"Yunaaaa!!"panggil seseorang begitu berisik.
Yuna menoleh dan mendapati Hana,teman satu angkatan sekaligus rekan sejawatnya di rumah sakit.
"Aduh...kenapa sih?" Yuna menaikkan alis curiga,Hana hanya memanggil seperti itu kalau dia butuh sesuatu.
"Please, gantiin aku shift malam ini ya," kata Hana cepat, sambil menautkan kedua tangannya di depan dada seperti memohon.
Yuna mengerjapkan matanya nyaris tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya.
"Hah? Gantiin kamu? Emang kamu kenapa? Sakit? Ada urusan keluarga? Tiba-tiba muntaber?"tanya Yuna menghujani Hana dengan pertanyaan.
Hana cengengesan. "Aku... ada kencan buta malam ini"jawab Hana masih sambil cengengesan.
Yuna menatap Hana seolah sahabatnya itu baru saja menyatakan bahwa dia akan menikah dengan alien Mars.
"Kencan. Buta?" ulang Yuna datar. "Kamu nyuruh aku kerja malam, sementara kamu mau ketemu sama orang yang bahkan belum pernah kamu lihat mukanya?"ujar Yuna tak habis pikir.
"Ayolah, Na, Ini malam Minggu, kamu juga nggak ada acara kan?"bujuk Hana yang sudah hapal jadwal Yuna di malam Minggu.
Yuna menghela napasnya berat."Justru karena nggak ada acara makanya aku mau rebahan!" balas Yuna cepat.
Hana makin memelas. “Cuma kali ini aja, Yun. Aku udah lama banget nggak ngedate. Aku butuh ini. Siapa tahu dia jodohku... please…”
Ia menatap Yuna dengan wajah paling menyedihkan yang bisa dia buat.
Yuna mendengus sambil menyilangkan kedua tangan di dada.Temannya satu itu selalu saja menyusahkan nya demi berkencan dengan beberapa pria tampan.
“Dari dulu juga ngomongnya gitu, ‘siapa tahu jodoh’, tapi mana? Nggak ada satu pun yang berhasil.”kesal Yuna jadi mengungkit.ia cukup jengah dengan alasan yang selalu sama.
Hana menampilkan wajah lesu nya.“Namanya juga usaha, Yun ,Tapi aku punya feeling, yang ini beda,pasti dia jodoh aku?” ucap Hana penuh semangat.
Yuna memutar bola matanya malas. “Kalau dia emang jodoh kamu, harusnya dia ngerti kamu punya shift malam, bukan malah ngajak ketemuan sekarang dan mengorbankan sahabatnya sendiri.”gerutu Yuna dongkol sekali,gara gara pria sialan yang bahkan tidak ia tau namanya,membuat sahabatnya merengek agar ia mau menggantikan shift nya.
Hana tidak bisa berkata apa pun selain kembali memohon."Yunaaa... please. Kalau kamu nolak, aku harus telepon senior untuk minta izin dan itu... berisiko besar. Aku bisa dicoret dari daftar dokter muda favorit."bujuk nya sambil menyatukan kedua tangan di dada,tidak lupa menampilkan wajah paling menyedihkan yang ia punya.
Yuna menghela napas panjang, menatap langit-langit rumah sakit seakan mencari kekuatan. Padahal tubuhnya sudah lelah dan butuh istirahat , Tapi melihat ekspresi Hana yang memelas....ia tidak sanggup untuk menolak.
Yuna akhirnya mengangguk pasrah. “Kali ini aja ya?”
Hana langsung tersenyum lebar. “Oke! Makasih banget, Yun. Kamu emang sahabat terbaikku,” ucapnya sambil memeluk Yuna erat.
“Tapi nggak gratis,” sahut Yuna sambil mengangkat alis. “Besok pagi kamu harus beliin aku kopi sama dua roti isi telur keju. Anggap aja sebagai kompensasi.”ujar Yuna memberikan syarat.
Raut wajah Hana langsung berubah cerah.“Oke, kamu tenang aja. Aku pasti beliin roti yang paling enak buat kamu,” kata Hana sambil mengacungkan jempol. Wajahnya berbinar seperti baru saja memenangkan undian besar.
Yuna menyentuh jidatnya sendiri, merasa lelah bahkan sebelum shift dimulai.
“Tapi kalau cowok kali ini nggak berhasil juga, kamu harus ganti shift sebulan penuh. Nggak boleh libur, nggak boleh cuti!”ujar Yuna menantang.
Tanpa berpikir dua kali,Hana langsung setuju.“Deal. Kalau cowok kali ini gagal lagi, aku nggak akan ambil libur seharian pun. Tapi kalau dia ternyata cinta sejati—”ujar Hana tidak sampai selesai bicara.
Buru buru Yuna menutup mulut Hana dengan telapak tangannya.“Jangan bawa-bawa cinta sejati di depan orang yang harus shift malam sendirian,” potong Yuna sambil membalikkan badan, langkahnya berat menuju ruang ganti.
Hana tertawa puas dan berteriak dari belakang, “Thanks, Yun! Kamu pahlawan malam Mingguku...saranghae”ujar Hana sangat senang sambil membuat bentuk hati dengan tangannya.
Yuna hanya melambaikan tangan tanpa menoleh. Dalam hati, ia mengeluh,
Malam Minggu. Orang lain pelukan bersama pasangan,tapi Yuna? hanya mampu Peluk stetoskop.
*****
Yuna baru saja memeriksa anak perempuan berusia sembilan tahun yang mengeluh sakit perut,ia sudah memberikan obat sesuai dosis.setelah memastikan tidak ada hal yang serius.Yuna menepuk pelan lengan si anak yang kini kembali mengantuk setelah di beri obat.
“Tidur lagi, ya. Nanti pagi perutnya udah enakan,” bisiknya lembut.
Yuna keluar setelah memastikan anak itu tidur lagi,ia menutup pintu kamar pasien dengan hati-hati. Suara klik dari kunci magnetik terdengar nyaris tidak terdengar. Tapi sebelum ia sempat berbalik, sebuah suara asing tiba-tiba menggema di udara.
' Kandidat terpilih telah di temukan.'
' Status : Manusia paling menyedihkan dan kesepian sepanjang sejarah sistem.'
' Misi utama: Temukan cinta sejati mu'
' Konsekuensi : Jika misi gagal, kamu akan terjebak di dunia Beastia selamanya,tanpa pilihan untuk kembali.'
Yuna sontak membeku di tempat. Jantungnya mencelos, dan tengkuknya terasa dingin.
“A-apa barusan?” gumamnya. “Terdengar kayak... iklan iseng?”ujar Yuna pelan.
Ia memutar kepala, menoleh ke kiri dan kanan dengan bingung. “Atau jangan-jangan... Hana ngerjain aku lagi pake speaker bluetooth?”tebaknya lagi.
Yuna melihat ke sekeliling sekali lagi, tapi lorong itu tetap sepi, bahkan terlalu sepi. Jam menunjukkan pukul dua lewat tiga puluh,waktu paling sunyi di rumah sakit.
Yuna mulai merasa ada yang aneh.sedikit ada Perasaan takut dan merinding , seolah ada sesuatu tidak kasatmata yang sedang memperhatikannya.dan menatap. Dan saat matanya menatap ke ujung lorong...
Ia terdiam sejenak.Ia melihat Sebuah pintu kayu tinggi berdiri di sana.tepat di tengah lorong rumah sakit modern yang serba putih. Warnanya cokelat tua, desainnya antik, bergaya kuno seperti pintu rumah abad pertengahan. Tidak ada gagang logam modern, hanya besi tua berukir dan engsel besar yang tampak berat.
Yuna menelan ludah sedikit kasar“Sejak kapan di sini ada... pintu begitu?” bisiknya, nyaris tidak terdengar.yuna melihat pintu dari kejauhan,tidak Bernai mendekat.
Ia melangkah mundur selangkah dan ingin pergi saja,Tapi saat akan memutar tubuh, kedua kakinya terasa berat. Seperti tertahan. Seperti... tidak diizinkan pergi.
' Waktu aktivitasi : 10 detik.'
' Pintu menuju dunia Beastia akan segera terbuka.'
' Selamat datang di simulasi kehidupan Beastia.'
Adaptasi tidak di jamin aman.Seluruh memori dunia asal akan tetap aktif.Selamay bertahan dan semoga kamu beruntung dalam menemukan cinta sejati.'
Yuna membeku di tempatnya.“Beastia...? Simulasi?! Apaan nih?!”gumamnya bingung.
Tapi Yuna tidak punya banyak waktu untuk berpikir.
Udara tiba-tiba berubah. Angin kencang berhembus dari segala arah, padahal tidak ada jendela yang terbuka. Hembusannya membuat rambut dan jubah medis Yuna berkibar tidak karuan.
Lampu-lampu di langit-langit mulai berkedip, satu per satu.
tik... tik... tik...lalu padam.
menyisakan lorong gelap dengan satu cahaya samar yang hanya datang dari balik pintu misterius itu.
Yuna panik."Eh... eh, bentar bentar! Ini ada apa sih?,aku kok bingung"ujarnya sendiri.
Tangannya meraih dinding, tapi udara di sekitarnya mulai bergulung. Sesuatu tak terlihat seperti menarik tubuhnya maju,mendorongnya mendekat ke arah pintu.
"Jangan, jangan... aku mau di bawa kemana?!"racau Yuna berusaha menahan dirinya agar tidak tergulung angin.
Namun tubuh Yuna tidak mampu menahan angin yang membawanya masuk kedalam pintu misterius itu.Di balik pintu Yuna tidak menemukan apa pun , Hanya ada pusaran gelap yang membawa nya menuju ke tempat yang gelap.
Dan sebelum Yuna bisa lari atau menjerit atau meminta pertolongan. tubuhnya sudah terhisap masuk kedalam pintu.
Gelap.
Sunyi.
Dan semua berubah.
*
✨ Kalau kamu suka cerita transmigrasi ke dunia binatang, kisah ini cocok banget buat kamu!
Tenang aja, ini bukan cerita harem..author sengaja bikin jalan cerita yang beda dan pastinya lebih seru! ❤️
➡️ Kisah Yuna baru saja dimulai, dan yang menunggunya di dunia sana... jauh dari kata biasa!
Penasaran? Yuk, langsung lanjut baca bab selanjutnya❤️❤️
Oh iya, kalau suka ceritanya, jangan lupa kasih like, komentar, dan ulasan ya
Dukungan kalian bikin author makin semangat nulis!
Byurr!!
Tubuh Yuna terjatuh di tempat yang lengket dan berlumpur. Pandangannya masih kabur. Seluruh wajah serta rambutnya kini dipenuhi tanah basah yang terasa menjijikkan.
“Aduh… kepalaku sakit sekali,” gumam Yuna sambil memijat pelipisnya pelan.
Ia menoleh ke sekeliling, mencoba mengenali tempat asing itu.
“Di mana aku? Kenapa bisa-bisanya aku jatuh di lumpur seperti ini?” desisnya pelan, menatap kedua tangannya yang kini kotor oleh lumpur cokelat pekat.
“Ck... menjijikkan banget. Kenapa aku jadi kayak bungkusan nasi busuk sih…” keluhnya kesal, suaranya terdengar lemah.
Dengan susah payah, ia mencoba bangkit, bertumpu pada kedua tangan. Namun begitu lutut kirinya menyentuh tanah, rasa nyeri langsung menyerang pergelangan kakinya.
“Akh!” pekiknya pelan. Tubuhnya limbung dan berakhir kembali jatuh.
Ia melihat ke arah kaki kirinya dan mendapati ranting tajam menancap di betisnya. Darah tipis mulai merembes dari luka itu.
“Kakiku terluka… dasar ranting sialan!” gerutu Yuna dengan nada kesal. “Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Kenapa sih nasibku sial banget?”
Dengan napas memburu, ia mencoba menarik ranting kecil yang masih menancap di pergelangan kakinya.
“Ahh… sakitnya!” teriaknya. Wajahnya meringis sembari memegangi luka yang mengeluarkan darah.
Belum sempat ia memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi, tiba-tiba suara auman keras menggema di udara, memecah kesunyian hutan.
RAWRRRHH!!
Suara itu begitu dekat dari tempatnya terjatuh. Yuna bisa mendengarnya dengan jelas. Detak jantungnya berdetak tidak karuan.
“Su-suara apa itu…? Ap-apa itu harimau? Dari mana suara itu berasal?” bisiknya ketakutan.
Yuna membeku ketika suara auman harimau terdengar sekali lagi. Tengkuknya meremang. Ini lebih seram daripada film horor yang ia tonton. Yuna memaksa untuk duduk meski kakinya masih sakit.
“Apa aku akan mati?” gumam Yuna ketakutan.
“Kalau aku mati… nanti tabungan dan asuransi jiwaku bagaimana? Semua pasti disumbangkan ke badan amal… aku kan nggak punya ahli waris,” keluhnya, masih sempat memikirkan soal uang di tengah krisis hidup dan mati.
Yuna terkejut ketika semak-semak di depannya bergerak liar. Terdengar suara ranting patah. Di balik semak itu, seekor harimau besar muncul dengan sorot mata tajam dan gerakan lambat tapi mengancam. Di mulut harimau itu terdapat seekor kijang kecil hasil buruannya.
Yuna ingin menjerit, tapi tenggorokannya tercekat.
“Ha... harimau...” katanya dengan suara tercekat.
Binatang itu melangkah makin dekat. Napasnya berat, menimbulkan embun tipis dari hidungnya yang besar. Taring-taring tajamnya terlihat jelas dalam keremangan hutan.
Yuna gemetar. Lututnya lemas. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata.
"Tolong... jangan makan aku..." isaknya lirih.
"Aku bukan makanan! Aku bukan rusa! Aku gadis baik-baik!" jeritnya, kini menangis penuh ketakutan.
Harimau itu berhenti. Bukannya menerkam Yuna,tubuh harimau itu justru bersinar.lalu perlahan berubah menjadi sosok pria tampan bertubuh kekar. Bagian atas tubuhnya dibiarkan bertelanjang dada, sementara bagian bawahnya ditutupi oleh kain kecil.
Yuna membelalak kaget.
"Hah...? Kamu manusia?" tanyanya refleks.
Pria itu menatapnya tajam, penuh waspada.
"Siapa kamu?" tanya pria itu balik.
"Yuna. Aku... Yuna," jawab Yuna terbata-bata.
"Kamu dari suku mana?"
Yuna mengerutkan kening bingung.
"Suku?... Suku apa yang kamu maksud?... Aku manusia biasa, bukan dari suku mana pun," jawab Yuna pelan.
Pria itu menyipitkan mata.
"Manusia?... Makhluk apa itu?" pria itu bertanya dengan bingung.
"Kamu tidak tahu manusia?" tanya Yuna heran.
"Tidak... seperti apa bentuk makhluk bernama manusia?"
Yuna terdiam. Ia bingung harus mulai menjelaskan dari mana. Yang jelas, saat ini dia hanya ingin segera keluar dari lumpur menjijikkan yang menempel di sekujur tubuhnya.
"Bisa bantu aku keluar dari sini dulu? Nanti aku jelaskan semuanya," pintanya, sudah tak lagi takut karena pria itu kini berwujud manusia.
"Baiklah."
Tanpa ragu, pria itu langsung mengangkat tubuh Yuna ke dalam gendongannya. Ia tak peduli meski tubuhnya ikut kotor terkena lumpur.
"Kenapa kamu bisa jatuh ke dalam lumpur?" tanya pria itu sambil membantu Yuna duduk di atas batu besar.
"Aku juga nggak tahu," jawab Yuna sambil memegangi kakinya yang masih terasa nyeri.
"Dari mana asalmu?" tanya pria itu lagi.
"Dari Jakarta," jawab Yuna singkat.
Pria itu tampak bingung."aku belum pernah mendengar nama suku itu?" ucapnya lagi.
"Jakarta bukan nama suku,masa Kamu nggak tahu Jakarta sih?" Yuna memandangnya heran.
Pria itu menggeleng polos.
Yuna merasa ada yang aneh."Sebenarnya... aku ini ada di mana sekarang?" tanyanya penasaran.
"Di dunia Beastia."
Yuna mengerutkan kening.
"Dunia apa itu?" Yuna bertanya karena belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Dunia para binatang," jawabnya santai.
Yuna mengerutkan kening.
"Maksudmu... siluman?" tebak Yuna asal.
"Siluman? Apa lagi itu?"
Yuna menghela napas panjang.
"Kamu ini manusia dari... ah, iya ya. Kamu kan bukan manusia," ucapnya sambil menggelengkan kepala sendiri.
Angin hutan berembus pelan, menyibak rambut Yuna yang masih basah berlumpur. Wajahnya mulai terlihat kebingungan. Ia mengingat sesuatu… kalimat aneh yang sempat ia dengar sebelum pingsan tadi.
"Carilah cinta sejatimu..." kalimat itu menggema di kepala Yuna.
"Apa maksudnya mencari cinta di dunia siluman?" gumam Yuna dalam hati.
"Emang ada gila gila nya nih sistem"gerutu Yuna lagi.
"Ada apa?" tanya pria itu saat melihat Yuna berekspresi aneh.
Yuna tersentak kaget."Enggak,aku cuma kaget aja..." jawabnya cepat, menahan semua pertanyaan yang memenuhi kepalanya.
"Apa di sini ada sungai? Aku ingin membersihkan tubuhku dulu," ujar Yuna dengan nada berharap, menatap pria itu penuh harap agar mau menunjukkan jalan ke sungai.
"Ada. Aku akan mengantarmu ke sana," jawab pria itu tenang.
"Terima kasih," ucap Yuna tulus.
Sesaat kemudian, pria itu kembali bersuara. Nadanya lembut namun terdengar ragu-ragu.
"Yuna, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Yuna langsung mengangguk cepat. Lumayan penasaran juga.
"Apa kamu sudah punya pasangan? Soalnya, aku tidak melihat tanda pasangan di lehermu," ujarnya sambil menatap wajah Yuna serius, tapi tanpa tekanan.
Di dunia Beastia, tanda pasangan akan muncul di leher seorang betina jika ia sudah punya pejantan. Pernikahan di dunia Beastia dianggap sangat sakral, terutama bagi suku harimau.
"Belum..." jawab Yuna pelan, masih bingung dengan semua informasi baru ini.
Tiba-tiba, pria itu menatapnya lebih dalam.
"Kalau begitu... maukah kamu jadi pasanganku?"
Yuna terbelalak. Dadanya berdebar hebat. Ia bahkan belum sepenuhnya mengerti dunia ini, baru saja terlempar ke sini, dan sekarang seseorang sudah menawarinya untuk menjadi pasangan.
"yang bener aja! Baru juga nyemplung ke dunia aneh ini,masa udah di tawarin. Nikah aja?"gumam Yuna dalam hati sambil manyun.
"Emang sih aku cantik,tapi kan jangan buru buru juga,takutnya jantungku nggak kuat" tambah Yuna dalam hati,sedikit narsis.
Yuna kembali menatap pria itu lalu berdehem pelan.
"U-umurmu berapa?" tanyanya terbata, masih sedikit syok.
"Aku dua puluh tiga tahun. Sudah dewasa, tapi belum punya pasangan," jelas pria itu tenang, seolah yang ia katakan adalah hal biasa.
"Kenapa belum punya pasangan?"
"Aku belum memenuhi syarat untuk menjadi pejantan saat usiaku dua puluh satu tahun. Jadi, aku harus menunggu sampai usia dua puluh lima untuk bisa mengikuti Ujian Kesiapan menjadi pejantan," jelas pria itu lembut.
"Ujian?" Yuna mengernyitkan dahi. Rasanya seperti mendengar sistem aneh dari dunia lain karena dia belum pernah mendengar hal seperti itu di dunianya.
"Iya," jawab pria itu singkat. "Setiap pria yang ingin menjadi pejantan harus melalui ujian kelayakan terlebih dahulu. Itu aturan di setiap suku, supaya hanya yang benar-benar siap yang bisa mendapatkan betina," jelas pria itu lagi.
Yuna masih terlihat bingung. Meski kini ia mulai menyadari bahwa dirinya telah benar-benar berpindah ke dunia asing entah di mana, tetap saja semuanya terasa seperti mimpi aneh yang sulit dipercaya.
Ia memandangi sekeliling. Hutan lebat membentang luas, dipenuhi pepohonan hijau yang tinggi berada di sisi kanan dan kiri. Suasana sunyi dan asing itu cukup menakutkan, apalagi jika harus berada di sana seorang diri.
Melihat pria itu yang kini berubah jadi manusia bahkan tadi sempat langsung nawarin jadi pasangan..bikin Yuna lupa kalau yang ada di hadapannya sekarang tuh siluman harimau. Yang ada di kepalanya cuma satu. gimana caranya biar pria itu nggak ngebahas soal tawaran aneh itu lagi.
“Bisakah kamu mengantarku ke sungai dulu? Tubuhku terasa lengket sekali,” ucap Yuna, berusaha mengalihkan perhatian pria itu agar tidak menyinggung kembali soal tawaran menjadi pasangannya.
Pria itu mengangguk pelan.“Kamu naik saja ke punggungku nanti.”suruhnya sampai membuat Yuna melongo.
“Hah? Kamu... mau berubah jadi harimau lagi?” Yuna memandangnya tidak yakin, seolah ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
Pria itu mengangguk sekali lagi. “Agar kita bisa lebih cepat sampai.”
Yuna menelan ludah getir. Melihat harimau dari kejauhan saja sudah cukup membuat kakinya gemetar. Dan sekarang ia harus duduk di punggung harimau yang baru saja mendengus seperti ingin memakannya.
---
➡️ Penasaran siapa sosok di balik harimau itu? Dan rahasia apa
yang menanti Yuna di Suku Harimau?
Yuk, lanjut baca ke bab selanjutnya
Eh, tapi jangan lupa tinggalkan komentar, like, dan ulasan kamu ya!
See you in the next chapter ❤️
Yuna berdiri mematung di tepi sungai. Matanya melebar sempurna seakan tak percaya ketika melihat air yang mengalir di depannya..sangat jernih dan berkilau bagai kristal di bawah sinar matahari.
Dasar sungai tampak jelas terlihat,hingga ke batu-batu kecil yang tertata alami di bawahnya. Ia belum pernah melihat sungai sejernih ini di dunianya. Bahkan air mineral kemasan pun kalah bersih dibanding ini.
“Cantik sekali…” gumamnya, setengah terpesona.
Langit biru di atas, suara gemericik air, dan semilir angin hutan membuat suasana terasa nyaman. Setelah beberapa saat memandangi air itu, Yuna menoleh ke arah pria yang berdiri tak jauh darinya.
“Aku mau membersihkan tubuh dulu. Bisakah kamu berbalik sebentar?” pintanya sopan, tapi wajahnya mulai merona.
Pria itu yang sejak tadi mengamati tanpa banyak bicara mengangguk kecil, lalu memutar badannya dengan patuh. Senyum tipis menghiasi bibirnya.
"Baiklah," jawabnya singkat.
Dalam hati, ia sedikit tersenyum. Betina itu… malu-malu. Jarang sekali ada betina di dunia Beastia yang bersikap seperti itu. Sebagian besar perempuan di Beastia justru bangga memperlihatkan tubuh binatangnya atau dalam wujud fisiknya. Tapi Yuna,betina itu berbeda dan justru itu yang membuat nya menarik.
Yuna segera melangkah masuk ke sungai. Air dingin menyentuh kulitnya, membuat tubuhnya menggigil ringan tapi terasa menyegarkan. Ia mulai membasuh wajah dan lengannya yang sebelumnya kotor oleh lumpur. Ia menggosok lembut kulitnya, hingga warna aslinya kembali muncul,kulitnya kembali putih bersih dan lembut, seperti salju pertama yang turun di musim dingin.
Beberapa helai rambutnya menempel di pipi basahnya. Ia menghela napas lega. Akhirnya tubuhnya kembali bersih.
Namun, saat hendak keluar dari air, Yuna menyadari satu masalah baru. Baju yang ia kenakan sejak terlempar ke dunia ini sudah kotor oleh lumpur, dan sekarang pun semakin parah karena basah kuyup.
Ia menggigit bibir bawahnya, ragu. Tak ada satu pun pakaian kering di sekitarnya.
Lalu, ia memanggil dengan suara sedikit gugup, “Kamu…”
Pria itu menoleh sedikit, seolah baru sadar jika Yuna belum tahu namanya. “Namaku Nolan.”
“Oh iya… Nolan,” Yuna mengangguk cepat, masih setengah tenggelam di air.
“Kamu sudah selesai?” tanya Nolan dari arah lain, masih membelakangi sungai dengan sopan.
“Sudah… tapi…” Yuna menarik napas, merasa kikuk. “Aku tidak punya pakaian ganti. Apa… kamu bisa meminjamkan ku pakaian?”
Nolan tidak menjawab seketika. Tapi Yuna bisa mendengar suara napasnya yang tenang sebelum akhirnya menjawab.
“Aku bisa ambilkan pakaian ganti untukmu. Di rumahku ada satu, milik adikku. Sepertinya cocok denganmu.”
Yuna merasa sedikit lega. “Apa rumahmu jauh dari sini?”
“Tidak . Kamu tunggulah disini sebentar.” Suaranya kini terdengar lebih serius. "jangan keluar dari dalam air. Apa pun yang terjadi.”
Yuna mengernyit pelan. “Kenapa?”
“Aku khawatir aromamu akan tercium oleh pejantan lain,” jawabnya tanpa ragu.
Yuna langsung membatu. Wajahnya memerah, entah karena malu atau karena bingung dengan istilah yang digunakan Nolan.
“Oh… b-baiklah,” jawabnya cepat, lalu menenggelamkan sebagian tubuhnya lebih dalam ke air.
Nolan pun berjalan pergi dengan langkah ringan, meninggalkan jejak kaki di tanah yang basah. Yuna hanya bisa diam, menatap permukaan air, hatinya sedikit berdebar. Dunia ini sungguh aneh... tapi juga terasa seperti awal dari sesuatu yang belum bisa ia pahami.
****
Nolan kembali dari arah hutan, membawa pakaian yang dibungkus dengan sehelai kain besar. Ia berhenti tak jauh dari sungai, meletakkan bungkusan itu di atas batu besar di dekat rumpun bambu.
“Pakaianmu aku letakkan di batu ini. Pakailah. Aku akan menunggumu di depan, di balik bambu,” ujarnya tenang, tetap membelakangi arah sungai tanpa sedikit pun menoleh.
Yuna mengangguk pelan, meskipun tahu Nolan tidak bisa melihatnya. “Terima kasih,” ucapnya lembut.
Hanya dua kata sederhana, namun cukup untuk membuat dada Nolan bergetar ringan. Ucapan itu... sesuatu yang sangat jarang terdengar dari mulut para betina di Beastia, bahkan setelah pejantannya mati-matian menuruti semua keinginannya. Tapi Yuna berbeda. Ia sudah dua kali mengucapkan kalimat itu padanya. Dan itu—bagi seorang pejantan—adalah penghargaan yang sangat berarti.
Sementara itu, Yuna menatap pakaian yang ditinggalkan Nolan. Ia membuka lipatan kainnya dan menyentuh bahan halus yang terasa sejuk di jemarinya.
“Pakaian apa ini?” gumamnya pelan.
Tangannya meraba perlahan permukaan kain itu.
“Wah... ini kulit asli? Di duniaku, pakaian dari bahan seperti ini bisa bernilai jutaan,” katanya kagum, masih sempat membandingkan dengan standar dunia asalnya.
Namun kekaguman itu berubah jadi rasa canggung saat ia mengangkat pakaian itu dan melihat potongannya. Hanya sehelai rok selutut dan atasan model tanktop yang terbuka di bagian pinggang, memperlihatkan sebagian besar kulitnya.
“Sexy sekali…” desis Yuna. “Aku nggak biasa pakai baju kayak gini… Tapi kalau nggak dipakai, bisa masuk angin.”
Ia sempat ragu, tapi udara sore mulai terasa dingin dan kulitnya masih basah.
Akhirnya, dengan sedikit menggerutu kecil, Yuna mengenakan pakaian itu. Ia merapikan bagian atasnya, lalu berdiri dan berkaca pada bayangan dirinya di permukaan air.
“Tidak buruk… Lumayan nyaman. Hanya saja agak aneh karena... ya, tidak ada dalaman sama sekali,” gumamnya malu-malu.
Setelah merasa cukup rapi, ia melangkah keluar dari balik pepohonan bambu. Nolan berdiri di kejauhan, bersandar ringan pada batang pohon, menunggu dengan sabar.
Yuna berjalan mendekat. “Sudah selesai,” katanya. “Pakaiannya sangat pas, terima kasih.”
Nolan menoleh. Pandangannya langsung tertahan. Mulutnya seakan lupa bagaimana cara bicara.
Mata itu menatap Yuna dalam-dalam—tubuh rampingnya, kulit putih lembut yang bersinar di bawah cahaya matahari senja, dan ekspresi wajahnya yang jujur namun malu-malu. Dia... adalah betina paling cantik yang pernah ia lihat. Bukan hanya karena rupa, tapi karena sikap dan pembawaannya yang berbeda dari para wanita Beastia.
Tubuh para betina di dunia ini biasanya tegap, hampir menyerupai para pejantan. Tapi Yuna? Ia terlihat lembut, tenang... dan sangat menawan.
“Kamu kenapa?” tanya Yuna saat menyadari Nolan terus memandanginya.
“Kamu… cantik sekali,” ucap Nolan akhirnya, tanpa ragu.
Yuna langsung menunduk. Pipi putihnya memerah dalam sekejap, seperti buah delima matang. Ia menggigit bibir, malu tak tahu harus menjawab apa.
Dan Nolan melihat itu,wajah yang memerah hanya karena satu pujian kecil. Rasa kagumnya semakin tumbuh. Betina ini... benar-benar berbeda.
Beberapa saat kemudian, Nolan menoleh ke langit yang mulai berubah jingga. Angin bertiup lebih dingin, tanda malam akan segera tiba.
“Hari sudah hampir malam,” katanya pelan. “Biar ku antar kamu kembali ke suku mu.”
Yuna menggeleng kecil. “Aku... aku tidak punya suku,” jawabnya ragu.
Nolan mengerutkan alis. “Mana mungkin? Kamu seorang betina. Semua betina pasti punya suku.”
“Tapi aku benar-benar tidak punya,” ucap Yuna jujur, menatap tanah.
Nolan menghela napas perlahan. “Aku tidak bisa membawamu langsung tanpa izin ketua suku…”
“Lalu… bagaimana?” Yuna bertanya, mulai cemas.
“Kamu ikut aku saja dulu,” jawab Nolan mantap.
Yuna tampak ragu. “Tapi bukankah harus izin dulu?”
“Tak apa. Melindungi mu lebih penting saat ini. Nanti malam aku akan bicara langsung pada ketua suku,” katanya tegas, penuh keyakinan.
Yuna menatapnya, lalu mengangguk perlahan. “Baiklah…”
Ia belum tahu... nama ketua suku yang disebut Nolan barusan, akan menjadi awal dari takdir yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan.
*
➡️ Kalian penasaran, kan?🤭Hayo ngaku aja 😄.Yuk, lanjut baca ke bab selanjutnya, karena perjalanan Yuna baru saja dimulai!
Akan ada kejutan... dan sosok tidak terduga yang siap mengejutkan pembaca.
Kalau kalian suka ceritanya, jangan lupa tinggalin like, komentar, dan ulasan ya❤️,see you in the next chapter 👋👇
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!