NovelToon NovelToon

Jadi Seperti Yang Kalian INGINKAN

Bab I

Srekk..

Srekk..

Suara yang timbul dari gesekan kayu di atas pasir terdengar

“Hay..”

Seorang anak laki-laki dengan usia 9 tahun seusia dengan Agatha, menoleh ke sumber suara, tanpa menjawab ia hanya memandang anak perempuan yang ia yakini tidak mengenal anak itu.

“Hallo..” sambil melambaikan tangan didepan wajah sang anak laki-laki yang sedang bengong melihatnya.

“Apakah aku mengenalmu?”

“Tidak, tapi ku pikir kamu butuh teman karena sejak tadi kamu hanya sendirian”

“Kamu ingin bermain denganku?” tanya anak laki-laki itu.

“Ya.. kenapa tidak”

Mereka pun bermain bersama sambil sesekali tertawa karena mendengar cerita lucu dari mereka masing-masing.

Agatha memang begitu mudah untuk bergaul karena ia anak yang humble dan juga anak yang baik, karena itu dia memiliki banyak teman

Tak jauh dari sana ada sepasang mata yang memandang interaksi kedua sepasang anak, lebih tepatnya memandangi kedua mata anak perempuan yang begitu manis itu dengan ekspresi datar tetapi tidak ada yang tahu didalam pikirannya terbesit penuh pertanyaan.

“Oh iya nama kamu siapa?” Tanya Agatha

“Iya ya dari tadi kita bermain tapi belum berkenalan, namaku Kevin, kamu?”

“Ak-..” belum menyelesaikan kalimatnya, ucapan Agatha pun terhenti ketika terdengar suara tangis tak jauh dari mereka.

“Hikss..Hikss”

Sedetik kemudian Agatha berlari menghampiri asal suara tangisan itu.

“Ya ampun”

Bersamaan itu Kevin hendak menyusul Agatha tetapi langsung terhenti, saat sebelah kakinya baru saja sekali melangkah. Ia menoleh ke sumber arah suara yang memanggilnya.

“Vin..”

Seorang wanita parubaya melangkah menghampiri Kevin yang juga sedang memandang wanita itu.

“Ya mom” ucap Kevin saat Livi-mommy Kevin sudah berada di depan Kevin.

“Ayo pulang” ajak Livi

Saat mendengar itu Kevin merasa ia tak ingin pulang karena ia belum puas bermain bersama anak perempuan itu. Ia menoleh ke arah Agatha dengan wajah yang sulit di artikan.

“Iya mom”

Setelah itu ia melangkah untuk mengikuti mommynya akan tetapi kakinya kembali terhenti dan menatap ke arah kakinya yang ia rasa telah menginjak sesuatu.

“Dita..”

Sebuah sapu tangan pink ia ambil dari bawah sepatu yang ia kenakan dengan ukiran sebuah nama yang ia yakini nama anak perempuan itu.

Senyum manis selalu terukir ketika mengingat kebersamaan sesaat bersama anak perempuan yang datang menghampirinya.

“Ku harap suatu saat kita akan bertemu kembali”

Ucapan dalam hati yang berujung doa itu ia katakan dengan penuh harapan bahwa sang pencipta akan mengabulkan harapannya.

*Kediaman Lorenzo*

Plakk..

“Berulang kali Daddy katakan, jangan biarkan adek kamu sendirian, lihat perbuatan mu” dengan amarah kepala keluarga Lorenzo itu menampar Agatha sambil menunjuk luka yang ada di kaki saudarinya.

“Daddy jangan marah ini salah Dita sendiri..hiks”

“Maaf Dad.. maaf yah Dita gara-gara kakak kamu jadi luka begini”

Sambil menahan air mata yang hendak jatuh ia menundukkan kepalanya. Ia tidak marah karena ia merasa pantas mendapatkan tamparan itu akibat kelalaiannya.

“Udah Dad.. Mereka masih anak-anak jangan terlalu keras” ucap Wanda yang tak lain ialah bunda Agatha dan Dita

“Kalian kembali ke kamar, dan kamu Agatha Daddy hukum, seminggu kedepan jangan keluar rumah setelah pulang sekolah”

“Baik Dad”

Setelah itu mereka berdua berjalan beriringan kembali ke kamar masing-masing di lantai 2 karena kamar mereka bersebelahan.

“Kak Agatha jangan sedih”

“Kakak gak apa-apa” sambil tersenyum agar adeknya itu tidak khawatir

“Besok aku temenin main sepulang sekolah biar kakak gak suntuk sendirian”

“Iya adek ku sayang”

Ia bersyukur memiliki adek seperti Dita karena ia takut kembali kehilangan seperti dulu.

Setelah mereka masuk ke dalam kamar masing-masing, Agatha segera mengunci kamarnya yang tidak besar seperti kamarnya dulu, yah ia menukar kamarnya dengan kamar Dita karena ia begitu menyayanginya.

Agatha berjalan gontai ke arah ranjangnya dan membiarkan tubuhnya jatuh tengkurap diatas kasur dan menenggelamkan wajahnya, tak lama suara isak tangis terdengar bahkan tubuhnya sampai bergetar.

“Mommy.. rindu”

Sebuah kenangan kembali teringat setiap kali ia merindukan Mommynya.

Beberapa hari kemudian Agatha pun menjalani masa hukuman dari daddynya, dengan berdiam diri didalam kamarnya tanpa keluar rumah setelah pulang sekolah. Dita yang berjanji akan menemaninya tidak sekali pun dia datang mengajak Agatha itu bermain atau hanya sekedar menjenguknya.

Hay hay raiders

ini karya pertama othor

terimakasih sudah mampir

Jangan lupa jejaknya yah 😍

Bab II

*Flashback*

“Mommy..”

“Gimana sekolahnya sayang”

“Seru mommy” dengan suara yang penuh semangat Agatha menjawab

“Wahh anak mommy sudah banyak teman yah”

Sambil berjalan berpegangan tangan meninggalkan halaman TK menuju mobil yang ada di parkiran.

“Iya dong mommy”

Melihat interaksi istri dan anaknya Jhon Lorenzo tersenyum bahagia.

Mereka langsung melanjutkan perjalanan pulang ke kediaman mereka karena Jhon akan kembali ke kantor dan hanya menjemput anaknya dari sekolah lalu mengantarkan mereka pulang.

“Dad ingat kan sama janji daddy kemarin” Agatha meyakinkan daddynya agar tak melupakan kesepakatan mereka.

“Hmm memangnya daddy ada janji apa?” Seolah lupa, Jhon bertanya kembali dan berusaha mengingat janji itu.

“Mom..” dengan mata yang berkaca-kaca seolah mengatakan ia begitu kecewa.

“Daddy..” dengan mata melotot Aurora menatap suaminya.

“Haha.. maaf sayang, daddy ingat kok besok kita piknik” tak sanggup membuat putrinya jauh lebih sedih lagi ia akhirnya menghentikan aktingnya.

“Makasih daddy, daddy yang terbaik” sambil memeluk lengan deddynya ia tersenyum senang.

“Mommy punya kejutan untuk Agatha”

“Apa itu mom?” Dengan bingung Agatha melihat mommynya

“Agatha akan punya adek”

“Jadi Agatha tidak sendirian lagi mom?”

“Iya sayang” jawab Jhon

“Asik.. sama kayak teman sekolah Agatha dong punya adek” wajah Agatha penuh dengan sinar bahagia

“Agatha senang yah punya adek?”

“Senang mom, Agatha tidak sendirian lagi dirumah”

Ya, dengan keseharian Jhon dan Aurora yang sibuk sebagai pemimpin perusahaan mau tidak mau harus membiarkan Agatha di asuh oleh nannynya tetapi mereka selalu meluangkan waktu weekend full untuk keluarga agar Agatha tidak merasa kekurangan kasih sayang.

Sesampainya di mansion, mereka langsung masuk kecuali Jhon dan Aurora hanya mengantar Agatha di depan pintu.

“Daddy dan mommy kembali kekantor yah sayang” ucap sang mommy

“Oke mommy”

“Baik-baik dirumah yah sayang”

“Siap daddy” sambil memasang pose hormat dengan wajah yang dibuat tegas tetapi kelihatan lucu.

Mereka pun tertawa sambil bergantian mencium wajah sang anak dan melambaikan tangan hingga mereka pergi dengan mobil yang sama dan menghilang dibalik pagar.

“Non Agatha ganti baju dulu yuk sudah itu kita makan” ucap ira sang nanny

Sambil berjalan masuk menuju kamar Agatha mengangguk. Setelah berganti pakaian, Agatha turun bersama nanny ke ruang makan.

“Nanny Agatha akan punya adek loh”

“Wahh selamat yah non, jadi non ada teman main nanti”

Nanny ira senang mendengar bahwa majikannya hamil lagi dengan begitu nonanya tidak kesepian lagi jika ditinggal.

Setelah berbicara sambil menikmati makan siang Agatha pun kembali ke kamar mengerjakan tugas dari sekolah dan akan tidur siang setelahnya.

Tring..

Tring..

Suara telepon rumah berbunyi tepat ketika nanny ira lewat.

“Halo dengan kediaman Lorenzo, ada yang bisa dibantu?” ucap nanny

“Halo nanny ini saya”

“Halo tuan, mau bicara dengan nona yah?” Tebak nanny

“Tidak nanny”

Setelah menjawab, suara hening selama 3 detik lalu dengan suara bergetar dia menahan isakannya.

“Kami kecelakaan nanny, tolong jangan beritahu Agatha”

“Astaga tuan, gimana keadaan tuan dan nyonya”

Nanny ira tak bisa menahan tangisannya ketika mendengar kabar buruk itu seakan ia merasa sesak, ia sudah menganggap keluarga Lorenzo adalah keluarganya juga bagaimana tidak, keluarga Lorenzo adalah keluarga yang tidak memandang status sosial orang lain dan memperlakukan pelayannya dengan baik dan tidak membedakan mereka

“Istri saya… kritis” setelah mengatakan itu suara tangis dari Jhon dan nanny ira menggema

“Ya Tuhan..” hampir saja nanny ira jatuh jika tidak berpegangan di meja

“Minta doanya yah nanny, dan kalau Agatha bertanya bilang saja kalau kami mendadak ke luar kota”

“Iya tuan semoga nyonya melewati masa kritisnya”

Malam pun saat hendak ke meja makan Agatha yang turun dari lantai kamarnya tak mendengar suara siapa pun seakan rumah itu tak berpenghuni.

“Non mau makan apa”

tanya nanny saat melihat nonanya dtang

“Nanny mana daddy dan mommy?”

Seakan mendapat serangan mendadak, nanny seketika terdiam dan lidahnya keluh saat ingin menjawab

“Nanny.. daddy sama mommy belum pulang yah?” Kembali Agatha bertanya

“Mm.. daddy dan mommy non masih ada kerjaan non”

“Yah daddy sama mommy lembur”

“Tidak apa-apa deh, yang penting besok mereka janji mau piknik” lanjutnya

Tetap berfikir positif bahwa daddy dan mommynya akan menepati janjinya itu.

“Ya ampun non, entah apa yang terjadi kalau non tau mereka kecelakaan dan kritis”

Berusaha tersenyum menanggapi Agatha, ia tidak ingin membuat Agatha curiga jika memasang wajah sedih.

Pagi menyapa, mansion itu begitu ramai dihadiri banyak orang dan terdengar suara tangis dari beberapa orang, seperti menyamakan dresscode semua yang hadir memakai pakaian serba putih.

“Nanny..nanny”

Agatha yang kebingungan dengan keramaian pertama kali dirumahnya dengan suara tangisan kiri kanan berusaha mencari nanny ira.

“Iya non nanny disini” langsung memeluk Agatha dengan tangisan yang dia tahan

“Nanny kenapa menangis?”

“Non..” sungguh ia tidak kuat mengatakannya

“Nanny kenapa banyak orang nangis?” Kembali Agatha bertanya

“Mommy non..” apakah ia sanggup membiarkan anak sekecil ini merasakan sakit luar biasa itu

“Mommy sudah pulang yah nanny” dengan mata berbinar dia segera mengedarkan pandangan matanya mencari sosok sang mommy

“Nanny mana mommy?”

Tanpa menunggu jawaban nanny Agatha pun berlari mencari mommy dan daddynya sendiri, sampai akhirnya ia menemukan sang daddy yang duduk lesu tak bertenaga serta pucat pada wajahnya duduk bersandar pada sofa dengan mata tertutup.

“Daddy..”

Merasakan tangannya disentuh oleh tangan kecil yang lembut Jhon kemudian membuka mata dan duduk tegap menatap mata anak semata wayangnya.

“Agatha..”

Baru menyebut nama anaknya sudah membuat hatinya teriris, bagaimana bisa anak sekecil ini harus merasakan kehilangan

Jhon memeluk anaknya dengan erat dan penuh kasih sayang, seakan takut kehilangan

“Daddy disini sayang, Agatha jangan tinggalkan daddy yah” dengan air mata yang mengalir

“Mommy mana daddy?”

“Mommy sudah disurga sayang sama adek”

“Surga itu dimana daddy?”

“Surga itu tempat paling indah dan jauh”

“Kok mommy tidak ajak Agatha”

Mendengar itu Jhon kembali memeluk anaknya sambil menangis, melewati hari-hari tanpa kehadiran orang terkasih begitu sulit tapi ia harus tegar demi anaknya.

*Flashback Off*

\~Kediaman Bramantio\~

Tok..

Tok..

Tok..

Kevin membuka kamarnya dengan malas

“Loh Kevin kok belum siap-siap?”

Kevin yang mendengar mommynya mengatakan itu merasa heran, emang ada apa benaknya berkata. Sesaat kemudian dia melotot dan segera menutup kembali pintunya

“Astaga anak ini benar-benar” mengembuskan nafas kasar

Livi merasa heran beberapa hari ini Kevin terus seperti itu entah apa yang ia lakukan.

Setelah itu Livi meninggalkan kamar anaknya tetapi baru melangkah di pertengahan tangga lebar yang berbentuk sedikit melingkar, anaknya sudah berjalan cepat melewatinya.

“Kevin jangan lari-lari”

“Gak bisa mom, aku buru-buru”

“Loh kita masih ada 2 jam lagi, kamu kenapa buru-buru gitu?”

“Ada urusan mom nanti aku balik cepat” sedikit berteriak karena Kevin sudah menghilang dari pandangan Livi

Sesampainya di garasi mobil Kevin langsung masuk ke dalam mobil dan memanggil supirnya untuk mengantarkannya ke suatu tempat

Setelah 15 menit Kevin sudah sampai di taman tempat dia ketemu perempuan yang mencuri perhatiannya, tapi tak ada siapa pun disitu

5 menit..

20 menit..

40 menit..

“Tuan muda, nyonya menyuruh kita balik sekarang” ucap sang supir

“10 menit lagi pak”

Mau tidak mau supirnya pun mengiyakan

Sudah sejam dari Kevin tiba di taman itu tapi yang diharapkan tak kunjung kelihatan, ia pikir gadis itu akan dtang hari ini setelah beberapa hari kemarin ia terus datang dengan harapan akan bertemu sebelum ia berangkat dan ternyata gadis itu tidak datang juga.

“Tuan muda, nyonya dan tuan akan marah kalau kita tidak pergi sekarang”

“Iya pak, ayo kita berangkat”

Hay hay

Bantu supportnya yah 🫰🏻

Trimakasih dan jangan lupa jejaknya 😍

Bab III

\~Kediaman Lorenzo\~

Jhon Lorenzo pria tampan nan gagah berusia 43 tahun adalah pemilik dari perusahaan hiburan The Enzo Company yang mencakup berbagai jenis entitas yang bergerak dalam produksi, distribusi, dan penyelenggaraan. Selain itu Jhon Lorenzo juga memiliki anak bisnis yang bergerak dibidang taman hiburan dan modeling yang dulunya di handle oleh Aurora Lorenzo mendiang istri pertamanya.

Wanda Juwita adalah istri kedua Jhon Lorenzo berusia 38 tahun yang ia nikahi setahun yang lalu karena ia merasa Wanda memiliki kesamaan dengan mendiang istrinya jadi dia memperistrikannya.

Ting..

Suara dentingan sendok dan piring menandakan bahwa mereka sedang menikmati sarapan bersama.

“Agatha ingat sepulang sekolah jangan keluyuran” ucap Jhon selalu mengingatkan tentang hukumannya.

“Tapi daddy..” Agatha adalah anak yang penurut karena ia yakin bahwa itu adalah yang terbaik untuknya. Tapi tidak hari ini karena hari ini hari spesial.

“Daddy sudah selesai, daddy berangkat dulu” tanpa mendengar ucapan putrinya ia mengenakan jasnya yang di gantung di sandaran kursi dibantu Wanda.

“Jaga adek kamu di sekolah Agatha”

“Iya daddy” sambil menyalami tangan sang daddy

Setelah bergantian menyalami, Wanda berjalan ke depan untuk mengantar Jhon hingga ke garasi dimana mobil sudah siap jalan. Sementara Agatha dan Dita masih menikmati sarapannya.

“Kak..”

“Hmm kenapa Dit?” Tanya Agatha

“Minggu lalu, yang sama kakak di taman itu siapa?”

“Oh itu Kevin”

“Aku belum pernah liat dia kak, kok gak kenalin ke aku” sambil menekan emosinya dengan tersenyum

“Ahh dia it-..” belum selesai Agatha berbicara tiba-tiba Wanda datang.

“Loh kok kalian santai banget sarapannya, ini udah hampir telat loh” sambil melihat jam yang melingkar di tangannya

Agatha pun langsung melihat jam di tangan kirinya juga untuk memastikan apa yang dikatakan oleh ibu tirinya.

Dan benar saja kurang dari dua puluh menit jam menunjukkan angka tujuh, setelah melihat jam Agatha bergegas bersiap menggendong tasnya di pundak lalu menyalami Wanda begitu juga Dita yang mengikuti gerakan Agatha.

“Bun kami berangkat dulu” setelah bersalaman Agatha sedikit berlari menuju garasi yang disana sang supir sudah standby untuk mengantar mereka.

“Bunda ihh..” merasa kesal dengan bundanya karena iya tidak bisa mengorek informasi anak laki-laki tampan itu.

“Ada apa sayang? Anak itu mengganggu mu?”

“Tau ahh”

Setelah menyalami bundanya ia pun bergegas keluar dan masuk ke dalam mobil yang dalamnya sudah ada Agatha dan mobil pun melaju membelah jalanan menuju sekolah kedua anak majikannya di sekolah swasta bertaraf internasional Tunas bangsa

“Kak soal Kevin”

Belum juga Agatha menjawab suara dering telfon mengalihkan perhatian mereka.

“Halo Dad” suara Agatha yang sedang menjawab telfonnya

“…”

“Baik daddy” sambil mengangguk seolah orang yang di seberang telfon bisa melihatnya

“Daddy bilang apa kak” penasaran apa yang ayah tirinya itu katakan

“Pulang sekolah kakak disuruh ke kantor daddy”

“Oke deh kak nanti jemput aku di kelas yah” sambil tersenyum manis siapa pun yang melihat interaksi mereka akan mengira bahwa ia adek yang sayang pada kakaknya.

”Kamu pulang sama pak ujang sendiri yah” sambil mengusap kepala adeknya

“Loh kan mau ke kantor daddy kak kok aku pulang sendiri”

“Iya soalnya daddy cuma suruh kakak aja yang datang”

“Yaudah deh” ia begitu penasaran mengapa ia tidak diajak ke sana oleh daddynya, hingga ia melupakan soal Kevin yang ingin ia cari tahu.

Setelah limabelas menit mereka pun sampai di sekolah, bersamaan itu mereka bertemu dengan Nina yang juga baru sampai di sekolah.

“Tha..”

“Halo kak Nina”

“Halo juga Dita”

Mereka bertiga berjalan beriringan dengan tangan Nina yang memeluk lengan kanan Agatha. Melihat itu Dita merasa jengkel tetapi ia menahan dan tak menunjukkan apa yang ia rasakan saat itu.

Setelah melalui dua mata pelajaran, akhirnya bel istirahat pun berbunyi menandakan sesaat lagi kantin akan full dengan siswa siswi sekolah itu.

“Yuk Tha..” ajak Nina

“Ayo..” mereka pun berjalan sambil bercerita

“Tha tau gak..”

“Gak tau”

“Ishh aku belum selesai ngomong A-ga-tha”

Agatha pun terkekeh mendengar sahabatnya itu merasa jengkel atas ulahnya.

“Yah udah lanjut lagi”

“Ada anak baru loh di kelas sebelah”

“Oh”

“Kok oh doang sih Tha”

“Lah trus aku harus bilang wow gitu” sambil terkekeh karena sahabatnya terdengar lucu

“Yah masa cuma oh, kamu gak penasaran?”

“Biasa aja sih emang ada apa sama dia”

“Yah gak ada apa-apa cuma katanya dia ganteng tapi penampilannya culun”

Sesaat setelah itu mereka berhenti berbicara dan menoleh karena ada yang memanggil mereka

“Kak”

“Hay Dita” Nina menyapa Dita

“Hay kak Nina, kalian mau ke kantin kan”

“Iya, kamu mau ke kantin juga?” Tanya Agatha

“Iya kak, bareng yuk” langsung saja iya memeluk tangan Nina dan berada di tengah-tengah mereka

Agatha tidak menaruh curiga apapun pada Dita karena ia merasa bahwa Dita hanya ingin mendekatkan diri pada temannya.

Mereka pun berjalan bersama sambil berbicara, ralat bukan mereka tapi hanya Dita dan Nina yang berbicara. Bukannya tidak bicara tapi setiap kali Agatha merespon pembicaraan keduanya Dita hanya tersenyum dan tak mengatakan apapun setelanya Dita langsung mengganti topik pembicaraan.

Agatha tak marah dia merasa adeknya terlalu senang bercerita apalagi pembahasannya cukup nyambung dengan Nina. Itulah Agatha selalu berfikir positif.

Sesampainya di kantin mereka pun disuguhi pemandangan yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di sekolah. Kantin yang full dan berisik. Mengedarkan pandangan akhirnya mereka menemukan bangku kosong dan duduk.

“Mau pesan apa Tha?” Tanya Nina

“Kak aku seperti biasa yah” bukan Agatha yang menjawab melainkan Dita itupun ia mengakatakannya pada Agatha.

Seolah mengerti maksud adek tirinya itu ia pun berdiri.

“Kamu duduk aja Nin biar aku yang pesankan” ucap Agatha

“Oke deh kalau kamu memaksa, aku mie ayam plus bakso yah zeyeng” ucap Nina sambil tersenyum.

Agatha terkekeh mendengar ucapan Nina, ia pun pergi untuk memesan makanan mereka. Saat sudah sampai di depan stand mie ayam iya terkejut sambil memekik kesakitan.

“Aduh”

“Ehh sorry aku gak sengaja”

“Iya gak apa-apa” dengan tersenyum Agatha memandang wajah orang yang menyenggolnya

“Agatha? Maaf yah kamu gak luka kan?” Ingin memeriksa bagian kaki Agatha yang ia injak tetapi tertahan karna ucapan Agatha

“Iya Kenzo” masih dengan senyumnya membuat siapa pun terhipnotis.

Ternyata yang menyenggol Agatha ialah Kenzo Herlambang pria yang menyukai Agatha dalam diam.

“Ekheem”

Saat mendengar dehaman seseorang dibelakang, mereka langsung menghentikan aktivitasnya.

“Kamu pesan duluan” sambil tersenyum Kenzo berbaris ke belakang anak laki-laki yang berdeham tadi.

Dari jauh mata Dita sudah memicing melihat apa yang kakak tirinya alami. Ia merasa heran apa yang bagus dari Agatha hingga semua orang mendekatinya.

“Cih.. cantik kan juga aku, apa bagusnya perempuan itu” tak ada yang mengira Dita yang begitu lembut kepada kakaknya mengatakan hal itu dalam hatinya.

Setelah memesan dan kembali duduk sambil membawa makanan untuk tiga orang itu mereka pun makan sambil sesekali bergosip.

Cekrek..

Suara kamera berbunyi saat mengambil gambar tetapi tidak terdengar karena kantin yang begitu berisik.

Ting..

Bunyi pesan masuk dari sebuah smartphone seseorang.

“Cantik” gumamnya sambil tersenyum tipis

Entah pesan apa yang dia baca dan siapa yang mengirimnya hanya dia yang tau.

Hay hay

Jangan lupa tinggalkan jejaknya 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!