NovelToon NovelToon

Cinta Tulus Abdi Negara

Kehidupan baru

Semua orang menginginkan kehidupan yang layak dan bahagia. Mempunyai orang tua yang utuh, mempunyai saudara kandung adalah hal yang inginkan semua orang. Tak terkecuali Nindy Nugraha seorang gadis cantik bermata sipit,pipi cubby hidung mancung,bibir mungil. Sifatnya yang baik,riang dan mudah bergaul membuat ia mendapatkan banyak teman. Semua orang ingin berdekatan dengan nya. Berbeda dengan keluarga nya yang sangat membenci Nindy hanya karna satu kesalahan dan itu pun bukan Nindy yang melakukan nya. Nindy dijadikan kambing hitam oleh kakaknya sendiri. Sejak kejadian itu Nindy dibenci papa dan mama nya bahkan mereka juga sering melakukan kekerasan kepada Nindy. Nindy lelah ia sudah tak kuat menjalani kehidupan seperti ini. Karna mendapatkan tugas kerelawanan akhirnya Nindy memutuskan untuk pergi dari rumahnya dan memulai kehidupan baru. Hati Nindy sudah sakit dengan perlakuan keluarga nya bahkan tak jarang mereka juga akan menghina pekerjaan yang Nindy lakoni saat ini.

"Mau kemana kamu"? Tanya Nugraha

"Mau pergi ke Papua ada tugas kerelawanan" ucap Nindy datar

"Baguslah segeralah pergi jika perlu bawalah pakaian dan jangan kembali" ucap Nugraha

Nindy sudah biasa mendengar ucapan pedas yang terlontar dari mulut Nugraha. Tapi saat ini ia masih sabar menghadapi Nugraha. Tidak dengan yang akan datang akan Nindy balas rasa sakit nya selama ini dengan kesuksesan nya Itu tekad Nindy.

"Iya aku akan pergi dari rumah ini terimakasih telah menampung ku selama ini" ucap Nindy

"Dan ini kunci mobil serta kartu ATM nya aku kembalikan" ucap Nindy sambil menyerahkan kartu ATM dan kunci mobil nya kehadapan Nugraha.

Jujur saja hati Nugraha mencelos melihat putri nya. Sejujurnya ia tidak percaya dengan masalah yang datang dahulu namun apa daya semua itu sudah terekam dengan jelas. Nugraha sangat menyayangi Nindy karna hanya Nindy yang selalu bisa membawa harum nama keluarga nya. Berbeda dengan sang kakak yang menjadi model dan jarang pulang kerumah.

Diana yang melihat putri bungsu ingin pergi hanya bisa menangis dari kejauhan. Jujur ia ingin menahan anaknya tersebut tapi lagi lagi kejadian itu terekam jelas diotak nya. Ingin menyangkal tapi bukti tertuju kepada putri bungsunya.

"Mama harap kamu dapat menemukan kebahagiaan kamu sendiri nak" ucap Diana sambil menahan isakan tangis nya

"Baiklah sudah sepatutnya kamu mengembalikan apa yang bukan jadi milikmu" ucap Nugraha dengan nada sedikit bergetar

"Hm terimakasih aku pamit" ucap Nindy menarik kopernya

Nugraha yang melihat putrinya sudah hilang dibalik pintu meraup kasar wajahnya. Sungguh ia tidak tega melihat putrinya pergi entah kemana. Dia merasa gagal menjadi sosok ayah yang baik.

"Hiks papa" ucap Diana disela Isak tangis nya

"Sayang" ucap Nugraha melihat istrinya datang dengan wajah yang sudah sembab

"Putriku pa" ucap Diana

"Sudah sayang biarkanlah biar dia merasakan bagaimana keras nya kehidupan diluar sana dia pasti kembali" ucap Nugraha menenangkan istrinya dia juga ragu apakah putri nya akan kembali atau tidak

Nindy melangkah dengan mantap ia sebenarnya juga berat meninggalkan rumah dan kedua orang tuanya. Tapi ia juga tidak ingin lagi mengalah sudah cukup selama ini. Dia akan pergi untuk memulai kehidupan barunya.

"Selamat tinggal terimakasih untuk luka yang kau torehkan dihatiku" gumam Nindy

Tin tin!

Suara mobil membuyarkan lamunan Nindy. Ia segera berbalik dan melihat siapa orang tersebut. Dan ternyata itu adalah Veronika sahabatnya yang akan melakukan tugas kerelawanan dipapua.

"Ayo nanti kita telat" ucap Vero

"Ayo" ucap Nindy

Nugraha dan Diana hanya bisa melihat dari balik jendela kepergian putrinya. Tubuh Diana bergetar ia ingin rasanya berlari dan menahan putri nya untuk tidak pergi. Namun itu semua hanya angan mobil putri nya sudah melaju meninggalkan rumah mereka.

Orang bilang rumah adalah istana dan rumah adalah surga tempat terindah untuk kembali. Tapi tidak dengan Nindy rumah yang dianggap orang istana adalah rumah yang menjadi saksi dimana luka hati Nindy muncul.

"Sudah nin ini adalah keputusan terbaik buat Lo" ucap Vero yang sudah tau permasalahan Nindy

"Gue udah siap kok cuman gue masih mikir gimana dengan orang tua gue kalo gue pergi" ucap Nindy sendu

"Mereka aja gak pernah mikirin lo nin udah cukup selama ini lo ngalah kasian diri lo sendiri ia juga pengen bahagia" ucap Vero

"Iya bener gue harus mikirin hidup gue sendiri mulai saat ini" ucap Nindy

Mereka sedang dalam perjalanan menuju bandara dan akan terbang kepapua untuk menjalankan pekerjaan nya. Sebenarnya daerah Papua saat ini sedang ada konflik dengan KKB. Namun lokasi yang akan didatangi Nindy kali ini adalah lokasi yang warga nya terserang wabah penyakit.

Nindy dan vero sudah sampai dan segera turun dari mobil. Mereka berjalan sambil menyeret koper mereka masing-masing. Mereka melihat sekumpulan orang berjas putih yang diyakini adalah orang-orang pilihan yang akan diutus ke Papua.

"Permisi apa kami terlambat"? Tanya Vero

"Eh Vero Nindy engga kok santai aja" ucap Digo salah satu tim relawan juga

"Baiklah karna kita sudah berkumpul saya akan memberikan sedikit wejangan buat kalian" ucap pria muda yang bernama Rafael

"Kita akan kepapua untuk membantu para warga yang terkena wabah penyakit,sampai saat ini belum diketahui berasal darimana wabah tersebut. Dengan ini saya minta kepada kalian untuk tetap menjaga kesehatan kalian jika ingin berinteraksi dengan warga pakailah APD yang lengkap. Dan tetap jaga diri kalian kita berada dinegara yang memiliki musuh yang jahat jangan pernah keluar dari jalur yang sudah dibatasi oleh anggota TNI" ucap Rafael

"Baik siap dok" jawab mereka serempak

Mereka mulai melangkah memasuki pesawat. Relawan dan dokter yang diutus hanya berjumlah 8 orang dengan 5 laki laki dan 3 perempuan.

Perjalanan dimulai begitu juga dengan kehidupan Nindy yang akan dimulai saat ini. Harapan Nindy semoga setelah ini tidak ada lagi air mata sedih yang ia keluarkan,ia ingin Air mata bahagia.

PAPUA

"Lapor komandan saat ini tim relawan dan dokter sudah dalam penerbangan komandan akan mengutus siapa untuk menjemput mereka" ucap pria tersebut

"Suruh saja Emil yang menjemput" ucap pria tampan itu

"Baik siap komandan" ucap bawahan tersebut

Ya disana memang ada anggota TNI yang baru diutus kemarin sore untuk bergantian menjaga daerah tersebut. Seorang pria tampan bernama Vito Bramana berusia 28 tahun yang menjabat sebagai komandan TNI. Diusia yang sudah matang tidak ada pikiran sama sekali untuk ia menikah. Selain itu ia belum menemui wanita yang cocok dengan kriteria nya.

Akankah pertemuan nindy dan Vito nanti akan membawa mereka kehubungan yang lebih serius? 

Happy reading

Papua

Saat ini Nindy dan rombongan sudah mendarat dengan selamat. Mereka sedang menunggu jemputan yang akan membawa mereka ke lokasi. Nindy menghirup udara segar dan membuangnya dengan perlahan.

"Mari kita mulai semua dari sini" ucap Nindy dalam hati

"Selamat siang" ucap seorang anggota TNI

"Siang pak" jawab mereka serempak

"Apa kalian adalah relawan utusan dari Indonesia"? Tanya TNI tersebut

"Benar pak" jawab Rafael

"Baiklah saya yang ditugaskan untuk menjemput kalian mari kita langsung kelokasi" ucap TNI yang bernama Emil

Mereka semua mengikuti langkah kaki Emil menuju mobilnya. Tidak ada pembicaraan semua nya terdiam entah karena lelah atau memang sedang ada yang dipikirkan.

Mereka masuk kemobil duduk dengan tenang dan mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Nindy terus menatap keluar jendela melihat kota Papua. Lokasi yang akan didatangi Nindy dan temannya itu berjarak cukup jauh dari pusat perkotaan.

Setelah menempuh 3 jam perjalanan mobil yang membawa Nindy sudah sampai dilokasi. Saat mereka keluar dari mobil mata mereka langsung tertuju kepada banyaknya tenda para warga.

Para anggota TNI sudah bersiap menyambut kedatangan mereka. Rafael sebagai pemimpin memberi hormat kepada komandan TNI.

"Baiklah terimakasih atas kedatangan kalian semua kesini untuk membantu para warga disini. Perkenalkan saya Vito Bramana komandan disini. Kita tidak tau sampai kapan kita berada disini karena setiap harinya akan banyak korban yang berjatuhan karena wabah virus tersebut. Saya minta kepada kalian untuk selalu menjaga keselamatan kalian. Selama kalian disini kalian juga akan menjadi tanggung jawab kami. Jika ada hal yang mencurigakan atau ada keperluan mendesak segera beri tau kami" ucap Vito memberi sambutan kepada para relawan

"Sudah tugas kami membantu sesama manusia terimakasih atas sambutan nya komandan" ucap Rafael tegas

"Posko kalian ada disebelah kanan tidak jauh dari posko kalian ada posko kami para anggota TNI jika ada apa-apa segera datang keposko" ucap Vito

"Baik terimakasih" ucap Rafael

Mereka semua mulai membubarkan diri dan berjalan menuju posko mereka. Sebelum masuk dan istirahat sebentar Rafael memanggil mereka untuk membentuk 2 tim.

"Baiklah karna kita berjumlah 8 orang saya akan membentuk 2 tim" ucap Rafael

"Tim pertama saya sendiri sebagai ketua nya dengan anggota Aldi,Ridho dan Riko dan untuk sisa nya adalah tim kedua yang ketua nya adalah Nindy jadi jika ada apa-apa silahkan lapor kepada ketua" ucap rafael

"Baik dok" ucap mereka serempak

"Silahkan kembali ke posko kalian dan istirahatlah sebentar" ucap Rafael lalu meninggalkan posko para wanita

Nindy yang tidak merasa lelah karena dipesawat tadi ia tertidur nyenyak memilih untuk berkeliling lokasi.

"Gue keliling dulu ya" pamit Nindy kepada temannya

"Mau kemana lo gak capek nin" tanya Vero

"Engga tadi kan gue udah istirahat di pesawat kalian istirahat aja gapapa" ucap Nindy sambil tersenyum

"Ah lo jangan senyum mata lo tambah ilang" ucap Vero yang gemas dengan Nindy

Teman-temannya pun tertawa melihat tingkah gemas Vero kepada Nindy. Memang jika Nindy tertawa mata nya akan bertambah hilang hehehe.

"Ih apasih lo yaudah gue keluar dulu ya" ucap Nindy melangkah meninggalkan posko

Udara disini sangat sejuk pemandangan yang indah. Nindy berkeliling melihat lokasi para warga banyak korban yang terbaring lemah. Anak anak kecil yang tubuhnya kurus wajah pucat sungguh sangat memprihatinkan.

Nindy terdiam dengan pikiran nya sendiri. Entah harus mulai dari mana sungguh ia tidak tahu.

"Sedang apa disini" suara berat seseorang membuat Nindy terlonjat kaget

"Eh eh maaf bukan maksud saya membuat anda terkejut" ucap pria tersebut tak enak hati

"Huh untung saya tidak mempunyai riwayat jantung jadi jantung saya masih aman" ucap Nindy dengan bibir mengerucut

Vito yang melihat itu pun merasa gemas dengan gadis didepan nya ini. Wajahnya yang cantik hidung mancung pipi chubby dan mata sipit nya sungguh membuat vito bergetar.

"Maafkan saya" ucap Vito

"Tidak apa-apa" ucap Nindy

"Nama anda siapa" tanya Vito

"Tidak usah formal begitu nama aku Nindy" ucap Nindy

"Oh baiklah perkenalkan aku Vito" ucap Vito sambil mengulurkan tangan untuk berjabat

"Oh hai Vito" ucap Nindy sambil tersenyum yang mana itu membuat vito deg-degan

"Oh astaga seperti nya jantung gue udah gak aman" ucap Vito dalam hati

"Kamu sedang apa disini? Ada yang perlu dibantu"? Tanya Vito

"Tidak,tidak ada aku hanya sedang berkeliling saja melihat lokasi ini. Apa setiap harinya akan bertambah terus warga yang terkena wabah ini"? Tanya Nindy

"Iya setiap hari akan ada warga yang dibawa kesini kadang 20 orang kadang juga sampai 50 orang dalam sehari" Jawab Vito

"Apa dokter disini tidak mengetahui wabah penyakit apa yang sudah menyerang warga"? Tanya Nindy lagi

"Disini tidak ada alat yang memadai untuk melakukan pemeriksaan kami harap kedatangan kalian kesini bisa membantu menemukan wabah apa yang menyerang warga disini" ucap Vito

"Kami akan berusaha" ucap Nindy

"Komandan" teriak salah satu anggota TNI

"Ada apa"? Tanya Vito

"Lapor komandan ada warga yang kejang-kejang" ucap anggota TNI tersebut dengan napas yang tersengal

Nindy yang mendengar itu semua segera berlari dan minta ditunjukkan dimana posko warga tersebut. Nindy juga meminta tolong kepada salah satu anggota TNI untuk memanggil temannya dan membawakan peralatan yang dibutuhkan.

"Permisi" ucap Emil

"Iya ada apa pak"? Tanya Vero

"Saya diminta oleh nona Nindy untuk mengambil peralatan kesehatan dan memanggil anda semua menuju posko ada warga yang kejang-kejang" ucap Emil

"Baik kami akan segera kesana" ucap Vero dan diikuti yang lain

Aldi yang mendengar itu semua juga memanggil Rafael. Mereka semua menuju posko dimana Nindy berada. Terlihat disana Nindy sudah melakukan pertolongan pertama kepada warga tersebut. Semua itu tak luput dari tatapan Vito. Vito kagum dengan kecekatan dan ketenangan Nindy dalam memberikan pelayanan kepada para warga.

"Dokter apa kami semua bisa sembuh" ucap salah satu warga berbicara kepada Nindy

"Maaf saya bukan dokter panggil saja Nindy agar kita lebih akrab" ucap Nindy sambil tersenyum

"Kalian semua jangan berhenti berdoa kita serahkan semua kepada Allah. Kami akan berusaha sebisa mungkin untuk membantu kalian semua disini. Jangan berhenti berdoa usaha tidak akan mengkhianati hasil iringin juga dengan doa dan yang terpenting selalu semangat dan tumbuhkan tekad dalam diri kalian bahwa kalian semua pasti bisa sembuh" ucap Nindy dengan tersenyum

"Iya kami akan berdoa nona Nindy kami yakin kami pasti akan sehat" ucap warga tersebut dengan semangat

"Iya bagus harus semangat dan jangan lupa untuk makan dan minum obat yang sudah diberikan istirahat juga yang cukup banyak minum air putih juga" ucap Nindy lagi

Warga yang mendengar ucapan Nindy tadi seketika semua nya semangat tekad mereka sudah bulat mereka yakin bisa sembuh. Melihat pemandangan itu semua para anggota TNI kagum dengan Nindy yang mampu menumbuhkan rasa semangat dalam diri para warga. Para teman Nindy pun ikut kagum dengan Nindy. Nindy selalu bisa membuat orang disekitar merasa nyaman berada didekat nya.

"Sungguh kamu adalah gadis yang berhati bersih nin" ucap Vito dalam hati yang sejak tadi memandang Nindy tanpa kedip

Mencari tahu

Setelah berbicara dan memberi semangat kepada para warga Nindy dan teman-temannya menuju poskonya karena ada yang harus mereka bicarakan.

"Kita harus mulai mencari tahu virus apa yang sudah menyerang para warga" ucap Nindy langsung

"Menurut hasil yang kamu lihat tadi seperti apa ciri-ciri tersebut" tanya Rafael

"Aku juga tidak yakin tapi yang aku lihat tadi warga yang terkena virus ini gejala nya seperti nyeri dikepala,radang tenggorokan yang dengan cepat berkembang menjadi pendarahan didalam maupun diluar" jelas Nindy

"Kamu sangat cocok menjadi seorang dokter nin kenapa tidak menjadi dokter saja?" Tanya Rafael

"Cita-cita aku dulu memang ingin menjadi dokter tapi ya seperti yang kalian tau tidak ada dukungan sama sekali dari keluarga" ucap Nindy sambil tersenyum getir

"Teruslah semangat aku yakin kamu pasti bisa nin mewujudkan mimpimu" ucap Rafael dan diangguki yang lain

"Baiklah nanti malam kita akan mengecek lagi kondisi para warga dan juga tolong cek obat-obatan nya apa cocok atau tidak segeralah melapor" ucap Rafael

"Siap dok" jawab Mereka serempak

Mereka mulai kembali menuju pos masing-masing untuk beristirahat. Hari ini cukup melelahkan.

"Nin lo mau mulai semuanya darimana"? Tanya Vero

Nindy menghela nafas panjang entahlah dirinya juga bingung akan memulai darimana.

"Entahlah ver gue juga bingung mau mulai semua ini darimana" ucap Nindy lesu

"Kenapa lo gak ambil kuliah lagi aja disini buat nerusin impian lo jadi dokter spesialis penyakit dalam"? Tanya sesil teman Nindy

"Gue juga sempat berpikir seperti itu tapi gue bingung mau ngambil kuliah dimana" ucap Nindy

"Bentar deh gue kemarin lihat brosur di internet katanya ada salah satu universitas yang membuka jalur beasiswa bagi mahasiswa/siswi yang berprestasi" ucap Vero semangat

"Lo serius? Dimana? Lihat dong" ucap Nindy juga tak kalah semangat

"Bentar ya gue cek dulu ini" ucap Vero sambil mengecek sosial media nya

"Nah ini tempat nya itu dikorea nin" ucap Vero

"Korea" beo Nindy

"Iya dikorea tepatnya itu diseoul nama universitas nya Seoul National University" ucap Vero

"Disini tertera jika mereka mencari mahasiswa/siswi lewat jalur beasiswa itu selama 3 bulan dan nanti akan diseleksi" ucap Vero lagi

"Udah coba aja nin siapa tau lo beruntung" ucap sesil dan diangguki oleh Vero

"Boleh deh kasih tautan nya ke gue,gue mu daftar" ucap Nindy semangat

Seperti nya ini adalah awal dari kehidupan nya yang baru ia akan bersungguh-sungguh untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter. Ia akan berjuang untuk hidupnya sendiri.

Selama ini Nindy memang ingin berkuliah dengan jurusan kedokteran tapi orang tua nya tidak setuju mereka mengatakan jika bekerja sebagai dokter itu tidak akan membuat hidup bahagia karna harus disibukkan dengan pasien dirumah sakit.

"Semangat pokoknya gue dukung lo terus dan gue juga akan ikutan ngambil beasiswa ini supaya bisa nemenin lo juga" ucap Vero

Nindy sangat bersyukur mempunyai teman seperti vero yang selalu ada disamping dirinya disaat senang maupun duka.

"Emang mama papa lo boleh" tanya Nindy

"Orang tua gue gak pernah ngelarang apapun itu yang terpenting anaknya Bahagia mereka cukup memberikan dukungan dan motivasi ke gue" jawab Vero

"Enak banget ya punya orang tua yang selalu ngedukung apapun pilihan anaknya" ucap Nindy sendu

"Udah lo gak usah khawatir gue bakal selalu dukung lo kok jadi jangan merasa sedih lagi oke" ucap Vero

"Iya udah jangan sedih gue juga bakal dukung kalian semoga nanti kalian terpilih yang masuk universitas diseoul" ucap sesil memberi semangat kepada teman baru nya itu

"Makasih ya sil" ucap Nindy sambil tersenyum

"Iya sama-sama yaudah kita coba kedapur umum yuk gue lapar" ucap sesil sambil terkekeh

"Ayok" jawab Vero dan Nindy serempak

Mereka mulai berjalan dan mencari letak dapur umum itu dimana. Ya maklum tempat ini sangat luas.

"Maaf pak kita mau nanya dapur umum dimana ya"? Tanya Nindy kepada salah satu anggota TNI

"Oh itu didepan belok kiri nona" jawab pria tersebut ramah

"Terimakasih" ucap Nindy

Mereka melangkah menuju dapur umum sambil sesekali mengamati dan melirik sekitar. Sungguh miris memang keadaan posko ini dimana-mana tenda terisi oleh warga yang terkena wabah penyakit tersebut.

"Permisi" ucap Nindy sopan

"Eh nona iya ada perlu apa"? Tanya seorang TNI

"Ah boleh kita pinjam dapur nya kita mau masak" ucap Nindy sopan sambil tersenyum

Bukannya menjawab pria tersebut terus memperhatikan wajah imut Nindy apalagi ketika Nindy tersenyum mata nya akan menghilang.

"Silahkan dipakai nona seharusnya nona tidak perlu memasak karena disini sudah ada bagian untuk memasak" ucap salah satu TNI yang ada disana

Temannya tadi pun tersadar dari lamunannya. Ia merasa malu karna ketahuan memandang wajah cantik Nindy.

"Tidak apa-apa kami memang sedang ingin memasak" jawab Vero

"Baiklah silahkan nona" ucap TNI tersebut

Mereka mulai melihat ada bahas masakan apa saja yang bisa mereka kelola. Ada ayam,daging, telur ikan udang dan banyak lagi.

"Gimana kalo kita masak saus udang pedas saja" usul Nindy

"Aku akan memasak sup daging" ucap Vero

"Sepertinya aku akan memasak tumis sawi saja hehehe" kekeh Sisil

"Oke baiklah kita mulai saja biar cepat selesai" ucap Nindy

Mereka bertiga mulai sibuk menyiapkan bahan masakan yang akan mereka masak. Mulai dari mengiris cabai,bawang,dan lainnya. Mereka yang terlalu asik pun tak sadar jika sekarang mereka sedang diperhatikan oleh beberapa TNI yang memang ditugaskan dibagian dapur.

"Andaikan gue punya bini seperti mereka gue rasa gue bakal kenyang tiap hari" ucap salah satu TNI tersebut

"Lihatlah mereka sangat fokus memasak bahkan keringat didahi mereka menambah kesan yang buat mereka tambah cantik" ucap anggota lainnya yang mengagumi kecantikan mereka.

"Ekhm" dehem seseorang yang membuat para TNI terkejut dan langsung berdiri.

"Komandan" ucap Mereka serempak

"Sedang apa? Apa masakan nanti malam sudah siap?" Tanya Vito

"Lapor komandan dapur saat ini sedang digunakan oleh ketiga gadis relawan untuk memasak" ucap salah satu anggota TNI

"Memasak" beo Vito

"Iya komandan mereka tadi ingin memasak" ucap TNI tersebut

"Permisi" tatapan mereka beralih ke suara lembut yang sedang menyapa telinga mereka

Nindy berjalan menghampiri mereka bermaksud ingin menanyakan letak piring karena piring yang ada hanya sebagian.

"Hm maaf saya mau bertanya dimana letak piring yang lain"? Tanya Nindy

"Hm ada di rak belakang nona" jawab TNI tersebut

"Ah baiklah terimakasih" ucap Nindy sambil pergi kebelakang

"Wah kenapa dia sangat imut lihat lah pipi chubby nya ditambah tetesan keringat nya sungguh membuat ia terlihat semakin cantik" celoteh anggota TNI tersebut

Bukan hanya para anggota saja yang mengagumi kecantikan Nindy. Vero pun juga sama entah kenapa jantung nya selalu berdetak jika melihat Nindy.

"Ini tidak bagus untuk kesehatan jantung ah kenapa kau sangat imut nin" ucap Vero dalam hati

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!