Pov( asih)
"Bunda, kalau nanti besar, aku akan menjadi orang hebat!' pekik anak kedua ku bernama Fatih.
"Aku juga, aku akan menjadi orang kaya. Supaya kita bisa makan enak." ucap farida, anak ketiga ku.
"Huh, andai aku anak orang kaya ya. Pasti hidup enak, ga susah seperti ini. Ayah juga kerja nya cuman tukang urut." keluh anak pertama ku bernama Farid.
Mendengar keluhan ketiga anak anak ku, rasanya dada ku terasa sesak. Mereka sering sekali berkhayal tinggi untuk menjadi anak orang kaya. Terkadang ucapan mereka membuat ku merasa tersentil. mereka selalu membandingkan aku dan suami ku, dengan orang yang memiliki banyak uang. Walaupun seperti itu, aku tetap memberikan pengertian kepada mereka. tapi mereka masih anak anak, yang tak tau apa apa. menjadi orang miskin, membuat ku sadar, sering sekali diremehkan oleh orang lain. Memiliki saudara juga, mereka tak pernah membantu keluarga kami. Malahan mereka menjauh, dan sering tak menganggap kamu keluarga.
Selepas itu, suami ku pulang ke rumah, dengan membawa uang 50.000. Kebetulan pak RT setempat, badan nya pegal pegal,dan menyuruh suamiku Farhan untuk mengurut nya. Tentu saja suami ku merasa senang, sebab bisa menambah uang belanja beberapa hari kedepan.
"Ini Bun, ayah dapat 50.000 dari pak RT."
"Alhamdulillah ya yah, bisa buat beberapa hari ke depan. Bisa beli beras, beli tempe, dan tahu." ucap ku dengan senang.
"Maafin ayah ya Bun, cari kerjaan sekarang begitu susah, ayah hanya bisa memberikan uang ini untuk bunda dan anak anak kita. belum bisa bawa mereka untuk makan enak." ucap Farhan yang begitu sedih dengan ekonomi keluarga ini.
"Gpp yah, namanya juga belum rezeki. Ayo bersih bersih dulu, mandi. Terus kita makan malam bersama anak anak ya."
"Iya Bun." ucap suamiku dengan tersenyum tulus.
Tak lama anak pertama ku datang, dengan wajah yang ditekuk masam.
"Ada apa farid?" tanya ku dengan lembut.
"Bun, minta uang dong, buku Farid habis. Farid udah ga ada buku lagi Bu, buat nulis."
mendengar keluhan anak pertama ku, membuat ku tertegun. Dan langsung tersenyum lembut mengelus rambut anak ku Farid dengan penuh kasih sayang.
"Sebentar ya nak, ibu pecahkan uang nya dulu, biar bisa makan malam nanti nya. Ibu tadi di kasih ayah hanya Rp50.000, dan buat belanja nanti. Tunggu ya nak, ibu akan berikan uang kepada Farid untuk beli buku belajar."
"Hum, iya bu. Farid tunggu ya."
"Iya sayang."
Aku juga bukan hanya sekedar ibu rumah tangga, tetapi juga seorang buruh cuci yang sering di panggil oleh para tetangga, untuk mencuci baju.
"Asih! Asih!" panggil Bu Romlah yang merupakan tetangga sebelah rumah ku.
"Eh, Bu Romlah, ada apa Bu?" tanya ku dengan sopan.
"Besok ke rumah ya. Cuci baju ku, seperti biasa. Ini Sekalian bawakan oleh oleh dari jakarta."
"Wah, makasih banyak ya Bu, saya juga kebagian rupanya."
"Tentu saja, kau kan termasuk perkerja ku. Jadi sudah seharusnya dapat Bagian. Yaudah aku balik dulu ya, jangan lupa besok datang ke rumah seperti biasanya."
"Iya Bu, saya akan datang tepat waktu. Makasih banyak ya Bu."
"Iya sama sama."
Setelah kepergian Bu Romlah, aku tersenyum bahagia. melihat oleh oleh pemberian nya. Pasti anak anak ku sangat suka nanti nya.
"Bu, itu apa?" tanya Farida dengan wajah penasaran.
"Ini, dari Bu Romlah nak. Bawa masuk ya. Ibu mau ke kedai dulu."
"Oh, baik Bu. Aku akan bawa masuk."
Bu Romlah begitu baik kepada keluarga ku. Sering sekali dia membantu keluarga kami, padahal tak ada hubungan saudara sedikit pun. Aku beruntung bisa bertemu dengan beliau.
"Wah, banyak sekali oleh oleh dari Bu Romlah ." ucap farida yang langsung kegirangan.
"Wah, enak ya jadi anak nya Bu Romlah. Andai aja aku jadi anak nya. Pasti hidup ku ga susah seperti ini." keluh farid dengan wajah datar nya.
Farhan yang mendengar keluhan putra nya, langsung menghampiri anak anak nya.
"Wah, cokelat nya seperti yang di tv tv kak." ucap farida dengah wajah girang nya.
"Ini untuk ku, untuk kak kak Farid, dan ini untuk Ida." ucap Fatih yang membagi secara adil.
"Wah, anak anak ayah sedang apa ini?" tanya Farhan yang tersenyum dengan tulus nya.
"Lihat ayah, oleh oleh dari Bu Romlah."
"Alhamdulillah. Beliau orang yang baik. Kita berdoa supaya diberikan balasan yang baik juga." ucap Farhan dengan tersenyum tulus.
"Ayah, apa ayah mau?" tanya Ida kepada ayah nya.
"Tidak sayang, untuk Ida saja. Dan anak anak ayah, pasti kurang."
"Yah, kapan sih ayah kerja. Kalau aja kita banyak uang, pasti hidup kita ga kesulitan seperti ini." keluh farid dengan cemberut.
"Nak, semua rezeki udah ada yang atur. Jangan mengeluh terus menerus ya. Tidak baik, syukuri apa yang ada. Di luar sana masih banyak yang tak bisa makan." ucap Farhan dengan penuh kasih sayang berusaha membuat anak nya tetap bersabar dan tetap rendah hati.
Mendengar ucapan ayah nya, membuat Farid menghela nafas berat nya. "Ayah selalu begitu, Farid sering kok sabar, tapi tetap aja teman teman menjauh, mereka bilang Farid anak orang miskin. Farid cape ya. Andai aja Farid anak Bu Romlah, pasti lebih bahagia hidup nya. Ga sengsara terus Seperti ini." keluh bocah itu dengan tatapan menyalang nya.
Aku yang baru saja pulang dari warung pun kaget mendengar ucapan tinggi dari anak pertama ku.
"astagfirullah Farid, istigfar kamu!" bentak ku dengan tatapan tajam nya.
Farhan menghela nafas berat nya. Dia tau, pasti anak nya sudah lelah di jauhin teman teman sebaya. Tapi dia tak memiliki uang yang banyak. Ini salah nya, dan menatap Farid dengan wajah yang sendu.
"Bun, jangan marah marah ya. mereka masih kecil, belum mengerti apapun." ucap Farhan yang menasihati ku dengan penuh kelembutan.
"Tapi dia sudah keterlaluan yah, masih kecil, tapi bertindak kurang ajar kepada orang tua. Farid, dengarkan bunda, kalau kamu banyak mengeluh seperti ini, kamu akan dipenuhi rasa iri, dan rasa dengki kepada orang lain nak. Ga baik bersifat seperti itu nak." ucap ku dengan menahan emosi, dan memberikan pengertian.
Farid hanya terdiam, dan memandang ku dengan datar, aku hanya bisa berusaha tetap sabar dan bersyukur apapun yang terjadi hari ini, pasti ada hikmah nya masing masing. Aku percaya dengan kebaikan sang pencipta yang tak akan pernah tidur.
"Farid cape, mau tidur aja." ucap nya yang langsung beranjak pergi dari ruangan kecil itu.
Ida dan juga Fatih, hanya diam sambil memakan coklat pemberian dari Bu Romlah tadi. mereka belum mengerti apapun. Hanya merasa takut, saat ibu nya meninggikan suara .
"Ida, Fatih, masuk ke kamar ya. bunda akan buatkan makan malam dulu." ucap ku dengan penuh kelembutan. aku merasa bersalah tadi, pasti Farid sakit hati, karena aku membentaknya.
"Hahaha, sepatu nya bolong." ejek teman teman farid dengan penuh hinaan.
Farid hanya diam menunduk tak berani melawan. Tapi tangan nya mengepal.
"Dasar anak orang miskin, sana kerjakan tugas ku. Kau pasti butuh uang kan?" ejek Rio yang merupakan anak kepala desa.
dengan patuh, Farid mengerjakan tugas tugas nya, Rio. karena memang otak Farid cerdas dalam pelajaran.
"Sudah belum, lama sekali." keluh Rio yang merasa tak sabar. karena takut guru tau karena dia tak siap pr sekolah.
"Belum, tunggu sebentar." ucap Farid dengan berusaha tetap sabar dan berusaha cepat menyelesaikan tugas nya Rio.
"Sudah." ucap Farid dengan wajah datar nya.
"Bagus, ini bayaran mu. Aku berikan 10.000 hari ini, baik kan aku." ucap nya dengan penuh kesombongan.
walaupun sering di hina oleh Rio, tapi bocah itu sering memberi nya uang dan lumayan untuk di tabung, agar bisa lanjut ke sekolah yang lebih tinggi lagi.
Farid hanya diam, dan mengambil uang itu, karena sangat lumayan untuk bisa jajan hari ini.
Sedangkan di rumah Bu Romlah, asih sibuk mencuci baju baju milik keluarga bu Romlah dengan penuh kesabaran. Bu Romlah sangat baik kepada nya, sering menyediakan sarapan untuk asih sebelum bekerja.
"Ni sarapan sih, saya belikan tadi di warung depan. Di makan ya." ucap Bu Romlah dengan ramah nya.
"Bu Romlah, boleh asih bawa pulang?" tanya ku dengan penuh harap. Karena Ida pasti suka melihat makanan ini.
"Ya boleh, bawa lah. Tapi asih udah Sarapan belum?" tanya nya dengan heran.
"Asih bisa sarapan di rumah Bu."
"oh, yaudah saya pergi dulu ya. Tolong jaga rumah."
"Baik Bu." ucap asih dengan patuh.
Fatih dan juga Farida itu anak kembar, Mereka hanya beda 10 menit saja saat lahir. Fatih anak kedua, dan farida anak terakhir. Sehingga saat ini usai mereka masih 6 tahun lebih. Asih Ingin mendaftarkan mereka bersekolah, tapi belum memiliki uang yang cukup.
Setelah selesai mencuci, aku pulang membawa sarapan tadi, untuk Fatih, dan juga Ida, yang saat ini menunggu nya di rumah.
"Wah, bunda sudah pulang. bawa apa itu Bun?" tanya Fatih dengan penuh semangat.
"Bunda bawakan sarapan dari Bu Romlah. Ayo kalian makan berdua. Berbagi dengan ida ya nak." ucap asih yang selalu mengajarkan anak nya berbagai.
"Baik bunda."
asih merasa bersyukur diberikan rezeki lebih hari ini. semoga saja rezeki nya terus mengalir dan diberikan kesehatan untuk nya dan juga suami nya. untuk melihat anak anak nya, bisa tumbuh sukses di masa depan.
saat asih ingin beristirahat menuju kamar, tak lama pak RT datang ke rumah nya dengan tergesa-gesa.
"Asih! Asih! lihat si Farhan terjatuh di senggol motor tadi." teriak pak RT yang memberitahu ku.
"Astagfirullah, di mana saat ini, suami ku pak RT?" tanya ku dengan tatapan berkaca kaca.
"di puskesmas, untung saja tak apa apa. Hanya kaki nya yang terluka cukup parah."
"Astagfirullah, ya Allah. Fatih, Ida kalian tetap di rumah ya nak. bunda liat kondisi ayah dulu."
"Iya Bun." ucap mereka dengan patuh nya.
asih langsung berlari tergesa-gesa, dan tak memikirkan apapun lagi. Dia merasa sedikit cemas, dan takut saat ini. Hatinya begitu sakit, dan begitu panik.
Sesampainya di puskesmas, asih langsung menghampirinya. terlihat suaminya yang sedang tertidur di ranjang puskemas.
"Ya Allah yah. Apa yang terjadi?" tanya asih dengan penuh kesedihan. dan air mata nya mengalir begitu saja.
"Maafin ayah ya Bun, ayah ga hati hati tadi. Ayah buru buru pergi ke tempat pelanggan, tapi ternyata ayah merasa pusing. Karena tak sarapan pagi. Dan tanpa sengaja mang Ujang menyenggol ayah dari belakang." ugal Farhan yang menjelaskan kepada istri nya.
Mendengar ucapan suaminya, membuat asih begitu terpukul. Suami nya sering tak sarapan di rumah. Dan lebih memilih mengalah dengan putra pertama nya. karena setiap hari Farid selalu membawa bekal. asih ingin menyiapkan sarapan yang banyak. Tapi tak cukup, karena nasi nya tak cukup.
"Astagfirullah ayah, sebentar ya. bunda tanya dulu sama petugas nya." ucap asih yang langsung menghapus air mata nya. Dia merasa bersalah. Suami nya pasti kelaparan saat berangkat bekerja. Tapi Farhan selalu berusaha menutupinya, karena lebih memilih perut anak nya dan juga istri nya yang makan terlebih dahulu, baru setelah itu dia.
"Bagaimana kondisi suamiku sus?" tanya asih dengan raut wajah yang begitu cemas.
"Kaki nya mengalami patah kaki Bu, harus diberikan penanganan medis rumah sakit besar. Kami kekurangan alat alat nya Bu."
"Astagfirullah, suster, apakah kalau tidak ditindaklanjuti kondisi suamiku akan jadi semakin parah ya sus?" tanya nya dengan penuh rasa takut.
"Kami hanya bisa memberikan penanganan ringan saja Bu, kalau tidak ditindaklanjuti, bisa mengalami kelumpuhan pada saraf kaki nya Bu. Sebaiknya, segera di rujuk ke rumah sakit, agar kondisi nya tak fatal. Dan bisa ditangani oleh dokter yang ahli, karena bisa diberikan gips di bagian kaki yang patah."
"Astagfirullah, dari mana aku mendapatkan uang?" ucap asih dengan penuh sesak di hati nya saat ini. Suaminya terbaring sakit di ranjang, dan harus melakukan operasi di bagian kaki nya. Dari mana dia mendapatkan uang untuk itu. Jangan kan punya uang, sudah bisa makan saja sudah bersyukur.
5 hari kemudian....
Farhan sudah di perbolehkan pulang, tapi kaki nya tak bisa dipaksakan untuk bisa bergerak bebas seperti dulu lagi. Asih akhirnya memilih untuk tetap membiarkan kondisi kaki suaminya Seperti itu, karena tak memiliki uang yang cukup untuk melakukan operasi di rumah sakit besar.
"Gpp Bun, ayah udah baikan. Jangan khawatir ya." ucap Farhan yang menenangkan istri nya yang masih menangis tersedu seduh.
"Bunda minta maaf ya yah. Ga bisa mengusahakan untuk pinjam ke saudara saudara kita. mereka tak ingin menolong sama sekali yah. Ayah harus mengalami kelumpuhan seperti ini." ucap asih dengan mata yang berkaca kaca. sendu dan sakit dirasakan oleh asih saat ini. Tak bisa menjadi istri yang baik, untuk suaminya.
Mendengar ucapan yang membuat nya merasa sakit hati, Farhan berusaha membujuk istri nya, untuk yak menyalahkan diri sendiri. Ini semua adalah cobaan dari sang pencipta. Dia sudah ikhlas dengan kondisi nya saat ini.
"Maafin ayah ya Bun, bunda ga salah sama sekali. Maafin ayah yang sudah banyak merepotkan bunda. Gara gara menikah dengan ayah, bunda menjadi hidup kesusahan, dan kekurangan seperti ini."
Kedua nya Sama sama menangis saat menuju perjalanan pulang. Sedih rasanya melihat kondisi kaki suaminya yang tak bisa berjalan normal. Pihak puskesmas, hanya bisa mengobati sebisa mungkin saja.
1 tahun kemudian....
Kondisi kaki nya Farhan masih tetap seperti itu. Dia tak bisa mencari nafkah, dan sekarang hanya bisa mengandalkan istri nya saja. Rasa bersalah tiap hari selalu tersimpan di hati nya. istrinya yang rela mencari nafkah, membuat nya merasa tak berguna saat ini.
Kalau ada yang minta diurut, para tetangga biasanya datang ke rumah nya asih dan Farhan. karena tau kondisi Farhan yang tak bisa berjalan normal, mereka yang menjadi pelanggan setia nya, tetap sering berkunjung. dan meminta urut kepada Farhan.
"Enak sekali loh, pijatan pak Farhan ini, badan badan saya yang pegal. Sudah baik, dan Alhamdulillah menjadi lebih ringan." puji ketua RT dengan bersemangat.
"Alhamdulillah, makasih ya pak. Masih tetap percaya dengan pijatan saya. Bisa membantu istri saya untuk bisa makan nanti."
"Pak Farhan ini orang yang baik, saya senang bisa bertemu dengan bapak loh, oh ya ini upah nya." ucap pak RT yang memberikan 100.000, kepada Farhan saat ini.
"Loh, pak RT, ini kebanyakan."
"Ya gpp pak Farhan, terima saja. rezeki kamu hari ini."
"Makasih ya pak, makasih udah baik banget Dengan keluarga saya."
"Sama sama, saya pamit dulu ya. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam. Alhamdulillah, terima kasih untuk rezeki hari ini ya Allah."
setelah itu, pak RT berpamitan pulang ke rumah nya. Badan badannya yang sempat pegal tadi, kini sudah menjadi lebih baik. semua itu berkat pak Farhan yang sudah memijat nya dengan sangat baik.
Pengobatan kampung yang sering orang orang bilang kepada asih. Untuk membawa suaminya Farhan ke tempat mbah nah. Tapi asih belum bisa membawa suaminya ke Sana. karena biaya nya juga mahal sekitar 1 jutaan. katanya sih di jamin sembuh.
"Bu asih, coba saja datangi ke rumah Mbah nah itu, katanya bisa buat kaki nya pak Farhan sembuh."
"Iya Bu, saya lagi berusaha mengumpulkan uang nya. Semoga bisa tercapai ya Bu, Alhamdulillah, orderan kue kue kering nya banyak yang suka. Saya senang bisa berusaha untuk bisa membawa suami saya pergi untuk berobat ke sana."
"Saya doain, supaya cepat terkumpul ya Bu, uang nya."
"Amin." ucap asih dengan tersenyum tipis melihat doa doa mereka yang selalu ramah kepada nya.
para tetangga nya, cukup ramah, sehingga membuat asih merasa beruntung bisa kenal Mereka dengan baik.
Saat Farhan, ingin segera ke kamar mandi, dia berusaha bangkit menggunakan tongkat kayu, berjalan pelan pelan, dan berhati hati. Tapi siapa sangka, lantai nya licin, karena Farid melakukan eksperimen menggunakan air di sana.
"Argh.....burgh..."
Farid yang sedang bermain ikan ikan di dalam botol kaget mendengar suara jatuh dari arah dapur kecil nya.
"Ayah!" pekik nya dengan teriak ketakutan, saat melihat ayah nya terjatuh di sana.
"Ayah! Ayah! Bangun ayah."
"Bunda!" teriak nya dengan suara keras.
Adik kembar nya terbangun, dan langsung menghampiri kakak nya yang menjerit di belakang dapur.
"Kakak!" Ayah!" hiks..... Ayah, kenapa kak?" tanya Fatih yang menangis sedih, saat melihat ayah nya terbaring di lantai.
"cepat panggil bunda dek, ayah jatuh." ucap Farid dengan tatapan ketakutan. karena memang ini salah nya. dia yang menyebabkan lantai nya menjadi becek, karena bermain dengan ikan ikan laga yang baru saja di beli nya, saat pulang sekolah.
Fatih langsung beranjak keluar, dan mencari bundanya saat ini.
"Ida, tolong ambilkan kain untuk mengelap becek disini." ucap nya kepada adik perempuan nya itu.
"Baik kakak."
"Ayah, ayah bangun yah. maafin Farid ayah."
Fatih tergesa-gesa menuju ke arah warung tempat ibunya sering belanja di sana. Karena memang ibu nya menjual kue kue kering, untuk bisa makan sehari-hari.
"bunda! bunda!" hiks.... Ayah, bunda."
"Fatih, ada apa nak, kenapa menangis?" tanya asih yang kaget melihat putra nya menangis tersedu seduh.
"Ayah jatuh bunda. Hiks.... Ayah tak sadarkan diri."
"Astagfirullah." gumam nya yang langsung berlari pulang sambil menggenggam tangan fatih.
Beberapa tangga yang mendengar langsung ikut melihat nya. Mereka begitu kasihan melihat asih yang bekerja keras, demi anak dan suaminya bisa makan. Asih dan Farhan sangat baik, dan sopan kepada mereka. Itulah sebabnya, mereka sering membantu wanita itu. apalagi Mereka juga suka, dengan kue kue buatan asih saat ini.
"Hiks..... Ayah, bangun ayah." pekik farid yang mengecek ayah nya itu.
Tapi Farhan tak mengatakan apapun, bahkan nafas nya saja sudah tak terdengar lagi. Farid sangat panik, sekaligus merasa bersalah saat ini. Kalau saja dia tak menyebabkan lantai menjadi becek tadi, pasti ayah nya akan baik baik saja.
"Ayah! ayah! Bangun." pekik Ida yang juga menangis tersedu seduh saat ini.
"Ayah!" pekik asih dengan wajah cemas dan langsung memeluk suaminya itu.
"Ayah, bangun yah. Ini bunda, ayah." ucap nya dengan tubuh yang bergetar ketakutan. Apalagi tubuh suami nya sudah terlihat dingin, dan wajah nya begitu pucat pasi.
"Farid, ayah kenapa nak. kenapa ayah bisa sampai terjatuh?" tanya asih dengan bibir yang bergetar ketakutan, bahkan tangis nya mulai terdengar tersedu seduh.
"Bunda, Ayah tadi jatuh saat ingin ke toilet. Farid ga tau tadi kalau ayah pengen ke toilet." ucap bocah itu dengan penuh bersalah.
Pak RT dan beberapa bapak bapak lainnya langsung masuk ke dalam, karena mendengar berita tentang pak Farhan yang terjatuh di kamar mandi.
"Asih, minggir lah dulu, biar saya dan bapak bapak yang mengangkat beliau ke ruang tamu."
"Makasih pak RT." ucap asih dengan tatapan ketakutan, dan tangan yang bergetar.
"Bunda, ayah baik baik saja kan?" tanya Fatih dengan mata yang sembab.
"Kita berdoa ya nak. Doakan ayah agar cepat sembuh." ucap asih dengan penuh kelembutan, sekaligus merasa takut, dengan firasat yang akan terjadi.
Pak RT yang merasa aneh pun, langsung mengecek kondisi pak Farhan, apalagi tubuh beliau sangat dingin, sehingga dia merasakan firasat yang buruk.
"Innalillahi wainailaihi rojiun." ucap pak RT dengan tatapan sendu nya, saat pak Farhan sudah tak bernafas.
Mendengar ucapan pak RT, membuat asih terpaku, dan tertegun seketika.
"Pak, apa maksud nya. jangan mengatakan sembarangan!" pekik asih dengan tangis yang pecah.
"Pak Farhan sudah tiada Bu asih. saya turut berduka cita." ucap nya dengan penuh rasa sedih. karena dia baru bertemu dengan mendiang beberapa menit yang lalu. Tapi sekarang pak Farhan sudah tiada, dan membuat nya begitu sedih.
"bapak bapak, tolong sampaikan kepada tetangga yang lainnya untuk berbelasungkawa, ke rumah Bu asih." ucap pak RT kepada bapak bapak tadi.
"Baik pak RT."
Asih langsung berjongkok dan memeluk erat tubuh suaminya. Bagaimana bisa dia menjalani hidup nya setelah ini. rasanya sangat tak adil. Dunia nya, seakan berhentikan berdetak.
"Hiks.... Suamiku, bangun lah. Kenapa kau pura pura meninggalkan ku, suamiku.....hiks.... Bangun lah mas, jangan tinggalkan aku dan anak anak."
"Hiks....ayah, jangn pergi ayah!" pekik Ida dengan penuh tangisan yang menyayat hati.
"Ayah....hiks.....Farid minta maaf ayah, jangan tinggalkan kami."
"Ayah, kenapa ayah tinggalkan Fatih, ayah hiks.... bangun ayah, nanti Fatih ga punya ayah lagi."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!