NovelToon NovelToon

Misteri Danau Selendang Merah

Bab 1. Selendang merah

Paijo mengayuh sampan nya memasuki danau yang sangat sepi sekali kalau malam, padahal pemandangan nya sangat indah dan ada juga kursi yang di pasang pada pinggiran danau. cuma malam Minggu saja para pasangan duduk di sana untuk pacaran, kalau malam biasa begini tidak akan ada orang satu pun yang duduk.

"Sepi sekali, semoga dapat banyak lah jaring ku." batin Paijo yang niat mencari ikan.

Byuuuur.

Jaring ikan di lemparkan pada dalam danau untuk menangkap apa saja yang ada di sana, Paijo menunggu sekitar satu menit dan kemudian di ambil nya lagi naik keatas. agak berat karena memang butuh tenaga saat menarik, bisa saja banyak ikan yang datang.

"Yah kosong, apa bagian sini jarang ikan nya ya?" gumam Paijo agak kecewa.

"Sekali lagi lah, kalau tidak ada di sini baru aku kearah sana." ujar Paijo lagi yang cuma sendirian.

Padahal gelap sekali bagian yang mau di tuju nya itu, tapi perahu Paijo ada lampu yang di gantung, lampu petromax sehingga tidak akan mati walau di tiup angin karena ada kaca yang menghalangi. sengaja di gantung sehingga kalau ada orang lain, maka langsung akan tau bahwa ada teman lah yang ikut mencari ikan juga di kawasan danau sepi dan juga sejuk ini.

Byuuuurr.

Lagi jaring ikan Paijo masuk di dalam danau untuk memburu ikan, tapi saat di angkat memang sama sekali tidak ada ikan nya satu pun yang ikut. cuma ada sampah daun kering saja, Paijo menarik nafas berat karena agak jengkel juga setelah dua kali tidak dapat juga ikan dari danau.

"Ya Allah aku mencarikan ikan untuk Emak, tapi malah tidak dapat pula ikan nya." keluh Paijo.

"Aku kearah sana lah berarti, semoga saja tidak ada apa apa di sana! tapi memang tidak ada kok buaya selama ini, semoga aku dapat lah walau cuma lima." batin Paijo berusaha membuat hati nya yakin.

Memang selama ini tidak pernah ada kabar tentang buaya yang ada di danau ini, bahkan seperti ular besar juga tidak ada sehingga Paijo merasa aman. tapi yang mau dia datangi ini agak masuk di rawa, konon di sana banyak udang tapi jarang ada orang mau masuk karena suasana yang sangat seram.

Mungkin karena banyak pohon melengkung sehingga menutupi gang kecil berair itu, jadi memang sangat seram kalau malam. tapi kalau siang sangat indah dan dingin, banyak orang datang untuk cari ikan juga di bagian yang cuma seperti aliran air namun dalam juga sehingga perahu pun bisa berjalan di sana.

Byuuuurr.

"Bismillah Ya Allah!" Paijo berkata agak keras.

"Emak pun ada ada saja, ikan pasar tidak mau." keluh Paijo karena memang Emak nya sedang sakit sehingga suka minta macam macam.

"Alhamdulillah, ya Allah banyak nya ikan ini!" Paijo bersorak senang melihat jaring nya penuh ikan berukuran besar besar sekali di dalam jaring itu.

"Hahaaaa rezeki anak Sholeh ini, alhamdulilah dalah banyak loh!" Paijo segera mengambil ikan ikan itu.

"Emak pasti senang, ini ngasih tetangga juga bisa lah." batin Paijo yang jadi semakin girang.

Tapi ketika dia sedang mengambil ikan ikan itu, tanpa sengaja dia melihat kilatan lampu yang agak jauh sekitar tiga meter. Paijo mengira itu orang yang sedang mencari ikan juga, rasa merinding ini hilang karena merasa ada teman.

"Aku masuk lagi lah, kalau tambah banyak maka akan ku jual nanti di pasar." batin Paijo.

"Tidak usah, pulang lah saja." sisi lain hati Paijo seolah melarang dia untuk mendatangi cahaya itu.

Paijo bimbang untuk mengambil keputusan yang mana, jadi dia diam sesaat. kepikiran antara pulang saja atau tambah masuk kedalam sana, tapi akhir nya dia memilih untuk pergi mendekati orang yang di pikir nya sedang mencari ikan juga, memang kelihatan ada sampan yang mengambang di sana sehingga hati Paijo lega.

"Loh kok tidak ada orang nya, kemana orang nya ini?" batin Paijo karena sampan ini tidak ada orang nya.

Di lihat kanan kiri untuk memastikan apa kah orang nya ada atau tidak, tapi di atas sampan itu ada segelas kopi yang nampak masih hangat lah. Paijo merasa mungkin saja orang ini sedang menyelam, jadi dia mengabaikan dan malah menurunkan jaring nya lagi untuk menangkap ikan.

"Berani juga orang ini malam malam menyelam." batin Paijo melirik kanan kiri.

"Atau dia dua orang kali ya, ah ku tunggu lah sambil cari ikan juga!" Paijo mengangkat jaring nya dan kali ini penuh dengan udang.

"Wah rezeki nomplok lah ini, ku jual dapat uang banyak aku nanti di pasar!" girang Paijo lupa dengan rasa takut nya.

Saat akan menurun kan jaring untuk yang ketiga kali nya, malah muncul dari dalam air selendang berwarna merah pekat seperti darah. Paijo agak kaget tapi mengira mungkin saja ini milik orang yang sedang menyelam itu, dari pada nanti nyangkut di jaring maka Paijo berniat mengambil nya.

"Selendang apa ini?" Paijo pun berusaha untuk menarik.

"Eh kok tersangkut, apa lagi di pakai orang nya ya!" kaget Paijo karena dia tidak kuat mau menarik selendang itu dari dalam air.

"Astaga, loh kok berat sekali." Paijo membelitkan di tangan agar kuat maksud nya saat menarik selendang ini.

"Aaaahhhh, berat nya!" Paijo mengerang dan terus berusaha untuk menarik.

Karena tak kunjung bisa dan ingin menyerah saja, maka Paijo pun berniat untuk melepaskan selendang itu dan dia bisa pindah agak kesebelah sini. sayang nya sekarang malah selendang itu yang tidak mau melepaskan Paijo, justru tubuh Paijo semakin terseret masuk kedalam air.

"Ah apa ini? apa ada seseorang di dalam sana!" panik Paijo terus berusaha membuka nya.

"Hei jangan tarik aku, nanti aku bisa tenggelam di sini." teriak Paijo berusaha untuk memberi tahu.

Wuusssh.

Wuussssh.

Bersamaan dengan itu pula angin sangat kencang meniup kawasan ini, daun daung bergoyang kencang dan ada bunyi bunyi yang menurut Paijo agak aneh juga. kali ini dia sudah sangat ketakutan, tapi selendang merah tetap menarik nya masuk kedalam air.

Byuuur.

"Aaah!" Paijo berteriak karena tubuh nya sudah masuk di dalam air.

Selendang merah seolah berubah menjadi sangat panjang dan terus membelit tubuh nya Paijo hingga pria ini sama sekali tidak bisa bergerak, tangan nya di bungkus rapi sehingga sudah pasti tenggelam karena mau berenang saja tidak bisa. Paijo ingin berteriak, namun apa yang di dalam air itu sudah sangat menakutkan sekali sehingga lidah pun kelu.

Hallo hallo sayang ku, yang ini baru up juga ya tapi ini up santai.

Bab 2. Mencari Paijo

Mak Roh gelisah menunggu anak nya sejak tadi malam yang tak kunjung pulang kerumah, padahal ini sudah jam tujuh pagi dan bila memang pulang maka pasti nya sudah pulang lah kerumah. tapi ini sama sekali tidak muncul batang hidung nya, membuat Mak Roh cepat lah akan sangat anak yang tidak ada kabar.

Ia sedang sakit stroke dan hanya Paijo dan juga Ana yang mengurus diri nya di rumah ini, untung nya mereka punya kebun sawit sehingga bisa di jadikan sumber makanan mereka. kalau tidak punya sawit maka sudah pasti Paijo akan pontang panting mencari makan untuk mereka berdua, untung nya juga Ana sudah kerja walau cuma di toko pet shop.

"Ana, tolong lihat Mas mu di danau lah." suruh Mak Roh.

"Aduh ini udah mau jam delapan, Mak! tapi ya sudah lah aku nanti bilang saja kalau ada urusan jadi nya telat." Ana yang sudah sia siap jadi agak kesal juga.

"Tolong ya, nduk." pinta Mak Roh lembut.

"Iya, Mak tenang saja biar aku yang cari lah." Ana berucap pelan agar Emak nya tidak sedih pula.

Mak Roh pun lega karena anak bungsu nya mau di suruh, lagi pula masih ada satu jam lagi sehingga bisa untuk mencari Paijo yang masih entah di mana. Ana segera menghidupkan motor menuju danau tempat biasa orang orang mencari ikan, mungkin saja saudara nya masih ada di sana.

"Eh Pakde, apa lihat Mas Paijo tadi?" Ana segera turun dari motor.

"Paijo, apa Paijo cari ikan juga?" tanya Pakde Mus.

"Iya, tadi malam dia berangkat sekitar jam delapan lah dari rumah." angguk Ana.

"Pakde Ndak ketemu sama Paijo, Nduk! coba tanya sama yang lain." suruh Pakde Mus pula.

"Terima kasih ya, Pakde." Ana sangat sopan sehingga banyak yang suka pada nya.

Pakde Mus mengangguk sambil tersenyum, dalam hati nya dia semakin yakin untuk meminang gadis ini untuk putra nya. selain cantik Ana juga sangat sopan, dia rajin dan tidak pernah bicara kasar walau bersama teman teman nya.

Sampan nya Paijo juga tidak ada di sana yang berarti dia memang belum pulang, Ana mulai cemas juga karena para pencari ikan yang lain sudah pada pulang. bahkan ini terlalu siang, jadi rasa nya aneh saja kalau sampai siang begini tak kunjung pulang kerumah.

"Ya Allah semoga tidak ada apa apa sama Ma Paijo." harap Ana dengan tangan yang mulai gemetar.

"Na, kok kamu di sini?" tegur Naldi.

"Aku cari ini Mas Paijo ini loh, Mas." jawab Ana segera menoleh.

"Mas Paijo cari ikan juga? tapi enggak ada ketemu sama aku." jawab Naldi pelan.

"Enggak ketemu ya? kok sampai jam segini dia tidak pulang." keluh Ana sangat tidak nyaman.

"Mau cari di danau atau mau kerja kamu nya?" tanya Naldi yang baru mencari ikan juga.

"Tapi Mas Naldi mau menjual ikan ikan itu, nanti busuk pula." ujar Ana.

Naldi segera turun dari sampan nya dulu dan menghubungi adik nya untuk mengambil ikan ikan ini lalu di bawa lah ke pasar, dia ingin menemani Ana yang mau mencari Paijo, jujur saja kalau Naldi memang ada rasa dengan gadis cantik berkulit hitam manis ini.

"Mas bongkar dulu ikan nya ya, nanti baru kita cari." ucap Naldi.

"Maaf ya jadi merepotkan kamu, Mas." Ana agak sungkan.

"Tidak apa apa, itu Fajar sudah datang kok." Naldi tersenyum manis.

"Ayo mana ikan nya? memang kalian mau kemana sih." Fajar jadi kepo pula sekarang.

"Mas Paijo hilang, Jar." jawab Ana pelan.

Fajar mengangguk sambil menatap arah danau yang tenang itu, Naldi sendiri segera membongkar ikan ikan dan di masukan kedalam gerobak yang di bawa oleh Fajar. ikan ikan ini kalau terlambat nanti malah tidak bisa mau di jual, karena orang orang mau yang fresh.

Lalu Naldi dan Ana segera mencari di mana saat ini Paijo berada, rasa nya tidak mungkin pula bila jam segini tapi masih sibuk mencari ikan di danau saja. tidak ada yang mencari ikan sampai siang, sebab itu tidak membuahkan hasil sama sekali hanya akan kepanasan saja karena matahari sangat lah terik.

Sampan nya Naldi mulai menyusuri danau untuk mencari di mana sampan Paijo berada, kalau ada sampan nya maka sudah pasti akan ada orang nya juga. Naldi sebenar nya tidak seberapa cemas, sebab tidak ada buaya di danau ini sehingga tidak mungkin lah ada pemangsa yang siap membunuh atau pun Paijo mati tenggelam.

"Mas Paijo bisa berenang kan ya, Na?" tanya Naldi.

"Bisa kok, Mas." angguk Ana yakin karena dia pernah melihat nya.

"Di mana ya dia, sampan nya juga tidak kelihatan masih." gumam Naldi.

"Mas, di danau ini tidak ada buaya nya kan?" tanya Ana yang cemas sendiri.

"Kata nya sih tidak ada, memang belum pernah ada yang melihat kok." jawab Naldi pelan karena pamali mau bicara soal hewan buas di air begini.

Ana menarik nafas berat sambil mata nya mengedar kemana mana untuk mencari Paijo, hingga kemudian saat di lorong yang sama sekali tidak pernah di masuki oleh para pencari ikan. mata Ana melihat sampan, walau tidak pasti itu sampan siapa, namun setidak nya bisa di lihat dulu.

"Mas itu ada sampan di sana!" tunjuk Ana pada Naldi.

"Eh kok iya! ya sudah mari kita lihat dulu kesana." angguk Naldi setuju.

"Wih adem sekali ya karena pohon pohon nya melengkung." gumam Ana kagum juga melihat pemandangan sini.

"Bagus kan, maka nya kadang orang kota pengen main di sini." jelas Naldi.

"Iya bagus sekali, adem dan nyaman lorong ini." angguk Ana sambil tersenyum.

Naldi sendiri juga merasa sangat bahagia, karena dia akhir nya merasakan bagai mana jalan berdua dengan gadis yang ia sukai, walau saat ini perjalanan karena mau mencari saudara nya yang mendadak hilang saat sedang mencari ikan di sini.

"Tidak ada orang nya itu." ujar Naldi saat dekat dengan sampan.

"Itu sampan nya Mas Paijo, lihat lah ada tulisan nama dia di badan perahu." tunjuk Ana.

"Loh kemana orang nya, kenapa cuma ada sampah nya saja?" Naldi menatap kesana kemari.

"Maaaaas!" Ana berteriak karena tidak melihat Paijo ada di mana.

Dua orang ini saling berteriak satu sama lain, tidak ada yang melihat bahwa sebenar nya tidak jauh dari tempat mereka berada, tubuh Paijo mengambang di atas air. tapi karena agak tertutup rumput dan sampah sampah, maka nya mereka tidak melihat itu.

Selamat pagi besty, jangan lupa di like ya walau yang ini up santai.

Bab 3. Arya turun tangan

"Di mana? kau yang benar kalau ngomong!" kaget Pak RT.

"Benar, Pak! sekarang adik nya lagi sibuk mencari bersama dengan Naldi juga di danau sana." jelas Tamrin.

"Apa dia tenggelam ya?" Pak RT memakai sandal dan segera berlari menuju danau setelah dapat laporan bahwa Paijo hilang.

"Sampan nya ada di danau itu, tapi orang nya tidak ada." jawab Tamrin merinding.

Pak RT sampai terengah engah karena bisa di bilang sudah agak tua juga dia, karena panik saja tadi maka nya tidak pakai motor. padahal jarak nya juga lumayan jauh lah kalau jalan kaki, tapi karena panik dan buru buru sehingga tidak kepikiran untuk menemukan motor nya dulu.

Tamrin juga mau tak mau ikut lari mengiringi Pak RT, keadaan danau sudah sangat ramai karena kabar hilang nya Paijo sudah menyebar kemana mana sehingga semua orang pun jadi tau dan ikut mencari. kawasan lorong yang memang jarang di datangi itu terlihat ramai, sebab mereka mulai merasakan curiga mayat nya ada di sana.

Dugaan nya pasti meninggal karena tenggelam ini, namun Ana tetap kekeh mengatakan kalau Paijo pintar berenang jadi tidak mungkin pula bisa tenggelam dan hilang begini. semua nya panik dan ada beberapa mengatakan kalau ini ulah nya mahluk halus, Pak RT pun menyuruh mereka memanggil Arya atau Purnama.

"Aku yang panggil." Tamrin segera menghidupkan motor.

"Ayo tolong di cari dulu, siapa yang punya sampan tolong ikut cari." pinta Pak RT menyuruh warga nya.

"Tim sar sudah turun tangan kok, Pak." Eko yang sebagai polisi sudah menangani kasus ini.

"Mudah mudahan ketemu dan Paijo selamat." harap Pak RT pelan.

Sampan yang turun sudah ada sekitar lima belas milik nya para warga yang ada di sini, mereka ikut mencari karena kasihan melihat Ana yang histeris tidak mau diam akibat takut bila saudara nya sampai kenapa napa, sebab pergi nya ada tapi orang nya malah entah kemana.

"Ya Allah tolong temukan Mas Paijo." Ana menangis di pinggir danau.

"Beri minum dulu, Di." suruh Pak RT pada Naldi.

"Ini, ayo minum dulu agar kamu bisa tenang dan kita lanjut cari ya." bujuk Naldi lembut.

"Bagai mana? maaf saya telat karena ada rekapan di kantor tadi." Pak Lurah datang tergesa gesa.

"Sampan nya ada di lorong itu, tapi orang nya tidak ada, Yah." jelas Naldi menatap Ayah nya.

"Loh tidak mungkin tenggelam kan, Paijo bisa renang kok seperti nya." Pak Lurah juga tidak percaya kalau Paijo tenggelam.

"Minum ya, ayo kita cari lagi kalau kamu tidak tenang." ajak Naldi lembut.

Ana begitu nelangsa karena pikiran dia sudah kemana mana, memikirkan bahwa saudara nya sampai hilang karena mau mencarikan ikan untuk Emak. entah bagai mana nanti perasaan Mak Roh apa bila tau putra pertama nya hilang, sudah pasti dia akan di landa rasa penyesalan yang amat sangat besar karena sudah minta ikan segala.

Pikiran Ana kesana sehingga rasa sedih seolah berkali kali lipat dalam hati nya, tidak bisa mau diam menahan air mata yang terus terusan keluar. sebab dia sudah membayangkan penderitaan Paijo, pasti nya sangat menderita apa bila memang tenggelam dan sampai tidak bisa bernafas di dalam air.

"Di sini hilang nya, Mas." Tamrin datang membawa Arya.

"Eh aura apa ini kok sangat kencang sekali?!" kaget Arya begitu datang.

"Tolong di cari ya, Mas! kasihan adik nya itu menangis terus, apa mungkin dia hilang karena hal ghaib." ujar Tamrin pula.

"Ya sudah aku akan mencari nya." angguk Arya pula mencari sampan yang mau dia naiki.

"Ayo sama saya saja, Mas Arya!" ujar Joko yang membawa sampan juga.

Arya pun naik sampan nya Joko untuk mencari di mana Paijo ini berada, kenapa dia bisa mendadak menghilang di danau ini. para penyelam juga sudah mulai datang untuk mencari nya, siapa tau masih ada di dasar danau sehingga mayat nya tidak mengambang.

"Mau arah yang mana, Mas?" tanya Joko pelan sembari mendayung.

"Itu lorong yang tempat sampan nya di temukan." jawab Arya.

"Aneh juga tempat ini kan, Mas? bukan nya mau mengarang cerita, tapi aku merasa kalau pas cari ikan malam tuh seperti ada yang memperhatikan dari lorong sini!" ujar Joko pelan.

"Kau pernah melihat sesuatu?" tanya Arya pula.

"Melihat langsung sih tidak pernah, cuma aku pernah mengalami hal aneh sama Ayah." jelas Joko.

"Aneh bagai mana?" Arya kepo pula jadi nya akan apa yang sudah Joko alami bersama Pak Tejo.

Joko mengatakan bahwa malam itu dia mencari ikan dengan Pak Tejo, tapi karena tak kunjung dapat dan hari juga sudah sangat malam, maka mereka memutuskan untuk pulang saja. karena di saat itu pula mereka baru ingat, bahwa ini malam Jumat Kliwon sehingga terasa sangat seram lah pasti nya.

Namun paa yang terjadi selanjut nya membuat mereka panik, sampan tidak bisa mau di dayung lagi. baik mundur atau pun maju, tidak bisa bergerak sedikit pun membuat Joko dan Pak Tejo sangat lah panik.

"Lalu apa yang kau lakukan saat itu?" tanya Arya.

"Aku sama Ayah baca ayat kursi sebanyak tujuh kali, baru kemudian sampan bisa maju dan kami sudah sangat takut pas itu." cerita Joko.

"Ini sudah lama sebenar nya penunggu sini, bahkan ku rasa jauh sebelum aku lahir." ujar Arya.

"Mas, saat itu aku melihat selendang warna merah mengambang." bisik Joko sangat pelan.

"Apa?" Arya sampai tidak dengar akan suara Joko.

"Selendang merah, saat sampan kami tidak bisa adil dayung. aku melihat selendang merah itu melilit sampan, tinggal sedikit lagi perahu mau tenggelam saat itu!" Joko kalau ingat sudah sangat takut.

Arya masih termenung karena dia perlu tau juga ini setan jenis apa, memang dia sudah lama ada di sini, tapi rasa nya dia tidak mengganggu dulu. atau mungkin ada gebrakan baru sehingga dia menjadi beringas lagi, kadang kadang kan mahluk ghaib juga tidak akan mengganggu apa bila tidak di ganggu duluan.

"Dingin sekali dan pemandangan nya indah ya, Mas." Joko melihat atas pohon yang melengkung.

"Kalau siang boleh lah, tapi ini agak beda rasa nya." ujar Arya melihat dengan teliti.

"Pas sampan macet itu ada di depan lorong ini, Mas." bisik Joko lagi.

"Jangan membicarakan nya di sini!" Arya langsung berdiri.

Tatapan mata nya mengedar kemana mana, Joko merinding karena baru ini dia melihat Arya sangat serius. biasa nya kan dia kalem seolah tidak ada beban, bahkan kadang malah petakilan sehingga membuat Purnama naik darah saja.

Selamat pagi besty, jangan lupa sarapan ya di Jumat berkah ini. semoga kalian sehat selalu, biar bisa baca cerita othor terus ya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!