Zaidan Fernandez, seorang pria single dengan satu orang anak perempuan berusia 5 tahun sekarang. Istrinya meninggal karena kecelakaan sejak usia anak mereka 10 bulan. Dan sampai saat ini dia masih seorang pria single tanpa memikirkan pernikahan lagi. Karena apa? Dia masih begitu mencintai mendiang istrinya.
"Kapan menikah? Anak kamu butuh sosok seorang Ibu"
Sudah jengah dan bosan telinganya tatkala mendengar perkataan itu. Apa yang dia alami membuat dia mengunci hatinya untuk wanita manapun. Tak jarang wanita dari rekan kerja, atau anak dari rekan kerja yang mencoba mendekati Zaidan. Para wanita dari kenalan Ibunya juga.
Namun, tidak ada yang mampu membuka kembali hatinya yang sudah terkunci.
Dia merasa bisa hidup sendiri dan membesarkan anaknya seorang diri. Tidak perlu perempuan mana pun lagi sebagai peran istri. Karena yang akan menjadi istrinya hanya Diana, wanita yang dia cintai. Namun Tuhan merenggut nyawanya di saat mereka bahkan masih menyusun banyak rencana untuk kebahagiaan di masa depan.
Diana Mutiara, seorang model yang cukup terkenal. Hingga scandal dan sebuah video klarifikasi membuat namanya coreng.
Sebuah hubungan tanpa restu, hingga Diana harus pergi di hari pernikahan dengan pria pilihan Ibunya. Karena apa? Karena dia hanya ingin bersama Zaidan, pria yang dia cintai. Namun, karena rasa balas budi pada pria bernama Reynan, maka dia harus terpaksa menerima ungkapan cintanya. Hingga di hari pernikahan, selain karena dia mendapatkan tawaran bagus untuk karirnya, dia juga tidak yakin bisa menjalani pernikahan tanpa cinta dengan baik.
Dan terjadilah, dia hamil anaknya Zaidan. Namun restu orang tua tetap tidak di dapat. Hingga orang tua Zaidan mengancam keselamatan Diana dan anaknya tanpa sepengetahuan Zaidan.
Karena frustasi dan pikirannya sudah buntu. Diana hanya berharap anaknya bisa lahir dengan adanya seorang Ayah. Hingga dia tega merebut kembali pria yang dulu dia tinggalkan di hari pernikahan, dari Kakaknya yang menjadi pengantin pengganti saat itu.
Baiklah, dia berhasil menjebak Reynan dan menikahinya. Namun, sikap pria itu tidak lagi sama. Dia kasar dan begitu dingin pada Reynan. Sampai akhirnya pernikahan ini tetap kandas setelah anaknya lahir.
Disinilah Zaidan yang sedang mencari keberadaannya selama ini. Tahu semuanya. Tentang anak itu yang adalah anaknya, dan juga orang tuanya yang berniat mencelakai Diana dan anaknya.
Mereka menjalani kehidupan baru bersama. Mencoba untuk memperbaiki semuanya. Namun, kecelakaan itu terjadi dan merenggut nyawa wanita yang dicintainya.
Zaidan hancur, dia hampir saja gila dan ingin menyusul Diana. Baru sebentar sekali dia memberikan kebahagiaan untuk wanitanya yang berjuang sendirian selama ini, tanpa dia ketahui dia sedang mengandung anaknya.
Meski sekarang orang tuanya sudah menyesali semuanya dan menerima anaknya dengan baik. Tapi, rasa marah itu masih ada. Seandainya mereka memberikan restu sejak awal dan tidak sampai mengancam Diana, dia juga tidak akan mengalami hal ini. Diana tidak akan sampai menghancurkan pernikahan Kakaknya dengan pria yang Kakaknya cintai itu. .
Sejak saat itu, Zaidan berubah. Sikap dingin tak tersentuh, temperamental dan arogan. Sedikit saja ada yang berada melakukan kesalahan dengannya, maka tidak segan-segan dia akan menghancurkan dia sampai ke akarnya. Sudah banyak wanita yang terkena tamparan, dorongan keras Zaidan hingga tersungkur ke tanah. Dan Zaidan sama sekali tidak melihat siapapun, selain anaknya, dan pekerjaannya yang dia pedulikan saat ini. Bahkan ucapan orang tuanya pun, tidak pernah dia dengarkan.
Seperti saat ini, seorang wanita yang duduk di depannya dengan rok sangat minim dan juga pakaian yang terbuka. Sikapnya yang dibuat manja agar Zaidan tertarik, tapi bahkan dia tidak akan tertarik sedikit pun. Zaidan hanya fokus pada berkas ditangannya, sama sekali tidak tertarik dengan wanita di depannya.
"Semuanya tidak ada tambahan untuk harga pemasok. Harga kita sudah mentok di keputusan kemarin. Jika tidak bisa, cari pemasok lain" tegas Zaidan, menyimpan berkas di atas meja dengan sedikit kasar.
"Ah, baiklah Tuan" ucap wanita di depannya, dengan tatapan dibuat semanja mungkin. Lalu dengan berani dia memegang tangan Zaidan yang berada di atas meja. "Tuan Zaidan terlihat sangat lelah, bagaimana jika aku temani?"
Brak... Dalam satu hentakan, Zaidan menarik gadis itu dan menghempaskannya ke atas lantai. Dia jatuh terduduk di atas lantai. Mengaduh kesakitan.
"Tidak perlu mencoba menggoda saya. Karena sedikit pun saya tidak tertarik!" tekan Zaidan, dia menepuk-nepuk kedua tangannya, seolah ada debu yang baru saja menempel disana.
Wanita tadi hanya menatap takut pada Zaidan yang menatapnya begitu tajam menusuk. Bahkan sikap manjanya hilang seketika. Berubah dengan wajah penuh ketakutan. Dia tidak menyangka jika Zaidan akan melakukan ini. Melemparnya ke atas lantai. Zaidan berlalu dari ruangan itu, menutup pintu dengan kasar. Disusul dengan seorang pria yang masuk ke dalam ruangan. Menatap gadis tadi yang masih terduduk di lantai dengan wajah terkejut dan penuh ketakutan. Dia Than, asisten dari Zaidan.
"Maaf Nona, saya sudah peringatkan anda sebelumnya. Jangan pernah berani mendekati Tuan Zaidan. Karena ini yang akan anda terima"
Setelah mengatakan itu, dia segera keluar dan berjalan keluar dari Restoran ini. Sampai di parkiran Restoran, dia langsung menuju mobilnya. Dimana Zaidan yang sudah berada disana.
"Maaf Tuan, sepertinya ini juga ulah dari Nyonya Besar" ucap Ares.
Zaidan menghembuskan nafas kasar, dia memijat pelipisnya. "Aku sudah muak dengan kelakuan Mama. Sudah jelas dia yang membuat aku seperti ini"
Ya, masih ada sebuah kemarahan yang besar pada kedua orang tuanya. Seandainya dulu mereka langsung merestui hubungannya dengan Diana, mungkin akhirnya tidak akan seperti ini. Dan sekarang dia mencoba untuk terus menjodohkan Zaidan dengan memunculkan para wanita penggoda yang jelas tidak akan membuat Zaidan tertarik sedikit pun.
"Kita pergi kemana Tuan? Apa langsung pulang?" tanya Ares yang sudah memasang sabuk pengaman di tubuhnya. Sedikit menoleh ke kursi belakang, Tuannya masih diam dengan wajah datar.
"Pergi ke tempatnya"
"Baik"
Ares segera melajukan mobilnya, dia tahu kemana tujuan Zaidan. Sampai mobil berhenti di parkiran sebuah pemakaman umum. Ares segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Tuannya.
Zaidan turun, mengambil buket bunga yang dia beli di jalan tadi. Segera masuk ke dalam area pemakaman itu. Sementara Ares hanya menunggu di mobil. Dia tahu jika Tuannya datang kesini, maka dia sedang butuh waktu tenang sendiri.
Sebuah gundukan tanah yang dilapisi rumput hijau yang terawat. Batu nisan bertuliskan nama Diana Mutiara. Zaidan berjongkok di dekatnya, menyimpan buket bunga yang dia bawa di atas gundukan tanah itu.
"Sayang, aku lelah. Aku merindukanmu" lirihnya, dia menghembuskan napas berat saat mengatakan itu. "Kenapa kau bahkan tidak datang ke dalam mimpiku? Apa kau tidak merindukanku?"
Zaidan mengusap batu nisan bertuliskan nama wanita yang dicintainya itu. Lalu berdiri dan pergi dari sana. Hanya untuk sekedar mengadu rasa lelahnya saja dia datang kesini.
Kembali ke dalam mobil, Ares sudah mulai melajukan mobilnya di sore hari yang cukup ramai karena jam pulang kerja.
"Bagaimana cara menghidari para wanita itu yang terus mendekatiku? Aku benar-benar jengah" ucap Zaidan dengan memandang keluar jendela dengan tatapan yang datar.
Ares yang sedang mengemudi juga cukup bingung. Hingga sebuah ide gila muncul di kepalanya. "Bagaimana jika mencari istri bayaran saja?" Sial, dia menyesali ucapannya itu. Jika bisa dia ingin menariknya kembali.
Zaidan langsung menoleh pada Asistennya yang sedang mengemudi. "Kau bisa carikan untukku? Akan aku bayar berapapun, yang penting dia mau menikah denganku dan merawat Zenia. Aku juga tidak ingin terus menitipkan Zenia pada Mama dan Delia"
Delia adalah Kakak dari Diana yang menikahi pria yang sempat akan dijodohkan pada Diana itu.
Benar saja, Ares harus bagaimana sekarang? Dia benar-benar mengutuki pikiran bodohnya ini.
"Gadis mana yang akan aku korbankan jadi istri bayarannya?"
Bersambung
Sial, aku sudah memberikan saran yang salah.
Disinilah Ares berada, kebingungan sendiri dengan apa yang dia perbuat. Dia yang menyarankan pada Zaidan agar dia mempunyai istri bayaran, tapi kini malah dia sendiri yang bingung, harus mencari kemana wanita yang mau ditumbalkan olehnya, atas kebodohan yang dia lakukan.
"Hallo Kak Ares" Seorang gadis keluar dari salon tempat dia bekerja. Menghampiri Ares yang mengirim pesan padanya dan mengatakan dia sudah berada di depan tempat kerjanya. "Tumben sekali bisa jemput aku? Apa tidak banyak pekerjaan?"
Ares tersenyum, dia menggeleng pelan. Ares mengelus kepala teman sekolah yang sudah seperti adiknya sendiri. Dia bertemu dengan gadis ini di masa kuliah.
"Iya, aku bisa pulang lebih cepat. Lagian sudah lama tidak makan bareng sama kamu" ucap Ares.
Gadis berusia 4 tahun lebih muda darinya itu tersenyum. "Ayo kita makan di tempat biasa. Aku juga merindukan makan bersama dengan Kak Ares"
"Em, Melati" Panggilan Ares berhasil menghentikan langkah Melati yang sudah lebih dulu berjalan melewatinya. Melati menoleh padanya. "Aku butuh bicara sama kamu, ini cukup serius"
Melati tersenyum dan mengangguk saja, meski mendadak dia jadi gugup sendiri. Apa mungkin Kak Ares akan menyatakan cinta padaku ya? Ah, kami kenal sudah hampir 8 tahun. Masa Kak Ares tidak juga menyadari perasaanku. Gumamnya dalam hati, dia menundukan wajahnya yang terasa memanas. Pastinya sudah merah sekarang.
Mereka sampai di sebuah Restoran untuk makan malam kali ini. Sejak dalam perjalanan, Ares benar-benar bingung harus memulai percakapan darimana. Apalagi dia yang akan merasa sangat bersalah karena sudah membawa Melati dalam kebodohan yang dia ciptakan sendiri.
Duduk saling berhadapan di meja dekat jendela. Ares menatap Melati dengan perasaan ragu dan bingung.
"Kak, mau bicara apa?"
Hah... Hembusan nafas kasar yang terdengar, Ares benar-benar bingung bagaimana untuk bicara pada Melati saat ini. Memang bodoh kau Ares, kenapa hanya Melati yang ada dalam pikiran kamu. Padahal wanita di dunia ini sangatlah banyak. Ares hanya mampu merutuki dirinya sendiri.
"Mel, apa kamu sudah menemukan cara untuk melunasi hutang Ayah kamu?"
Baiklah, Ares tahu ini terlalu egois dan tidak berperikemanusiaan. Tapi ini adalah caranya membantu Melati dan Tuannya secara bersamaan. Meski dia juga masih merutuki kebodohannya sendiri. Ares langsung merasa bersalah ketika melihat wajah sendu Melati.
"Belum Kak, aku juga sudah bingung"
Bukan Ares tidak pernah meminjamkannya uang, tapi Melati juga malu jika harus terus meminjam uang pada Ares. Sementara hutang dia pada Ares saja belum dia bayar sampai sekarang.
"Mel, seandainya aku punya solusi untuk semua masalah kamu. Intinya untuk masalah hutang kamu itu, apa kamu akan terima?" ucap Ares dengan hati-hati.
"Tentu saja Kak, selama itu baik, aku akan terima"
Ares mengangguk pelan, di bawah meja tangannya sudah begitu dingin dan berkeringat. Sungguh sebenarnya dia tidak ingin membuat Melati jatuh terjerumus dalam jerat Zaidan yang seperti itu. Tapi, Ares juga tidak bisa mempercayai wanita lain yang pastinya hanya akan memanfaatkan Zaidan dan mungkin tidak akan bisa menjaga Zenia dengan baik. Meski sering kesal pada atasannya itu, Ares tetap mempunyai rasa peduli padanya.
"Jadi, maksud Kakak ingin berbicara padaku, adalah ini?" tanya Melati, ada rasa kecewa dalam dirinya. Karena dia sudah berharap terlalu jauh.
"Iya, aku ikut memikirkan tentang kamu. Apalagi kamu selalu pulang malam seperti ini, aku takut orang-orang itu akan mencelakai kamu dijalan, Mel. Jadi, aku ingin membantu memberikan solusi"
Melati tersenyum dan mengangguk saja, sepertinya memang dia terlalu salah karena berharap begitu besar. Lihatlah, Kak Ares memang terlalu baik bahkan selalu memikirkan keadaan dan situasinya. Hanya saja, dia tidak mempunyai perasaan yang sama dengan yang dia rasakan padanya. Harusnya Melati sadar akan itu.
Saat itu, makanan pesanan mereka datang. Dan pembicaraan ini tertunda sejenak, sampai mereka selesai makan. Melati sedikit bingung saat Ares menyimpan sebuah map yang dia keluarkan dari tasnya di depan Melati sekarang.
"Ini apa Kak?" tanya Melati bingung.
"Kamu buka dulu dan baca, kalau kamu bisa melakukannya, maka kamu bisa ambil. Tapi, jika tidak, aku juga tidak akan memaksa"
Melati semakin dibuat bingung dengan ini semua. Lalu dia membuka perlahan map itu, mengeluarkan beberapa lembar kertas disana. Saat membaca bagian judul saja, sudah membuat tangannya gemetar tak karuan.
Kontrak perjanjian sebagai istri bayaran.
Tangan Melati masih bergetar memegang surat perjanjian ini.
"Kak, apa maksudnya?" tanya Melati dengan menatap lekat pada Ares.
Tangan Ares bahkan terasa dingin dan berkeringat. Bahkan keringat juga mebasahi dahinya. Ares benar-benar gugup dan bingung menjelaskan.
"Kamu tahu Tuan Zaidan? Atasan aku yang seorang duda?" Melati hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dan Ares melanjutkan bicara. "Nah, dia sedang mencari istri yang hanya merawat anaknya dan berstatus sebagai istrinya saja. Dia sedang menghindari pejodohan dari orang tua dan juga para wanita penggoda. Nah, disana ada tulisan peraturan yang harus diikuti. Dan kamu bisa meminta bayaran berapapun yang kamu butuhkan, asalkan mau untuk menjadi istri bayarannya selama satu tahun saja"
Tangan Melati bergetar, bahkan bibirnya terasa kelu untuk berucap. Apa yang dia dengar dari Ares dan apa yang sedang dia baca sekarang, benar-benar membuatnya tidak bisa berkata-kata.
Aku kira hal semacam ini hanya terjadi dalam film saja. Tapi apa ini? Kenapa terjadi padaku?
Rasanya dia tidak percaya dengan tawaran yang diberikan oleh Ares. Jika saja bukan Ares yang memberikan tawaran ini, mungkin tidak akan terasa begitu sakit di hatinya. Pria yang dia sukai sejak lama, malah memintanya untuk menjadi istri bayaran. Itu sudah cukup membuat Melati sedikit sadar diri, jika perasaannya tidak akan pernah terbalas.
"Mel, aku tahu kamu pasti sangat terkejut dan bingung dengan semua ini. Tapi percaya sama aku, jika ini hanya satu tahun saja. Dan kamu akan bisa kembali bebas setelah satu tahun pernikahan" ucap Ares dengan memegang tangan Melati yang bergetar memegang kertas itu. "Ini hanya demi kamu bisa terbebas dari hutang Ayah kamu itu"
Ya Tuhan, apa akhir dari kisah cintaku harus seperti ini? Cinta yang aku pendam selama ini, tidak akan bisa aku ungkapkan.
Melati masih begitu bingung dan terkejut dengan semua ini. Dia mencoba untuk memikirkan tawaran Ares dengan baik. Apa mungkin dia harus mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi pria yang tidak dia cintai dan bahkan hanya sebagai istri bayaran.
"Setelah satu tahun, kamu bisa bebas kembali. Dan kamu bisa mendapatkan orang yang benar-benar kamu cintai"
Melati langsung menatap Ares, apakah itu bisa? Jadi, setelah dia menyelesaikan masa kontrak satu tahun ini, maka dia bisa kembali mengejar Kak Ares dan mengungkapkan perasaannya lebih dulu.
"Ini demi kamu yang tidak perlu bekerja di salon lagi sampai malam begini"
Ares sebenarnya mengutuki dirinya sendiri, kenapa dia malah seolah memaksa Melati saat ini. Padahal dia sendiri yang bilang di awal, jika dia tidak akan memaksa jika memang Melati tidak ingin dengan kontrak ini. Tapi apa sekarang? Ares malah seolah memaksa Melati. Memang sialan kau Ares. Umpatnya dalam hati.
Tangan Melati meremas kertas di tangannya. Dia menghembuskan nafas kasar. "Baiklah Kak, aku terima jika hanya satu tahun"
Bersambung
Berjalan beriringan menuju ruangan Presdir, pemimpin Perusahaan besar ini. Tangan Melati sudah berkeringat dingin, bahkan dia meremas rok yang digunakan. Kegugupan semakin menjadi saat dia sampai di depan pintu ruangan Presdir ini. Melati menoleh dan menatap Ares.
"Tenang aja Mel, sesuai dengan ucapanku saja tadi. Kamu hanya tidak perlu membantah ucapannya"
Meski sebenarnya Ares juga merasa bersalah karena harus menjerumuskan Melati dalam pernikahan kontrak ini. Tapi, meski terlihat sangat dingin dan kejam, Ares juga tahu jika Zaidan mempunyai sisi hangat yang hilang sejak kepergian istrinya. Dan entah bodoh atau apa, Ares berharap Melati bisa mengembalikan sisi Zaidan yang itu.
Aku hanya perlu menuruti perkataannya dan jangan membantah. Ya Tuhan, semenyeramkan apa orang yang akan menjadi suamiku?
Ketika Ares membuka pintu, Melati semakin merasa jantungnya berdebar kencang. Pastikan ketika kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan ini, maka kehidupan Melati akan berubah sejak saat itu. Dan Melati harus siap dengan semuanya.
Ruangan yang besar, ada sebuah meja kerja dan sofa juga. Melati melihat seorang pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan fokus pada sebuah layar laptop di depannya. Tangan Melati semakin bergetar saat melihat lirikan tajam dari pria yang akan menjadi suaminya itu.
"Tuan, ini Melati yang saya ceritakan kemarin" ucap Ares.
"Hmm"
Melati hanya berdiri diam di belakang tubuh Ares dengan tangan saling bertaut dan wajah yang menunduk. Hanya mendengar kata 'hmm' saja dari pria itu, sudah membuat Melati merinding. Semenyeramkan apa calon suaminya ini?
Saat Zaidan mendongak, dia menatap lekat ke arah Melati dengan mata elangnya. Tentu saja itu membuat Melati semakin takut. Membuat dia berpikir, apa memang dia harus melanjutkan keputusannya ini atau tidak.
"Maju!" Suara bariton itu memerintah, Ares yang melihat Melati hanya diam, langsung menarik tangannya untuk maju dan sejajar dengannya. Zaidan menatap tangan Ares yang memegang tangan Melati dengan mata menyipit. "Untuk apa kau pegang tangannya? Dia tidak bisa jalan sendiri?"
Deg... Ares langsung melepaskan tangannya di pergelangan tangan Melati. Dia menatap Zaidan dengan kening berkerut tajam. Jangan sampai kau mengklaim dia sebagai boneka milikmu sekarang! Dia manusia, hey bodoh! Begitulah kira-kira arti tatapan tajam Ares pada Zaidan.
Namun, Zaidan sama sekali tidak menghiraukan. Dia menerima berkas dari Ares, membukanya dan mulai membaca isi dari berkas itu. Lalu mendongak dan menatap Melati yang sejak tadi hanya diam saja.
"Melati Arunisa, usia 24 tahun. Bekerja sebagai guru honorer di sekolah Taman Kanak-kanak juga bekerja di sebuah salon di Mal xx. Ayahnya meninggal karena kecelakaan. Mempunyai satu orang Adik laki-laki dan tinggal bersama Ibunya. Kau sudah membaca semua peraturan dariku?"
Melati mengangguk dengan cepat, tangannya semakin kuat saling meremas. Keringat dingin membasahi keningnya. Melati hanya menunduk, tidak berani menatap pria di depannya. Auranya benar-benar menakutkan.
"Kau hanya perlu menuruti semua perintahku. Menjadi Istri yang penurut, dan Ibu yang baik untuk anakku. Ares kau teruskan saja semua informasi yang perlu kau beritahukan padanya"
"Sebaiknya bicara sekarang tentang syarat yang ingin kamu berikan" bisik Ares pada Melati.
Melati mengangguk, dia memberanikan diri untuk mendongak. Menatap Zaidan yang terlihat sangat dingin dan pastinya sulit tersentuh.
"Em Tu-tuan, saya ingin mengajukan satu persyaratan" lirih Melati, sungguh melihat langsung tatapannya membuat dia semakin takut untuk berkata. Tapi dia harus melakukan ini sebelum terlambat. "Saya minta agar Tuan tidak menyentuh saya dalam waktu 1 tahun pernikahan kita. Karena Tuan juga tidak mencintai saya, jadi jangan menyentuh saya tanpa dasar cinta"
"Cih, cinta" Zaidan menatap Melati dengan lekat. Tatapan yang dingin dan tajam. "Untuk itu tergantung. Bagaimana kamu bisa menjaga diri kamu sendiri dariku"
Melati langsung mengerjap bingung, apa maksud dari ucapannya itu. Melati menoleh pada Ares dengan bingung, namun pria itu juga tidak bisa memberikan jawaban apapun. Dia malah menarik tangan Melati keluar dari ruangan itu, saat dirasa Zaidan sudah tidak ingin berbicara apapun lagi.
Saat keluar ruangan, Melati merasa udara langsung terasa segar setelah di dalam sana dia hanya merasa sesak. Seolah asupan oksigen tiba-tiba berkurang.
"Kak, apa maksudnya berkata seperti itu? Dia tidak akan menyentuh aku 'kan? Ini hanya pernikahan di atas kontrak, dia tidak mungkin mengambil haknya 'kan Kak?" tanya Melati dengan cemas mengingat ucapan Zaidan tadi.
Ares mengelus kepala Melati dengan lembut. Meski dia berpikir keras arti ucapan Zaidan tadi. Sebenarnya Ares juga sedikit bingung dan takut dengan ucapan Zaidan tadi.
"Sudah kamu tenang saja. Dia hanya mengancam kamu saja. Dia suka melihat seseorang takut padanya. Lagian dia juga tidak mungkin menyentuh kamu, dia masih begitu cinta sama mendiang istrinya"
Tapi apa aku yakin dia tidak akan menyentuh Melati yang polos ini? Aa... Kenapa malah aku yang tidak yakin.
Melati mencoba untuk percaya, dia menganggukkan kepalanya. Lalu mereka pergi ke ruangan Ares. Pria berkacamata yang selalu tahu apa yang Tuannya inginkan. Namun sikapnya yang ramah dan baik, tentu menjadi idola banyak kalangan perempuan.
"Jadi begini Mel, pernikahan kalian akan dilaksanakan sekitar 2 minggu lagi. Kamu jangan berharap pernikahan ini akan tersembunyi seperti kebanyakan pernikahan kontrak lainnya. Pernikahan ini akan tetap terbuka untuk publik, karena alasan Tuan Zaidan mencari istri bayaran, itu karena dia sudah jengah dengan gadis-gadis murahan yang mengejarnya. Dan akan resmi menjadi Nyonya Fernandez. Kamu nikmati gelar itu selama satu tahun ini. Dan kamu hanya perlu menjaga sikap juga merawat anaknya dengan baik. Akhir pekan besok, aku akan jemput kamu untuk bertemu orang tuanya dan juga anaknya. Kamu harus siap"
Melati mengangguk pelan, meski jantungnya berdebar kencang. Bertemu dengan orang tuanya? Bagaimana kalau mereka tidak suka? Ahh.. Pikiran itu terus berputar di kepalanya, membuatnya pusing.
"Kak, orang tuanya tidak tahu tentang pernikahan ini hanya sebuah kontrak?"
Ares menggeleng pelan. "Kamu hanya perlu bilang jika kamu mencintainya saja. Kalau orang tuanya bertanya, berapa lama kalian kenal, jawab saja satu tahun. Oke?"
Melati kembali mengangguk, meski masih sedikit bingung dan takut.
"Semua persiapan pernikahan, kamu tidak perlu repot. Semuanya sudah di urus. Kamu hanya perlu mempersiapkan diri saja, Mel. Dan ini, bukti pelunasan hutang kamu. Dan ini juga untuk biaya kuliah Fattah yang menunggak" ucap Ares sambil menunjukan bukti pembayaran.
Melati mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Akhirnya dia bisa memperbaiki keuangan keluarganya, tapi dengan memberikan tubuhnya untuk dinikahi oleh pria asing.
Ares menepuk bahu Melati, dia menghembuskan nafas kasar. Sebenarnya memang dia juga tidak ingin Melati sampai melakukan ini. Tapi, tidak ada pilihan lain lagi.
"Semoga semuanya berjalan dengan baik. Ini hanya satu tahun, dan kamu pasti bisa, Mel"
"Iya Kak, semoga aku bisa melewati satu tahun ini dengan baik" Dan yang terpenting aku bisa menjaga kehormatan aku, agar aku bisa mengejarmu saat bercerai dengan dia.
Baiklah, awal kehidupan Melati akan benar-benar berubah.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!