano kembali mengulangi permainannya. Desahan demi desahan lolos dari bibir Sandra dan semakin memacu gairah Revano untuk terus melakukannya, hingga lahar panas dalam diri Revano kini sudah penuh memenuhi lembah subur milik Sandra.

Bab 2

Sandra membuka matanya dengan sulit, seluruh tubuhnya terasa remuk. Rasanya seperti habis lari puluhan kilometer saja.

Gerakan Sandra membangunkan pria disebelahnya. "Kamu sudah bangun?" Suara bariton serak khas baru bangun tidur menyadarkan Sandra yang masih mengawang-ngawang.

"Siapa Lo!" Sandra segera bangkit dari kasur, sadar dalam keadaan tanpa busana, segera Sandra menarik selimut tebal menutupi dirinya.

Sedangkan Revano, santai saja, bangkit dari ranjang, dengan tubuh tanpa sehelai benang.

"Anjir! Tuh belalai mode lemes aja gede! Pantes rasanya badan Gue kayak kebelah dua semalam!"

Sandra ingat kejadian semalam. Menyesal? Terlambat! Sandra sudah menyerahkan mahkota paling berharganya pada Pria asing dihadapannya.

Revano bergegas ke kamar kecil, kebelet lebih tepatnya.

Pintu kamar mandi terbuka, Revano nyatanya sudah kembali memakai pakaiannya.

Sandra bergantian masuk kamar mandi, sebelumnya Ia punguti pakaian miliknya yang berserakan di lantai kamar hotel.

"Brengsek!" Umpat Sandra saat menatap Revano yang malah santai bermain ponsel.

Dalam kamar mandi, Sandra mengusap sudut matanya.

"Gak boleh nangis! Semua sudah terlanjur! Pokoknya Gue gak mau urusan sama Laki-Laki! Semuanya sama!"

Sandra keluar kamar mandi dan mendapati Revano tengah melipat tangan menatap Sandra dengan wajah datarnya.

Sandra berkemas, mencari tasnya dan memasukan barang pribadinya yang tercecer dimana-mana.

Revano berjalan, mendekat, menghampiri Sandra yang terlihat sibuk sendiri.

"Apa-apaan nih!" Sandra berkacak pinggang. Melihat selembar cek dilempar ke arahnya, seketika Sandra, bangkit dan menghampiri Pria dihadapannya dan, PLAK!

"Kamu!"

"Bangsat! Lo pikir setelah Perkutut Lo Muntah di dalem, terus Lo bisa bayar Gue, gitu? Emang Gue Pn! HEH!"

"Ya terus, Lo mau Gue nikahin? Ngarep!"

"Cuih! Ngaca Brother! Lo itu gak ada apa-apanya!"

"Yakin?"

"Yakinlah!"

"Terus semalam yang minta nambah lagi siapa?"

"Enak aja! Yang ada Lo tuh yang ketagihan Apem Gue!"

"Shit! Bener lagi! Selama Gue main perempuan memang baru Dia yang masih segelan!"

"Terus mau Lo apa? Gue semalem buang di dalem! Kalo Lo hamil, Gue gak masalah tanggung jawab!"

Sandra menghentikan kegiatan membereskan barang-barangnya.

"Denger ya Penjahat Kelamin! Gue gak bakal hamil cuma karena perkutut Lo itu udah buang di dalem! Dan Gue gak minat buat nikah sama Lo!"

"Siapa juga yang mau nikahin Lo! Gue cuma bilang akan tanggung jawab kalo Lo bener hamil setelah itu sama Gue! Gak harus nikah dong!"

"Emang Bangsat Lo ya!"

"Terserah Lo! Toh yang rugi juga Lo! Perawan Lo Gue yang ambil!"

"Ga usah bacot bisa? Soal Perawan Gue bakal operasi biar balik jadi Perawan lagi! Dan Lo sebaiknya gak usah muncul lagi dalam hidup Gue!"

Sandra meninggalkan Revano, langkahnya terburu-buru.

Mana mau Sandra menoleh yang ada sudah gedeg banget Si Penjahat Kelamin.

"Emang paling bener gak usah ada urusan sama laki-laki! Semuanya SAMPAH!"

Sandra menaiki taxi dan menuju apartemennya.

Sampai di Apartemennya Sandra segera ke kamar mandi membersihkan kembali tubuhnya. Seketika Sandra teringat bagaimana semalam Ia menghabiskan malam penuh gairah bersama Revano.

"Ah! Kenapa Gue mesti apes banget! Perawan Gue yang Gue jaga malah diambil orang Gk modelan Dia! Mana Gue gak sempet nanya siapa lagi! Tapi bagus deh! Gue gak harus berhubungan lagi sama tuh orang! Tapi kalo Gue hamil gimana? Ah, gampanglah, Gue mending cepet-cepet minum Pil After Morning aja lah!"

Sandra buru-buru menuntaskan sesi mandinya serta memilih membuang pakaian semalam yang Ia anggap akan membawa sial jika Ia simpan.

Ponsel Sandra berdering.

Melirik saja nama yang tertera diponsel Sandra enggan.

Namun sepertinya Sandra harus mengangkat, "Sabar San, ada drama apalagi kali ini."

Sandra menekan tombol dan terdengar Suara yang mungkin dulu menjadi obat rindunya namun sekarang suara itu malas sekali untuk ia dengarkan.

"Untuk apa Pa? Mau ribut lagi sama Si Lampir?"

"Oke, Oke! Sandra akan pulang!"

Tarikan nafas berat Sandra begitu terasa menyesakkan.

"Gue kuat! Gue bisa!" Sandra bersiap, menuju tempat yang dulu Ia anggap rumah namun kini tak lebih dari kandang singa bagi Sandra.

Mobil yang Sandra kemudikan kini memasuki area sebuah Mansion.

"Non, apa kabar?" Sapaan salah satu pegawai.

"Baik Pak,"

"Tuan san Nyonya ada di dalam sudah nunggu Non,"

Sandra mengangguk. Miris. Nyonya. Seharusnya gelar itu hanya milik Ibu Sandra. Tapi kini Si Lampir yang mendapat kehormatan setelah Ibu Sandra berpulang.

Sandra memasuki area dalam Mansion, semua pegawai menyapa ramah kepada Si anak tertua yang sudah lama sekali tak kunjung datang ke Mansion ini.

"Sandra, akhirnya Kamu datang Sayang, Mama kangen,"

Bukan senang. Tatapan tajam Sandra menusuk netra Perempuan yang Sandra anggap sebagai penyebab kematian sang Mama.

"Sayang, Kamu datang juga,"

Suara bariton meski sudah sedikit bergetar, berjalan dengan langkah pasti kearah Sandra.

"Ayo Angel, sini. Ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan sama Kamu."

"Jangan panggil nama itu Pa. Panggil Aku Sandra. Cuma Mama yang boleh panggil nama itu." Sandra masih tak bergeming, berdiri menatap bergantian Papa dan Si Lampir.

"Mas,"

"Menjijikan!" Sandra membuang muka. Muak sekali saat melihat sikap Istri Papanya.

"Duduk. Ada yang mau Papa bicarakan sama Kamu soal Perusahaan."

"Ayo San,"

"Gak usah ngatur bisa!"

"Angel! Jaga sikap Kamu. Dia Mama Kamu, Istri Papa! Hormati Dia Angel!"

"Mas, sudah, gapapa."

Sekali lagi, Sandra muak. Mau muntah bahkan. Melihat sikap lembut Ibu Tirinya Sandra muak. Semua bagi Sandra hanya topeng saja. Sekali pelakor tetap pelakor.

Tuan Armando, Ayah Sandra duduk didampingi Istrinya, Ibu Tiri Sandra yang bernama Aisyah.

"Apa yang mau Papa sampaikan. Sandra gak punya banyak waktu. Sandra harus berangkat ngantor."

"Papa minta Kamu berhenti dari kantor Kamu. Dan masuk ke Perusahaan Papa."

Sandra tersenyum, sinis. "Bukannya Papa sudah punya anak kesayangan yang bisa Papa andalkan di Perusahaan?" Sandra melirik pada Ibu Tirinya, Aisyah. Perempuan yang Sandra anggap sebagai perusak rumah tangga kedua orang tuanya dan berakhir dengan kematian Ibu Sandra.

"Andri memang sudah Papa minta untuk menjalankan Perusahaan namun Kamu tetap pewaris utama Papa Angel. Kamu anak Papa juga."

"Sejak kapan Papa memperhitungkan Sandra? Bukankah selama ini Papa gak ngerti perasaan Sandra. Bahkan Papa dengan tega saat Mama sakit menikahi Dia! Padahal Papa tahu Dia itu pegawai Mama dan Papa malah nikah sama Pelakor ini!" Teriak Sandra tak terbendung lagi.

"Kamu keterlaluan Angel! Selama ini Papa sabar dan tahan sama semua tingkah Kamu! Tapi kali ini Papa kecewa," Seketika Tuan Armando ambruk dan tak sadarkan diri.

"Mas! Angel, Kita bawa Papamu ke Rumah Sakit."

Sandra menatap wajah Papanya yang saat ini tidak sadarkan diri. Tetapi dalam benak Sandra mengapa pria yang begitu Ia sayangi dan cintai selama ini tega melukai hatinya.

"Papa, Sandra rindu, Sandra kangen, jangan mati dulu! Sandra akan turuti semua mau Papa, asal Papa hidup!"

Bab 3

"Tuan Revano, silahkan."

Revano duduk, gesturenya tak ramah meski dihadapannya Klien yang sudah menunggu kedatangannya tak membuat Revano yang baru tiba tidak merasa sungkan atau tak enak.

Bagi Revano, Klien dihadapannya tak ada apa-apanya dibandingkan dengan dirinya.

Sedikit banyak Revano telah mengetahui jika Klien dihadapannya adalah anak tiri dari pemilik Perusahaan yang biasa bekerja sama dengan Narendra Group.

"Jadi Tuan Revano, Kami sudah mempertimbangkan kalau Kami menerima persyaratan yang Perusahaan Tuan ajukan."

"Bagus. Karena Saya tidak suka bertele-tele. Kalau begitu selanjutnya untuk pertemuan lain bisa diwakilkan oleh orang kepercayaan Saya saja."

Revano kembali memasang kacamata hitamnya, berbisik pada Asistennya kemudian pergi duluan tanpa basa basi.

"Sombong sekali Dia!"

"Pak Andri, silahkan anda tanda tangani dulu, setelah ini kerjasama Kita akan berlanjut dan Saya ingatkan agar Pak Andri jangan melanggar apa yang sudah Kita sepakati bersama. Karena Tuan Revano tak akan segan-segan mengambil tindakan hukum jika ada pihak yang melanggar perjanjian."

"Tenang saja, Saya bisa jamin. Kami akan mematuhi ketentuan dari kesepakatan ini. Tidak usah khawatir."

Setelah pihak Narendra pergi, Andri dengan jumawa hendak menelepon seseorang namun panggilan masuk ke ponselnya, "Bunda!"

"Halo Bun?"

"Apa?"

"Ok, Bun, Andri segera kesana!"

Senyum Andri mengembang, "Biar cepet Mi! Dengan begitu Perusahaan akan jadi milik Gue!

*

Revano memilih kembali ke Apartemennya. Sejak tadi ponselnya berdering, namun Revano memilih tak menggubris. Ia ingin tenang. Tak ada yang mengganggu.

Seketika pikiran Revano teringat akan perempuan yang tidur dengannya.

"Kalau Dia sampai hamil anak Gue! Gue akan tanggung jawab! Paling gak Gue punya anak dan gak perlu ribet terlibat pernikahan! Cewek aneh!" Revano meneguk minuman yang mampu membuatnya relax.

*

Suara alat-alat kesehatan yang menempel ditubuh Tuan Armando memilukan dihati Sandra.

Sempat bersitegang dengan Ibu Tirinya, Aisyah, akhirnya Sandra bisa menjaga sendiri sang Papa tanpa harus berduaan dengan Lampir yang Ia benci.

Sesungguhnya Sandra sangat menyayangi Papanya.

Bahkan saat Mamanya masih hidup, Sandra begitu dekat dengan keduanya. Sandra ingat betul masa-masa bahagia itu.

Senyum terbit disudut bibir Sandra. "Pa, Papa bangun, Sandra sedih lihat Papa begini. Sandra selama ini rela jauh dari Papa, karena Sandra Sayang sama Papa. Walaupun keputusan Papa menikah lagi dengan Si Lampir menyakiti Sandra dan Mama. Pa, Papa bangun ya, Sandra janji Sandra akan menuruti kata-kata Papa, jika memang Papa mau Sandra urus Perusahaan Sandra siap. Meski Sandra yakin gak akan mudah. Apalagi Anak Tiri Papa itu pasti akan mempersulit Sandra." Genggaman tangan Sandra erat sambil sesekali mengusap pipi Papanya yang yang masih belum sadarkan diri.

Di luar ruang ICU, sepasang Ibu dan Anak sedang ribut besar.

"Bunda sudah bilang, berhenti berjudi Andri! Kalau Papa tahu Kamu pakai Dana Proyek Perusahaan Papa bisa marah besar. Dan sekarang Papa ada di ICU. Kamu seharusnya bisa Bunda andalkan Andri bukan malah bikin susah!" Bentak Bunda Aisyah pada Andri.

"Oh jadi sekarang Bunda mau belain Si Angel! Ok, Andri bisa aja kasih tahu Mereka, kalau dulu Bunda,"

"Diam Kamu! Kamu mau bilang apa? Mau jadi gembel! Pikir pake otakmu Andri! Punya otak makanya dipake bukan buat judi aja!" Aisyah menoyor kepala putranya.

"Pokoknya, selama Papamu masih di ICU Kamu harus datang kesini, tunjukkan kalau Kamu anak berbakti! Dan satu lagi! Bunda gak mau denger Kamu menyelewengkan Dana Perusahaan Lagi! Kali ini Bunda akan bantu Kamu tapi awas jangan sampai pemegang saham lain tahu kelakuan bobrok Kamu! Kamu tahu? Papamu tadi baru saja meminta Angel untuk masuk ke Perusahaan!"

"Apa! Bunda serius?"

"Makanya Kamu yang sudah berada di dalam Perusahaan terus beri input negatif soal Angel, biar pemegang saham lain menolak Angel untuk memimpin Perusahaan."

"OK Bun! Bunda tenang aja, selama ini, Angel mana pernah berurusan dengan Perusahaan, pemegang saham itu juga lebih dekat dengan Andri Bun, Bunda tenang saja."

"Makanya selagi Papamu masih belum sadar, lakukan dengan bersih, jangan sampai borok Kamu tercium dan Angel yang akan menggantikan posisimu!"

"Tenang aja Bun, Andri itu sudah lebih pengalaman. Serahkan semua sama Andri!"

"Kalian sedang apa? Dasar Duo Gak guna!"

"Apa loh! Gue pengen jenguk Papa! Emang Lo, dateng cuma pengen jabatan sama harta!"

Sandra melipat tangannya berjalan dengan nafas memburu, menatap nyalang lada duo laknat yang Ia benci hingga keubun-ubun.

"Denger ya Benalu! Lo seharusnya ngaca! Siapa yang ngincer harta Papa! Lo sama Lampir sama-sama musang berbulu domba! Gue gak akan tinggal diem mulai sekarang! Karena Perusahaan akan tetap jadi milik Gue! Lo sama Nyokap Lo yang Pelakor siap-siap angkat kaki! Dasar gak tahu diri!"

"Lo!"

"Sudah! Angel, Kamu kenapa selalu saja berprasangka buruk sama Bunda, padahal Kamu juga baca sendiri kalau dulu Mama Kamu menulis wasiat bahwa Bunda harus menikah dengan Papa Kamu untuk menjadi pengganti Mama Kamu yang telah tiada." Isak tangis Bunda Aisyah dihadapan Sandra tak membuat Sandra terenyuh, yang ada muak! Mau muntah!

"Lo bisa aja nipu semua orang, tapi sayangnya Gue sampe detik ini masih gak percaya kalo Mama nulis wasiat itu. Dan Lo, anak tuyul! Siap-siap aja kalo borok-borok Lo akan segera terbongkar!"

Sandra meninggalkan duo muka dua dengan hati jengkel.

Selama ini Sandra memilih mengalah dan lebih memilih pergi tinggal di Apartemen karena tak mau ribut dengan Papanya.

"Bunda, Andri gak terima Angel menghina Kita! Bunda apa gak sebaiknya Kita biarin aja Papa mati!"

"Jaga mulut Kamu Andri! Kalau sampai ada yang denger bisa gawat! Dan Bunda minta sama Kamu, Kamu jangan terprovokasi dengan Angel. Kita harus main cantik Andri."

"Tapi Si Angel gak bisa seenaknya begitu Bunda! Dia hina Bunda dan Andri!"

"Sabar, sebentar lagi, Perusahaan akan jatuh ke tangan Kita. Ikuti kata-kata Bunda."

Sandra menuju coffee shop di kantin rumah sakit. Kepalanya terasa pening. Perutnya belum terisi makanan sejak pagi. Namun tak ada rasa lapar.

"Kenapa semua harus barengan gini sih! Yudha, Papa sakit, terus semalem, akh!" Sandra memegang kepalanya. Sakit sekali. Mau pecah.

"Astaga! Gue belum minum pilnya! Anjir mana belum nyari, duh! Gimana nih"

"Tapi Gue gak lagi masa subur sih! Aman kali ya? Jaga-jaga aja lah!" Sandra memesan via online dan minta dikirim ke Apartemennya saja.

"Apes banget hidup Gue! Masalah datang bertubi-tubi! Hidup sebercanda ini sama Gue!" Sandra mengetuk-ngetuk jemarinya hingga tak sadar kalau dari kejauhan ada dua pasang sejoli yang mengendap-ngendap menghindari dirinya agar tak bertemu.

"Kenapa sih Kita harus ngumpet dari Sandra! Kamu jangan bilang ada niat balikan sama Dia?"

"Diem! Jangan berisik! Ayo pulang! Pokoknya Aku gak mau tahu, gugurkan kandungan Kamu!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!